PENULARANNYA
EPIDEMIOLOGI
Dosen Pengampu
FAKULTAS KEBIDANAN
1. Pengertian Sifilis
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang bersifat kronis dan sistemik. Penularannya
umumnya terjadi melalui hubungan seksual, tetapi juga bisa terjadi secara vertikal dari ibu ke
janin, melalui transfusi darah, atau melalui alat kesehatan yang terkontaminasi.
1. Stadium Sifilis
Penyakit ini mengalami tiga stadium utama, yaitu:
a. Stadium Primer: Ditandai dengan chancre (ulkus) pada daerah genital atau non-
genital.
b. Stadium Sekunder: Gejala sistemik seperti demam, ruam kulit, dan lesi mukosa
muncul beberapa minggu atau bulan setelah chancre.
c. Stadium Tersier: Melibatkan komplikasi serius seperti neurosifilis, sifilis
kardiovaskular, dan sifilis benigna lanjut.
3. Pengobatan Sifilis
Pengobatan sifilis bergantung pada stadium infeksi. Biasanya, antibiotik golongan
penisilin seperti benzatin benzilpenisilin digunakan. Pada pasien dengan alergi terhadap
penisilin, terdapat alternatif antibiotik.
I. Penularan Sifilis
Penularan penyakit sifilis dapat terjadi melalui beberapa cara diantaranya sebagai
berikut :
a. Hubungan Seksual
Sifilis umumnya ditularkan melalui kontak langsung dengan luka terbuka pada
kulit atau selaput lendir yang terinfeksi. Hubungan seksual vaginal, anal, atau oral
dengan seseorang yang memiliki sifilis dapat menyebabkan penularan.
b. Penularan Vertikal
Penularan sifilis juga dapat terjadi dari ibu hamil yang terinfeksi kepada janin
dalam kandungan atau saat proses persalinan. Ini disebut penularan vertikal dan dapat
menyebabkan komplikasi serius pada bayi yang baru lahir.
c. Transfusi Darah dan Transfer Jaringan
Meskipun jarang, sifilis dapat ditularkan melalui transfusi darah atau transplantasi
organ dan jaringan dari donor yang terinfeksi. Proses pemeriksaan donor darah
umumnya dapat mengurangi risiko ini.
d. Alat Kesehatan yang Tercemar
Penggunaan alat kesehatan yang tidak steril atau terkontaminasi dapat menjadi
sumber penularan sifilis. Penting untuk memastikan bahwa alat-alat medis steril dan
diolah dengan benar.
e. Hubungan Seksual Tanpa Kondom
Menggunakan kondom saat berhubungan seks dapat mengurangi risiko penularan sifilis.
Namun, karena sifilis dapat menyerang area yang tidak terlindungi oleh kondom, tidak selalu
memberikan perlindungan penuh.
1. Faktor Ibu
a. Adanya infeksi menular seksual loin selama kehamilan, misalnya IMS (HIV,
gonore, dil). infeksi organ reproduksi, malaria dan tuberkulosis akan memperbesar
risiko penularan
b. Penularan baru Sifilis pada ibu hamil meningkatkan risiko penularan ke anak.
2. Faktor Tindakan Obstetrik Risiko penularan Siflis selama masa kehamilan lebih besar
dibandingkan risiko pada saat persalinan karena bakteri dapat menembus baner darah
plasenta
Secara umum penyakit sifilis dapat dibedakan menjadi dus, yaitu suflis kongenital (ditularkan
dari ibu ke janin sejak dari dalam kandungan hingga saat dilahirkan) den sifilis akusita atau
stilis yang didapat yang ditularkan melalui hubungan seks dan produk darah yang tercemar
1. Sifilis Aquisita
Sejak terinfeksi Sifilis pertama kali, tubuh mengaktivasi sistem kekebalan sehingga
timbul antibodi anti-Sifilis dalam 10-45 han. Dengan demikian, window period atau
masa inkubasi berlangsung dalam kurun waktu tersebut. Gejala fisik pertama infeksi
Sifilis dapat diketahui 10-90 hari setelah terinfeksi, dengan rerata 21 hari. Munculnya
lesi tunggal (chancre) pertama kali menunjukkan mulainya stadium primer infeksi Sifilis.
Lesiluka tersebut biasanya kenyal keras, bulat, dengan dasar bersih dan tidak terasa
nyeri. Lesi bertahan selama 3-6 minggu dan sembuh sendiri dengan atau tanpa diobati.
Jika pendenta tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat maka infeksi akan berlanjut
ke stadium sekunder. Stadium sekunder ditandai dengan ruam kulit, yang dapat
ditemukan pada satu atau lebih bagian tubuh. Stadium laten dimulai ketika gejala primer
dan sekunder menghilang. Tanpa pengobatan, penderita tetap mengidap Sifilis sekalipun
tanpa gejala dan tanda klinis apapun. Stadium laten dimulai ketika gejala primer dan
sekunder menghilang.
2. Sifilis Kongenital
Sifilis pada ibu hamil yang tidak diobati dapat mengakibatkan keguguran, prematuritas,
bayi berat lahir rendah, lahir mati dan sifilis kongenital. Sifilis kongenital sendiri dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu, sifilis kongenital dini, dari bayi lahir sampat kurang
dari 2 tahun dan sifilis kongenital lanjut, dimana penyakit ini persisten hingga lebih dari
2 tahun sotolah kelahiran. Sifilis kongenital komungkinan asimtomatis pada lebih dari 50
% kasus, terutama pada minggu pertama kehidupan. Biasanya gejala muncul pada bulan
pertama tetapi manifestasi klinis baru terlihat sampai tahun kedua kehidupan
Tes serologi Sifilis terdiri atas dua jenis, yaitu tes non- treponema dan treponema.
Umumnya pemeriksaan tes Sinis dilakukan dalam dua langkah. Pertama, tes non-
treponema, yalu RPR (Rapid Plasma Reagent/Rapid Test) dan VDLR (Venereal
Diseases Research Laboratory). Jika hasil tes reaktif (positif), selanjutnya dilakukan
konfirmasi dengan testreponema, yaitu TPHA (Treponema Palidum Haemagglutination
Assay) TP-PA (Treponema Pallidum Particle Agglutination Assay). FTA-ABS
(Fluorescent Treponemal Antibody Absorption) dan TP rapid (Treponema Palidum)
(Centers for Disease Control and Prevention, 2021).
Klasifikasi Sifilis
Secara umum penyakit sifilis dapat dibedakan menjadi dus, yaitu suflis kongenital (ditularkan
dari ibu ke janin sejak dari dalam kandungan hingga saat dilahirkan) den sifilis akusita atau
stilis yang didapat yang ditularkan melalui hubungan seks dan produk darah yang tercemar.