Disusun Oleh
Kelompok. III
1. Elsa Rosanti,S.Kep ( Isi Nim disamping )……
2. Erlinawati,S.Kep
3. Erly Efrida,S.Kep
4. Feri Trisna,S.Kep
5. Ratna Desi,S.Kep
6. Yetnawilis,S.Kep
B. SKENARIO
Seorang wanita, usia 64 tahun datang ke RSUD Dumai tgl 06 November 2020 jam
15.00 Wib dengan keluhan nyeri kepala bagian atas sampai ke leher, leher terasa tegang
dan kaku. Pada saat dilakukan pengkajian oleh perawat klien tampak pucat lemas karna
sudah 5 hari sebelum masuk RS klien mengatakan sakit kepala timbul setelah melakukan
aktifitas yang berat,klien merasa pusing,kelelahan,lemas,dan gelisah. Klien mengatakan
sulit bernafas,klien mengatakan merasa mual dan muntah sehingga tidak nafsu makan.
Pada pemeriksaan fisik didapat data keadaan umum lemah,letih,dan gelisah. TTV: TD:
190/90 mmhg, ND:98 x/I, RR: 28x/I, S: 36.5. Turgor kulit kering,mukosa bibir kering
dan pucat,adanya kelemahan otot .Diruangan perawatan klien mendapat terapi IVFD: RL
20 tts/i, injeksi furosemid 1 amp/8 jam, ranitidin 1amp/8 jam,aspar k 3x1,caltropil 3x50
mg, kandisartan 1x1 malam,diet ml rendah garam. Hasil laboratorium hb,9,2 mmhg,
leukosit 7.800 mm,hematokrit 34 mm, trombosit 174,000 mm,ureum 43 mg/dl, kretinin
0,69 mg/dl glukosa 166 mg/dl. O2 terpasang 10 ltr/I.
C. RUMUSAN MASALAH (PICO)
Problem Intervensi Comparasion Outcome
Masalah klinik Pelaksanaan penelitian ini Perbandingan nilai Hasil dari uji
penatalaksanaan pada menggunakan alat ukur berdasarkan statistik dengan
pasien hipertensi SOP terapi tertawa dan penelitian Paired T-test
pada lansia adalah tensimeter digital .Terapi tekanan sistolik menunjukan bahwa
kurangnya intervensi tertawa diberikan selam 3 sebelum terapi tingkat signifikansi
nonfarmakologis, minggu dengan jumlahnya tertawa dari 19 p= 0.000 artinya
sedangakan populasi 2 kali seminggu yaitu di responden tertinggi terdapat pengaruh
populasi penelitian hari Selasa dan Jumat Total adalah 192 mmHg. pemberian terapi
adalah seluruh lansia waktu terapi tertawa Sedangkan tekanan tertawa terhadap
yang menderita adalah 30-40 menit. darah sistolik penurunan tekanan
hipertensi sebanyak Pengukuran tekanan darah sesudah terapi darah pada pasien
20 orang. diukur sebelum dan tertawa 19 hipertensi.
sesudah perlakuan sampai responden tertinggi
hari keenam dengan sample adalah 184 mmHg.
20 pasien HT.
Hasil ini
Terapi farmakologis Desain penelitian yang Perbandingan nilai membuktikan
pada pasien digunakan rata-rata tekanan terdapat perbedaan
hipertensi relatif dalam penelitian Quasi darah sistolik dan antara rata-rata
mahal dan experimental dengan diastolik pada post test antara
menimbulkan efek rancangan penelitian yaitu kelompok eksperimen tekanan darah
samping yang tidak non-equivalent control sebelum diberikan kelompok
diinginkan dan dapat group. 15 Kelompok relaksasi otot eksperimen dan
memperburuk eksperimen dilakukan progresif yaitu 156,60 kelompok kontrol.
keadaan. Langkah pengukuran sebelum mmHg dan 94,47 Jadi, dapat
awal pengobatan intervensi (pre-test), mmHg. Setelah disimpulkan
hipertensi non diberikan intervensi diberikan relaksasi bahwa pemberian
farmakologis dengan relaksasi otot progresif otot progresif yaitu relaksasi otot
menjalani pola hidup selama 15 menit dan 146,53 mmHg dan progresif efektif
sehat, salah satunya istirahat selama 5 menit 88,20 mmHg. dalam menurunkan
terapi komplementer kemudian dilakukan tekanan darah
menggunakan bahan2 pengukuran (post-tets). pada penderita
alami dan latihan Sedangkan 15 kelompok hipertensi
relaksasi otot kontrol tidak dilakukan esensial dengan p
progresif. intervensi namun diberikan value < α (0,05).
penkes selama 15 menit
dan tetapi dilakukan
pengukuran pretest dan
posttest. Alat yg digunakan
sphygmomanometer digital
Omron. Sampel dalam
penelitian ini adalah
30 penderita hipertensi
Rumusan masalah: Apakah dengan Teknik terapi senam tertawa lebih efektif menurunkan
tekanan darah pada hipertensi dibandingkan dengan teknik relaksasi otot progresif.
key word : senam tertawa,relaksasi progresif dan hipertensi
F. DISKUSI
Tingkat keberhasilan teknik senam terapi Tertawa dengan Teknik Relaksasi otot
Progrefsif sama-sama efektif yang membedakan hanya senam terapi tertawa lebih mudah
di lakukan yang mana waktu nya relatif singkat. Dengan melakukan terapi senam Tertawa
20 menit setara dengan berolahraga ringan selama 2 jam karena dengan tertawa peredaran
darah dalam tubuh lancar, kadar oksigen dalam darah meningkat,dan tekanan darah akan
normal. Tertawa sama dengan efek latihan fisik yang membantu meningkatkan suasana
hati, menurunkan hormon stres, meningkatkan aktivitas kekebalan tubuh, menurunkan
kolesterol jahat dan tekanan darah sistolik serta meningkatkan kolesterol baik.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tekanandarah sistolik sebelum
diberikan terapi tertawa dari 19 responden yang tertinggi adalah 192 mmHg dan tekanan
darah sistolik terendah adalah 163 mmHg. Sedangkan tekanan darah sistolik sesudah
diberikan terapi tertawa dari 19 responden yang tertinggi adalah184 mmHg dan tekanan
darah sistolik terendah adalah 149 mmHg.Berdasarkan tekanan darah diastolik 19
responden sebelum diberikan terapi diketahui bahwa tekanan yang tertinggi adalah 88
mmHg dan tekanan darah terendah adalah 74 mmHg sedangkansesudah diberikan terapi
tekanan yang tertinggi adalah 83 mmHg dan yang terendah adalah 58 mmHg. Ini juga
sudah di buktikan oleh mahasiswa Program studi Ners Al insyirah Saat di lapangan di
RSUD Dumai Ruangan Irna A Wanita, sudah dilakukan teknik senam Tertawa pada pasien
Hipertensi selama 15 menit, terjadi penurunan tensi pada pasien dari tensi 190/90 mmhg
turun menjadi 140/80 mmhg.
G. KESIMPULAN
Dari analisa jurnal diatas dan pembuktian di ruangan dapat di simpulkan bahwa
teknik Terapi senam Tertawa dapat di aplikasikan dan di gunakan dalam menurunkan
tekanan darah pada Hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Amaki et al. 2007.A case of Neurally Mediated Syncope Induced by Laughter Successfully
Treated With Combination of Propanolol and Midodrine.(Int Heart J 2007; 48: 123-
127). Jepang. Diakses: (13 Maret 2012)
Andol. 2009. Terapi Tertawa. Diakses pada tanggal 13 Maret 2012 dari
http://m.epochtimes.co.id.
Anggun, R. P. dan Nurtjahjanti. H. 2001. Pengaruh Penerapan Terapi Tawa Terhadap
Penurunan Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai Kereta Api, Jurnal Psikologi Undip Vol.
10, No.2, Oktober 2011. Fakultas Psikologi UNDIP. Semarang
Arif, M. 2001, Kapita Selekta Kedokteran. EGC. Jakarta Arifin et al. 2012. urnal Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga: Perbedaan Communication Back Massage dan
Back Massagedalam Menurunkan Tekanan Darah Pada Klien dengan Lansia dengan
Hipertensi. Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya. Surabaya
Ariana, D. 2006. Terapi Humor untuk Menurunkan Tingkat Stres pada Mahasiswa Baru.
Skripsi. Fakultas Psikologi UNAIR. Surabaya. Tidak dipublikasikan.
Aronow, W.S. 2011. A report of the American college of cardiology foundation task force on
clinical expert on consensus documents, ACCF/AHA 2011 ExpertConsensus
Document on Hypertension in the ElderlyApril 2011. Elsevier. USA Astawan, B.
2002. Hubungan pengetahuan dan sikap keluarga terhadap praktek perawatan
penderita hipertensi di RS Wira Bakti Tamtama.Skripsi. Stikes Karya Husada.
Semarang
Ayu, A . 2005.Terapi Tertawa Untuk Hidup lebih Sehat, Bahagia dan Ceria.Pustaka Larasati.
Yogyakarta.
Lampiran kedua jurnanya di halaman terhir