Anda di halaman 1dari 46

KONSEP DASAR MEDIS DAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DEWASA
DENGAN DIAGNOSA: SIFILIS,
GONOROE, KONDILOMATA
Assalamualaikum WR.WB.

Oleh: Ratna Nurhayati

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts


SIFILIS
Definisi
 Sifilis merupakan penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang masi mejadi pemasalahan se
cara global, banyak orang dewasa terinfeksi akibat penyakit ini, sifilis tidak hanya menyebabk
an morbiditas tetapi juga menyebabkan mortalitas ( Surya Adisthanaya, 2017).
Sifilis merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema P
allidum yang menyebabkan kelainan pada kulit dan dapat bermanifestasi sistemik (Bernadya,
DWI Murtiastutik, 2019).
 Sifilis adalah ifeksi kronis yang disebabkan oleh Treponema Pallidum yang umumnya ditul
arkan melalui hubungan seksual (Dia Febrina,dkk, 2017).
 Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit sifilis adalah penyakit menular seks
ual atau kelamin yang disebut dengan raja singa yang bisa menyerang pria dan wanita yang
dapat mengancam jiwa, penyakit ini terjadi karena adanya bakteri Treponema Pallidum.
SIFILIS
Etiologi
 Penyakit sipilis disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidum yang merup
akan spesies Treponema dari famili Spirochaeta,Ordo Spirochaetales. Yang
berbentuk spiral, gram negatif dengan panjang antara 0,09-0,18 um. Terdap
at dua lapisan, sitoplasma merupakan lapisan yang mengandung mesosom,
vakuol ribosom dan bahan mukoid.
 Di dapat dari hubungan seksual dan dapat ditularkan dari ibu ke janin at
au yang diketahui sebagai Ventrical Transmission yang merupakan infeksi si
filis terjadi saat kehamilan yang menuju kepada infeksi fetal pada kasus seti
daknya due per tiga kasus terutama pada kasus sifilis dini dari ibu.
 Treponema Palidum ditularkan melalui selaput lendir yang utuh, atau kul
it yang mengalami abrasi, menuju kelenjar limfe, kemudian masuk ke dalam
pembuluh darah, dan diedarkan bebeapa jam, infeksi menjadi sistemik wala
upun tanda-tanda klinis dan serolois belum jelas (Devi Putri, 2014 & Surya
Adisthanaya, 2017).
SIFILIS
Manifestasi Klinis
- Gejalah yang terjadi berupa demam ringan, malaise, nyeri tenggorokan , limfadenopati, penurunan berat badan, nyeri ot
ot, bahkan nyeri kepala yang disebabkan oleh iritasi meningeal.
- Sifilis primer Adanya awal lesi berupa papul yang muncul di daerah ganetalia kisaran tiga minggu setelah kontak seksua
l. Papul membesar dengan ukuran 0,5-1,5 cm kamudian mengalami ulserasi, membentuk ulkus. Ulkul sifilis yang khas berbe
ntuk bulat, diameter 1-2 cm, tidak nyeri, dasar ulkus bersih tidak ada eksudat, teraba indurasi, soliter tetapi dapat juga mult
ipel. Sebagian besar disertai pembesaran kelenjar getah bening inguinal medial unilateral atau bilateral.
- Manifestasi klinis yang sering dijumpai pada sipilis sekunder adalah ruam makulopapolar difus yang biasanya terjadi ena
m minggu setelah lesi primer timbul, lesi yang lokalisata dapat timbul pada telapak tangan dan kaki berupa papula dan pla
k simetris skuama kolaret yang disebut Biette’s Collarete, Lesi biasanya tidak gatal meskipun rasa gatal dapat timbul pada s
ekitar 40% pasien.
- Timbul pada beberapa minggu atau bulan, muncul gejala sistemik berupa demam yang tidak terlalu tinggi, malaise, sakit
kepala, adenopati, dan lesi kulit atau mukosa. Lesi ini terjadi menifestasi penyebaran Treponema Pollidum secara hematoge
n dan limfogen.
- Pada sifilis sekunder koinfeksi HIV dapat terjadi perubahan gambaran klinis berupa ruam kulit yang tidak khas, keterlibata
n, dan berkembang lebih cepat menjadi neurosifilis (Dia Febrina,dkk, 2017&Devi Putri, 2014).
SIFILIS
Patofisiologis
Sifilis stadium primer
Chacre sifilis primer sering terjadi pada genetalia, perineal, atau anus dikarenakan penularan paling sering melalui hubunga
n seksual, tetapi bagian tubuh yang lain dapat juga terkena. Ulkus jarang terjadi pada genetalia wanita, karena lesi sering p
ada vagita atau serviks. Dengan menggunakan spekulum, akan terlihat lesi di serviks berupa erosi atau ulserasi yang dalam.
Tanpa poengobatan lesi primer akan sembuh spontal dalam waktu 3 sampai 6 pekan. Diagnosis banding sifilis primer yaitu
ulkus mole yang disebabkan haemophilus ducreyi, limfogranuloma vanereum, trauma pada penis, fixed drug eruption, herp
es genetalia.
 
Sifilis stadium sekunder
Adanya kondiloma lata merupakan istilah untuk lesi meninggi (papul), luas, putih atau abu-abu di daerah yang hangat dn l
embab. Lesi sifilis sekunder dapat muncul pada waktu lesi sifilis primer masi ada, diagnosis sifilis sekunder ditegakkan berd
asarkan hasil pemeriksaan serologis yang reaktif dan pemeriksaan lapangan gelap positif. Treponema Pollidum banyak dite
mukan pada lesi selaput ledir atau basah seperti kondiloma lata. Ruam kulit pada sifilis sekunder sukar dibedakan dengan
pitiriasis rosea,psoriasis, terutama jika berskuma, eritema multiforme dan erupsi obat. Diagnosis sifilis sekunder cukup sulit,
pada umumnya diagnosis ditegakkan kelainan khas lesi kulit sifilis sekunder ditujang pemeriksaan serologis.
 
SIFILIS
Patofisiologi
Sifilis Laten
Pasien denga riwayat sifilis dan pemeriksaan serologis reaktif yang belum mendapat terapi sifilis dan tanpa gejala atau tand
an klinis. Sifilis laten dibagi menjadi dini dan lanjut, dengan batasan waktu kisaran satu tahun. Dalam perjalanan penykit sifi
lis akan melalui tingkat laten, selama bertahun-tahun atau seumur hidup, tetapi bukan berarti penyakit akan berhenti pada
tingkat ini, sebab dapat berjalanan menjadi sifilis tersier.
 
Sifilis stadium tersier
Sifilis tersier terdiri dari 3 grup sindrom yang utama yaitu neurosifilis, sifilis kardiovaskular, dan sifilis benigna lanjut. Pada p
erjalanan penyakit neurosifilis dapat asimptomatik dan sangat jarang terjadi dalam bentuk murni. Pada semua jenis neurosif
ilis terjadi perubahan berupa endarteritis obliterans pada ujung pembuluh darah disertai degenerasi parenkimatosa yang m
ungkin sudah atau belum menunjukkan gejalah saat pemeriksaan. Sifilis kardiovaskuler disebabkan terutama karena nekrosi
s aorta yang berlanjut ke katup, tanda-tandanya adalah insufisiensi aorta atau torakal. Sifilis benigna lanjut atau gumma me
ruapakan proses inflamasi proliferasi granulomatosa yang dapat menyebabkan destruksi pada jaringan yang terkena. Diseb
ut benigna sebab jarang menyebabkan kematian kecuali bila menyerang jaringan otak. ( Devi Putri, 2014).
 
SIFILIS
Pemeriksaan Penunjang
-Pemeriksaan titer VDRL yang reaktif dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan TPHA yang men
unjukkan hasil reaktif, terapi ini pertama untuk sifilis sekunder adalah benzatin penisilin 2,4 j
uta unit IM dosis tunggal.

- Center for disease control and prevention (CDC) pemeriksaan LCS pada pasien yang terinfe
ksi HIV dengan sifilis laten lanjut, sifilis yang tidak diketahui durasnya, sifilis yang disertai tan
da dan gejalah neurologis serta pasien sifilis yang mengalami kegagalan terapi.
- Pemeriksaan mikroskop gelap merupakan metode paling spesifik dan sensitif untuk memas
tikan diagnosis sifilis primer adalah menemukan treponema dengan gambaran karakteristik y
ang terlihat pada pemeriksaan mikroskop lapangan gelap dari cairan yang diambil pada per
mukaan chancre (Dia Febrina,dkk, 2017&Devi Putri, 2014).
 
SIFILIS
Pengobatan
- Pengobatan benzatin benzil penisilin dengan dosis dan cara adekuat, harus dievaluasi kembali secara klinis dan serologis
sesudah tiga bulan pengobatan dengan menggunakan uji VDRL. Evaluasi kedua dilakukan sesudah enam bulan, dan bila ad
a indikasi berdasarkan hasil pemriksaan pada bulan ke enam, dapat evaluasi kembali sesudah bulan ke 12 untuk pasien dila
kukan penilaian kembali kondisi pasien dan mendeteksi kemungkinan adanya rinfeksi.
- Pasien dengan sifilis kardiovaskuler dan nauroooosifilis dipantau selama beberapa tahun, tindak lanjut yang dilaksanakan
meliputi hasil penilaian klinis penyakit, serologis, cairan serebrospinal, dan radiologis. Pengobatan ulang pasien pada semua
stadium penyakit perlu dipertimbangkan jika tanda-tanda atau gejala klinis sifilis aktif tetap ada atau kambuh kembali, terd
apat peningkatan titer nontreponema atau VDRL tes kembali empat kali pengenceran dan filter tes VDRL awal yang tinggi
(VDRL 1 :8 atau lebih) dan menetap dalam setahun. Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan sebelum pengobatan ulang
dilakukan, kecuali pada kasus reinfeksi dan diagnosis sifilis stadium awal dapat dipastikan.
- Pengobatan ualng sifilis dilakukan sesuai dengan rejimen yang telah sesuai untuk sifilis yang telah ditetapkan sifilis yang t
elah berlangsung lebih dari dua tahun. Ummnya hanya satu pengobatan ulang diperlukan karena pengobatan yang diberik
an secara adekuat akan menunjukan kemajuan bila dipantau dengan tes nontreponema yang tetap menunjukan titer renda
h ( Devi Putri, 2014).
SIFILIS
Komplikasi

•Kerusakan sistem syaraf pusat


•Nyeri kepala
•Kelumpuhan syaraf kranial
•Stoke
•Kejang
•Kaku kuduk
•Impotensi pada pria
(Dia Febrina,dkk, 2017)
GONOROE
GONORE
Definisi
- Gonore (GO) merupakan penyakit infeksi menular sesksual (IMS) yang paling sering di duni
a sepanjang abad ke-20 (Mikhael San Putra W, 2019).
- Gonore (GO) didefinisikan sebagai infeksi bakteri yang disebabkan oleh kuman Neisseria G
onorrhoea, suatu diplokokus gram negatif. Bakteri Neisseria Gonorrhoea merupakan bakteri
yang dapat hidup dan mudahberkembang biak di membrane mukosa tubuh, daerah yang ha
ngat dan lembab (Khairani Puspita&Dwi Ardiyanti, 2018).
- Gonore merupakan suatu infeksi pada mukosa yang disebabkan oleh bakteri kokus gram n
egatif Neisseria Gonorrhoea yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual pariental. Gono
re merupakan infeksi menular seksual tersering kedua di seluruh dunia yang berpengaruh be
sar terhadap morbiditas dan pengeluaran biaya ekonomi (Dyah Ayu Pitasari& Sunarko Marto
diharjo, 2019).
- Dari definisi dai atas dapat di simpulkan bahwa Gonore adalah penyakit infeksi bakteri Nei
sseria Gonorrhoea yang menular dalam hubungan seksual, jika tidak diobati dapat menyeba
bkan infertilitas.
GONORE
Etiologi
Gonore disebabkan oleh infeksi Neisseria Gonorrhoea, diplokokus berbentuk biji kopi,
gram negatif. Pili Neisseria Gonorrhoea melekat pada mukosa, pada sel epitel kuboid
dan lapis gepeng imatur (uretra, endoserviks, vagina prapubertas, rektum, orofaring, d
an konjungtiva), dan menimbulkan reaksi radang (Mikhael San Putra W, 2019).
Gonore
Manifestasi Klinis
- Gonore masuk ke uretra melalui kontak seksual, terasa gatal, panas sekitar orifisium uretra
eksternal (OUE), disuria, polakisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra (bisa disertai darah),
dan nyeri saat eksresi. Pada pemeriksaan fisik ditemukan mukosa OUE hiperemis, edema, ekt
ropion, duh tubuh mukopurulen, pembesaran KGB inguinalunilateral atau bilateral.
- Pada LSL dapat ditemukan infeksi asimptomatis di faring atau rektum, penularan akibat ino
kulasi langsung saat kontak seksual reseptif. Keluhan infeksi di rektum berupa pruritus, duh t
ubuh kuning kehijauan hingga bercampur darah.
- Pada perempuan masa inkubasi sulit ditentukan, gambaran klinis dan perjalanan penyakit b
erbeda dengan laki-laki karena perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin. Kebanyakan ka
sus asimptomatik, pemeriksaan fisik menunjukan mukosa serviks hiperemis dengan erosi dan
sekret mukopurulen. Duh tubuh akan makin banyak bila disertai infeksi lain, infeksi uretra da
pat menimbulkan uretritis, infeksi kelenjar bartolin menyebabkan bartolinitis (Mikhael San P
utra W, 2019).
Gonore
Patofisiologis
- Penyebaran penyakit gonore melalui hubungan seksual di luar nikah bergonta g
anti pasangan tanpa menggunakan pengaman, pemakaian obat-obatan terlarang,
dan kurangnya pengetahuan mengenai infeksi menular seksual (Dyah Ayu Pitasari
& Sunarko Martodiharjo, 2019).
- Penyebaran pada usia muda saat pertama kali hubungan seks, pasangan seks ba
ru, pasangan seks lebih dari satu, pasangan seks yang memiliki pasangan lain, pas
angan seks penderita IMS, penggonaan kondom tidak konsisten, riwayat atau sed
ang menderita IMS, dan menular seks dengan uang atau narkoba (Mikhael San Pu
tra W, 2019).
GONORE
Pemeriksan Penunjang
- Pemeriksaan sediaan langsung dengan pewarnaan Gram, digunakan untuk diagnosis presu
mtif pada laki-laki dengan uretritis simptomatik.Pada uretritis asimptomatik, hasil positif dida
patkan pada 50-70%. Pemeriksaan Gram kurang dipercaya untuk diagnosis infeksi serviks da
n rektal, dan tidak digunakan untuk faring.Kultur dilakukan untuk identifikasi. Hasil sangat sp
esifik dan sensitif untuk infeksi uretra dan endoserviks.
- Pemeriksaan molokuler saat ini sedang dikembangkan karena hasil lebih cepat daripada ku
ltur. Nucleic Acid Amplification Test(NAAT) memiliki sensitivitas lebih tinggi dibandingkan kul
tur dan spesifisitas tinggi, serta dapat dilakukan pada bermacam-macam sampel, yaitu urin,
vulvovaginal, serviks, dan usapan uretra.
- Penegakan diagnosis bergeser ke metode molekuler, meningkatkan skrining dan jumlah pe
ngobatan. Deteksi antimicrobial resistance(AMR) saat ini hanya bisa melalui metode kultur.
WHO merekomendasikan pemeriksaan NAAT bersamaan dengan kultur untuk pemeriksaan s
ensitivitas antibiotik (Mikhael San Putra W, 2019).
GONORE
Pengobatan
Rekomendasi WHO,untuk terapi infeksi GO genital dan anogenital
- Terapi ganda
Seftriakson 250 mg injeksi intramuskuler dosis tunggal dan azitromisin 1 gr per oral dosis tunggal
Sefiksim 400 mg per oral dosis tunggal dan azitromisin 1 gr per oral dosis tungga
- Terapi tunggal
Seftriakson 250 mg injeksi intramuskuler dosis tunggal
Sefiksim 400 mg per oral dosis tunggal
Spectinomycin2 g injeksi intramuskuler dosis tunggal
Rekomendasi International Union Against Sexually Transmitted Infections(IUSTI) Eropa untuk infeksi GO di uretra, serviks, d
an rektum pada orang dewasa dan dewasa muda (sensitivitas antimikroba tidak diketahui), yaitu:
- Lini pertama
Seftriakson 500 mg injeksi intramuskuler dosis tunggal ditambah azitromisin 2 g per oral dosis tunggal.
- Lini kedua
•Sefiksim 400 mg per oral dosis tunggal ditambah azitromisin 2 g per oral dosis tunggal.
• Seftriakson 500 mg injeksi intramuskuler dosis tunggal.
• Spectinomycin2 g injeksi intramuskuler dosis tunggal ditambah azitromisin 2 g per oral dosis tunggal.
(Mikhael San Putra W, 2019)
Gonore
Komplikasi

Pada laki-laki berupa radang kelenjar sekitar penis dan uretra, penjalaran as
endens menimbulkan prostatitis, vesikulitis, funikulitis, epididimitis, hingga i
nfertilitas. Pada perempuan bisa terjadi salpingitis, penyakit radang panggul
(PRP), infertilitas, dan kehamilan ektopik. Infeksi diseminata menimbulkan ar
tritis, endokarditis, miokarditis, meningitis, dan dermatitis. GO meningkatkan
penyebaran HIV. Kadar HIV-1 RNA meningkat signifikan di cairan semen laki
-laki seropositif dengan uretritis GO. GO juga meningkatkan risiko terkena H
IV sebesar lima kali lipat (Mikhael San Putra W, 2019).
KANDILOMATA
KANDILOMATA
Definisi
- Kondiloma akuminata (KA) atau lebih dikenal dengan penyakit kutil kelamin atau
jengger ayam merupakan penyakit infeksi area genital yang disebabkan oleh hum
an papiloma virus (HPV) (Diana Tri Ratnasari,2018).
- Kondiloma akuminata (KA), orang awam menyebutnya dengan penyakit kutil
kelamin atau pun penyakit jengger ayam karena bentuknya menyerupai jengger a
yam. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit infeksi menular seksual dimana t
erdapat vegerasi human papilomavirus tipe tertentu yang menyebabkan kelainnan
berupa fibroepiloma pada mukosa (Nazarwin Saputra,2020).
- Dari definisi di atas dapat di simpulkan bahwa kondiloma adalah penyakit kelami
n yang terdapat benjolan kecil yang disebabkan oleh kuman papillomavirus (HVP)
yang dapat menular melalui hubungan seksual.
KANDILOMATA
Etiologi
Kandilomata disebabkan oleh kuman papillomavirus (HVP), Penularan infe
ksi HPV terutama melalui hubungan seksual. Bila seseorang melakukan h
ubungan seksual dengan pasangan yang telah terinfeksi HPV, maka kemu
ngkinan akan tertular virus dan timbul Kondilomata adalah sebesar 75% .
Kontak langsung dengan tangan atau tidak langsung melalui benda-ben
da yang terkontaminasi dengan HPV (fomites) dapat terjadi penularan, m
eskipun jarang terjadi. Penularan dari ibu ke anak melalui kanalis vagina s
aat melahirkan dapat menimbulkan lesi disaluran nafas bayi (Diana Tri Rat
nasari,2018).
KANDILOMATA
Manifestasi Klinis
- Masa inkubasi Kandilomata berkisar antara 2 minggu hingga 9 bulan. Secara umum kelainan fisik mulai
2-3 bulan setelah kontak. Umumnya tidak menimbulkan keluhan namun bentuknya dapat menyebabkan
stres psikologik. Selama masa infeksi aktif, HPV akan bereplikasi tanpa bergantung pada pembelahan sel
pejamu dan akan memicu pejamu berproliferasi membentuk banyak lesi berupa kutil datar hingga papilar
.
- Lesi dapat bertangkai atau melekat di dasar (sessile) dan kadang-kadang berpigmen. Terdapat 3 bentu
k klinis KA, yaitu akuminata, keratotik, dan papul. Bentuk akuminata, lunak karena tidak berkeratin, berbe
ntuk seperti kembang kol, terutama didaerah mukosa yang hangat, lembab dan tidak berambut sebagai
mana. Bentuk keratotik, menyerupai kutil biasa, di daerah kering, kulit anogenital.
- Bentuk papul, didaerah dengan keratinisasi sempurna yaitu dibatang penis, bagian lateral vulva, perineu
m, perianus, permukaan halus, licin dan tersebar diskrit. Infeksi subklinis dapat terlihat seperti bercak puti
h (positif acetowhite) setelah dilakukan tes asam asetat 5%.
Sebagian besar infeksi HPV bersifat sementara atau transient dan tidak terdeteksi lagi dalam waktu 2 ta
hun. Meskipun demikian, sekitar 30% KA akan mengalami regresi dalam 4 bulan pertama infeksi . Periode
laten bisa berlangsung beberapa bulan hinga tahun (Diana Tri Ratnasari,2018).
KANDILOMATA
Patofisiologis
- Infeksi HPV genital pada umumnya mengenai mukosa yang lembab dan berdekatan denga
n epitel skuamosa serviks dan anus. Abrasi mikroskopi pada saat berhubungan seksual mem
udahkan pasangan yang terinfeksi HPV untuk menularkannya kepada pasangan yang belum
terinfeksi. Trauma berulang dapat meningkatkan infektivitas dan replikasi virus.
- Virus akan memasuki sel epitel basal pejamu, melepaskan kapsul protein dan berada bersa
ma sel pejamu sebagai circular episome. Selanjutnya virus akan berada dalam masa inkubasi
laten selama 1-8 bulan, dan selama itu tidak nampak manifestasi klinis. Fase pertumbuhan a
ktif akan dimulai bila terjadi lesi pertama. Sampai sekarang belum diketahui pemicu perubah
an bentuk laten menjadi infeksius, namun dipengaruhi oleh faktor pejamu, virus, dan lingkun
gan (10). Sistem imun seluler yang kompeten dibutuhkan untuk pembersihan HPV, namun m
asih menjadi tantangan untuk menghilangkan virus dari pejamu yang imunokompeten. HPV
terlindung dari respon imun pejamu karena virus berlokasi didalam sel (Diana Tri Ratnasari,2
018).
KANDILOMATA
Pemeriksaan Penunjang
1. Tes asam asetat
Tes dilakukan dengan aplikasi larutan asam asetat 5% pada lesi yang dicurigai. Dalam waktu 3-5 menit, lesi akan berubah menjadi put
ih (acetowhite).
2. Kolposkopi
Pemeriksaan dengan alat pembesaran optik (kolposkop) untuk melihat serviks dan traktus genitalis wanita agar tampak lebih jelas. Ter
kadang dilakukan bersamaan dengan tes asam asetat.
3. Pemeriksaan histopatologi.
Pemeriksaan ini tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin KA. Indikasinya adalah untuk bentuk lesi yang tidak khas, lesi tidak respon
sif terhadap terapi, dan curiga ganas (ditandai dengan pigmentasi, pertumbuhan cepat, fiksasi pada dasar lesi, perdarahan dan ulserasi
spontan. Secara mikroskopis, lesi KA ditandai dengan gambaran koilosit (keratinosit berukuran besar dengan area halo dan vakuolisasi
perinuklear). Pada epidermis terdapat akantosis, parakeratosis, dan rete redges yang memanjang.
4. Pemeriksaan dermoskopi
Alat ini dapat melihat lesi awal datar dan membantu membedakan dengan lesi liken planus, keratosis seboroik dan bowenoid. Pada le
si KA menunjukkan gambaran pola vaskular dan gambaran yang khas, berupa pola mosaik pada lesi awal yang masih datar dan ola m
enyerupai tombol (knoblike), serat menyerupai jari pada lesi papilomatosa.
5. Identifikasi genom HPV.
Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk diagnosis infeksi HPV anogenital secara rutin. Seseorang dapat terinfeksi lebih dari 1 subtipe H
PV. Pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) mampu mendeteksi DNA HPV dengan sensitivitas dan spesifisitas tinggi.
(Diana Tri Ratnasari,2018)
KANDILOMATA
Pengobatan
- Tinktura podofilin 10-25%
Podofilin resin bekerja sebagai anti mitotik yang menginduksi nekrosis jaringan. Pada satu sesi terapi hanya diperbolehkan meliputi ar
ea seluas 10cm atau jumlah podofilin kurang dari 0,5ml. Tidak boleh diberikan pada ibu hamil.
- Larutan trichloroacetic acid (TCA) 80-95%
Bahan ini bersifat korosif dan dengan cepat menjadi inaktif setelah kontak dengan kulit/lesi. Aman digunakan untuk ibu hamil dan me
nggunakan konsentrasi 50% ternyata juga memberikan hasil yang memuaskan.Komplikasi yang mungkin terjadi adala erosi dan ulkus
dangkal.
- Imiquimod 5%.
Imidazoquilinamine tidak memiliki anti virus in vitro namun dapat memodifikasi respon imun pejamu melalui peningkatan produksi si
tokin interferon-α, tumor necrosis factor (TNF), dan interleukin sehingga sel natural killer (NK cell), sel PMN, makrofag, dan sel T yang
bersifat anti tumor mampu mengeradikasi virus. Obat ini tidak dapat digunakan pada membran mukosa dalam (uretra, vagina dan ser
viks) dan tidak boleh untuk ibu hamil. Sayangnya obat ini belum tersedia di Indonesia.
- Bedah eksisi.
Terutama untuk KA besar dan menimbulkan obstruksi. Lesi dapat diambil secara keseluruhan dalam 1 sesi terapi. Efek samping berupa
nyeri, perdarahan, sampai timbul jaringan parut.
- Bedah listrik.
Dapat digunakan untuk lesi internal maupun eksternal. Keuntungan dan komplikasi sama dengan bedah eksisi.
- Bedah beku.
Menggunakan N2 cair, CO2padat, cryoprobe untuk membekukan kandungan air jaringan sehingga terjadi lisis sel.
(Diana Tri Ratnasari,2018).
KANDILOMATA
Komplikasi

1) HIV/AIDS
2) kanker serviks
3) gangguan sistem perkemihan
4) lesi pada alat kelamin
5) infeksi/iritasi pada daerah genetalia
(Nazarwin Saputra,2020)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SIFILIS
Pengkajian
Contoh kasus
- Tuan S. berumur 37 tahun mengatakan nyeri pada daerah genitalia dari semenjak 2 bulan terakhir. Rasa
nyeri  bertambah parah setelah  beraktivitas dan pada saat malam hari. Tuan S juga mengeluhkan gejala-
gejala flu, seperti demam dan pegal-pegal, serta kemerahan pada kaki dan tangan. 
- Tuan S. bekerja sebagai wiraswastawan dan sering bepergian ke luar kota dalam jangka waktu yang lam
a, berpisah dengan anak dan istrinya. Tn. S kadang-kadang memenuhi kebutuhan seksnya dengan pekerj
a seks komersial dan tidak suka menggunakan kondom karena tidak nyaman. Tn. S juga masih tetap mel
akukan hubungan seksual dengan istrinya apabila pulang. 
- Tn. S merasa cemas kalau dirinya mungkin  mengidap penyakit sifilis dan sebelumnya juga pernah men
derita infeksi pada genitalia.  Tn. S mengakui tidak teratur minum obat karena lupa.  Tn. S juga khawatir
menularkan penyakitnya kepada istrinya, serta merasa sangat bersalah.
- Pemeriksaan tanda vital : TD = 120/90 mmHg, N = 88x/menit, RR = 22x/menit, suhu = 38o C. Pada pe
meriksaan genitalia, pada daerah genitalia keadaannya tidak bersih terdapat luka kemerahan dan terdapa
t bintik bintik di daerah inguinal dan ditemukan adanya ulkus kemerahan pada  penis.
 
Identitas:

Nama: Tn.S
Umur: 37 tahun
Pekerjaan: Wiraswasta
DX Medis: Sifilis

RIWAYAT PENYAKIT:
- Keluhan Utama: Nyeri pada daerah genetalia
-Riwayat Kesehatan Sekarang: Nyri pada genetalia, flu, seperti demam dan pegal-pegal,
serta kemerahan pada kaki dan tangan. 
-Riwayat Kesehatan Dahulu: menderita infeksi pada genitalia

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA:


- Dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit sifilis

 
Pola fungsional

1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Keluarga


Pasien cemas mengenai penyakit yang di derita, pasien mengatakan keadaannya ingin segera memb
aik dan tidak bertambah parah.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
Sebelum di bawa ke rumah sakit pasien tidak nafsu makan karena merasakan nyeri, demam, danflu.
3. Pola Ktivitas dan Latihan
Pasien adalah seorang laki-laki beristri yang kerja di luar kota sehingga pisah dengan anak istri, aktivi
tasnya terganggu pada malam hari karena rasa tidak nyaman adaya nyeri.
4. Pola Eliminasi
Pasien mengalam gangguan fungsi perkemihan, karena adanya infeksi pada daerah genetalia.
5. Pola Istirahat dan Tidur
Pasie mengalami gangguan tidur tiap malah karena merasakan nyeri yang hebat pada gentalia.
6. Pola Sensori Kognitif
Pada sat sakit pasien mengalami penurunan dalam aktivitas seksual.
7. Pola Konsep Diri
Pasien terlihat kooperatif selama perawatan atau petugas kesehatan melakukan pengkajian, dan m ere
spon pertanyaan-pertanyaan perawat. Terkadang pasien juga bertanya tentang penyakit yang diderita.
8. Pola Hubungan dengan Orang Lain
Hubungan pasien dengan orang lain baik, tidak ada masalah.
9. Pola Reproduksi Seksual
Klien adalah pria yang sudah beristri, selama klien kerja di luar kota memenuhi hubungan seksualnya d
engan komersial PSK sehingga begonta ganti pasangan, dan klien juga berhubungan seksual dengan istri
jika pulang kerja di luar kota, sehingga berisiko menular kepada istri.
10. Pola Mekanisme Koping
Klien takut kepada istrinya karena bergonta gani paangan seksual tidak setia, dan cemas akan menula
rkan penyakitnya kepada istrinya.
11. Pola Nilai Kepercayaan dan Keyakinan
Klien kurang dalam ibadahnya, klien hanya meluapkan hawa nafsu dengan membeli orang-orang PSK
untuk memenuhi kebutuhan seksualnya anpa takut dosa.
Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan tanda vital : TD = 120/90 mmHg, N = 88x/menit, RR = 22x/menit,


suhu = 38o C. Pada pemeriksaan genitalia, pada daerah genitalia keadaannya tidak b
ersih terdapat luka kemerahan dan terdapat bintik bintik di daerah inguinal
dan ditemukan adanya ulkus kemerahan pada  penis.
Analisa data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. Ds: Adanya bakteri Treponema Perubahan kenyamanan


P: adanya luka kemerahan dan terdapat Pallidum pada daerah nyeri
bintik bintik di daerah inguinal dan
genetalia disebebkan klien
ditemukan adanya ulkus kemerahan
pada  penis. bergonta ganti pasangan
Q: nyeri Seperti terkenan/tertimpa benda dalam hubungan seksual
berat. sehingga bakteri tersebut
R: nyeri di area genetalia penis. menular dalam cairan
S: 7-10 nyeri parah, wajah meringis. genetalia.
T: nyeri diraskan pada 2 bulan terahkir,
dan terasa nyeri hebat pada malam hari.
Klien Mengatakan: klien mengelu nyeri
pada daerah genitalia.
DO : Nampak meringis kesakitan,
bersikap protektif, posisi menghidar,
gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit
tidur
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
2. DS: Adanya peradangan dan Gangguan peningkatan suhu
Klien mengatakan: badan terasa infeksi pada daerah tubuh
demam
genetalia penis.
DS :
Suhu tubuh diatas nilai normal
(38 drajat celcius), = 120/90
mmHg, N = 88x/menit, RR =
22x/menit,
3. DS : Adanya bakteri Treponema Menurunnya kebutuhan
Klien Mengatakan : Terasa Pallidum karena gonta seksual
panas, perih/nyeri karena
ganti pasangan seksual,
adanya luka
dan Keadaan genetalia
kemerahan/infeksi pada
genetalia tidak
DO: bersih
Adanya kerusakan jaringan
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

4. DS: Perubahan struktus genetalia, Gangguan tidak percaya


Klien Mengatakan: Kehilangan fungsi perubahan fungsi kognitif, diri/harga diri rendah, menarik
seksual, gelisah akan menular ke
perubahan fungsi tubuh, dan diri
istrinya, dan perubahan gaya hidup
DO: gangguan spikososial.
Kehilangan fungsi seksualnya/sebagian
tubuhnya, menghindari melihat/
menyentu bagian tubuh, fokus
berlebihan pada perubahan tubuh,
respon nonverbal pada perubahan
tubuh, dan
hubungan soaila berubah

5. DS : Peningkatan kebutuhan Kurangnya kebutuhan nutrisi


Klien Mengatakan : Tidak nafsu metabolisme, faktor psikologis
makan
DO :
BB turun, badan lemas, wajah
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

6. DS: Tidak adanya eduksi tentang Resiko terkena penyakit IMS


Klien Mengatakan: kurang bahaya seks bebas
pengetahuan tentang bahaya seks
bebas
DO:
Menunjukkan perilaku tidak
sesuai anjurkan
Menunjukkan persepsi yang
keliru terhadap masalah
Meunjukkan perilaku berlebihan
Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b/d agen cedera biologis b/d laporan nyeri secara verbal, sikap melindungi ar
ea nyeri, wajah tampak meringis, klien tampak gelisah. (D.0078.Halaman 172)
2) Hipertermi b/d proses infeksi d/d adanya peningkatan suhu tubuh (lebih dari 38 drajat c
elcius) kulit teraba hangat. (D.0130.Halaman 284)
3) Kerusaka integritas kulit b/d peradangan pada lapisan kulit d/d adanya tanda elfloresens
i. (D.0129.Halaman 282)
4) Gangguan citra tubuh b/d penyakit d/d respon non verbal terhadap perubahan actual pa
da tubuh ( bentuk/ struktur dan fungsi perasaan negative terhadap tubuh). (D.0083.Hala
man 186)
5) Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan b/d respon nyeri. (D.0032.Halaman 81)
6) Kurang pengetahuan b/d ketidakmampuan mengenal pemyakit d/d pengungkapan secar
a verbal ketidaktahuan penyakit permintaan informasi. (D.0111.Halaman 246)
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Nyeri akut b/d agen Tujuan: Setela dilakukan 1) Jelaskan penyebab, 1) TTV dapat menunjukkan
tingkat perkembangan
cedera biologis b/d tidakan keperawatan nyeri periode, dan pemicu pasien
laporan nyeri secara berkurang atau terkontrol. nyeri 2) Mengindikasikan kebutuhan
verbal, sikap melindungi area Kriteria Hasil: 2) Jelaskan strategi untuk intervensi dan tanda-
tanda perkembangan atau
nyeri, wajah Skala nyeri 4-5 (sedang- meredakan nyeri resolusi komplikasi
tampak meringis, klien menurun_ 3) Anjurkan memonitor 3) Pernyataan memungkinkan
tampak gelisah. Pasien nampak ceria nyeri secara mandiri pengungkapan emosi dan
meningkatkan mekanisme
(D.0078.Halaman 172) Klien dapat beradaptasi 4) Anjurkan koping
dengan keadaan sekarang menggunakan 4) Memfokuskan kembali
 Mengungkapkan analgetik secara perhatian, meningkatkan
relaksasi dan meningkatkan
peningkatan kenyamanan tepat rasa control yang dapat
pada area genetalia 5) Ajarkan teknik menurunkan
Berkurangnya kemerahan/ nonfarmakologis ketergantungan
farmakologis
ifeksi/iritasi karena organ untuk megurangi 5) Pendekatan dengan
genetalia sudah di bersihkan rasa nyeri menggunakan relaksasi dan
6) Kolaboraso: nonfarmakologi lainnya
telah menunjukkan
7) Kolaborasi keefektifan dalam
pemberian analgetik, mengurangi nyeri
jika perlu 6) Analgetik memblok lintasan
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

2. Hipertermi b/d proses infeksi Tujuan: Setelah dilakukan 1) Sediakan lingkungan 1) Suhu diatas 37,2
d/d adanya peningkatan suhu tindakan keperawatan suhu yang dingin drajat celcius
2) Anjurkan pasien untuk
tubuh (lebih dari 38 drajat tubuh nirmal 36-37 oC menunjukkan proses
longgarkan atau lepas
celcius) kulit teraba hangat. Kriteria Hasil: infeksius
pakaian yang ketat
(D.0130.Halaman 284) Suhu tubuh normal (36,5- 3) Basahi dan kipasi 2) Membantu
37,2 drajat celcius) permukaan tubuh mengurangi demam
Akral teraba hangat, tidak 4) Berikan cairan oral 3) Untuk mengganti
kemerahan 5) Ganti linen setiap hari cairan tubuh yang
Turgor kulit elastic atau lebih sering jika hilang
Mukosa bibir lembab mengalami hiperhidrosis
4) Memberikan rasa
(keringat berlebih)
6) Laukan pendinginan
nyaman dan pakaian
eksternal tipis mudah menyerap
7) Hindari pemberian keringat dan tidak
antipiretik atau aspirin merangsang
8) Berikan oksigen, jika peningkatan suhu
perlu tubuh
9) Anjurkan tirah baring
5) Pemberian cairan
10) Kolaborasi:
11) Kolaborasi pemberian
sangat penting bagi
cairan dan elektrolit pasien dengan suhu
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil

3. Kerusaka integritas kulit b/d Tujuan : setelah dilakuakan 1) Identifikasi penyebab 1) Menjadi data dasar
peradangan pada lapisan kulit tindakan keperawatan di gangguan integrasi untuk memberikan
informasi intervensi
d/d adanya tanda elfloresensi. harapkan kerusakan kulit
perawatan luka apa
(D.0129.Halaman 282) integritas kulit 2) Bersihkan perineal
yamg akan dipakai dan
danperadangan pada lapisan dengan air hangat, jenis larutan apa yang
kulit berkurang teritama selama dipakai
Kriteria Hasil: periode diare 2) Memberikan informasi
1) Pertumbuhan jaringan 3) Anjurkan minum air dasar tentang
meningkat yang cukup kebutuhan dan petunjuk
tentang sirkulasi
2) Keadaan luka membaik 4) Anjurkan
3) Perawatan luka dengan
3) Luka menutup meningkatkan asupan tehnik steril dapat
4) Mencapai penyembuhan nutrisi mengurangi kontaminasi
luka tepat waktu 5) Anjurkan menghindari kuman masuk kearea
terpapar duhu luka
ekstrem 4) Mencegah meserasi dan
6) Anjurkan untuk selalu menjaga perianal tetap
kering, menjaga
menjaga kebersihan
kebersihan kulit serta
gentalia
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

4. Gangguan citra tubuh b/d Tujuan: Agar klien dapat 1) Identifikasi perubahan 1) Agar klien memiliki
citra tubuh yang
penyakit d/d respon non kembali percaya diri, dan harapan kembali untuk
mengakibatkan isolasi
verbal terhadap perubahan tidak menarik diri akan sosial
hidupnya
actual pada tubuh ( bentuk/ keadaan tubuhnya sekarang 2) Monitro frekuensi 2) agar klien dapat
struktur dan fungsi perasaan Kriteria Hasil: pernyataan kritik beradaptasi dengan
negative terhadap tubuh). 1) Klien kembali percaya diri terhadap diri sendiri keadaan yang di derita
3) Diskusikan perubahan
(D.0083.Halaman 186) 2) Klien dapat bersosialisasi sekarang
tubuh dan fungsinya
kembali dengan orang 4) Diskusikan perbedaan 3) agar klien dapat
sekitar penampilan fisik terhadap kembali melakukan
fisik terhadap harga diri aktifitas normal dengan
5) Diskusikan kondisi stres fungsi tubuh yang
yang mempengaruhi
dimiliki
harapan citra tubuh
6) Diskusikan persepsi 4) agar klien dapat
pasien dan keluarga percaya diri kembali
tentang perubahan citra dan dapat
tubuh bersosialisasi
7) Jelaskan kepada keluarga
tentang perawatan
perubahan citra tubuh
8) Anjurkan
mengungkapkan
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

5. Risiko nutrisi kurang dari Tujuan : Diharapkan setelah 1) Periksan status gizi, status 1) Agar klien dapat
alergi, program diet,
kebutuhan b/d respon nyeri. dilakukan tindakan kebutuhan, dan kemampuan
terpenuhi nutrisi
(D.0032.Halaman 81) keprawatan nutrisi klien pemenuhan kebutuhan gizi tubuhnya
terpenuhi 2) Jelaskan pada pasien dan 2) BB klien naik
keluarga alergi makanan,
Kriteria Hasil : makanan yang harus dihindari,
3) Klien makan secara
1) Kebutuhan nutrisi kebuthan jumlah kalori, jenis rutin 3 kali sehati
terpenuhi makanan yang dibutuhkan dengan porsi sedang
pasien
2) BB naik 3) Jelaskan hal-hal yang dilakukan
sebelum memberikan makanan
4) Demostrasikan cara
membersihkan mulut
5) Demostrasikan cara mengatur
posisi saat makan
6) Ajarkan pasien/keluarga
memonitor asupan kalori dan
makanan
7) Ajarkan pasien/keluarga
memantau kondisi kekurangan
nutrisi
8) Anjurkan mendemostrasikan
cara memberi makanan,
menghitung kalori,menyiapkan
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

6. Kurang pengetahuan b/d Tujuan : Setelah 1) Anjurkan berinteraksi 1) Memberikan data besar
ketidakmampuan mengenal dilakukanasuhan dengan orang lain untuk mengetahui tingkat
pemahaman psien tentang
pemyakit d/d pengungkapan keperawatan diharapkan secara bertahap
penyakit.
secara verbal ketidaktahuan terpenuhinya pengetahuan 2) Anjurkan ikut serta
2) Peningkatan koping positif
penyakit permintaan pasien tentang kodisi dalam kegiatan sosial akibat adanya gangguan
informasi. (D.0111.Halaman penyakit. dan kemasyarakatan citra tubuh, klien mau
246) Kriteria Hasil : 3) Anjurkan berbagi menerima kondisinya dan
1) Mengungkapkan pengalaman dengan mau bersosialisasikan
pengertian tentang orang lain 3) Memandirikan klien dan
keluarga untuk hygine
proses penyakit (I.13498.Halaman 385)
yang terjaga daapt
pencegahan, perawatan meminimalkan resiko
tindakan yang infeksi dapat
dibutuhkan dengan mempercepat proses
kemungkinan komplikasi penyembuhan
2) Mengenal perubahan 4) Informasi dibutuhkan
gaya hidup/tingkah laku untuk meningkatkan
perawatan diri, untuk
untuk mencegah
menambah kejelasan
terjadinya komplikasi efektivitas pengobatan dan
Implementasi Keperawatan
No Tanggal dan Waktu Tindakan

1. 12 februari 2014 1) Memantau suhu pasien


09:00 WIB 2) Memberikan kompres dingin
3) Memberikan minum 1500-2000 cc
4) Memberikan cairan intravena
5) Memberikan obat antipiretik.
6) Paracetamol 500 mg
2. 12 februari 2014 1) Mengkaji TTV
10:00 WIB 2) Mengajarkan tehnik relaksasi dengan mengajarkan
tehnik nafas dalam
3) Member obat analgesic asam mefenamat 500mg
3. 12 februari 2014 1) Mengkaji kerusakan kulit
11:00 WIB 2) Melakukan tindakan perawatan luka
3) Memberikan obat antibiotikoptikal amoxcilin
200mg
4. 12 februari 2014 Memberikan Penkes tentang penyakit yang dialami
12:00 WIB pasien
Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi

1. DX1 : Nyeri akut b/d agen cedera biologis b/d laporan S : klien mengatakan nyeri berkurang
nyeri secara verbal, sikap melindungi area nyeri, wajah O : wajah tidak nampak meringis/gelisah
tampak meringis, klien tampak gelisah. (D.0078.Halaman A : Masalah teratasi
172) P : Intervensi dihentikan
2. DX2 : Hipertermi b/d proses infeksi d/d adanya S : Klien mengatakan badanya sudah tidak demam
peningkatan suhu tubuh (lebih dari 38 drajat celcius) O : Suhu tubuh normal 36-37 oC
kulit teraba hangat. (D.0130.Halaman 284) A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
3. DX3 : Kerusaka integritas kulit b/d peradangan pada S : klien menyatakan bahwa lesi dan peradangan pada
lapisan kulit d/d adanya tanda elfloresensi. genetalia membaik
(D.0129.Halaman 282) O : warna kemerahan pada genetalia berkurang, dan
jaringan tumbuh membaik
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan
4. DX4 : Gangguan citra tubuh b/d penyakit d/d respon S : klien mengatakan sudah tidak minder lagi dengan
non verbal terhadap perubahan actual pada tubuh keadaan yang dialami sekarang
( bentuk/ struktur dan fungsi perasaan negative terhadap O : Luka infeksi pada genetalia penis membaik
tubuh). (D.0083.Halaman 186) A : Masalah Teratasi
No Diagnosa Evaluasi

5. DX5 : Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan b/d respon S : klien mengatakan sudah makan secara rutin 3 kali
nyeri. (D.0032.Halaman 81) sehari dengan porsi sedang
O : BB klien naik
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
6. DX6 : Kurang pengetahuan b/d ketidakmampuan S : klien mengatakan sudah mengetahui akan bahaya
mengenal pemyakit d/d pengungkapan secara verbal seks bebas
ketidaktahuan penyakit permintaan informasi. O : klien sudah tidak melakukan seks bebas dengan
(D.0111.Halaman 246) memenuhi kebutuhan seks dengan komersial PSK jika
ke luar kota kerja
A :Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Terimah Kasih
Wassalamualaikum wr.wb

Anda mungkin juga menyukai