Anda di halaman 1dari 7

Jurnal JKFT: Universitas Muhamadiyah Tangerang

Vol 5 No 1 Tahun 2020


p-ISSN 2502-0552; e-ISSN 2580-2917
EFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI NAFAS
DALAM TERHADAP TEKANAN DARAH PADA
PASIEN HIPERTENSI DI JAKARTA
Yanti Anggraini
Dosen Prodi DIII Keperawatan Fakultas Vokasi Universitas Kristen Indonesia,yanti. anggraini@uki.ac.id

INFORMASI ARTIKEL: ABSTRAK

Riwayat Artikel:
Tanggal di Publikasi: Juli 2020 Hipertensi merupakan penyakit the silent killer yang mengakibatkan 7.5
Kata kunci: juta kematian diseluruh dunia. Di RSU UKI Jakarta ditemukan 1.066
Pasien hipertensi pasien hipertensi. Penanganan hipertensi dapat dilakukan secara
Teknik relaksasi farmakologi dan non farmakologi. Pentalaksanaan non farmakologi
Tarik nafas dalam dengan menggunakan teknik relaksasi nafas dalam. Tujuan penelitian
Tekanan darah adalah mengetahui upaya penurunan tekanan darah dengan teknik
relaksasi nafas dalam pada pasien hipertensi. Jenis penelitian
eksperimental desian One Group Pretest-Posttest. Pasien berjumlah 30
responden dipilih dengan random sampling di RSU UKI dan Puskesmas
Kelurahan Cawang Jakarta Timur dari desember 2019- februari 2020.
Hasil: adanya perbedaan tekanan darah sistolik dan sistolik sebelum dan
sesudah intervensi teknik relaksasi nafas dalam (p=0.000), ada hubungan
usia terhadap tekanan darah diastolik (p=0.043) dan ada hubungan
makanan berlemak tinggi terhadap tekanan darah diastolik (p=0.037).
Kesimpulan: Teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan tekanan
darah pada pasien hipertensi selama empat hari dan direkomendasikan
perawat mengajarkan tarik nafas dalam dan memotivasi pasien untuk
latihan mandiri di rumah.

41
Jurnal JKFT: Universitas Muhamadiyah Tangerang
Vol 5 No 1 Tahun 2020
p-ISSN 2502-0552; e-ISSN 2580-2917

PENDAHULUAN Pentalaksanaan penyakit


Menurut American heart hipertensi dapat dilakukan secara
Association (2019: Hal 1-5), Penyakit farmakologi dan non farmakologi.Secara
kardiovaskular merupakan penyebab farmakologi pasien diberikan obat-
utama kematian secara global. Penyakit obatan anti hipertensi.Secara non
kardiovaskular terdiri dari penyakit PJK, farmakologi, pasien diajarkan teknik
stroke, gagal jantung, penyakit arteri dan relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi
penyakit hipertensi.Hipertensi nafas dalam merupakan suatu teknik
merupakan peningkatan lebih dari atau yang digunakan untuk menurunkan
sama dengan 140 mmHg pada tekanan tingkat stress dan nyeri kronis. Teknik
darah sistolik dan peningkatan lebih dari relaksasi nafas dalam memungkin pasien
atau sama dengan 90 mmHg pada mengendalikan respons tubuhnya
tekanan darah diastolik (Cheryl, 2017: terhadap ketegangan dan kecemasan.
hal.6). Teknik relaksasi nafas dalam dilakukan
Hipertensi merupakan penyakit dapat menurunkan konsumsi oksigen,
the silent killer yang menyebabkan 1 metabolism, frekuensi pernfasan,
dari 3 orang dewasa terkena penyakit frekuensi jantung, tegangan otot dan
hipertensi dan diperkirakan 7.5 juta tekanan darah (Kozier, Erb, Berman &
kematian yang diakibatkan oleh Snyder, 2011: 314)
hipertensi di seluruh dunia Penelitian yang dilakukan oleh
(Thirunavukarasu, Mahesan & Rini Tri Hastuti dan Insiyah (2015)
Nadarajah, 2018: hal. 1). Insiden pasien terhadap 30 orang pasien hipertensi
hipertensi berjumlah 1,13 milyar orang Puskesmas Bendosari Kabupaten
di seluruh dunia . Prevelensi pasien Sukoharjo, didapatkan adanya
hipertensi di Eropa tengah dan barat perbedaan signifikan sebelum dan
berjumlah lebih dari 150 juta orang sesudah intervensi teknik relaksasi nafas
(European Society Of Cardiology, 2018 dalam pada tekanan darah sistolik dan
: hal. 10). tekanan darah diastolik dengan p-value
Menurut Kementrian Kesehatan 0.000 (<0.005). Dalam penelitian ini
(2018: hal. 156), Angka kejadian pasien didapatkan sebelum dilakukan intervensi
hipertensi tertinggi di provinsi Sulawesi teknik relaksasi tarik nafas dalam nilai
Utara 13, 21 %, Kalimantan timur rata-rata tekanan darah sistolik berada
10,57%, Kalimantan Utara 10,46%, Dki pada 177,33 mmHg dan nilai rata-rata
Jakarta 10.17% dan Sulawesi Tenggara tekanan darah diastolic 95.87 mmHg.
10.17% dari 300.000 rumah tangga yang Setelah dilakukan intervensi teknik
dipilih dan dikunjungi di Indonesia. relaksasi nafas dalam nilai rata-rata
Berdasarkan data diatas, bila hipertensi tekanan darah sistolik berada pada
tidak segera ditangani, maka akan 173.20 mmHg dan nilai rata-rata
berakibat ke komplikasi penyakit tekanan darah diastolik 90.00 mmHg.
jantung koroner, gagal jantung, stroke, Penelitian ini dilakukan di RSU
gagal ginjal kronik, kerusakan retina UKI Jakarta Timur dan Puskesmas
mata dan penyakit vaskular perifer Kelurahan Cawang, Jakarta
(Glenys Yulanda dan Rika Lisiswanti, timur.Peneliti melakukan penelitian di
2017: hal.2). RSU Jakarta karena fenomena angka
kejadian yang tinggi berjumlah 1.066
pasien (Januari-Desember 2018).

42
Jurnal JKFT: Universitas Muhamadiyah Tangerang
Vol 5 No 1 Tahun 2020
p-ISSN 2502-0552; e-ISSN 2580-2917
Penelitian juga dilakukan denga independen. Instrumen yang digunakan
Puskesmas Kelurahan Cawang Jakarta dalam penelitian ini adalah tensi meter
Timur karena ditemukan penanganan air raksa sebagai alat untuk mengukur
pasien hipertensi lebih banyak dengan tekanan darah dan lembar observasi
menggunakan farmakologi dan pasien untuk mengumpulkan data karakteristik
jarang melakukan teknik relaksasi nafas beserta hasil pengukuran tekanan darah
dalam karena pasien kurang memahami responden. Responden diukur tekanan
cara melakukan teknik relaksasi nafas darah dalam posisi duduk kemudian
dalam dengan baik sehingga pasien diberi latihan teknik relaksasi nafas
jarang latihan teknik relaksasi nafas dalam selama 15 menit.Latihan teknik
dalam dirumah dan mengakibatkan relaksasi nafas dalam dilakukan tiga kali
tekanan darah meningkat. Tujuan dalam sehari selama empat hari.Hari
penelitian ini adalah untuk mengetahui terakhir sesudah latihan teknik relakasi
efektifitas teknik relaksasi nafas dalam nafas dalam dilakukan pengukuran
terhadap tekanan darah pada pasien tekanan darah sistolik dan diastolik pada
hipertensi. sore hari. Untuk analisa univariat
menggunakan SPSS frekuensi dan
METODE PENELITIAN analisa bivariat pre-test & post-test
Jenis penelitian ini merupakan menggunakan uji wilxocon serta untuk
penelitian Eksperimental dengan jenis uji hubungan menggunakan uji korelasi
desian One Group Pretest-Posttest kendall.
dimana kelompok perlakukan diukur
tekanan darah sebelum dan sesudah HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan intervensi teknik relaksasi
nafas dalam selama empat hari.Populasi Tabel 1. Karakteristik Responden
penelitian ini adalah pasien hipertensi
yang berkunjung ke RSU UKI dan
Puskesmas Kelurahan Cawang.Kriteria
inklusi adalah pasien hipertensi yang
bersedia melakukan teknik relaksasi
nafas dalam tiga kali sehari, pasien yang
mengalami rawat inap di RSU UKI dan
paisen yang berkunjung ke poli
Puskesmas Kelurahan Cawang.Kriteria
eksklusi adalah pasien yang tidak
bersedia melakukan Teknik Relaksasi
nafas dalam secara rutin dan pasien yang
tidak rutin mengkonsumsi obat
hipertensi.
Besar sampel dalam penelitian ini
berjumlah 30 pasien hipertensi yang
dipilih secara random sampling.Variabel
yang diteliti dalam penelitian ini yaitu
tekanan darah sistolik dan diastolik
sebagai variabel dependen dan teknik
relaksasi nafas dalam sebagai variabel

43
Jurnal JKFT: Universitas Muhamadiyah Tangerang
Vol 5 No 1 Tahun 2020
p-ISSN 2502-0552; e-ISSN 2580-2917
Tabel 2. Kataristik Tekanan Darah Tabel 5. Uji Hubungan Teknik
Relaksasi Dengan Usia, Jenis
Kelamin, Pekerjaan, IMT, Merokok,
Olahraga, Kebiasaan Makanan
Berlemak dan Asin

Tabel 3.Nilai Rata-Rata Usia,


Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik

Berdasarkan tabel 1 dan 3


didapatkan usia responden mayoritas
pada lansia akhir (36.7%) dan nilai rata-
rata usia 56 tahun. Responden yang
Tabel 4. Perbedaan Tekanan Darah
terkena hipertensi termuda pada usia 39
Sistolik& Diastolik Sebelum dan
tahun dan tertua pada usia 80 tahun.
Sesudah Intervensi Teknik Relaksasi
Untuk responden hipertensi
Tarik Nafas Dalam
adalah mayoritas responden yang
merokok (76.7%), IMT overweight
(46.7%), tidak berolahraga (63.3%),
mengkonsumsi makanan tinggi lemak
(66.7%) dan makanan asin (60%).
Sebelum dilakukan teknik
relaksasi nafas dalam, mayoritas
reponden memiliki tekanan darah
sistolik pada stage 2 (56.7%) dan nilai
rata-rata 161 mmHg. Tekanan darah
sistolik minimum 130 mmHg dan

44
Jurnal JKFT: Universitas Muhamadiyah Tangerang
Vol 5 No 1 Tahun 2020
p-ISSN 2502-0552; e-ISSN 2580-2917
maksimum 210 mmHg.Untuk tekanan diastolic dengan p-value 0.000 (<0.005).
darah diastolik, mayoritas pada Dalam penelitian ini didapatkan sebelum
hipertensi stage 1 (36.7%) dan nilai rata- dilakukan intervensi teknik relaksasi
rata 92 mmHg.Tekanan darah sistolik tarik nafas dalam nilai rata-rata tekanan
minimum 76 mmHg dan maksimum 120 darah sistolik berada pada 177,33
mmHg. mmHg dan nilai rata-rata tekanan darah
Sesudah dilakukan teknik diastolik 95.87 mmHg. Setelah
relaksasi nafas dalam, mayoritas dilakukan intervensi teknik relaksasi
reponden memiliki tekanan darah tarik nafas dalam nilai rata-rata tekanan
sistolik normal (56.7%) dan nilai rata- darah sistolik berada pada 173.20
rata 120 mmHg.Tekanan darah sistolik mmHg dan nilai rata-rata tekanan darah
minimum 100 mmHg dan maksimum diastolik 90.00 mmHg.
160 mmHg.Untuk tekanan darah Menurut Kozier, ERb, Berman &
diastolik, mayoritas tekanan darah Snyder (2011: hal. 314), teknik relaksasi
responden normal (76.7%) dan nilai dapat menurunkan konsumsi oksigen,
rata-rata 74.33 mmHg.Tekanan darah metabolism, frekuensi pernafasan,
sistolik minimum 64 mmHg dan frekuensi jantung, tegangan otot dan
maksimum 90 mmHg. tekanan darah sistolik dan diastolik.
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan Teknik relaksasi nafas dalam
ada perbedaan signifikan tekanan darah memungkinkan pasien mengendalikan
sistolik dan diastolik sebelum dan respons tubuhnya terhadap ketegangan
sesudah intervensi teknik relaksasi nafas dan kecemasan.
dalam dengan p-value 0.000 (< 0.005) Teknik relaksasi nafas dalam
dengan dibuktikan sebelum dilakukan dilakukan dengan cara pasien menarik
intervensi tekanan darah sistolik nafas dalam dan mengisi paru-paru
mayoritas pada stage 2 dengan nilai rata- dengan udara. Pasien disuruh
rata 161 mmHg.Sesudah dilakukan mengeluarkan udara pelan-pelan dan
intervensi, tekanan darah sistolik tubuh dilemaskan, konsentrasi sampai
mayoritas kembali normal dengan nilai merasakan enak.Kemudian bernafas
rata-rata 120 mmHg.Untuk tekanan seperti biasa, anjurkan nafas dalam lagi
darah diastolik, sebelum dilakukan dan keluarkan dengan pelan-pelan baru
intervensi teknik relaksasi tarik nafas kaki dilemaskan, kemudian lemaskan
dalam mayoritas pada hipertensi stage 1 bagian tangan, perut dan punggung
dengan nilai rata-rata 92 mmHg.Sesudah setelah selesai rileks dan anjurkan napas
dilakukan intervensi, tekanan darah secara teratur (A. Aziz & Musrifatul,
diastolik mayoritas kembali normal 2016).
dengan nilai rata-rata 74.33 mmHg. Pada tabel 5 didapatkan ada
Hasil penelitian ini sesuai dengan hubungan antara usia terhadap tekanan
penelitian yang dilakukan Rini Tri darah diastolik sesudah intervensi teknik
Hastuti dan Insiyah (2015) terhadap 30 Relaksasi nafas Dalam dengan p-value
orang pasien hipertensi Puskesmas 0.043 (<0.05) dan ada hubungan antara
Bendosari Kabupaten Sukoharjo, makanan berlemak terhadap tekanan
didapatkan adanya perbedaan signifikan darah diastolik sesudah intervensi teknik
sebelum dan sesudah intervensi teknik relaksasi Nafas Dalam dengan p-value
relaksasi nafas dalam pada tekanan 0.037 (<0.05). Tidak ada hubungan
daraah sistolik dan tekanan darah antara usia terhadap tekanan darah

45
Jurnal JKFT: Universitas Muhamadiyah Tangerang
Vol 5 No 1 Tahun 2020
p-ISSN 2502-0552; e-ISSN 2580-2917
sistolik (p-value= 0.394), merokok sel tubuh. Lemak dari makanan berada
terhadap tekanan darah sistolik (p- dalam berbagai bentuk dan samar.
value= 0,342), merokok terhadap Asupan kolesterol dan lemak jenuh yang
tekanan darah diastolik (p-value=0.529), tinggi berkaitan dengan perkembangan
olahraga terhadap tekanan darah sistolik PJK yang ditandai dengan tekanan darah
(p-value= 0.351), olahraga terhadap tinggi (hipertensi).
tekanan darah diastolik (p-value=
0.977), IMT terhadap tekanan darah KESIMPULAN DAN SARAN
sistolik (p-value= 0.320), IMT terhadap Hasil penelitian ini menunjukkan
tekanan darah diastolik (p-value= bahwa adanya efektifitas teknik
0.056), Makanan berlemak terhadap relaksasi Tarik nafas dalam terhadap
tekanan darah sistolik (p-value= 0.802), tekanan darah pada pasien hipertensi di
makanan asin terhadap tekanan darah RSU UKI dan Puskesmas Kelurahan
sistolik (p-value= 0.942), dan makanan Cawang dengan p-value 0.000 (<0.05)
asin terhadap tekanan darah diastolik (p- dimana sebelum terapi tehnik relaksasi
value= 0.864). tarik nafas dalam, tekanan darah sistolik
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas pada hipertensi stage 2
hubungan antara usia terhadap tekanan sebanyak 56.7% dan tekanan darah
darah diastolik sesudah intervensi teknik diastolik mayoritas pada hipertensi stage
Relaksasi nafas Dalam dengan p-value 1 sebanyak 36.7%. Sesudah dilakukan
0.043 (<0.05). Menurut Black & Hawks intervensi, tekanan darah sistolik turun
(2014: hal. 82), usia adalah faktor resiko menjadi normal sebanyak 56.7% dan
yang tidak dapat dimodifikasi dan diastolik turun menjadi normal sebanyak
mempengaruhi risiko serta keparahan 76.7%. Ada hubungan antara usia
penyakit jantung koroner yang ditandai terhadap tekanan darah diastolik sesudah
dengan tekanan darah tinggi intervensi teknik Relaksasi nafas Dalam
(hipertensi). Pada usia yang lebih tua, dengan p-value 0.043 (<0.05) dan
wanita yang mengalami serangan makanan berlemak terhadap tekanan
jantung memiliki kemungkinan darah diastolik sesudah intervensi teknik
kematian akibat serangan jantung dua relaksasi nafas dalam dengan p-value
kali lebih besar dibandingkan pria. 0.037 (<0.05).
Hasil dari tabel 5 menunjukkan Saran pada penelitian ini adalah
ada hubungan antara makanan berlemak bagi tenaga kesehatan khususnya
terhadap tekanan darah diastolik sesudah perawat dan mahasiswa perawat agar
intervensi teknik relaksasi nafas dalam mengajarkan intervensi keperawatan
dengan p-value 0.037 (<0.05).Hal ini yaitu teknik relaksasi tarik nafas dalam
dibuktikan oleh Black & Hawks (2014: kepada pasien hipertensi selama empat
hal.83) makanan berlemak mengandung hari dan memotivasi pasien untuk
kolesterol yang bersirkulasi di darah melakukan teknik relaksasi nafas dalam
dalam kombinasi dengan trigeliserida di rumah secara mandiri.
dan fosfolipid terikat protein. Kompleks
ini disebut dengan DAFTAR PUSTAKA
lipoprotein.Lipoprotein berfungsi untuk American Heart Association.(2019).
LDL yang memiliki konsentrasi Heart Disease and Stroke
kolesterol yang paling tinggi dan Statistics-2019 At-a-Glance. 1-5.
ttps://healthmetrics.heart.org/wp-
mengangkut kolesterol endogen ke sel-

46
Jurnal JKFT: Universitas Muhamadiyah Tangerang
Vol 5 No 1 Tahun 2020
p-ISSN 2502-0552; e-ISSN 2580-2917
content/uploads/2019/02/At-A- Healthcare Professionals. 1-81.
Glance-Heart-Disease-and-Stroke- Kumaran Book
Statistics-–-2019.pdf House.https://www.researchgate.ne
t/publication/327418169_HYPER
A. Aziz & Musrifatul. (2016). Buku TENSION_The_Silent_Killer
Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.
Jakarta: Salemba Medika.

Black & Hawks.(2014). Keperawatan


Medikal Bedah. Singapore:
Elsevier.

Cheryl. (2017). Hypertension


Prevalence and Control Among
Adults: United States. 1-29. ISSN
1941-
4927.https://www.cdc.gov/nchs/dat
a/databriefs/db289.pdf

European Society Of Cardiology.


(2018). Guidelines For The
Management of arterial
hypertension. 1-98. Doi
10.1093/eurheartj/ehy339.
https://www.semg.es/images/docu
mentos/grupos/Guia_2018_manejo
_HTA_SEH.pdf

Glenys Yulanda dan Rika


Lisiswanti.(2017). Penatalaksanaan
Hipertensi Primer.1-9. Volume
6.Nomor 1.Februari 2017. Jurnal
Universitas Lampung.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/i
ndex.php/majority/article/view/152
6/1484

Kementerian Kesehatan .(2018). Hasil


Utama Riskesdas 2018. 1-220.
http://www.kesmas.kemkes.go.id/a
ssets/upload/dir_519d41d8cd98f00
/files/Hasil-riskesdas-
2018_1274.pdf

Kozier, Erb, Berman & Snyder.(2011).


Buku Ajar Fundamental
Keperawatan.Volume 1. Jakarta:
EGC.

Thirunavukarasu, Mahesan &


Nadarajah. (2018). Hypertension
The Silent Killer A Guide For
Primary Care Physicians and

47

Anda mungkin juga menyukai