Anda di halaman 1dari 11

ANALISA JURNAL

TERAPI TERETAWA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA


PASIEN HIPERTENSI DI RUANGAN IRNA. A WANITA RSUD DUMAI

Disusun Oleh
Kelompok. III
1. Elsa Rosanti,S.Kep ( Isi Nim disamping )……
2. Erlinawati,S.Kep
3. Erly Efrida,S.Kep
4. Feri Trisna,S.Kep
5. Ratna Desi,S.Kep
6. Yetnawilis,S.Kep

Preseptor Akademik : Ns. Jannaim,S.Kep.M.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES AL INSYIRAH PEKANBARU TAHUN 2020/2021
A. PENDAHULUAN
Hipertensi adalah tekanan darah atau denyut jantung yang lebih tinggi dari normal
yang disebabkan oleh penyempitan pembuluhdarah atau karena gangguan lain
(Dorland,2005). Hipertensi sistolik terisolasi adalah bila tekanan sistolik ≥160 mmHg
dan tekanan diastolik <90 mm Hg (PERGEMI, 2004). Hipertensi merupakan faktor
penyebab kematian dini terbesar ketiga di Indonesia. Hipertensi juga mengakibatkan
terjadinya gagal jantung kongestif dan penyakit cerebrovascular (Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular Departemen Kesehatan RI, 2006).
World Health Organization (WHO) memprediksikan pada tahun 2025 nanti, sekitar
29% orang dewasa di seluruh dunia menderita Hipertensi (DEPKES, 2006). Hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKEDAS) Balitbangkes tahun 2007 menunjukkan adanya
prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,17 %. Hipertensi sistolik terisolasi di
derita oleh 10-20% pasien usia tua yang menjadi tipe hipertensi predominan (mendekati
60%) pada pasien usia lanjut yang diterapi maupun yang tidak mendapat terapi
(Handajani, 2005). Tingginya angka kejadian hipertensi yang terus meningkat dan akan
menyebabkan komplikasi.Penatalaksanaan hipertensi yang tidak dilakukan dengan baik
dapat menyebabkan komplikasi (Riskesdas,2013). Apabila hipertensi tidak ditangani
dengan tepat maka akan menimbulkan komplikasi yaitu stroke,infark miokard, gagal
jantung, gagal ginjal kronik dan retinopati (Nuraini, 2015).
Hal yang sama juga terjadi di Provinsi Riau dan Kota Pekanbaru. LaporanRiskesdas
tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada usia dewasa diProvinsi Riau
sebesar 20,9%, di Kota Pekanbaru sebesar 18,1%, dan prevalens ihipertensi tersebut
cenderung mengalami peningkatan seiring bertambahnya usia. DiProvinsi Riau,
prevalensi hipertensi pada kelompok usia 55-64 tahun sebesar 45,6%;kelompok usia 65-
74 tahun sebesar 61,8%; dan kelompok usia 75 tahun ke atas sebesar72,5% (Kemenkes
RI, 2013).Penyakit hipertensi merupakan urutan pertama jenis penyakit kronis
tidakmenular yang dialami oleh kelompok usia lanjut di Provinsi Riau dan di
KotaPekanbaru (Dinkes Provinsi Riau, 2014; Dinkes Kota Pekanbaru,2015). Kasus
Hipertensi di RSUD Dumai dalam 3 tahun terakhir terusmeningkat dan menurut jenis
kelamin tertinggi selalu terjadi pada perempuan,berdasarkan kelompok usia tertinggi
selalu terjadi pada kelompok usia di atas 45tahun. Tahun 2017 kasus Hipertensi di RSUD
Dumai mencapai 278 kasus Hipertensi dimana perempuansebanyak 178 kasus dan laki-
laki sebanyak 100 kasus, pada tahun 2018 kasus hipertensi sebanyak 293 kasus dimana
perempuan 192 kasus dan laki laki sebanyak 101 kasus . Pada tahun 2019
kasushipertensi di RSUD Dumai semakin meningkat yaitu sebesar 312 dengankasus
tertinggi pada perempuan sebanyak 217 kasus dan terendah laki-laki sebanyak 95 kasus.
Darmojodan Martono(2004) menjelaskan penatalaksanaan hipertensi yang dianjurkan
bagi lansia adalah terapi nonfarmakologis, salah satunya yaitu dengan latihan
fisikaerobik. Tertawa 20 menit setara dengan berolahraga ringan selama 2 jam karena
dengan tertawa peredaran darah dalam tubuh lancar, kadar oksigen dalam darah
meningkat,dan tekanan darah akan normal. Tertawa sama dengan efek latihan fisik yang
membantu meningkatkan suasana hati, menurunkan hormon stres, meningkatkan
aktivitas kekebalan tubuh, menurunkan kolesterol jahat dan tekanan darah sistolik serta
meningkatkan kolesterol baik (Berk et al,1996). Lansia tidak mampu melakukan banyak
latihan fisik karena masalah otot lemah dan radang persendian, oleh karena itu tawa
merupakan latihan ideal bagi mereka yang mempunyai keterbatasan fisik (Kataria,
2004).Mengingat terapi tertawa bisa dilakukan oleh siapa saja dan orang yang akan
menjadi tutor hanya perlu sedikit latihan maka terapi tertawa ini layak diterapkan.
Berdasarkan latarbelakang didiatas maka kelompok tertarik mebganalisis jurnal
tentang pengaruh penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan terapi non
farmakologi terapi senam tertawa di RSUD Dumai. Oleh karena itu kami dari mahasiswa
Profesi Ners ingin membuktikan apakah dengan terapi non farmakologi senam tertawa
dapat penurunan kan tekanan darah pada peenderita hipertensi.

B. SKENARIO
Seorang wanita, usia 64 tahun datang ke RSUD Dumai tgl 06 November 2020 jam
15.00 Wib dengan keluhan nyeri kepala bagian atas sampai ke leher, leher terasa tegang
dan kaku. Pada saat dilakukan pengkajian oleh perawat klien tampak pucat lemas karna
sudah 5 hari sebelum masuk RS klien mengatakan sakit kepala timbul setelah melakukan
aktifitas yang berat,klien merasa pusing,kelelahan,lemas,dan gelisah. Klien mengatakan
sulit bernafas,klien mengatakan merasa mual dan muntah sehingga tidak nafsu makan.
Pada pemeriksaan fisik didapat data keadaan umum lemah,letih,dan gelisah. TTV: TD:
190/90 mmhg, ND:98 x/I, RR: 28x/I, S: 36.5. Turgor kulit kering,mukosa bibir kering
dan pucat,adanya kelemahan otot .Diruangan perawatan klien mendapat terapi IVFD: RL
20 tts/i, injeksi furosemid 1 amp/8 jam, ranitidin 1amp/8 jam,aspar k 3x1,caltropil 3x50
mg, kandisartan 1x1 malam,diet ml rendah garam. Hasil laboratorium hb,9,2 mmhg,
leukosit 7.800 mm,hematokrit 34 mm, trombosit 174,000 mm,ureum 43 mg/dl, kretinin
0,69 mg/dl glukosa 166 mg/dl. O2 terpasang 10 ltr/I.
C. RUMUSAN MASALAH (PICO)
Problem Intervensi Comparasion Outcome
Masalah klinik Pelaksanaan penelitian ini Perbandingan nilai Hasil dari uji
penatalaksanaan pada menggunakan alat ukur berdasarkan statistik dengan
pasien hipertensi SOP terapi tertawa dan penelitian Paired T-test
pada lansia adalah tensimeter digital .Terapi tekanan sistolik menunjukan bahwa
kurangnya intervensi tertawa diberikan selam 3 sebelum terapi tingkat signifikansi
nonfarmakologis, minggu dengan jumlahnya tertawa dari 19 p= 0.000 artinya
sedangakan populasi 2 kali seminggu yaitu di responden tertinggi terdapat pengaruh
populasi penelitian hari Selasa dan Jumat Total adalah 192 mmHg. pemberian terapi
adalah seluruh lansia waktu terapi tertawa Sedangkan tekanan tertawa terhadap
yang menderita adalah 30-40 menit. darah sistolik penurunan tekanan
hipertensi sebanyak Pengukuran tekanan darah sesudah terapi darah pada pasien
20 orang. diukur sebelum dan tertawa 19 hipertensi.
sesudah perlakuan sampai responden tertinggi
hari keenam dengan sample adalah 184 mmHg.
20 pasien HT.
Hasil ini
Terapi farmakologis Desain penelitian yang Perbandingan nilai membuktikan
pada pasien digunakan rata-rata tekanan terdapat perbedaan
hipertensi relatif dalam penelitian Quasi darah sistolik dan antara rata-rata
mahal dan experimental dengan diastolik pada post test antara
menimbulkan efek rancangan penelitian yaitu kelompok eksperimen tekanan darah
samping yang tidak non-equivalent control sebelum diberikan kelompok
diinginkan dan dapat group. 15 Kelompok relaksasi otot eksperimen dan
memperburuk eksperimen dilakukan progresif yaitu 156,60 kelompok kontrol.
keadaan. Langkah pengukuran sebelum mmHg dan 94,47 Jadi, dapat
awal pengobatan intervensi (pre-test), mmHg. Setelah disimpulkan
hipertensi non diberikan intervensi diberikan relaksasi bahwa pemberian
farmakologis dengan relaksasi otot progresif otot progresif yaitu relaksasi otot
menjalani pola hidup selama 15 menit dan 146,53 mmHg dan progresif efektif
sehat, salah satunya istirahat selama 5 menit 88,20 mmHg. dalam menurunkan
terapi komplementer kemudian dilakukan tekanan darah
menggunakan bahan2 pengukuran (post-tets). pada penderita
alami dan latihan Sedangkan 15 kelompok hipertensi
relaksasi otot kontrol tidak dilakukan esensial dengan p
progresif. intervensi namun diberikan value < α (0,05).
penkes selama 15 menit
dan tetapi dilakukan
pengukuran pretest dan
posttest. Alat yg digunakan
sphygmomanometer digital
Omron. Sampel dalam
penelitian ini adalah
30 penderita hipertensi
Rumusan masalah: Apakah dengan Teknik terapi senam tertawa lebih efektif menurunkan
tekanan darah pada hipertensi dibandingkan dengan teknik relaksasi otot progresif.
key word : senam tertawa,relaksasi progresif dan hipertensi

D. METODE PENELUSURAN BUKTI


Jurnal Media Keperawatan Indonesia Vol 13, No 1 (2018)>SetyaningrumIlmu
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Masyarakat Surya Medika Yogyakarta
https://doi.org/10.32504/sm.v13i1.99
Jurnal Program Studi Keperawatan Ilmu Keperawatan IndonesiaVol 10, No 1
(2019)>Ekarini Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Tanjung Karang
http://dx.doi.org/10.26630/jk.v10i1.1139

E. HASIL PENELUSURAN BUKTI


Author, jurnal title,
N Validity Importance (result) Applicability (conclusion)
volume in page
O member
1 Petrus Kanisius Desain penelitian Kriteria sample dalam Hasil penelitian
Siga Tage (2018),
menggunakan desain penelitian ini adalah Berdasarkan hasil
pengaruh terapi
tertawa terhadap Quasy-Experiment Kriteria inklusi: 1. penelitian dapat diketahui
perubahan tekanan dengan rancangan one Lansia hipertensi bahwa tekanandarah
darah pada lansia
group design pre-test dengan tekanan darah sistolik sebelum
dengan hipertensi
sistolik terisolasi and post-test. Populasi ≥ 160/ <90 mmHg diberikan terapi tertawa
di panti sosial penelitian ini adalah 1. Kriteria eksklusi dari 19 responden yang
budi. Program seluruh lansia yang dalam penelitian ini tertinggi adalah 192
studi ners fakultas
keperawatan menderita hipertensi adalah:1. Lansia mmHg dan tekanan darah
universitas sistolik sebanyak 20 dengan penyakit wasir sistolik terendah adalah
airlangga kampus, orang ada di Panti. 2. Lansia dengan 163 mmHg. Sedangkan
page 11 Volume
14, Nov 2018. Sampel menggunkan penyakit hernia 3. tekanan darah sistolik
teknik purposive Lansia dengan penyakit sesudah diberikan terapi
sampeling. jantung yang tidak tertawa dari 19
toleran 4. Lansia responden yang tertinggi
dengan sesak nafas 5. adalah184 mmHg dan
Lansia dengan penyakit tekanan darah sistolik
TBC 6. Lansia dengan terendah adalah 149
penyakit influenza mmHg.Berdasarkan
7.Lansia dengan tekanan darah diastolik
glaucoma 8.Lansia 19 responden sebelum
yang pikun 9. Lansia diberikan terapi diketahui
yang mengalami bahwa tekanan yang
penurunan pendengaran tertinggi adalah 88
mmHg dan tekanan darah
terendah adalah 74
mmHg sedangkan
sesudah diberikan terapi
tekanan yang tertinggi
adalah 83 mmHg dan
yang terendah adalah 58
mmHg.Beradasarkan
hasil uji statistik dengan
Paired T-test yang tertera
dalam tabel menunjukan
bahwa tingkat
signifikansi p= 0.000
artinya terdapat pengaruh
pemberian terapi tertawa
terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi sistolik
terisolasi.
2. EndarSulis Desain penelitian yang Karakteristik peneliti Hasil Penelitian
Tyani1,WasistoUt
omo2,Yesi digunakandalam menetapkan 30 kelompok
HasneliN3.Jurnal penelitian ini orangsampel dengan eksperimensetelah
Program Studi
Keperawatan Ilmu adalahQuasiexperiment rincian 15orang diberikanrelaksasi otot
Keperawatan aldengan rancangan sebagaikelompok progresifadalah146,53
Indonesia.Vol
10,No 1 2019. penelitianyaitunon- eksperimen dan 15 mmHg dan 88,20
Politeknik equivalent control orang sebagaikelompok mmHg,sedangkanrata-
Kesehatan
Kementrian group.Rancangan ini kontrol.Sampel dalam rata tekanan darah
Kesehatan berupaya penelitian ini sistolikdan diastolikpada
Tanjung Karang
untukmengungkapkan adalah30responden kelompok kontroladalah
hubungan sebab penderita hipertensi 160,87 mmHg dan 98,87
akibatdengan cara yangberobat di mmHg.Hasil uji statistik
melibatkan kelompok Puskesmas Tenayan diperolehp value=0,000
kontroldisamping RayaPekanbaruyang lebih kecil dari pada
kelompok telah memenuhi nilaiα =
eksperimental.Teknik kriteriainklusi.berdasar 0,05(p<0,05)maka dapat
pengambilan sampel kan usia didapatkan disimpulkan bahwaada
yangdigunakan yaitu bahwaresponden perbedaan yang
teknikPurposive sebagian besar adalah signifikan antararata-
Samplingyaitu teknik lansia akhir(56-60 ratatekanan darahpada
pengambilan sampel tahun) yaitu sebanyak kelompokeksperimen dan
daripopulasi yang 13 orang(43,3%). kelompok kontrol.dari
sesuai dengan ujistatistik didapatkan
kehendakpeneliti nilai rata-rata
berdasarkan tujuan tekanandarah sistolik dan
ataupun diastolik padakelompok
masalahpenelitianserta eksperimen sebelum
karakteristik subjek diberikanrelaksasi otot
yangdiinginkan progresif yaitu
156,60mmHg dan 94,47
mmHg.
Setelahdiberikanrelaksasi
otot progresifyaitu146,53
mmHg dan 88,20 mmHg.
Hasilanalisa diperolehp
valuetekanan
sistolik(0,001) < α (0,05)
dan diastolik (0,000) <α
(0,05), maka dapat
disimpulkan bahwaada
perbedaan yang
signifikan
antarameantekanan darah
sistolik dan
diastoliksebelum dan
sesudah intervensi
padakelompok
eksperimen.

F. DISKUSI
Tingkat keberhasilan teknik senam terapi Tertawa dengan Teknik Relaksasi otot
Progrefsif sama-sama efektif yang membedakan hanya senam terapi tertawa lebih mudah
di lakukan yang mana waktu nya relatif singkat. Dengan melakukan terapi senam Tertawa
20 menit setara dengan berolahraga ringan selama 2 jam karena dengan tertawa peredaran
darah dalam tubuh lancar, kadar oksigen dalam darah meningkat,dan tekanan darah akan
normal. Tertawa sama dengan efek latihan fisik yang membantu meningkatkan suasana
hati, menurunkan hormon stres, meningkatkan aktivitas kekebalan tubuh, menurunkan
kolesterol jahat dan tekanan darah sistolik serta meningkatkan kolesterol baik.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tekanandarah sistolik sebelum
diberikan terapi tertawa dari 19 responden yang tertinggi adalah 192 mmHg dan tekanan
darah sistolik terendah adalah 163 mmHg. Sedangkan tekanan darah sistolik sesudah
diberikan terapi tertawa dari 19 responden yang tertinggi adalah184 mmHg dan tekanan
darah sistolik terendah adalah 149 mmHg.Berdasarkan tekanan darah diastolik 19
responden sebelum diberikan terapi diketahui bahwa tekanan yang tertinggi adalah 88
mmHg dan tekanan darah terendah adalah 74 mmHg sedangkansesudah diberikan terapi
tekanan yang tertinggi adalah 83 mmHg dan yang terendah adalah 58 mmHg. Ini juga
sudah di buktikan oleh mahasiswa Program studi Ners Al insyirah Saat di lapangan di
RSUD Dumai Ruangan Irna A Wanita, sudah dilakukan teknik senam Tertawa pada pasien
Hipertensi selama 15 menit, terjadi penurunan tensi pada pasien dari tensi 190/90 mmhg
turun menjadi 140/80 mmhg.

G. KESIMPULAN
Dari analisa jurnal diatas dan pembuktian di ruangan dapat di simpulkan bahwa
teknik Terapi senam Tertawa dapat di aplikasikan dan di gunakan dalam menurunkan
tekanan darah pada Hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA

Amaki et al. 2007.A case of Neurally Mediated Syncope Induced by Laughter Successfully
Treated With Combination of Propanolol and Midodrine.(Int Heart J 2007; 48: 123-
127). Jepang. Diakses: (13 Maret 2012)
Andol. 2009. Terapi Tertawa. Diakses pada tanggal 13 Maret 2012 dari
http://m.epochtimes.co.id.
Anggun, R. P. dan Nurtjahjanti. H. 2001. Pengaruh Penerapan Terapi Tawa Terhadap
Penurunan Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai Kereta Api, Jurnal Psikologi Undip Vol.
10, No.2, Oktober 2011. Fakultas Psikologi UNDIP. Semarang
Arif, M. 2001, Kapita Selekta Kedokteran. EGC. Jakarta Arifin et al. 2012. urnal Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga: Perbedaan Communication Back Massage dan
Back Massagedalam Menurunkan Tekanan Darah Pada Klien dengan Lansia dengan
Hipertensi. Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya. Surabaya
Ariana, D. 2006. Terapi Humor untuk Menurunkan Tingkat Stres pada Mahasiswa Baru.
Skripsi. Fakultas Psikologi UNAIR. Surabaya. Tidak dipublikasikan.
Aronow, W.S. 2011. A report of the American college of cardiology foundation task force on
clinical expert on consensus documents, ACCF/AHA 2011 ExpertConsensus
Document on Hypertension in the ElderlyApril 2011. Elsevier. USA Astawan, B.
2002. Hubungan pengetahuan dan sikap keluarga terhadap praktek perawatan
penderita hipertensi di RS Wira Bakti Tamtama.Skripsi. Stikes Karya Husada.
Semarang
Ayu, A . 2005.Terapi Tertawa Untuk Hidup lebih Sehat, Bahagia dan Ceria.Pustaka Larasati.
Yogyakarta.
Lampiran kedua jurnanya di halaman terhir

Anda mungkin juga menyukai