ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DEWASA
DENGAN DIAGNOSA: SIFILIS,
GONOROE, KONDILOMATA
Assalamualaikum WR.WB.
- Center for disease control and prevention (CDC) pemeriksaan LCS pada pasien yang terinfe
ksi HIV dengan sifilis laten lanjut, sifilis yang tidak diketahui durasnya, sifilis yang disertai tan
da dan gejalah neurologis serta pasien sifilis yang mengalami kegagalan terapi.
- Pemeriksaan mikroskop gelap merupakan metode paling spesifik dan sensitif untuk memas
tikan diagnosis sifilis primer adalah menemukan treponema dengan gambaran karakteristik y
ang terlihat pada pemeriksaan mikroskop lapangan gelap dari cairan yang diambil pada per
mukaan chancre (Dia Febrina,dkk, 2017&Devi Putri, 2014).
SIFILIS
Pengobatan
- Pengobatan benzatin benzil penisilin dengan dosis dan cara adekuat, harus dievaluasi kembali secara klinis dan serologis
sesudah tiga bulan pengobatan dengan menggunakan uji VDRL. Evaluasi kedua dilakukan sesudah enam bulan, dan bila ad
a indikasi berdasarkan hasil pemriksaan pada bulan ke enam, dapat evaluasi kembali sesudah bulan ke 12 untuk pasien dila
kukan penilaian kembali kondisi pasien dan mendeteksi kemungkinan adanya rinfeksi.
- Pasien dengan sifilis kardiovaskuler dan nauroooosifilis dipantau selama beberapa tahun, tindak lanjut yang dilaksanakan
meliputi hasil penilaian klinis penyakit, serologis, cairan serebrospinal, dan radiologis. Pengobatan ulang pasien pada semua
stadium penyakit perlu dipertimbangkan jika tanda-tanda atau gejala klinis sifilis aktif tetap ada atau kambuh kembali, terd
apat peningkatan titer nontreponema atau VDRL tes kembali empat kali pengenceran dan filter tes VDRL awal yang tinggi
(VDRL 1 :8 atau lebih) dan menetap dalam setahun. Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan sebelum pengobatan ulang
dilakukan, kecuali pada kasus reinfeksi dan diagnosis sifilis stadium awal dapat dipastikan.
- Pengobatan ualng sifilis dilakukan sesuai dengan rejimen yang telah sesuai untuk sifilis yang telah ditetapkan sifilis yang t
elah berlangsung lebih dari dua tahun. Ummnya hanya satu pengobatan ulang diperlukan karena pengobatan yang diberik
an secara adekuat akan menunjukan kemajuan bila dipantau dengan tes nontreponema yang tetap menunjukan titer renda
h ( Devi Putri, 2014).
SIFILIS
Komplikasi
Pada laki-laki berupa radang kelenjar sekitar penis dan uretra, penjalaran as
endens menimbulkan prostatitis, vesikulitis, funikulitis, epididimitis, hingga i
nfertilitas. Pada perempuan bisa terjadi salpingitis, penyakit radang panggul
(PRP), infertilitas, dan kehamilan ektopik. Infeksi diseminata menimbulkan ar
tritis, endokarditis, miokarditis, meningitis, dan dermatitis. GO meningkatkan
penyebaran HIV. Kadar HIV-1 RNA meningkat signifikan di cairan semen laki
-laki seropositif dengan uretritis GO. GO juga meningkatkan risiko terkena H
IV sebesar lima kali lipat (Mikhael San Putra W, 2019).
KANDILOMATA
KANDILOMATA
Definisi
- Kondiloma akuminata (KA) atau lebih dikenal dengan penyakit kutil kelamin atau
jengger ayam merupakan penyakit infeksi area genital yang disebabkan oleh hum
an papiloma virus (HPV) (Diana Tri Ratnasari,2018).
- Kondiloma akuminata (KA), orang awam menyebutnya dengan penyakit kutil
kelamin atau pun penyakit jengger ayam karena bentuknya menyerupai jengger a
yam. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit infeksi menular seksual dimana t
erdapat vegerasi human papilomavirus tipe tertentu yang menyebabkan kelainnan
berupa fibroepiloma pada mukosa (Nazarwin Saputra,2020).
- Dari definisi di atas dapat di simpulkan bahwa kondiloma adalah penyakit kelami
n yang terdapat benjolan kecil yang disebabkan oleh kuman papillomavirus (HVP)
yang dapat menular melalui hubungan seksual.
KANDILOMATA
Etiologi
Kandilomata disebabkan oleh kuman papillomavirus (HVP), Penularan infe
ksi HPV terutama melalui hubungan seksual. Bila seseorang melakukan h
ubungan seksual dengan pasangan yang telah terinfeksi HPV, maka kemu
ngkinan akan tertular virus dan timbul Kondilomata adalah sebesar 75% .
Kontak langsung dengan tangan atau tidak langsung melalui benda-ben
da yang terkontaminasi dengan HPV (fomites) dapat terjadi penularan, m
eskipun jarang terjadi. Penularan dari ibu ke anak melalui kanalis vagina s
aat melahirkan dapat menimbulkan lesi disaluran nafas bayi (Diana Tri Rat
nasari,2018).
KANDILOMATA
Manifestasi Klinis
- Masa inkubasi Kandilomata berkisar antara 2 minggu hingga 9 bulan. Secara umum kelainan fisik mulai
2-3 bulan setelah kontak. Umumnya tidak menimbulkan keluhan namun bentuknya dapat menyebabkan
stres psikologik. Selama masa infeksi aktif, HPV akan bereplikasi tanpa bergantung pada pembelahan sel
pejamu dan akan memicu pejamu berproliferasi membentuk banyak lesi berupa kutil datar hingga papilar
.
- Lesi dapat bertangkai atau melekat di dasar (sessile) dan kadang-kadang berpigmen. Terdapat 3 bentu
k klinis KA, yaitu akuminata, keratotik, dan papul. Bentuk akuminata, lunak karena tidak berkeratin, berbe
ntuk seperti kembang kol, terutama didaerah mukosa yang hangat, lembab dan tidak berambut sebagai
mana. Bentuk keratotik, menyerupai kutil biasa, di daerah kering, kulit anogenital.
- Bentuk papul, didaerah dengan keratinisasi sempurna yaitu dibatang penis, bagian lateral vulva, perineu
m, perianus, permukaan halus, licin dan tersebar diskrit. Infeksi subklinis dapat terlihat seperti bercak puti
h (positif acetowhite) setelah dilakukan tes asam asetat 5%.
Sebagian besar infeksi HPV bersifat sementara atau transient dan tidak terdeteksi lagi dalam waktu 2 ta
hun. Meskipun demikian, sekitar 30% KA akan mengalami regresi dalam 4 bulan pertama infeksi . Periode
laten bisa berlangsung beberapa bulan hinga tahun (Diana Tri Ratnasari,2018).
KANDILOMATA
Patofisiologis
- Infeksi HPV genital pada umumnya mengenai mukosa yang lembab dan berdekatan denga
n epitel skuamosa serviks dan anus. Abrasi mikroskopi pada saat berhubungan seksual mem
udahkan pasangan yang terinfeksi HPV untuk menularkannya kepada pasangan yang belum
terinfeksi. Trauma berulang dapat meningkatkan infektivitas dan replikasi virus.
- Virus akan memasuki sel epitel basal pejamu, melepaskan kapsul protein dan berada bersa
ma sel pejamu sebagai circular episome. Selanjutnya virus akan berada dalam masa inkubasi
laten selama 1-8 bulan, dan selama itu tidak nampak manifestasi klinis. Fase pertumbuhan a
ktif akan dimulai bila terjadi lesi pertama. Sampai sekarang belum diketahui pemicu perubah
an bentuk laten menjadi infeksius, namun dipengaruhi oleh faktor pejamu, virus, dan lingkun
gan (10). Sistem imun seluler yang kompeten dibutuhkan untuk pembersihan HPV, namun m
asih menjadi tantangan untuk menghilangkan virus dari pejamu yang imunokompeten. HPV
terlindung dari respon imun pejamu karena virus berlokasi didalam sel (Diana Tri Ratnasari,2
018).
KANDILOMATA
Pemeriksaan Penunjang
1. Tes asam asetat
Tes dilakukan dengan aplikasi larutan asam asetat 5% pada lesi yang dicurigai. Dalam waktu 3-5 menit, lesi akan berubah menjadi put
ih (acetowhite).
2. Kolposkopi
Pemeriksaan dengan alat pembesaran optik (kolposkop) untuk melihat serviks dan traktus genitalis wanita agar tampak lebih jelas. Ter
kadang dilakukan bersamaan dengan tes asam asetat.
3. Pemeriksaan histopatologi.
Pemeriksaan ini tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin KA. Indikasinya adalah untuk bentuk lesi yang tidak khas, lesi tidak respon
sif terhadap terapi, dan curiga ganas (ditandai dengan pigmentasi, pertumbuhan cepat, fiksasi pada dasar lesi, perdarahan dan ulserasi
spontan. Secara mikroskopis, lesi KA ditandai dengan gambaran koilosit (keratinosit berukuran besar dengan area halo dan vakuolisasi
perinuklear). Pada epidermis terdapat akantosis, parakeratosis, dan rete redges yang memanjang.
4. Pemeriksaan dermoskopi
Alat ini dapat melihat lesi awal datar dan membantu membedakan dengan lesi liken planus, keratosis seboroik dan bowenoid. Pada le
si KA menunjukkan gambaran pola vaskular dan gambaran yang khas, berupa pola mosaik pada lesi awal yang masih datar dan ola m
enyerupai tombol (knoblike), serat menyerupai jari pada lesi papilomatosa.
5. Identifikasi genom HPV.
Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk diagnosis infeksi HPV anogenital secara rutin. Seseorang dapat terinfeksi lebih dari 1 subtipe H
PV. Pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) mampu mendeteksi DNA HPV dengan sensitivitas dan spesifisitas tinggi.
(Diana Tri Ratnasari,2018)
KANDILOMATA
Pengobatan
- Tinktura podofilin 10-25%
Podofilin resin bekerja sebagai anti mitotik yang menginduksi nekrosis jaringan. Pada satu sesi terapi hanya diperbolehkan meliputi ar
ea seluas 10cm atau jumlah podofilin kurang dari 0,5ml. Tidak boleh diberikan pada ibu hamil.
- Larutan trichloroacetic acid (TCA) 80-95%
Bahan ini bersifat korosif dan dengan cepat menjadi inaktif setelah kontak dengan kulit/lesi. Aman digunakan untuk ibu hamil dan me
nggunakan konsentrasi 50% ternyata juga memberikan hasil yang memuaskan.Komplikasi yang mungkin terjadi adala erosi dan ulkus
dangkal.
- Imiquimod 5%.
Imidazoquilinamine tidak memiliki anti virus in vitro namun dapat memodifikasi respon imun pejamu melalui peningkatan produksi si
tokin interferon-α, tumor necrosis factor (TNF), dan interleukin sehingga sel natural killer (NK cell), sel PMN, makrofag, dan sel T yang
bersifat anti tumor mampu mengeradikasi virus. Obat ini tidak dapat digunakan pada membran mukosa dalam (uretra, vagina dan ser
viks) dan tidak boleh untuk ibu hamil. Sayangnya obat ini belum tersedia di Indonesia.
- Bedah eksisi.
Terutama untuk KA besar dan menimbulkan obstruksi. Lesi dapat diambil secara keseluruhan dalam 1 sesi terapi. Efek samping berupa
nyeri, perdarahan, sampai timbul jaringan parut.
- Bedah listrik.
Dapat digunakan untuk lesi internal maupun eksternal. Keuntungan dan komplikasi sama dengan bedah eksisi.
- Bedah beku.
Menggunakan N2 cair, CO2padat, cryoprobe untuk membekukan kandungan air jaringan sehingga terjadi lisis sel.
(Diana Tri Ratnasari,2018).
KANDILOMATA
Komplikasi
1) HIV/AIDS
2) kanker serviks
3) gangguan sistem perkemihan
4) lesi pada alat kelamin
5) infeksi/iritasi pada daerah genetalia
(Nazarwin Saputra,2020)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SIFILIS
Pengkajian
Contoh kasus
- Tuan S. berumur 37 tahun mengatakan nyeri pada daerah genitalia dari semenjak 2 bulan terakhir. Rasa
nyeri bertambah parah setelah beraktivitas dan pada saat malam hari. Tuan S juga mengeluhkan gejala-
gejala flu, seperti demam dan pegal-pegal, serta kemerahan pada kaki dan tangan.
- Tuan S. bekerja sebagai wiraswastawan dan sering bepergian ke luar kota dalam jangka waktu yang lam
a, berpisah dengan anak dan istrinya. Tn. S kadang-kadang memenuhi kebutuhan seksnya dengan pekerj
a seks komersial dan tidak suka menggunakan kondom karena tidak nyaman. Tn. S juga masih tetap mel
akukan hubungan seksual dengan istrinya apabila pulang.
- Tn. S merasa cemas kalau dirinya mungkin mengidap penyakit sifilis dan sebelumnya juga pernah men
derita infeksi pada genitalia. Tn. S mengakui tidak teratur minum obat karena lupa. Tn. S juga khawatir
menularkan penyakitnya kepada istrinya, serta merasa sangat bersalah.
- Pemeriksaan tanda vital : TD = 120/90 mmHg, N = 88x/menit, RR = 22x/menit, suhu = 38o C. Pada pe
meriksaan genitalia, pada daerah genitalia keadaannya tidak bersih terdapat luka kemerahan dan terdapa
t bintik bintik di daerah inguinal dan ditemukan adanya ulkus kemerahan pada penis.
Identitas:
Nama: Tn.S
Umur: 37 tahun
Pekerjaan: Wiraswasta
DX Medis: Sifilis
RIWAYAT PENYAKIT:
- Keluhan Utama: Nyeri pada daerah genetalia
-Riwayat Kesehatan Sekarang: Nyri pada genetalia, flu, seperti demam dan pegal-pegal,
serta kemerahan pada kaki dan tangan.
-Riwayat Kesehatan Dahulu: menderita infeksi pada genitalia
Pola fungsional
1. Nyeri akut b/d agen Tujuan: Setela dilakukan 1) Jelaskan penyebab, 1) TTV dapat menunjukkan
tingkat perkembangan
cedera biologis b/d tidakan keperawatan nyeri periode, dan pemicu pasien
laporan nyeri secara berkurang atau terkontrol. nyeri 2) Mengindikasikan kebutuhan
verbal, sikap melindungi area Kriteria Hasil: 2) Jelaskan strategi untuk intervensi dan tanda-
tanda perkembangan atau
nyeri, wajah Skala nyeri 4-5 (sedang- meredakan nyeri resolusi komplikasi
tampak meringis, klien menurun_ 3) Anjurkan memonitor 3) Pernyataan memungkinkan
tampak gelisah. Pasien nampak ceria nyeri secara mandiri pengungkapan emosi dan
meningkatkan mekanisme
(D.0078.Halaman 172) Klien dapat beradaptasi 4) Anjurkan koping
dengan keadaan sekarang menggunakan 4) Memfokuskan kembali
Mengungkapkan analgetik secara perhatian, meningkatkan
relaksasi dan meningkatkan
peningkatan kenyamanan tepat rasa control yang dapat
pada area genetalia 5) Ajarkan teknik menurunkan
Berkurangnya kemerahan/ nonfarmakologis ketergantungan
farmakologis
ifeksi/iritasi karena organ untuk megurangi 5) Pendekatan dengan
genetalia sudah di bersihkan rasa nyeri menggunakan relaksasi dan
6) Kolaboraso: nonfarmakologi lainnya
telah menunjukkan
7) Kolaborasi keefektifan dalam
pemberian analgetik, mengurangi nyeri
jika perlu 6) Analgetik memblok lintasan
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
2. Hipertermi b/d proses infeksi Tujuan: Setelah dilakukan 1) Sediakan lingkungan 1) Suhu diatas 37,2
d/d adanya peningkatan suhu tindakan keperawatan suhu yang dingin drajat celcius
2) Anjurkan pasien untuk
tubuh (lebih dari 38 drajat tubuh nirmal 36-37 oC menunjukkan proses
longgarkan atau lepas
celcius) kulit teraba hangat. Kriteria Hasil: infeksius
pakaian yang ketat
(D.0130.Halaman 284) Suhu tubuh normal (36,5- 3) Basahi dan kipasi 2) Membantu
37,2 drajat celcius) permukaan tubuh mengurangi demam
Akral teraba hangat, tidak 4) Berikan cairan oral 3) Untuk mengganti
kemerahan 5) Ganti linen setiap hari cairan tubuh yang
Turgor kulit elastic atau lebih sering jika hilang
Mukosa bibir lembab mengalami hiperhidrosis
4) Memberikan rasa
(keringat berlebih)
6) Laukan pendinginan
nyaman dan pakaian
eksternal tipis mudah menyerap
7) Hindari pemberian keringat dan tidak
antipiretik atau aspirin merangsang
8) Berikan oksigen, jika peningkatan suhu
perlu tubuh
9) Anjurkan tirah baring
5) Pemberian cairan
10) Kolaborasi:
11) Kolaborasi pemberian
sangat penting bagi
cairan dan elektrolit pasien dengan suhu
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
3. Kerusaka integritas kulit b/d Tujuan : setelah dilakuakan 1) Identifikasi penyebab 1) Menjadi data dasar
peradangan pada lapisan kulit tindakan keperawatan di gangguan integrasi untuk memberikan
informasi intervensi
d/d adanya tanda elfloresensi. harapkan kerusakan kulit
perawatan luka apa
(D.0129.Halaman 282) integritas kulit 2) Bersihkan perineal
yamg akan dipakai dan
danperadangan pada lapisan dengan air hangat, jenis larutan apa yang
kulit berkurang teritama selama dipakai
Kriteria Hasil: periode diare 2) Memberikan informasi
1) Pertumbuhan jaringan 3) Anjurkan minum air dasar tentang
meningkat yang cukup kebutuhan dan petunjuk
tentang sirkulasi
2) Keadaan luka membaik 4) Anjurkan
3) Perawatan luka dengan
3) Luka menutup meningkatkan asupan tehnik steril dapat
4) Mencapai penyembuhan nutrisi mengurangi kontaminasi
luka tepat waktu 5) Anjurkan menghindari kuman masuk kearea
terpapar duhu luka
ekstrem 4) Mencegah meserasi dan
6) Anjurkan untuk selalu menjaga perianal tetap
kering, menjaga
menjaga kebersihan
kebersihan kulit serta
gentalia
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
4. Gangguan citra tubuh b/d Tujuan: Agar klien dapat 1) Identifikasi perubahan 1) Agar klien memiliki
citra tubuh yang
penyakit d/d respon non kembali percaya diri, dan harapan kembali untuk
mengakibatkan isolasi
verbal terhadap perubahan tidak menarik diri akan sosial
hidupnya
actual pada tubuh ( bentuk/ keadaan tubuhnya sekarang 2) Monitro frekuensi 2) agar klien dapat
struktur dan fungsi perasaan Kriteria Hasil: pernyataan kritik beradaptasi dengan
negative terhadap tubuh). 1) Klien kembali percaya diri terhadap diri sendiri keadaan yang di derita
3) Diskusikan perubahan
(D.0083.Halaman 186) 2) Klien dapat bersosialisasi sekarang
tubuh dan fungsinya
kembali dengan orang 4) Diskusikan perbedaan 3) agar klien dapat
sekitar penampilan fisik terhadap kembali melakukan
fisik terhadap harga diri aktifitas normal dengan
5) Diskusikan kondisi stres fungsi tubuh yang
yang mempengaruhi
dimiliki
harapan citra tubuh
6) Diskusikan persepsi 4) agar klien dapat
pasien dan keluarga percaya diri kembali
tentang perubahan citra dan dapat
tubuh bersosialisasi
7) Jelaskan kepada keluarga
tentang perawatan
perubahan citra tubuh
8) Anjurkan
mengungkapkan
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
5. Risiko nutrisi kurang dari Tujuan : Diharapkan setelah 1) Periksan status gizi, status 1) Agar klien dapat
alergi, program diet,
kebutuhan b/d respon nyeri. dilakukan tindakan kebutuhan, dan kemampuan
terpenuhi nutrisi
(D.0032.Halaman 81) keprawatan nutrisi klien pemenuhan kebutuhan gizi tubuhnya
terpenuhi 2) Jelaskan pada pasien dan 2) BB klien naik
keluarga alergi makanan,
Kriteria Hasil : makanan yang harus dihindari,
3) Klien makan secara
1) Kebutuhan nutrisi kebuthan jumlah kalori, jenis rutin 3 kali sehati
terpenuhi makanan yang dibutuhkan dengan porsi sedang
pasien
2) BB naik 3) Jelaskan hal-hal yang dilakukan
sebelum memberikan makanan
4) Demostrasikan cara
membersihkan mulut
5) Demostrasikan cara mengatur
posisi saat makan
6) Ajarkan pasien/keluarga
memonitor asupan kalori dan
makanan
7) Ajarkan pasien/keluarga
memantau kondisi kekurangan
nutrisi
8) Anjurkan mendemostrasikan
cara memberi makanan,
menghitung kalori,menyiapkan
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
6. Kurang pengetahuan b/d Tujuan : Setelah 1) Anjurkan berinteraksi 1) Memberikan data besar
ketidakmampuan mengenal dilakukanasuhan dengan orang lain untuk mengetahui tingkat
pemahaman psien tentang
pemyakit d/d pengungkapan keperawatan diharapkan secara bertahap
penyakit.
secara verbal ketidaktahuan terpenuhinya pengetahuan 2) Anjurkan ikut serta
2) Peningkatan koping positif
penyakit permintaan pasien tentang kodisi dalam kegiatan sosial akibat adanya gangguan
informasi. (D.0111.Halaman penyakit. dan kemasyarakatan citra tubuh, klien mau
246) Kriteria Hasil : 3) Anjurkan berbagi menerima kondisinya dan
1) Mengungkapkan pengalaman dengan mau bersosialisasikan
pengertian tentang orang lain 3) Memandirikan klien dan
keluarga untuk hygine
proses penyakit (I.13498.Halaman 385)
yang terjaga daapt
pencegahan, perawatan meminimalkan resiko
tindakan yang infeksi dapat
dibutuhkan dengan mempercepat proses
kemungkinan komplikasi penyembuhan
2) Mengenal perubahan 4) Informasi dibutuhkan
gaya hidup/tingkah laku untuk meningkatkan
perawatan diri, untuk
untuk mencegah
menambah kejelasan
terjadinya komplikasi efektivitas pengobatan dan
Implementasi Keperawatan
No Tanggal dan Waktu Tindakan
1. DX1 : Nyeri akut b/d agen cedera biologis b/d laporan S : klien mengatakan nyeri berkurang
nyeri secara verbal, sikap melindungi area nyeri, wajah O : wajah tidak nampak meringis/gelisah
tampak meringis, klien tampak gelisah. (D.0078.Halaman A : Masalah teratasi
172) P : Intervensi dihentikan
2. DX2 : Hipertermi b/d proses infeksi d/d adanya S : Klien mengatakan badanya sudah tidak demam
peningkatan suhu tubuh (lebih dari 38 drajat celcius) O : Suhu tubuh normal 36-37 oC
kulit teraba hangat. (D.0130.Halaman 284) A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
3. DX3 : Kerusaka integritas kulit b/d peradangan pada S : klien menyatakan bahwa lesi dan peradangan pada
lapisan kulit d/d adanya tanda elfloresensi. genetalia membaik
(D.0129.Halaman 282) O : warna kemerahan pada genetalia berkurang, dan
jaringan tumbuh membaik
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan
4. DX4 : Gangguan citra tubuh b/d penyakit d/d respon S : klien mengatakan sudah tidak minder lagi dengan
non verbal terhadap perubahan actual pada tubuh keadaan yang dialami sekarang
( bentuk/ struktur dan fungsi perasaan negative terhadap O : Luka infeksi pada genetalia penis membaik
tubuh). (D.0083.Halaman 186) A : Masalah Teratasi
No Diagnosa Evaluasi
5. DX5 : Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan b/d respon S : klien mengatakan sudah makan secara rutin 3 kali
nyeri. (D.0032.Halaman 81) sehari dengan porsi sedang
O : BB klien naik
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
6. DX6 : Kurang pengetahuan b/d ketidakmampuan S : klien mengatakan sudah mengetahui akan bahaya
mengenal pemyakit d/d pengungkapan secara verbal seks bebas
ketidaktahuan penyakit permintaan informasi. O : klien sudah tidak melakukan seks bebas dengan
(D.0111.Halaman 246) memenuhi kebutuhan seks dengan komersial PSK jika
ke luar kota kerja
A :Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Terimah Kasih
Wassalamualaikum wr.wb