Anda di halaman 1dari 16

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Micro – Pasien

Hipertensi emergensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan

darah >180/120 mmHg yang disertai kerusakan atau ancaman kerusakan

di bidang neurologi, jantung, mata dan ginjal. ( Nurkhalis, 2015 )

Pasien dengan hipertensi emergensi pada umumnya datang ke unit

gawat darurat dengan kondisi adanya kerusakan target organ atau

ancaman terhadap kerusakan target organ. Pasien datang dengan keluhan

sakit kepala, perubahan pada penglihatan, nyeri dada, sesak nafas, mual

muntah, pembengkakan atau penumpukan cairan di jaringan tubuh dan

mati rasa atau kelemahan anggota gerak. Saat tekanan darah pasien naik

melampaui batas kritis, saat itu ada kerusakan dinding arteri sehingga

terjadi ketidakmampuan kontrol endothelium terhadap tonus vaskuler,

sehingga terjadi breakthrough hyperperfusion pada organ target, nekrosis

fibrinoid arteriolar, dan peningkatan permeabilitas endothelium disertai

edema perivaskuler. Berkurangnya aktivitas fibrinolitik endothelium

bersamaan dengan aktivasi koagulasi dan agregasi platelet mengakibatkan

terjadinya disseminated intravascular coagulation (DIC). Kondisi tersebut

diikuti dengan gejala lainnya yaitu peningkatan aktivasi RAAS System.

Kombinasi antara aktivasi sistem hormonal dan pelepasan bahan vasoaktif

1
2

( RAAS, catecholamine, endothelin, vasopressin ) mengakibatkan

lingkaran setan antara terjadinya peningkatan tekanan darah dan cedera

vaskuler. Selanjutnya terjadi kerusakan target organ yang berlanjut.

( Kaplan NM, 2015 ).

Diagnosis keperawatan pada kondisi tersebut yakni perfusi

jaringan yang tidak efektif sebagai akibat sekunder dari hipertensi berat

yang menyebabkan kerusakan organ target. Kriteria perbaikan yang

diharapkan pada pasien tersebut berupa : pasien sadar penuh, kulit teraba

hangat, nadi bilateral kuat dan sama, pengisian kapileri kurang dari 3

detik, penurunan tekanan darah sistolik dalam satu jam pertama sebesar

20-25 % dari tekanan darah sistolik awal dan tidak melebihi 25%, MAP

70 – 120 mmHg, frekuensi nadi 60 – 100 kali / menit, tidak ada aritmia

yang mengancam, urin 30 ml/jam atau 0,5 – 1 ml/KgBB/jam, dan nilai

BUN < 20 mg/dl serta kreatinin <1,5 mg/dl. ( Nurkhalis, 2015 )

Penurunan tekanan darah pada pasien harus segera dilakukan

dalam kurun waktu menit atau jam untuk mengatasi kerusakan target

organ. Maka diperlukan suatu tindakan agar target penurunan tekanan

darah tercapai. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan yaitu dengan

pemberian relaksasi Benson. Pasien yang secara sadar dapat

mengendurkan otot-ototnya dan dapat memusatkan diri selama 10-15

menit pada ungkapan yang sudah dipilih, dan pasien bersikap pasrah atau

pasif terhadap pikiran yang mengganggu akan dapat menurunkan tekanan

darah. ( Solehati T Kosasih, 2015 )


3

Pada saat melakukan relaksasi Benson terjadi penurunan

rangsangan emosional dan area pengatur fungsi kardiovaskular seperti

hipotalamus posterior yang akan menurunkan tekanan darah. Hal ini

dikarenakan saat proses inspirasi panjang yang dilakukan pada saat

relaksasi akan menstimulus secara perlahan-lahan reseptor regang paru-

paru oleh adanya inflamasi paru yang berakibat adanya rangsangan ke

medulla yang memberikan informasi tentang peningkatan aliran darah.

Informasi tadi akan diteruskan ke batang otak yang akan menyebabkan

saraf parasimpatik mengalami penurunan aktivitas pada kemoreseptor.

Penurunan aktivitas kemoreseptor tadi berakibat pada respons akut

peningkatan tekanan darah dan inflamasi paru yang kemudian

menurunkan frekuensi denyut jantung sehingga terjadi vasodilatasi pada

sejumlah pembuluh darah. Pada keadaan tersebut, axis Hipothalamus-

Pituitary-Adrenal (HPA) akan menurunkan kadar kortisol, epineprin dan

norepineprin yang dapat menurunkan tekanan darah dan frekuensi nadi.

Penurunan kadar kortisol darah akan menyebabkan vasokontriksi

pembuluh darah sedangkan penurunan kadar epineprin dan norepineprin

menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah yang kemudian akan

menurunkan tahanan perifer total yang berakibat menurunkan tekanan

darah. ( Salafudin & Handayani, 2015 )


4

3.2. Meso – Ruangan

Menurut Undang-undang RI No.44 Tahun 2009 pasal 1 Gawat

Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis

segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut.

Saat di IGD penelusuran anamnesis yang cermat dan temuan

pemeriksaan fisik dari kondisi klinis pasien akan menghasilkan suatu

keputusan klinis yang tepat dan memiliki konsekuensi terhadap strategi

pengobatan sesuai dengan penyakit dasar, pemeriksaan laboratorium dasar

terhadap fungsi organ vital seperti urea dan kreatinin darah, urinalisis

serta biomarker kardiak apabila dicurigai adanya keterlibatan jantung

dalam kondisi kegawatan tersebut, maka akan diperlukan EKG, foto

Thoraks atau CT Scan kepala, yang secara spesifik diindikasikan untuk

evaluasi gangguan serebral. Monitoring yang harus dilakukan oleh

perawat pada pasien berupa : monitoring tekanan darah dan mencatat

setiap peningkatan atau penurunan yang tiba – tiba, memantau produksi

urin setiap jam dan mencatat jika adanya darah dalam urin, serta

monitoring EKG untuk memantau ada tidaknya aritmia atau perubahan

segmen ST dan gelombang T yang menunjukkan adanya iskemik atau

injuri miokard. Penanganan yang perlu diberikan oleh perawat pada

pasien sebelum mendapat terapi farmakologi berupa pemberian oksigen 2

– 4 L/menit untuk mempertahankan atau memperbaiki oksigenasi,

meminimalkan kebutuhan oksigen dengan memposisikan pasien tetap


5

istirahat ditempat tidur, dan memberikan relaksasi Benson untuk

membantu menurunkan tekanan darah dan kecemasan. ( Nurkhalis, 2015 )

Dengan pemberian relaksasi Benson diawal sebelum pengobatan

parenteral diberikan akan membantu dalam menurunkan tekanan darah

dan meminimalkan terjadinya kerusakan organ target. Menurut Price &

Wilson (2015) relaksasi Benson menghasilkan frekuensi gelombang alpha

sehingga menekan pengeluaran hormon kortisol, epinefrin dan

nasopinerin yang merupakan vasokonstriksi kuat pada pembuluh darah

sehingga menyebabkan dilatasi pembuluh darah, menjadikan penurunan

resistensi pembuluh darah dan menyebabkan penurunan tekanan darah.

Pemberian relaksasi Benson selama 10-15 menit sangat efektif

dalam menurunkan tekanan darah dengan menerapkan empat elemen

dasar yaitu lingkungan yang tenang, secara sadar pasien dapat

mengendurkan otot-ototnya, pasien dapat memusatkan diri selama 10-15

menit pada ungkapan yang sudah dipilih, dan pasien bersikap pasif

terhadap pikiran yang menganggu. Sebaliknya terapi relaksasi Benson ini

akan kurang maksimal dalam penurunan tekanan darah jika kurangnya

konsentrasi dan kurang pemahaman dalam proses pelaksanaan terapi yang

diberikan serta faktor kepribadian dari masing-masing pasien. ( Solehati

& Kosasih, 2015; Joko Tri Atmojo, dkk, 2019 ).

Penelitian dari Poorolajal, J., Ashtarani, F., Alimohammadi, N

(2017) di Ekbatan and Besat Hospitals Iran, menyatakan bahwa setelah

pemberian relaksasi Benson selama 15-20 menit pada 144 responden yang
6

akan dilakukan tindakan cangkok bypass arteri koroner, angiografi

koroner, intervensi perkutan atau PCI dan bedah umum mengalami

penurunan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik. Didapatkan

secara total, rata-rata (mean) tekanan darah sistolik sebelum dilakukan

intervensi sebesar 124.90 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 78.2

mmHg, sedangkan setelah intervensi mean tekanan darah sistolik menjadi

115.41 mmHg dan tekanan darah diastolik 72.68 mmHg.

Perawat di IGD RSUD Dr R Soeprapto Cepu belum menerapkan

teknik relaksasi Benson pada pasien dengan kegawatan hipertensi

emergensi yang datang dalam kondisi sadar. Beberapa Hal yang

mempengaruhi hal tersebut antara lain 1) perawat IGD belum paham

tentang target tekanan darah yang harus dicapai dalam penanganan

hipertensi emergensi, dimana target penurunan tekanan darah sistolik

dalam satu jam pertama sebesar 20-25 % atau tekanan darah diastolik

110-115 mmHg, 2) kurangnya pengetahuan perawat IGD tentang

penatalaksanaan tindakan relaksasi Benson, 3) tidak adanya SOP tentang

pelaksanaan teknik relaksasi Benson. Tindakan yang selama ini dilakukan

oleh perawat IGD hanya kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

antihipertensi dan memonitor tekanan darah.

Solusi untuk belum diterapkannya tindakan relaksasi Benson oleh

perawat IGD RSUD Dr R Soeprapto Cepu bisa melalui 1) peningkatan

pengetahuan dan kemampuan perawat dalam tindakan relaksasi Benson,

perlunya pengetahuan dan kemampuan perawat untuk melakukan relaksasi


7

Benson pada tiap pasien kegawatan hipertensi emergensi membantu pasien

untuk mempercepat menurunkan tekanan darah, 2) meningkatkan

koordinasi antar anggota tim dalam penerapan relaksasi Benson pada

pasien kegawatan hipertensi emergensi. Hal ini dimaksudkan agar setiap

pasien yang datang ke IGD dengan kegawatan hipertensi emergensi

mendapat penanganan keperawatan dengan cepat dan segera sehingga

penurunan tekanan darah dapat tercapai, terjadi perbaikan hemodinamik,

dan menurunkan resiko terjadinya kerusakan organ target lebih lanjut,

yang pada akhirnya justru akan mempercepat penyembuhan pasien.

3.3. Macro – Rumah Sakit

Di IGD RSUD Dr R Soeprapto Cepu untuk penanganan kegawatan

hipertensi emergensi dengan terapi non farmakologi masih belum

dilakukan. Untuk itu penulis merekomendasikan terapi relaksasi Benson untuk

diterapkan pada pasien dengan kegawatan hipertensi emergensi di awal

sebelum pemberikan terapi farmakologi diberikan, hal ini dapat membantu

menurunkan tekanan darah sebagai salah satu alternatif yang efisien dan

mudah dilakukan.

Hal ini menjadikan kajian bagi rumah sakit untuk memberikan

pelatihan kepada perawat di IGD dan menyusun SOP serta melakukan

penyuluhan atau sosialisasi agar relaksasi Benson dapat diterapkan guna

meningkatkan angka kesembuhan pasien dan menekan angka LOS (


8

Lenght Of Stay ) sehingga mampu meningkatkan mutu pelayanan dalam

pemberian asuhan.

Pemberian tindakan yang tepat merupakan indikator kinerja atau

pengakuan untuk rumah sakit, meningkatkan angka kredit point untuk

akreditasi rumah sakit, dan adanya standar operasional Prosedur (SOP) dapat

meningkatkan kepercayaan pasien dalam sisi aspek kepuasan pelanggan.

Selain itu, pada petugas kesehatan terutama perawat agar dapat

memberikan asuhan keperawatan sesuai yang dibutuhkan oleh setiap

pasien dengan kegawatan hipertensi emergensi, karena tekanan darah pada

hipertensi emergensi dapat turun tidak hanya dengan menggunakan cara

farmakologis saja melainkan dengan relaksasi Benson yang tepat sesuai

SOP akan dapat menurunkan tekanan darah.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Hipertensi emergensi memerlukan penurunan tekanan darah

secepat mungkin dalam menit sampai satu jam pertama untuk mencegah

atau mengurangi kerusakan organ target. Dimana target penurunan

tekanan darah sistolik dalam satu jam pertama sebesar 20-25% dari

tekanan darah sistolik awal dan tidak melebihi 25%. Oleh karena itu

diperlukan suatu tindakan keperawatan untuk menurunkan tekanan darah

dengan segera. Salah satu bentuk tindakan keperawatan yang dapat

dilakukan untuk menurunkan tekanan darah yaitu dengan relaksasi

Benson.

Beberapa artikel penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang

signifikan dari relaksasi Benson terhadap penurunan tekanan darah

(sistolik dan diastolik). Relaksasi Benson ini akan memberikan

penurunan aktifitas saraf simpatik dan meningkatkan aktivitas saraf

parasimpatik, sehingga dapat membantu menurunkan tekanan darah.

4.2. Saran

4.2.1. Bagi Perawat

Diharapkan hasil analisis, dapat digunakan sebagai acuan pustaka

untuk mengoptimalkan pemberian relaksasi Benson pada pasien


10

kegawatan hipertensi emergensi untuk mempercepat penurunan

tekanan darah

4.2.2. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan hasil analisis ini, dapat dijadikan koreksi manajemen

untuk meningkatkan layanan kesehatan serta membuat SOP untuk

penerapan relaksasi Benson pada pasien kegawatan hipertensi

emergensi untuk mempercepat penurunan tekanan darah.

4.2.3. Bagi Organisasi Profesi Keperawatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan

pembelajaran yang berdasarkan evidence based nursing practice

pada penanganan terhadap penurunan tekanan darah dengan

menerapkan terapi relaksasi Benson.


DAFTAR PUSTAKA

Pustaka Buku

Solehati, T., & Kosasih, C.E. (2015). Konsep dan Aplikasi Relaksasi. Bandung:
Refika Aditama

Pustaka Online

Jalal Poorolajal, et. all. (2017). Effect of Benson Relaxation Technique On The
Preoperative Anxiety and Hemodynamic Status: A Single Blind
Randomized Clinical Trial. E-ISSN 1876-4401. https://www.atlantis-
press.com/jounals/artres

Joko Tri Atmojo, dkk. (2019). Efektifitas Terapi Relaksasi Benson Terhadap
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Interest : Jurnal Ilmu
Kesehatan Volume 8 Nomor 1. E-ISSN 2579-6135

Kaplan NM, Victor RG, Flynn JT. Hypertensive Emergencies. (2015). Kaplan’s
Clinical Hypertension.11th edition. Wolters Kluwer.p.263-274

Nurkhalis. (2015). Penanganan Krisis Hipertensi. Idea Nursing Journal. Vol VI


No 3. ISSN: 2087-2879

Salafudin, Handayani S. (2015). Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap


Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia
Larasati Dusun Wiyoro Bauretno Banguntapan Bantul Yogyakarta
12

LEMBAR BIMBINGAN
PENULISAN KARYA ILMIAH NERS
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN
PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES
SEMARANG

NAMA : SITI SOLICHAH


NIM : P1337420920064
NAMA PEMBIMBING : Muawanah, Skep., Ners, MHKes.
JUDUL :“Studi Pustaka: Penerapan Relaksasi Benson
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien
Dengan Kegawatan Hipertensi Emergensi di
Instalasi Gawat Darurat RSUD DR R Soeprapto
Cepu ”

BUKTI
HASIL BIMBINGAN SCREENSHOT
HARI/ MATERI MONITOR
NO TTD BIMBINGAN
TANGGAL BIMBINGAN` KAPRODI
(DI ERA
PANDEMI)
1. 9 Oktober Konsultasi 1. Judul acc
2020 Pengajuan Judul 2. Lanjut ke BAB I
3. Mencari jurnal yang
relevan

2. 17 Oktober Konsultasi BAB I 1. Cari data kasus


2020 hipertensi dari
Dinkes Kabupaten
Blora
2.Melengkapi data
kota penelitian
3.Perbaikan
penggunaan kata-
kata
13

3. 20 Konsultasi BAB I 1. Bab 1 dan 2 acc


November revisi dan BAB II 2. Lanjut Ujian
2020 proposal

4. 25 Maret Konsultasi proposal Lanjut bab 3 dan 4


2021 KIN revisi ujian
proposal

5. 7 April Konsultasi bab 3


2021 dan 4
14

LEMBAR BIMBINGAN
PENULISAN KARYA ILMIAH NERS
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN
PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES
SEMARANG

NAMA : SITI SOLICHAH


NIM : P1337420920064
NAMA PEMBIMBING : Sri Hastuti, Skep., Ners
JUDUL :“Studi Pustaka: Penerapan Relaksasi Benson
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien
Dengan Kegawatan Hipertensi Emergensi di
Instalasi Gawat Darurat RSUD DR R Soeprapto
Cepu ”

BUKTI
HASIL BIMBINGAN SCREENSHOT
HARI/ MATERI MONITOR
NO TTD BIMBINGAN
TANGGAL BIMBINGAN` KAPRODI
(DI ERA
PANDEMI)
1. 8 Maret Konsultasi BAB 1 Cari jurnal atau buku
2021 dan 2 yg terbaru

2 10 Maret Konsultasi BAB Bab 1 dan 2 acc


2021 1dan 2 yang telah
direvisi
15

3. 17 Maret Konsul revisi 1. Sasaran KIN


2021 proposal KIN ditambahkan sesuai
kasus – kasus yang
sering di RS
2. Sasaran pemberian
terapi benson
difokuskan

4. 18 Maret Konsul hasil bab 3 1. BAB 3


2021 dan 4 meso-ruangan lebih
dijabarkan terkait
faktor-faktor yang
berpengaruh

2. BAB 4
Kesimpulan lebih
difokuskan
Saran ditambahkan
untuk organisasi
profesi

5. 23 Maret Konsul revisi Proposal revisi acc


2021 proposal KIN
16

6 23 Maret Konsul bab 3 dan 4 Bab 3 dan 4 acc


2020 revisi

Anda mungkin juga menyukai