Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENGELOLAAN KASUS SESUAI EBP

PENANGANAN KLIEN DENGAN HIPERTENSI MENGGUNAKAN


LATIHAN OTOT PROGRESIF PADA TN
DI PPSLU SUDAGARAN BANYUMAS

Disusun Oleh:

Melfin Al Fatih

2211040194

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
BAB I

A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global dan telah diakui
sebagai kontributor utama terhadap beban penyakit kardiovaskular.
Hipertensi merupakan kondisi peningkatan tekanan darah seseorang di atas
normal yang dapat mengakibatkan peningkatan angka kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Sumartini, Zulkifli, &
Adhitya, 2019). Hipertensi merupakan keadaan meningkatnya tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg
(Efendi & Larasati, 2017).
Dewasa ini hipertensi masih menjadi masalah kesehatan yang
cukup besar untuk tetap diatasi. WHO (World Health Organization)
menyebutkan bahwa hipertensi menyerang 22% penduduk dunia, dan
mencapai 36% angka kejadian di Asia Tenggara. Hipertensi juga menjadi
penyebab kematian dengan angka 23,7% dari total 1,7 juta kematian di
Indonesia tahun 2016 (Anitasari, 2019).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan Kementerian
Kesehatan tahun 2018 menghasilkan peningkatan kejadian hipertensi
dibandingkan hasil pada tahun 2013. Prevalensi kejadian hipertensi
berdasarkan hasil riskesdas 2018 adalah 34,1%. Angka tersebut lebih
tingga disbandingkan tahun 2013 yang menyentuh angka prevalensi
25,8%. Prevalensi hipertensi pada perempuan (40,17%) lebih tinggi
dibanding dengan laki-laki (34,83 persen). Prevalensi di perkotaan sedikit
lebih tinggi (38,11 persen) dibandingkan dengan perdesaan (37,01 persen).
Prevalensi semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur. Jumlah
estimasi penderita hipertensi berusia >15 th tahun 2019 sebanyak
8.070.378 orang atau sebesar 30,4 persen dari seluruh penduduk berusia
>15 tahun. Dari jumlah estimasi tersebut, sebanyak 2.999.412 orang atau
37,2 persen sudah mendapatkan pelayanan kesehatan. Penyakit Hipertensi
masih menempati proporsi terbesar dari seluruh PTM yang dilaporkan di
provinsi Jawa Tengah, yaitu sebesar 68,6 persen dari hasil rekapitulasi
data kasus baru PTM, jumlah kasus baru PTM yang dilaporkan secara
keseluruhan pada tahun 2019 adalah 3.074.607 kasus.
Tingginya angka kasus Hipertensi ini memerlukan perhatian
khusus, jika Hipertensi tidak dikelola dengan baik maka akan
menimbulkan PTM lanjutan seperti Jantung, Stroke, Gagal Ginjal, dan
sebagainya. Pengendalian PTM dapat dilakukan dengan intervensi yang
tepat pada setiap sasaran/ kelompok populasi tertentu sehingga
peningkatan kasus baru PTM dapat ditekan. Intervensi yang dilakukan bisa
berupa tindakan preventif, kuratif maupun rehabilitatif.
Tindakan kuratif bisa dilakukan dengan terapi farmakologi maupun
non farmakologi. Salah satu terapi non farmakologi yang sudah terbukti
efektif untuk menurunkan tekanan darah adalah relaksasi otot progresif
dan pernapasan dalam lambat seperti yang dijelaskan dalam penelitian
yang dilakukan oleh Elisa Anderson dengan judul “Effect of Progressive
Muscle Relaxation and Slow Deep Breathing on Blood Pressure and Heart
Rate on Hypertensive Clients” Tindakan tersebut biasa dilakukan dengan
memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot, dengan cara
mengkontraksikan otot selama beberapa waktu kemudian menurunkan
kontraksi otot untuk mendapatkan perasaan relaksasi. Tindakan ini dikenal
sebagai teknik relaksasi otot progresif.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis
menyusun rumusan masalah “Bagaimana pengaruh relaksasi otot progresif
dan permapasan dalam lambat pada penurunan tekanan darah pada lansia
Tn. S dengan hipertensi di PPSLU Sudagaran Banyumas.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh relaksasi otot progresif dan pernapasan dalam
lambat pada penurunan tekanan darah pasien hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kasus pengelolaan pada pasien hipertensi
b. Menganalisis pengaruh relaksasi otot progresif dan pernapasan
dalam lambat pada pasien hipertensi
BAB II
PENILAIAN KRITIS

A. VALIDITY
Penelitian yang dilakukan oleh Elisa Anderson dengan judul
“Effect of Progressive Muscle Relaxation and Slow Deep Breathing on
Blood Pressure and Heart Rate on Hypertensive Clients” Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif quasi-experimental dengan desain non-
equivalent control group pre and post test design, yaitu penelitian yang
melakukan pre-test sebelum intervensidan post-test setelah diberikan
intervensi pada dua kelompok tanpa pengacakan responden.
Terdapat 91 responden hipertensi yang dirawat inap di RS Advent
Bandar Lampung dengan tekanan darah sistolik≥ 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik ≥ 90 mmHg dipilih melalui teknik convenience sampling.
Peneliti menggunakan rumus rule of thumb untuk menentukan ukuran
sampel. Sampel dibagi menjadi empat yaitu kelompok intervensi PMR
dengan 23 responden, kelompok intervensi SDB dengan 23 responden,
kelompok intervensi kombinasi PMR dan SDB dengan 23 responden, dan
kelompok kontrol dengan 22 responden.
Intervensi relaksasi otot progresif (PMR) terdiri dari tiga tahap,
seperti:
1. Tahap persiapan peralatan, kondisi lingkungan, dan responden dalam
melakukan teknik PMR, tahap persiapan ini akan memakan waktu
sekitar 15 menit.
2. Langkah pelaksanaan intervensi PMR yang melibatkan 14 kontraksi
bundel otot selama lima detik kemudian mengendurkan kumpulan otot
selama 10 detik, untuk setiap gerakan diulang dua kali sehingga pada
tahap ini akan memakan waktu sekitar 15 menit.
3. Fase mengakhiri intervensi dengan mengembalikan atau merapikan
alat dan lingkungan yang telah digunakan, mengatur posisi nyaman
klien dan menanyakan perasaan atau kondisinya (ada keluhan?), pada
tahap ini akan memakan waktu cukup lama. 10 menit.

Intervensi slow deep breathing (SDB) terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1. Tahap persiapan peralatan, kondisi lingkungan, dan responden dalam


melakukan teknik SDB, tahap persiapan ini akan memakan waktu
sekitar 15 menit.
2. Tahap pelaksanaan intervensi SDB yang melibatkan dua gerakan
dengan menarik napas dari kedua lubang hidung secara perlahan dan
dalam sampai paru-paru terisi penuh selama lima detik, kemudian
menghembuskannya secara perlahan melalui kedua lubang hidung
selama lima detik. Mengulangi tindakan untuk tahap inspirasi dan
ekspirasi. Setiap siklus dalam prosedur penerapan SDB akan
memakan waktu sekitar 10 detik (lima detik inspirasi dan lima detik
ekspirasi) sehingga menjadi 6x/menit, per prosedur SDB dilakukan
6x/ menit kemudian diberikan waktu istirahat 10 detik dan dilanjutkan
kembali SDB 6x/ menit dari prosedur sampai mencapai 15 menit. Jadi
waktu yang dibutuhkan pada tahap ini adalah sekitar 15 menit.
3. Fase mengakhiri intervensi dengan mengembalikan atau merapikan
alat dan lingkungan yang telah digunakan, menyesuaikan posisi
nyaman responden dan menanyakan perasaan atau kondisi (ada
keluhan?), pada tahap ini akan memakan waktu sekitar 10 menit.
Kombinasi intervensi PMR dan SDB, peneliti melakukan prosedur
PMR terlebih dahulu kemudian prosedur SDB. Sedangkan pada kelompok
kontrol, responden mendapatkan perawatan rutin berdasarkan prosedur
yang telah ditetapkan. Peralatan yang digunakan dalam pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah spigmomanometer dan stetoskop, lembar
observasi, alat tulis dan peralatan komputer. Spigmomanometer dan
stetoskop untuk mengetahui tekanan darah sistolik dan diastolik, dan jam
untuk mengetahui denyut jantung pada pre-test dan post-test pada
kelompok kontrol dan intervensi.
Peneliti menggunakan regresi statistik parametrik, regresi linier
berganda untuk menganalisis pengaruh intervensi PMR, intervensi SDB,
dan kombinasi intervensi Progressive Muscle Relaxation dan Slow Deep
Breathing terhadap tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, dan
denyut jantung.

B. IMPORTANT
Intervensi relaksasi otot progresif berpengaruh signifikan (p<0,05)
terhadap tekanan darah dan denyut jantung secara simultan dan parsial.
Intervensi slow deep breathing tidak berpengaruh signifikan (p>0,05)
terhadap tekanan darah sistolik (p = 0,066), tetapi berpengaruh signifikan
(p<0,05) terhadap tekanan darah diastolik (p = 0,004) dan denyut jantung
(p=0,000). Secara parsial intervensi SDB berpengaruh signifikan (p<0,05)
terhadap BP dan HR. Intervensi gabungan PMR dan SDB memiliki
pengaruh yang signifikan (p<0,05) terhadap BP dan HR secara simultan
dan parsial.
Denyut jantung merupakan indikator kontraksi atau aktivitas
jantung, jantung berkontraksi untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan zat
penting lainnya bagi tubuh terutama organ vital (jantung dan otak), dan
yang bertanggung jawab untuk mengatur kontraksi jantung adalah sistem
saraf otonom. 6, 23]. Teknik relaksasi PMR dan SDB sama-sama
memberikan stimulus pada sistem saraf otonom dengan cara mengurangi
kerja sistem saraf simpatis untuk menurunkan detak jantung atau
mengembalikannya pada kondisi normal [14, 20]. Kelebihan SDB, dalam
hal ini adalah SDB melibatkan aktivitas relaksasi melalui pola pernapasan
sukarela melalui peningkatan fungsi paru-paru, sehingga meningkatkan
kadar oksigen dalam jaringan dan mengurangi konsumsi oksigen organ
(terutama jantung). Kemudian kemoreseptor mengirimkan sinyal saraf ke
pusat pernapasan tepatnya di medula oblongata yang juga berfungsi
sebagai tempat pusat kardiovaskular meduler dan akan menyebabkan
peningkatan aktivitas kerja saraf parasimpatis dan menurunkan aktivitas
saraf simpatis. Dengan kata lain, stimulus yang diberikan oleh SDB untuk
meningkatkan kadar oksigen oleh paru-paru lebih baik daripada PMR
yang melibatkan kontraksi dan peregangan kumpulan beberapa otot di
seluruh tubuh.

C. APLICABLE
Dilihat dari hasil penelitian tersebut, relaksasi otot progresif dan
pernapasan dalam lambat, dapat diaplikasikan pada pasien hipertensi
Perhitungan statistik menunjukkan bahwa intervensi PMR dan SDB
mempunyai pengaruh yang signifikan dalam pengendalian TD dan HR,
oleh karena itu diharapkan kedua terapi komplementer ini dapat
disosialisasikan kepada perawat bahkan diterapkan dalam intervensi
keperawatan khususnya dalam pengendalian TD dan HR pada klien
dengan hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai