ASSALAMUALAIKUM WR.WB
Oleh :
Ratna Nurhayati
A. KRISIS
BAB II HIPERTENSI
PEMBAHASAN
1. Diazoxide
Adalah derivat benzotiadiazin, obat ini menurunkan tekanan darah secara kuat
dan cepat dengan mempengaruhi secara langsung pada otot polos arterial, sehingga terjadi
penurunan tekanan perifer tanpa mengurangi curah jantung atau aliran darah ke ginjal.
Tetapi menurut beberapa penulis, diazoxide juga menaikkan isi sekuncup, isi semenit dan
denyut jantung permenit, sehingga tidak dianjurkan pada krisis hipertensi yang disertai
aorta diseksi atau kelainan coroner.
Efek samping dari diazoxide adalah : hipoglikemi, hiperurikemi dan dapat
menembus plasenta sehingga mempengaruhi metabolisme janin sehingga tidak
direkomendasikan untuk krisis hipertensi pada kasus eklamsia.
Diazoxide diberikan dengan intravena 75-300 mg selama 10-30 detik, penurunan
tekanan darah akan tampak dalam waktu 1-2 menit, pengaruh puncak dicapai antara 2-3
menit, dan bertahan 4-12 jam.
Untuk penderita dengan perdaraham otak, dianjurkan pemberian intra vena
sebesar 500-1.000 mg. Pemberian dapat diulang setiap 10-15 menit sampai didapat tekanan
diastolik 100-105 mmHg
NEXT…
2. Sodium Nitropusid
Sodium nitropusid merupakan vasodilator pada arteri dan vena. Obat ini dapat menurunkan
isi sekuncup dan isi semenit jantung. Untuk menghindari hipotensi, pengawasan ketat harus
dilakukan pada pemberian obat ini.
Dosis : 0,3-0,6 ug/kgBB/menit, dinaikkan pelan-pelan sampai tercapai penurunan tekanan
darah yang cukup.Penurunan tekanan darah terjadi dalam beberapa detik dan puncak tercapai
dalam 1-2 menit, hanya berlangsung 3-5 menit.Efek samping : takikardi dan sakit kepala.
3. Trimetapan (Artonad)
Merupakan penghambat ganglion, bekerja dengan cara menurunkan isi sekuncup jantung
dan isi semenit jantung. Obat ini baik digunakan pada kasus krisis hipertensi dengan payah
jantung atau diseksi aorta anerisma
Dosis : 500 mg/500 cc Dextrosa 5% dengan kecepatan 0,25 mg%/menit, kemudian
dinaikkan perlahan sampai dicapai penurunan tekanan yang dikehendaki, yaitu tekanan diastolik
110 mmHg dalam waktu 1 jam. Jangka waktu kerja 5-15 menit. Infus diberikan dengan posisi
duduk, untuk menghindari efek hipotensi yang berlebihan.
NEXT…
4. Hidralazin (Apresolin)
Obat ini bekerja langsung pada otot polos arterial dan menimbulkan
vasodilatasi perifer, tanpa menurunkan aliran darah ke ginjal. Tetapi hidralazin
menaikkan denyut jantung permenit, isi sekuncup dan isi semenit jantung.
Hidralazin direkomendasikan untuk diberikan pada toksemia gravidarum dan
krisis hipertensi dengan ensefalopati. Dosis : 5-20 mg diberikan intramuskular
setiap 2-4 jam, atau ecara intra vena (1 ampul dari 20 mg/ml dilarutkan dalam 300
cc NaCl 0,9%) dengan kecepatan 10-60 tetes/menit. Penurunan tekanan darah
terjadi dalam 10-20 menit, berlangsung sampai 1 jam. Apabila selama 30 menit
tidak berhasil, dapat diulang tiap 3-6 jam.
NEXT…
5. Klonidin (Catapres)
Merupakan derivat imidazolin, yang merangsang reseptor alfa adrenergik pada batang
otak, mengakibatkan penurunan discharge symphatis, sehingga menurunkan tekanan
vaskular sistemik, juga menekan pengeluaran renin oleh ginjal.
Klonidin diberikan intravena 1 ampul (150 ug) diencerkan dalam 10 ml NaCl 0,9%
dalam waktu 10 menit. Efek penurunan tekanan terjadi dalam waktu 5-10 menit. Pemberian
intramuskular, 1-2 ampul dan dulang dalam 3-4 jam, terjadi penurunan tekanan dalam waktu
10-15 menit. Pemberian IM dinilai lebih aman dan terkontrol, tetapi kurang dalam kekuatan
dan kecepatan dibanding dengan Diazoxide, Sodium Nitroprusid dan Trimetapan. Efek
samping yang muncul biasanya adalah mulut kering dan kantuk yang hebat.Obat ini
direkomendasikan dipakai untuk krisis hipertensi dengan eklamsia dan aorta anerisma.
6. Kaptopril (Kapoten)
Obat ini cukup memberikan harapan karena menaikkan kecepatan filtrasi glomeruli dengan
menhambat pembentukan vaso konstriktor yang sangat kuat (angiotensin II) dan juga
menghambat perusakan vasodilator yang kuat (bradikinin).
Dosis awal 12,5 mg, dinaikkan pelan-pelan sampai dosis optimal. Diuretik dapat memberikan
efek potensiasi.
NEXT…
Definisi alternatif menurut Packer, gagal jantung kongestif merupakan suatu sindrom klinis yang
rumit yang ditandai dengan adanya abnormalitas fungsi ventrikel kiri dan kelainan regulasi
neurohormonal, disertai dengan intoleransi kemampuan kerja fisis (effort intolerance), retensi
cairan, dan memendeknya umur hidup (reduced longevity). Termasuk di dalam kedua batasan
tersebut adalah suatu spektrum fisiologi-klinis yang luas, mulai dari cepat menurunnya daya
pompa jantung (misalnya pada infark jantung yang luas, takiaritmia atau bradikardia yang
mendadak), sampai pada keadaan-keadaan di mana proses terjadinya kelainan fungsi ini berjalan
secara bertahap tetapi progresif (misalnya pada pasien dengan kelainan jantung yang berupa
pressure atau. volume overload dan hal ini terjadi akibat penyakit pada jantung itu sendiri, seperti
hipertensi, kelainan katup aorta atau mitral dll).
Secara singkat menurut Sonnenblik, gagal jantung terjadi apabila jantung tidak lagi mampu
memompakan darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh pada tekanan
pengisian yang normal, padahal aliran balik vena (venous return) ke jantung dalam keadaan
normal.
2. Etiologi decompensasi cordis
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan timbulnya dekompensasi kordis
adalah keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau yang
menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan yang meningkatkan beban awal
seperti regurgitasi aorta, dan cacat septum ventrikel. Beban akhir meningkat pada
keadaan dimana terjadi stenosis aorta atau hipertensi sistemik. Kontraktilitas
miokardium dapat menurun pada infark miokard atau kardiomyopati. Faktor lain
yang dapat menyebabkan jantung gagal sebagai pompa adalah gangguan pengisisan
ventrikel ( stenosis katup atrioventrikuler ), gangguan pada pengisian dan ejeksi
ventrikel (perikarditis konstriktif dan temponade jantung). Dari seluruh penyebab
tersebut diduga yang paling mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi tersebut
mengakibatkan pada gangguan penghantaran kalsium di dalam sarkomer, atau di
dalam sistesis atau fungsi protein kontraktil ( Price. Sylvia A, 2006).
.
3. Manifestasi Klinis decompensasi cordis
Dampak dari cardiak output dan kongesti yang terjadi sisitem vena atau sistem
pulmonal antara lain :
1. Lelah
2. Angina
3. Cemas
4. Oliguri. Penurunan aktifitas GI
5. Kulit dingin dan pucat
Tanda dan gejala yang disebakan oleh kongesti balikdari ventrikel kiri, antara lain :
1. Dypnea
2. Batuk
3. Orthopea
4. Reles paru
5. Hasil x-ray memperlihatkan kongesti paru.
Tanda-tanda dan gejala kongesti balik ventrikel kanan :
1. Edema perifer
2. Distensi vena leher
3. Hati membesar
4. Peningkatan central venous pressure (CPV)
4. Penatalaksanaan decompensasi cordis
1. DEKOMPENSASI CORDIS
1. Pengkajian
1). Aktivitas dan Istirahat
(1). Gejala: Mengeluh lemah, cepat lelah, pusing, rasa berdenyut dan
berdebar. Mengeluh sulit tidur (ortopneu, dispneu paroksimal nokturnal, nokturia,
keringat malam hari).
(2). Tanda: Takikardia, perubahan tekanan darah, pingsan karena kerja,
takpineu, dispneu.
2). Sirkulasi
(1). Gejala: Menyatakan memiliki riwayat demam reumatik hipertensi,
congenital : kerusakan arteial septal, trauma dada, riwayat murmur jantung dan
palpitasi, serak, hemoptisisi, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat anemia,
riwayat shock hipovolema.
(2). Tanda: Getaran sistolik pada apek, bunyi jantung; S1 keras,
pembukaan yang keras, takikardia. Irama tidak teratur; fibrilasi arterial.
NEXT…
1. Pengkajian
1). Identitas
Tanggal Pengkajian : 6 dan 7 Januari 2014
Jam : 13.00 WIB dan 18.30 WIB
Sumber Data : Pasien,Keluarga, Rekam Medis, Tim Kesehatan
Pasien
Nama : Ny. N D
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 84 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Cerai Mati
Pendidikan : -
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Suku / Kebangsaan : Indonesia
Alamat : Banjarejo, Wonosari
Diagnosa Medis : Obs Dyspnea e.c Susp DC
Nomor CM : 45 37 56
Tanggal masuk perawatan: 4 Januari 2014
NEXT…
3. Data Penunjang
Hasil Lab tanggal : 4 Januari 2015 ( 18.00 WIB )
DO :
(1). Tanda vital :
TD : 115/70 mmHg
N : 89 x / menit
RR : 45 x / menit
S : 35,4 °C
(2). Keluhan umum: lemah
(3). Catatan Dokter : Ictus cordis +, bergeser ke kiri
3). Perubahan pola pemenuhan nutrisi berhubungan dengan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual dan anoreksia ditandai dengan
DS :
Sebelum Sakit
-Keluarga pasien mengatakan pasien makan biasa 3x sehari dengan porsi sedang
dengan sayur dan lauk seperti tempe dan tahu. Keluarga pasien mengatakan pasien minum
2 – 3 gelas air putih dan teh setiap harinya.
-Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau makan ( nafsu makan berkurang ) ± 2
minggu,
-Keluarga pasien mengatakan pasien b.a.b cair saat masuk rumah sakit,
Selama Sakit
-Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau makan, Keluarga pasien mengatakan
pasien hanya makan 3-4 sendok bubur yang diberikan gizi dari rumah sakit, Pasien
mengatakan pasien minum 1/22 gelas air putih.
1
DS :
-Pasien mengatakan sesak nafas saat berbaring
-Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau tidur,
-Keluarga pasien mengatakan pasien selama di rumah sakit pasien tidak mau
tidur dan hanya ingin duduk saja tetapi pasien biasanya dapat tertidur 1-2 jam saat
malam hari,
-Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah tidur siang.
DO :
-Keadaan umum: lemah
-Tingkat kesadaran: composmentis
4. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Selasa, 6 januari 2015 Selasa, 6 januari Selasa, 6 januari 2015
Selasa, 6 januari
2015 18.00 WIB
18.00 WIB 2015 18.00 WIB Untuk mengetahui
Kerusakan pertukaran gas O2 dan CO2 Kaji pola nafas dan keadekuatan pertukaran
18.00 WIB
frekuensi respirasi. O2 dan CO2 paru
berhubungan dengan kongesti paru dan Setelah dilakukan jaringan paru.
terjadinya edema paru ditandai dengan asuhan keperawatan
Tinggikan tempat Ekspansi paru lebih
DS : selama 3 x 24 jam tidur dengan posisi baik dapat dicapai pada
1. Pasien mengatakan sesak fowler. posisi ini
pertukaran gas
nafas adekuat dengan Kelola pemberian Membantu pemenuhan
O2 sesuai kebutuhan keperluan O2 dalam
2. Pasien mengatakan saat kriteria hasil
tubuh
berbaring sesak nafas - Sesak nafas
3. Pasien mengatakan nyeri berkurang bahkan Bimbing klien Melatih pola nafas agar
latihan nafas dalam ; pertukaran gas adekuat.
dada seperti tertekan hilang. dengan cara menarik
DO : - Respirasi dalam nafas dalam melalui Agar dapat dipantau
hidung dan perubahan respirasi yang
4. RR : 45 x / menit batas normal (16 – menghembuskan terjadi secara kontinyu
5. Pasien terlihat terengah- 20 x/menit ) secara perlahan Rina
melalui mulut.
engah - Tidak terdapat
Catatan Dokter : tanda sianosis. Observasi
perubahan respirasi
vesikuler +/+ , Ronchi +/+, Wheezing -/- Rina tiap 6 jam.
Rina Rina
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Selasa, 6 januari 2015 Selasa, 6 januari Selasa, 6 januari 2015 Selasa, 6 januari 2015
18.00 WIB 2015 18.00 WIB 18.00 WIB
Penurunan curah jantung berhubungan 18.00 WIB Istirahatkan / bedrest Dengan istirahat maka
dengan penurunan kontraksi miokard Setelah dilakukan secara fisik dan beban volume dan
sekunder terhadap gagal jantung asuhan keperawatan mental kontraksi jantung tidak
ditandai dengan selama 3 x 24 jam berat.
DS : kardiak output
Selasa, 6 januari 2015 Untuk mengetahui
Keluarga pasien mengatakan dari adekuat dengan
18.00 WIB kelainan lanjutan yang
dokter mengatakan jantung pasien kriteria hasil
Dengan istirahat maka terjadi dan sebagai dasar
bermasalah.
beban volume dan penetapan selanjutnya.
DO : -Tanda – tanda vital
kontraksi jantung tidak
6. Tanda vital : dalam batas normal
berat.
TD : 115/70 mmHg - Lemah berkurang,
N : 89 x / menit keadaan umum Mencegah alergi ataupun
Amati pengaruh
efek samping yang tidak
RR : 45 x / menit klien membaik. negatif pemberian obat diinginkan.
S : 35,4 °C - Kulit perifer Kelebihan garam
digitalis.
meningkatkan retensi
7. Keluhan umum: lemah terutama Berikan diet makanan cairan dan dapat
8. Catatan Dokter : Ictus ekstremitas hangat. meningkatkan volume
rendah garam
vaskuer dan beban kerja
cordis +, bergeser ke kiri. Rina Rina jantung.
Rina Rina
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Selasa, 6 januari 2015 Selasa, 6 januari 2015 Selasa, 6 januari 2015 Selasa, 6 januari 2015
18.00 WIB 18.00 WIB 18.00 WIB 18.00 WIB
Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur Setelah dilakukan Ciptakan lingkungan yang Agar klien dapat tidur
berhubungan dengan dyspneu noktural asuhan keperawatan tenang dan batasi jumlah dengan baik dan tidak
ditandai dengan selama 3 x 24 jam pengunjung terutama saat mengganggu tidur klien.
DS : Kebutuhan tidur klien jam tidur klien.
- Pasien mengatakan sesak nafas saat terpenuhi dengan
berbaring kriteria hasil Atur posisi klien pada saat Dengan posisi yang
- Keluarga pasien mengatakan pasien Klien dapat tidur akan tidur senyaman mengenakkan, klien
tidak mau tidur, dengan tenang. mungkin. dapat lebih rileks dan
- Keluarga pasien mengatakan pasien Klien dapat tidur tidak gelisah.
selama di rumah sakit pasien tidak mau dengan nyenyak dengan
tidur dan hanya ingin duduk saja tetapi jumlah jam tidur 7 - 8
pasien biasanya dapat tertidur 1-2 jam jam per hari.
saat malam hari, Klien terlihat segar. Buat jadwal tindakan Agar tidak mengganggu
- Keluarga pasien mengatakan pasien Rina sedemikian rupa agar tidur klien.
tidak pernah tidur siang. tidak mengganggu tidur
DO : klien
- Keadaan umum : lemah
- Tingkat kesadaran : composmentis
Rina
Bila tindakan dilakukan Agar klien tidak
saat klien sedang tidur, terbangun.
lakukanlah dengan hati – Rina
hati .
Rina
5. Implementasi dan Evaluasi
6 Januari - Mengistirahatkan / bedrest secara fisik dan S : Pasien mengatakan tidak mau tidur, Rina
2015 mental pasien mengatakan kalau tidur sesak nafas.
21.00 - Menciptakan lingkungan yang tenang dan O:
WIB batasi jumlah pengunjung terutama saat jam Memotivasi pasien untuk tidur, Saat di
tidur klien. observasi pasien semalaman tidak tidur
- Mengatur posisi klien pada saat akan tidur tetapi hanya duduk.
senyaman mungkin. A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut intervensi
Waktu Implementasi Evaluasi Paraf
7 Januari Rina
- Mengkaji frekuensi dan porsi makan S : Keluarga pasien mengatakan nafsu
2015
06.30 klien makan berkurang yaitu pasien hanya habis
WIB
- Menganjurkan klien makan dengan porsi 3-4 sendok diit cair
sedikit tapi sering dan tingkatkan porsi O : Memotivasi pasien untuk menghabiskan
makan secara bertahap. makanannya
A : Masalah teratasi sebagian
P : observasi pola makan
7 Januari Rina
Mengelola pemberian injeksi ranitidine 50 S : Pasien mengatakan sakit perut
2015
16.30 mg/12 jam dan kalnex 250 mg O : Injeksi ranitidine 50 mg
WIB
Injeksi kalnex 250 mg
A : Tujuan tercapai
P : lanjut intervensi
D. KONSEP
ASUHAN
KEPERAWATAN
2. Krisis Hipertensi
I. Pengkajian
1. Identitas
1). sien, meliputi : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan,
Agama, Bangsa.
2). Penanggung Jawab : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan,
Agama, Bangsa dan hubungan dengan pasien.
3). Pengkajian Primer
1). Airway
Kaji :
(1). Bersihan jalan nafas
(2). Adanya/ tidaknya jalan nafas
(3). Distres pernafasan
(4). Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
NEXT…
2). Breathing
Kaji :
(1). Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
(2). Suara nafas melalui hidung atau mulut
(3). Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
3). Circulation
Kaji :
(1). Denyut nadi karotis
(2). Tekanan darah
(3). Warna kulit, kelembapan kulit
(4). Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
4). Disability
Kaji :
(1). Tingkat kesadaran
(2). Gerakan ekstremitas
(3). GCS ( Glasgow Coma Scale )
(4). Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya
NEXT…
5). Eksposure
Kaji :
(1). Tanda-tanda trauma yang ada. ( Muslicha : 45-46 )
(2). Dasar Data Pengkajian
1). Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
Takipnea
2). Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner, penyakit serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna
kulit, suhu dingin
3). Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, faktor stress multipel
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue
perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan
menghela, peningkatan pola bicara
NEXT…
4). Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5). Makanan/Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
6). Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,
berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda : perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal
optic
7). Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat,
nyeri abdomen
8). Pernapasan
Gejala :dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,dispnea
nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas
tambahan, sianosis
9). Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postura
NEXT…
10). Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM , penyakit ginjal Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau
hormone.
II. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan O2 otak menurun
2. Perubahan pola napas berhubungan dengan Penurunan ekspansi paru
3. Penurunan COP berhubungan dengan Penurunan O2 miokrdium
4. Resiko injury berhubungan dengan diplopia
5. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan anggota gerak
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
III. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan O2 otak menurun
Tujuan : gangguan perfusi jaringan dapat diatasi
Kriteria hasil :
1). Fungsi sensori dan motorik membaik
2). Mampu mempertahankan tingkat
Intervensi :
1). Pantau TTV tiap jam dan catat hasilnya
R : Peningkatan tekanan darah sistemik yang diikuti dengan
penurunan tekanan darah diastolik merupakan tanda
peningkatan TIK. Napas tidak teratur menunjukkan adanya
peningkatan TIK
2). Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana
R : Mampu mengetahui tingkat respon motorik pasien.
3). Pantau status neurologis secara teratur
R : Mencegah/menurunkan atelektasis
4). Dorong latihan kaki aktif/ pasif
R : Menurunkan statis vena
5). Pantau pemasukan dan pengeluaran haluaran urin
R : Penurunan atau pemasukan mual terus menerus dapat
menyebabkan penurunan volume sirkulasi
6). Beri obat sesuai indikasi, misal : Caumadin
R : Menurunkan resiko trombofeblitis
NEXT…
nyeri dada, keletihan dan kelemahan yang berlebihan, diaforesis, pusing atau
pingsan
R : Menyebutkan parameter membantu dlam mengkaji respons fisiologi
terhadap stres aktifitas dan bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja
yang berkaitan dengan tingkat aktifitas
2). Instruksikan pasien tentang tehnik penghematan energi
R : Tehnik menghemat energi mengurangi penggunaan energi juga membantu
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
3). Berikan dorongan untuk melakukan aktifitas/perawatan diri bertahap jika
dapat
ditoleransi, berikan bantuan sesuai kebutuhan.
R : Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba
tiba.
Memberikan bentuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian
dalam melakukan aktifitas. ( Doengoes, Marlynn E. 2002. )
TERIMAKASI
H
WASSALAMUALAIKUM WR.WB