Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memberdayakan
masyarakat yang karena ketidakmampuannya baik karena faktor internal maupun
eksternal. Pemberdayaan diharapkan mampu mengubah tatanan hidup
masyarakat kearah yang lebih baik, sebagaimana cita-cita bangsa untuk
mewujudkan masyarakat yang adil, demokratis, sejahtera dan maju (Wrihatnolo,
2007).
Pemberdayaan masyarakat kini telah menjadi agenda penting pemerintah,
terutama sebagai kelanjutan dari kegagalan konsep pembangunan masa lalu.
Tidak hanya pemerintah, tapi dunia usaha juga memiliki program pemberdayaan
masyarakat sebagai bentuk tanggung jawab sosial mereka terhadap masyarakat,
(Corporat Social Responsibility/CSR). Namun hal ini seringkali bertentangan
dengan kenyataan dilapangan. Program pemberdayaan kurang mengena sasaran,
karena sering dilakukan secara charity, ditambah lagi program pemberdayaan
malah menguras dan “memperdayai” rakyat. Sehingga praktek korupsi semakin
merajalela, yang kaya semakin berkuasa, yang miskin semakin tidak berdaya
(Wiratnolo, 2007).
Pengentasan kemiskinan hakikatnya adalah mengubah perilaku, yang
dimulai dari mengubah mindset individu dan masyarakat. Pengentasan
kemiskinan hanya dapat dilakukan melalui upaya pemberdayaan masyarakat.
Masyarakat didorong untuk memiliki kemampuan sesuai potensi dan
kebutuhannya untuk berdiri tegak di atas kakinya sendiri, memiliki daya saing,
serta mandiri, melalui berbagai kegiatan pemberdayaan
Sering kita mendengar kata perubahan (change) terutama ketika kita
membahas hal – hal berkaitan dengan upaya organisasi memperbaharui diri
dalam situasi mengahadapi perubahan di lingkungan stratejik organisasi. Dan
setiap perubahan memerlukan orang / individu yang menjadi pemandu proses

1
berjalannya perubahan yang terjadi dalam suatu organisasi maupun dalam
masyarakat, guna mencapai tujuan sebagaimana diharapkan.
Pengertian Agen Perubahan (Agent of Change) adalah individu atau
seseorang yang bertugas mempengaruhi target / sasaran perubahan agar mereka
mengambil keputusan sesuai dengan arah yang dikehendakinya. Agen Perubahan
menghubungkan antara sumber perubahan (Inovasi, Kebijakan Publik dll)
dengan systems masyarakat yang menjadi target perubahan. Dengan demikian
komunikasi adalah alat stratejik bagi tercapainya suatu perubahan dalam
organisasi maupun systems sosial dalam masyarakat.
Komunikasi adalah proses berbagi informasi dalam systems sosial
masyarakat yang menciptakan temuan (innovator, regulator) dengan target
perubahan (kelompok masyarakat) dan atau proses berbagi informasi diantara
sesama mereka agar mampu membangun situasi saling pengertian melalui
penjelasan / pencerahan dalam menjalin hubungan antara Agen Perubahan
dengan kelompok masyarakat yang menjadi target perubahan
Ada berbagai profesi yang mungkin akan menjadi agen perubahan yang
efektif dalam organisasi atau masyarakat seperti pekerja sosial, consultant,
widyaiswara, penjual barang & jasa (sales), pekerja kesehatan dll. Dari berbagai
profesi termaksud, dalam menjalankan perannya sebagai Agen Perubahan
dengan cara memfasilitasi proses menyampaikan Inovasi / Kebijakan dari
“sumber Inovasi / Kebijakan” kepada para target dari Inovasi / Kebijakan itu.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka dapat disusun
rumusan masalah sebagai berikut.
1) Apa definisi pemberdayaan masyarakat ?
2) Apa tujuan pemberdayaan masyarakat ?
3) Apa definisi change agent ?
4) Apa peran agen perubahan ?

2
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui peran dan kompetensi change agent dalam
pemberdayaan masyarakat dalam mewujudkan masyarakat yang mampu
berswadaya khususnya di bidang kesehatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui definisi pemberdayaan masyarakat
- Untuk mengetahui tujuan pemberdayaan masyarakat
- Untuk mengetahui definisi agen perubahan
- Untuk mengetahui peran agen perubahan

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memberikan daya
(empowerment) atau penguatan (strengthening) kepada masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat juga diartikan sebagai kemampuan individu yang
bersenyawa dengan masyarakat dalam membangun keberdayaan masyarakat
yang bersangkutan sehingga bertujuan untuk menemukan alternatif-alternatif
baru dalam pembangunan masyarakat (Mardikanto, 2014).
Menurut Fahrudin (2012), pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk
memampukan dan memandirikan masyarakat yang dilakukan dengan upaya
sebagai berikut:
1. Enabling, yaitu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap
manusia, setiap masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan.
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu dengan cara
mendorong (encourage), memotivasi dan membangkitkan kesadaran
(awareness) akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya.
2. Empowering, yaitu meningkatkan kapasitas dengan memperkuat potensi atau
daya yang dimiliki oleh masyarakat. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah
nyata seperti penyediaan berbagai masukan (input) serta pembukaan akses
kepada berbagai peluang yang dapat membuat masyarakat menjadi makin
berdayaan.
3. Protecting, yaitu melindungi kepentingan dengan mengembangkan sistem
perlindungan bagi masyarakat yang menjadi subjek pengembangan. Dalam
proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah,
oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Melindungi

4
dalam hal ini dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan
yang tidak seimbang serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.

2.2 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat


Menurut Mardikanto (2014), terdapat enam tujuan pemberdayaan
masyarakat, yaitu:
1. Perbaikan kelembagaan (better institution). Dengan perbaikan
kegiatan/tindakan yang dilakukan, diharapkan akan memperbaiki
kelembagaan, termasuk pengembangan jejaring kemitraan usaha.
2. Perbaikan usaha (better business). Perbaikan pendidikan (semangat belajar),
perbaikan aksesibisnislitas, kegiatan dan perbaikan kelembagaan, diharapkan
akan memperbaiki bisnis yang dilakukan.
3. Perbaikan pendapatan (better income). Dengan terjadinya perbaikan bisnis
yang dilakukan, diharapkan akan dapat memperbaiki pendapatan yang
diperolehnya, termasuk pendapatan keluarga dan masyarakatnya.
4. Perbaikan lingkungan (better environment). Perbaikan pendapatan diharapkan
dapat memperbaiki lingkungan (fisik dan sosial), karena kerusakan
lingkungan seringkali disebabkan oleh kemiskinan atau pendapatan yang
terbatas.
5. Perbaikan kehidupan (better living). Tingkat pendapatan dan keadaan
lingkungan yang membaik, diharapkan dapat memperbaiki keadaan kehidupan
setiap keluarga dan masyarakat.
6. Perbaikan masyarakat (better community). Kehidupan yang lebih baik, yang
didukung oleh lingkungan (fisik dan sosial) yang lebih baik, diharapkan akan
terwujud kehidupan masyarakat yang lebih baik pula.

5
2.3 Definisi Change Agent
Menurut Rogers, Everett dalam Nasution, Z (2016) agen perubahan
(change agent) adalah orang yang bertugas mempengaruhi klien agar mau
menerima inovasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh agen perubahan
(change agency). Semua agen perubahan bertugas membuat jalinan komunikasi
antara pengusaha pembaharuan (sumber inovasi) dengan sistem klien (sasaran
inovasi). Menurut Winardi (2005) perubahan dapat dimaknai sebagai beralihnya
keadaan sebelumnya (the before condition) menjadi keadaan setelahnya (the after
condition).
Menurut Robbins dalam Wibowo (2006) diperlukan orang yang harus
bertanggung jawab terhadap proses perubahan. Agen perubahan adalah orang
yang bertindak sebagai katalis dan memperkirakan tanggung jawab untuk
mengelola aktivitas perubahan. Menurut Rivai & Mulyadi (2009) agen
perubahan merupakan orang-orang baik konsultan maupun manajer yang
mempunyai perspektif baru (mampu menciptakan efisiensi, efektivitas, dan
kesehatan organisasi) di dalam perubahan atau pengembangan organisasi atau
orang-orang yang membawa gagasan baru dan pendapat atau solusi yang
membantu anggota organisasi.
Pengertian lebih luas tentang agen perubahan menurut Griffin dan Pareek
dalam Wibowo (2016) adalah orang profesional yang tugasnya membantu
masyarakat atau kelompok merencanakan pembangunan atau membentuk
kembali sasaran, memfokus pada masalah, mencari pemecahan yang mungkin,
mengatur bantuan, merencanakan tindakan,yang dimaksud untuk memperbaiki
situasi, mengatasi kesulitan, dan mengevaluasi hasil dari usaha terencana.
Agen perubahan menurut Robbins & Coulter dalam Supriyanto (2016)
adalah orang yang bertindak sebagai katalisator dan mengelola perubahan yang
terjadi. Peran agen perubahan sangat strategis dalam mengelola perubahan
organisasional. Ia tidak saja sebagai katalisator tetapi memiliki tanggung jawab
yang besar dalam menangani proses perubahan. Orang atau pihak yang dapat
menjadi agen perubahan dapat berasal dari dalam (agen internal) maupun dari

6
luar organisasi (agen eksternal). Agen internal antara lain para manajer maupun
staf khusus dalam organisasi, sedangkan dari agen eksternal luar antara lain
konsultan atau orang-orang yang benar-benar ahli untuk memimpin perubahan
organisasional pada bidang tertentu.

2.4 Peran Change Agent


Anwar (2013) menyatakan proses menginformasikan suatu hal baru dalam
rangka memperkenalkan suatu inovasi atau kebijakan baru kepada suatu
kolompok sosial target perubahan, memerlukan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Membangun kesadaran bahwa mereka memerlukan perubahan (To develop
a need for change).
Pada tahap awal agen perubahan diharapkan mampu menyadarkan target
inovasi atau kebijakan publik bahwa mereka memerlukan perubahan
dengan menunjukkan alternatif sikap atau perilaku yang sebaiknya mereka
lakukan serta perubahan sikap itu akan memberikan kemudahan atau
keuntungan bagi mereka. Diharapkan pada tahap ini target perubahan
mempunyai kesadaran dalam bentuk keyakinan bahwa untuk hal yang lebih
baik mereka harus berubah demi kebaikan dan kemanfaatan bagi mereka
sendiri
2. Mengembangkan hubungan dengan saling tukar informasi (To establish an
information exchange relationship).
Ketika kelompok sosial atau masyarakat target inovasi atau kebijakan
menyadari bahwa mereka memerlukan perubahan, maka agen perubahan
secara terus menerus membangun komunikasi. Sebelum mengembangkan
hubungan yang baik, agen perubahan harus dapat diterima serta dipercaya
oleh kelompok sosial atau masyarakat target inovasi atau kebijakan publik.
Agen perubahan harus mampu membangun citra diri sehingga
dipersepsikan bahwa dia adalah orang yang kompeten (competence),
kridibel (credible), dapat dipercaya (trustworthiness) dan bersikap penuh

7
simpati dan empati pada kelompok sosial atau masyarakat target inovasi
atau kebijakan publik.
3. Melakukan identifikasi masalah (To diagnose problems)
Agen perubahan bertanggung jawab dengan cara menyajikan hasil
analysis-synthesis tentang apa-apa yang ada (existing) dan ternyata tidak
dapat memenuhi kebutuhannya saat itu, dan oleh sebab itu memerlukan
perubahan. Pada saat yang demikian agen perubahan diharapkan mampu
melihat persoalan yang dihadapi dengan menggunakan cara pandang
(perspective) kelompok sosial atau masyarakat target inovasi atau
kebijakan publik dan menyampaikan dengan bahasa yang simpatik.
4. Mendorong niat untuk berubah (To create an intent in the client to change)
Setelah agen perubahan menjelaskan berbagai cara tindakan yang mungkin
harus dilakukan oleh kelompok sosial atau masyarakat target inovasi atau
kebijakan untuk mencapai tujuan (goal) mereka, maka agen perubahan
dituntut untuk mampu memberi motivasi kepada target inovasi atau
kebijakan agar mengadopsi inovasi atau kebijakan yang telah ditawarkan
agen perubahan.
5. Mentransformasikan sekedar niat menjadi tindakan nyata (To translate an
intent to action).
Pada tahap ini agen perubahan dituntut untuk mencari tahu tentang cara
bagaimana mempengaruhi kelompok sosial atau masyarakat target inovasi
atau kebijakan publik berperilaku sebagaimana rekomendasi yang
dikembangkan berdasarkan kebutuhan mereka sendiri. Pada tahap ini
komunikasi interpersonal antar mereka sendiri (kelompok masyarakat)
dapat membantu meyakinkan mereka untuk memutuskan mengadopsi
inovasi atau kebijakan publik yang sesuai dengan kebutuhan mereka,
terutama pendapat tokoh informal dalam sistem sosial masyarakat mereka
sendiri.

8
6. Merawat adopsi mencegah pembatalan adopsi (To stabilize adoption and
prevent discontinuance).
Agen perubahan diharapkan tetap mendampingi kelompok sosial atau
masyarakat target inovasi atau kebijakan publik agar tetap bertahan dengan
sikap perilaku yang sudah diputuskan dengan mengadopsi inovasi atau
kebijakan publik. Pendampingan merupakan tahap penting, karena menjadi
konfirmasi tentang perubahan perilaku yang dibutuhkan dan sekaligus
menunjukkan manfaatnya bagi mereka.
7. Pencapaian Hubungan Agen Perubahan dan Komunitas Target Perubahan
(To achieve a terminal relationship).
Tujuan akhir agen perubahan adalah mendorong komunitas target
perubahan mampu bersikap atau berperilaku dengan mengadopsi inovasi
atau kebijakan publik yang telah diperkenalkan sebelumnya. Agen
perubahan setelah mampu mendorong komunitas sosial atau masyarakat
target perubahan mengadopsi inovasi atau kebijakan publik, maka
komunitas sosial atau masyarakat target perubahan seharusnya telah
mampu menciptakan kader agen perubahan (baru) dari komunitas sosial
target perubahan itu sendiri. Apabila kelompok komunitas target perubahan
telah mampu menghasilkan agen perubahan (baru) maka tugas agen
perubahan telah berakhir.

2.5 Kunci Keberhasilan Agen Perubahan


Keberhasilan Agen Perubahan melakukan perubahan sikap dan perilaku
Komunitas Sosial target perubahan bergantung pada seberapa jauh upaya Agen
Perubahan melakukan pendekatan pada komunitas target perubahan.
1. Ethos Kerja Agen Perubahan (Change Agent Effort)
Agen Perubahan akan berhasil melakukan perubahan sikap / perilaku
komunitas sosial target perubahan sejalan dengan seberapa sering mereka
berhubungan dengan kelompok social target perubahan, semakin tinggi

9
frekuensi hubungan Agen. Perubahan dengan Komunitas Sosial target
perubahan akan semakin tinggi keberhasilan Agen Perubahan.
Sehubungan dengan itu maka keberhasilan Agen Perubahan diukur
berdasarkan seberapa besar kelompok masyarakat mengadopsi perubahan
akibat lahirnya Inovasi / Kebijakan Publik
2. Orientasi Komunitas Sosial Target Perubahan (Client Orientation)
Posisi Agen Perubahan berada di tengah, yaitu antara Innovator /
Regulator dengan Komunitas Sosial target perubahan, sehingga Agen
Perubahan sering dalam posisi yang berlawanan, disatu sisi Innovator /
Regulator menghendaki sikap perilaku tertentu, disi lain Komunitas Sosial
target perubahan mengharapkan perilaku yang berbeda. Agen Perubahan
akan lebih berhasil apabila lebih berorientasi pada Komunitas Sosial target
perubahan daripada memenuhi harapan Innovator / Regulator
3. Kompatibelitas Inovasi Dengan Kebutuhan Komunitas Sosial Target
Inovasi / Kebijakan Publik (Compatibility with Client’s Needs)
Agen Perubahan sering dihadapkan dengan kesulitan mengidentifikasi
kebutuhan Komunitas Sosial target perubahan. Setiap perubahan yang
mengabaikan begitu saja kebutuhan Komunitas Sosial target perubahan
akan mengalami kegagalan. Sebaliknya apabila Agen Perubahan
memperhatikan apa yang sesungguhnya kebutuhan Komunitas Sosial target
perubahan dan sebisanya terdapat kompatabilitas (compatability) antara
perubahan yang diharapkan Innovator / Regulator dengan kebutuhan
Komunitas target perubahan. Semakin tinggi kompatabilitas antara
perubahan yang diharapkan dengan kebutuhan Komunitas target perubahan
akan semakin berhasil.
4. Rasa Empathy (Change Agent Empathy)
Rasa empaty adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan diri
dalam posisi orang lain dan merasakan suka dukanya dalam posisi itu.
Dengan demikian apabila Agen Perubahan tidak mampu ber empaty pada
orang lain khususnya Komunitas Sosial target perubahan, maka dapat

10
dipastikan Komunitas target cendrung menolak berubah. Rasa empaty
Agen Perubahan terhadap masalah yang dihadapi /dirasakan oleh
Komunitas target perubahan akan lebih berhasil dari pada mereka yang
tidak ber empaty.

2.6 Strategi Change Agen Dalam Pemberdayaan Masyarakat


Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan kemandirian
masyarakat dalam bidang kesehatan sehingga masyarakat dapat berkontribusi
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Maka dari itu, diperlukan
strategi-strategi Change agen dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan.
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas yankes
yang ada.
3. Mengembangkan berbagai cara untuk menggali sumber daya masyarakat
untuk pemberdayaan kesehatan
4. Menggembangkan berbagai bentuk kegiatan pemberdayaan kesehatan yang
sesuai sosial budaya masyarakat
5. Mengembangkan manajemen sumber daya yang dimiliki masyarakat secara
terbuka atau transparan.

2.7 Prinsip-prinsip Pemberdayaan Masyarakat


1. Menumbuh kembangkan potensi masyarakat
2. Adanya konstribusi masyarakat dalam pembangunan kesehatan
3. Mengembangkan gotong royong
4. Bekerja bersama masyarakat
5. KIE berbasis masyarakat
6. Kemitraan dengan LSM dan ormas lain
7. Desentralisasi.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Agen perubahan merupakan orang-orang baik konsultan maupun manajer
yang mempunyai perspektif baru (mampu menciptakan efisiensi, efektivitas, dan
kesehatan organisasi) di dalam perubahan atau pengembangan organisasi atau
orang-orang yang membawa gagasan baru dan pendapat atau solusi yang
membantu anggota organisasi.
Peran agen perubahan, yakni membangun kesadaran bahwa mereka
memerlukan perubahan, mengembangkan hubungan dengan saling tukar
informasi, melakukan identifikasi masalah, mendorong niat untuk berubah,
mentransformasikan sekedar niat menjadi tindakan nyata, merawat adopsi
mencegah pembatalan adopsi, dan pencapaian hubungan agen perubahan dan
komunitas target perubahan.
Kunci keberhasilan agen perubahan, yakni etos kerja agen perubahan,
orientasi komunitas sosial target perubahan, kompatibelitas inovasi dengan
kebutuhan komunitas sosial target inovasi atau kebijakan publik, dan rasa empati.
Peran pemimpin sebagai agen perubahan meliputi potensi mengadopsi inovasi
dan kemampuan target perubahan dalam mengevaluasi.

3.2 Saran
Sebagai agen perubahan hendaknya mengetahui situasi, kondisi dan
kebutuhan lingkungannya. Peran agen perubahan sangat penting untuk mengatasi
permasalah yang ada pada lingkungan organisasi, sehingga seorang agen
perubahan harus bisa berhubungan dengan baik atau menjalin komunikasi yang
baik kepada semua orang atau sasarannya untuk merubahnya menjadi lebih baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Syaiful. 2013. Agen Perubahan (Agent Of Change), (Online),


(http://www.bppk.kemenkeu.go.id), diakses 29 Maret 2019.
Fahrudin, Adi. 2012. Pemberdayaan, Partisipasi dan Penguatan Kapasitas
Masyarakat. Bandung: Humaniora.
Mardikanto, Totok. 2014. CSR (Corporate Social Responsibility)(Tanggungjawab
Sosial Korporasi). Bandung: Alfabeta.
Suharto, E. 2013. Membangun Masyarakat Memberdayakan rakyat. Bandung: Refika
Aditama.
Supriyanto, A. 2016. Manajemen Perubahan. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang.
Winardi, J. 2008. Manajemen Perubahan (The Management Of Change). Jakarta:
Kencana.
Wrihatnolo, R. R. 2007. Manajemen Pemberdayaan. Jakarta: Elex Media
Komputindo.

13

Anda mungkin juga menyukai