Anda di halaman 1dari 10

GAMBARAN PENERAPAN EFEKTIFITAS PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION TERHADAP

TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI DESA BATANGHARJO


KECAMATAN BATANGHARI LAMPUNG TIMUR

Reza aji prasetia

JURUSAN KEPERAWATAN

ABSTRAK

Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular dan membawa beban kesehatan yang
tinggi dalam hal morbiditas dan mortalitas. Hipertensi merupakan faktor yang berkonstribusi terhadap
kematian akibat stroke dan faktor yang memperberat infark miokard. Salah satu upaya untuk menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi diantaranya adalah dengan terapi relaksasi otot progresif (Progressive
Muscle Relaxation/ PMR). Mengetahui efektifitas terapi PMR terhadap penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi kelompok “Prolanis” di wilayah kerja Puskesmas Jatiroto Kabupaten Lumajang. Desain
Penelitian menggunakan desain pre eksperiment dengan rancangan one group pre test post test. Teknik
sampling menggunakan teknik consecutive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 2 responden.
Pelaksanaan terapi PMR menggunakan tool atau standard operating procedures (SOP) terapi PMR.
Pengumpulan data kedua responden sebelum latihan Progressive muscle relaxation pada responden 1 Tn. K
tekanan darah 170/100 mmHg dan pada responden 2 Tn.M 160/100 mmHg dan setelah dilakukan latihan
Progressive muscle relaxation selama 5 hari tekanan darah Tn. K menjadi 140/80 mmHg dan responden 2 Tn.
M menjadi 130/80 mmHg. Progressive muscle relaxation memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
tekanan darah pada pasien hipertensi primer yang diberikan latihan selama 10 sampai 15 menit. Latihan
Progressive muscle relaxation yang dilakukan selama 15 menit memberikan pengaruh terhadap tekanan darah,
meningkatkan sensitivitas baroreseptor dan dapat menurunkan aktivitas sistem saraf simpatis serta
meningkatkan aktivitas sistem saraf parasimpatis pada penderita hipertensi.
Kata Kunci: relaksasi otot progresif, tekanan darah, hipertensi.
Kepustakaan : 21 (2013-2021)

ABSTRACT

Hypertension is a major risk factor for cardiovascular disease and carries a high burden of health in terms of
morbidity and mortality. Hypertension is a contributing factor to death from stroke and factors that exacerbate
myocardial infarction. One effort to descrease blood pressure such as progressive muscle relaxation therapy
(Progressive Muscle Relaxation/PMR). To know the effectiveness of PMR therapy on the decrease of blood
pressure in hypertension group of "Prolanis" in Jatiroto Health Center Lumajang. The research design used pre
experiment design with one group pre test post test. Sampling technique using consecutive sampling technique
with the number of samples of 2 respondents. Implementation of PMR therapy using PMR therapy tool or
standard operating procedures (SOP). Data collection of the two respondents before the Progressive muscle
relaxation exercise on respondent 1 Mr. K blood pressure 170/100 mmHg and in respondent 2 Mr. M 160/100
mmHg and after doing Progressive muscle relaxation exercise for 5 days Mr. blood pressure. K becomes
140/80 mmHg and the respondent is 2 Tn. M to 130/80 mmHg. Progressive muscle relaxation has a significant
effect on blood pressure in primary hypertensive patients who are given exercise for 10 to 15 minutes.
Progressive muscle relaxation exercise performed for 15 minutes has an effect on blood pressure, increases
baroreceptor sensitivity and can decrease sympathetic nervous system activity and increase parasympathetic
nervous system activity in hypertensive patients.
Keywords: Progressive Muscle Relaxation (PMR), blood pressure, hypertension.
Literature : 21 (2013-2021)
PENDAHULUAN Latar Belakang tekanan darah diastolik rerata sebesar 94,41
mmHg dan setelah pemberian intervensi
World Health Organization (WHO) didapatkan penderita hipertensi reratanya
pada tahun 2019, Diperkirakan 1,3 milyar adalah 142,75 mmHg dan tekanan darah
orang di seluruh dunia memiliki tekanan diastolik didapatkan rerata sebesar 91,25
darah tinggi dan sebagian besar tinggal di mmHg.
negara berkembang dan miskin. Hipertensi Berdasarkan penelitian (Ulya Inayatul &
membunuh hampi 8 milyar orang setiap tahun Faidah, 2017) menyatakan bahwa adanya
dan hampi 1.5 juta orang setiap tahunnya di pengaruh terapi relaksasi otot progresif
kawasan Asia Timur – Selatan (WHO, terhadap penurunan tekanan darah dimana
2015). Hampir seper tiga dari orang dewasa sebelum pemberian intervensi didapatkan
di Asia Timur – Selatan menderita hipertensi. penderita hipertensi pada kelompok
Dalam Fact Sheet yang dikeluakan WHO eksperimen reratanya adalah 163,06 mmHg
pada tahun 2015 1 dari 4 laki-laki dan 1 dari dan tekanan darah diastolik rerata sebesar
5 perempuan mengidap hipertensi, hipertensi 101,46 mmHg, sedangkan kelompok kontrol
menjadi salah satu penyebab dari kematian reratanya adalah sebesar 167,40 mmHg dan
dini di seluruh dunia, dan juga mengurangi tekanan darah diastolik rerata sebesar 96,86
prevalensi hipertensi sebanyak 25% pada mmHg. dan setelah pemberian intervensi
tahun 2025 menjadi salah satu target global didapatkan penderita hipertensi kelompok
untuk penyakit tidak menular (WHO, 2019). eksperimen reratanya adalah 161,00 mmHg
Lansia merupakan proses penuaan dan tekanan darah diastolik rerata sebesar
dengan bertambahnya usia individu yang 99,33 mmHg, sedangkan kelompok kontrol
ditandai dengan penurunan fungsi organ reratanya adalah sebesar 168,60 mmHg dan
tubuh. Penurunan fungsi organ tubuh pada tekanan darah diastolik rerata sebesar 97,73
lansia akibat dari berkurangnya jumlah dan mmHg.
kemampuan sel tubuh, sehingga kemampuan Rusnoto & Alviana (2018), mengatakan
jaringan tubuh untuk mempertahankan fungsi bahwa ada pengaruh relaksasi otot progresif
secara normal menghilang, sehingga tidak terhadap penurunan tekanan darah pada
dapat bertahan terhadap infeksi dan peserta prolanis dengan
memperbaiki kerusakan yang diderita.
p=0,000 dan tekanan darah diastole
Berbagai penyakit yang lazim terjadi
didapatkan nilai p=0,000, berarti padaalpha
sehubungan dengan proses degeneratif pada
5% terlihat ada perbedaan yang signifikan
lansia adalah kanker, stroke, diabetes melitus
antara rata-rata tekanan darah pada pasien
dan hipertensi (Aisyah, 2014).
hipertensi sebelum dan sesudah tindakan
Hipertensi adalah sebagai
terapi Progressive muscle relaxation
peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya
Rumusan Masalah
90 mmHg. Hipertensi tidak hanya berisiko
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga
rumusan masalah dalam penulisan proposal
menderita penyakit lain seperti penyakit
karya tulis ilmiah ini adalah “Bagaimana
saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin
Gambaran penerapan efektifitas progressive
tinggi tekanan darah, makin besar resikonya
muscle relaxation terhadap tekanan darah
(Nurarif, 2015).
pada lansia hiperetnsi di Desa Batangharjo
Berdasarkan penelitian (Nursyahidah,
kecamatan Batanghari Lampung Timur Tahun
2016) menyatakan bahwa adanya pengaruh
2021”?
tekhnik relaksasi otot progresif terhadap
penurunan tekanan darah dimana sebelum
Tujuan Penelitian Tujuan Umum
pemberian intervensi didapatkan penderita
Diketahui hasil penatalaksanaan
hipertensi reratanya adalah 148,50 mmHg dan
Gambaran penerapan efektifitas progressive
muscle relaxation terhadap tekanan darah merupakan studi untuk menggambarkan
pada lansia hiperetnsi di Desa Batangharjo penerapan efektifitas progressive muscle
kecamatan Batanghari Lampung Timur Tahun relaxation terhadap tekanan darah pada lansia
2021 hiperetnsi di Desa Batangharjo kecamatan
Batanghari Lampung Timur Tahun 2021.
Tujuan Khusus
1. Diidentifikasi hasil tekanan darah pada Subjek dan Populasi Penelitian
lansia hipertensi di Desa Batangharjo Subjek adalah syarat yang memenuhi
Lampung Timur sebelum dilakukan latihan kriteria yang telah di tetapkan misalnya
progressive muscle relaxation manusia / pasien (Nursalam,2013). Populasi
2. Diidentifikasi hasil tekanan darah pada Di Desa Batangharjo kecamatan Batanghari
lansia hipertensi di Desa Batangharjo Lampung Timur Tahun 2021 terdapat 68
Lampung Timur sesudah dilakukan latihan lansia yang menderita hipertensi sejumlah 15
progressive muscle relaxation. orang (10%), Subyek dalam karya tulis ilmiah
3. Diidentifikasi perbedaan hasil tekanan yang dipilih adalah dua orang lansia yang
darah lansia dengan hipertensi di Desa mengalami hipertensi di Desa Batangharjo
Batangharjo Lampung Timur setelah kecamatan Batanghari Lampung Timur Tahun
dilakukan latihan progressive muscle 2021, dengan kriteria subyek :
relaxation. 1. Hipertensi derajat dengan tekanan
darah sistolik >150 mmHg dan tekanan
Manfaat Penelitian Bagi Institusi darah diastolik >100 mmHg,
Bagi Institusi Pendidikan sebagai bahan 2. Mampu berkomunikasi dengan baik,
bacaan di perpustakaan guna menambah ilmu 3. Kooperatif, Responden tidak sedang
pengetahuan bagi mahasiswa mengonsumsi obat anti hipertensi,
Bersedia menjadi responden
Bagi Instansi Desa Batangharjo
Bagi Desa Batangharjo Lampung Jenis Dan Cara Pengumpulan Data
Timur sebagai informasi yang dapat diberikan
1. Metode Pengumpulan Data
kepada pasien dan keluarga serta dijadikan
a. Wawancara
acuan meningkatkan pelayanan perawatan
pada lansia dengan hipertensi. Wawancara ini dilakukan untuk
menggali keterangan yang lebih
Bagi penelitian dalam kepada pasien yang
Bagi penulis menambah pengalaman mengalami hipertensi. Wawancara
dan wawasan pengetahuan dalam memberikan dilakukan untuk mengetahui tentang
latihan progressive muscle relaxation terhadap identitas pasien, keluhan utama dan
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. riwayat kesehatan.
b. Observasi
METODOLOGI PENELITIAN
Penulis melakukan observasi pada
Desain penulisan dalam studi kasus ini
menggunakan pendekatan penulisan identitas pasien, keluhan utama,
deskriptif. Penulisan deskriptif riwayat kesehatan, dan tekanan
mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa- darah pada pasien.
peristiwa penting masa kini yang dilakukan c. Dokumentasi
secara sistematis dan lebih menekankan pada Dokumentasi ini menggunakan data
data faktual dari pada penyimpulan. berupa hasil pemeriksaan tekanan
Fenomena disajikan secara apa adanya tanpa
manipulasi dan tidak mencoba menganalisis
bagaimana dan mengapa fenomena tersebut
bisa terjadi (Nursalam, 2013). Studi kasus ini
1. darah terdahulu di Desa handscone dan hand sanitizer
Batangharjo kecamatan Batanghari sesuai protokol kesehatan.
Lampung Timur Tahun 2021.
c) Pastikan sebelum dilakukan
2. Alat pengumpulan data
latihan progressif muscle
a. Alat pengukuran tekanan darah
relaxation terhadap pasien,
(sphygmomanometer), stetoskop
dilakukan pemeriksaan
b. Lembar observasi untuk
tekanan darah dengan
mengetahui perbedaan tekanan
menggunakan
darah sebelum dan sesudah
sphygmomanometer.
tindakan
d) Melakukan latihan progressif
c. Pena dan alat dokumentasi.
muscle relaxation selama 10-
2. Alat Pelindung Diri (APD) seperti
15 menit dalam 5 hari sesuai
masker, handscoon, dan hand
lembar obsevasi. Penilaian
sanitizer sesuai protokol kesehatan.
obeservasi dilakukan sebelum
Cara Pengumpulan Data dan sesudah dilakukan latihan
Cara pengumpulan data merupakan progressif muscle relaxation.
suatu proses pendekatan subjek dan proses e) Menjaga privasi responden.
mengumpulkan karakteristik subjek yang akan f) Penulis dan pasien melakukan
dibutuhkan dalam penelitian. cuci tangan sebelum dan
1. Persiapan sesudah tindakan
1) Menandatangani lembar informed g) Penulis dan pasien wajib
menggunakan alat pelindung
consent sebagai bukti persetujuan
diri (APD) seperti masker dan
menjadi subjek penulisan handscone sesuai protokol
2) Mengurus surat perizinan antara institusi kesehatan.
dengan Desa Batangharjo kecamatan h) Mengatur pasien dalam posisi
duduk (semi Fowler)
Batanghari Lampung Timur Tahun i) Mengukur tekanan darah
2021. sebelum dilakukan latihan
3) Menjelaskan maksud dan tujuan progressif muscle relaxation
j) Anjurkan pasien untuk
penulisan pada Desa Batangharjo
memejamkan mata sekuat-
kecamatan Batanghari Lampung Timur kuatnya hingga ketegangan
Tahun 2021. otot-otot daerah mata terasa
menegang
4) Mempersiapkan pasien Dengan
masalah hipertensi derajat II. k) Anjurkan pasien untuk
mengatupkan mulut sambil
2. Pelaksanaan merapatkan gigi sekuat-
1) Fase orientasi kuatnya kedepan
a) Mengucap salam, l) Anjurkan pasien untuk
membuat huruf O pada bibir,
b) Penulis dan pasien wajib
lalu ditarik sekuat-kuatnya
menggunakan alat pelindung kedepan
diri (APD) seperti masker,
m)Anjurkan pasien untuk data berbentuk kalimat atau huruf menjadi
menekan kepala kearah data angka atau bilangan (Soekidjo
punggung hingga terasa Notoatmodjo, 2017).
tegang pada otot leher
n) Anjurkan pasien untuk c. Tabulasi
menekukkan dan turunkan Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai
dagu hingga menyentuh dada dengan tujuan penelitian atau yang
o) Anjurkan pasien untuk diinginkan oleh peneliti dalam bentuk tabel
menggenggam tangan sambil distribusi frekuensi.
membuat sebuah kepalan
p) Anjurkan pasien untuk Analisa Data
menggenggam kedua tangan Analisa data yang akan digunakan adalah
dan membawa kepalan deskriptif. Analisa data deskriptif adalah suatu
tersebut ke pundak prosedur pengolahan data dengan
menggambarkan dan meringkas data secara
q) Anjurkan pasien untuk
ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik
menarik perut sekuat-kuatnya (Nursalam, 2013). Pengolahan data pada karya
r) Anjurkan pasien untuk tulis ilmiah ini dilakukan dengan
Meluruskan kedua telapak mengumpulkan data lalu mencatat hasil
kaki tekanan darah pada pasien dengan maslah
s) Mengevaluasi tekanan darah hipertensi sebelum dan sesudan dilakukan
3-5 menit setelah dilakukan penerapan progressif muscle relaxation.
terapi supaya tubuh rileks
terlebih dahulu HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
2) Terminasi
Terminasi dilakukan dengan 1. Responden 1 Tn. K berusia 68 tahun,
cara menyampaikan hasil penelitian beragama islam, pendidikan terakhir SMP.
berupa ada tidaknya penurunan Responden sebelumnya mempunyai
tekanan darah pada responden, serta riwayat darah tinggi sejak 10 tahun yang
diingatkan kembali untuk lalu hingga saat ini. Pada saat dilakukan
mengikuti pola hidup sehat pengkajian Tn. K mengatakan sering
pusing, lesu dan nyeri dibagian leher. Tn. K
Pengolahan Dan Analisa Data Pengolahan mengatakan biasa mengkonsumsi kopi,
Data makanan asin mengandung garam dan
Setelah lembar observasi diisi maka jarang berolahraga saat di ukur tekanan
selanjutnya dilakukan pengolahan darah mencapai 170/100 mmHg, responden
data meliputi : sebelumnya pernah mengkonsumsi obat
penurun darah tinggi captopril 25 mg yang
a. Editing
diberikan dari klinik tetapi sudah 2 bulan
Hasil observasi atau pengamatan dari
ini klien tidak mengkonsumsi obat penurun
lapangan harus dilakukan penyutingan
darah tinggi. Kegiatan saat ini yaitu mampu
(editing) terlebih dahulu. Editing dapat melakukan aktivitas yaitu seperti mandi,
dilakukan pada tahap pengumpulan data mengambil makanan dan minuman di
atau setelah data terkumpul. b. Coding dapur, mencuci baju dan membersihkan
Setelah semua observasi diedit atau kamarnya.
disunting, selanjutnya dilakukan peng 2. Responden 2 Tn. M berusia 64 tahun,
“kodean” atau “coding”, yakni mengubah bergama islam, dan pendidikan terakhir
SMA. Responden mempunyai riwayat relaxation pada
penyakit hipertensi sejak 35 tahun yang lalu Tn. M pada tanggal 19-23 April 2021
hingga saat ini. Pada saat dilakukan
pengkajian Tn. M mengatakan sering Sementara itu berdasarkan tabel , di ketahui
pusing,nlesu, stress, susah tidur dan bahwa responden II (Tn. M) Pada hari ke 1
pandangan kabur. Tn. M mengatakan tidak tekanan darah berada pada 160/100 mmHg
mengkonsumsi kopi, tidak menyukai setelah di berikan penerapan progressif muscle
makanan yang asin dan kurang berolahraga relaxation dan di ukur 15 menit setelah di
saat di lakukan pengukuran tekanan darah berikan penerapan Progressive muscle
mencapai 160/100 mmHg, dan responden relaxation tekanan darah menjadi 150/100
tidak lagi mengkonsumsi obat penurun mmHg. Dan pada hari ke-5 tekanan darah
darah tinggi sebelum diberikan penerapan Progressive
muscle relaxation yaitu 130/80 mmHg dan
Pemaparan fokus study setelah 15 menit pemberian penerapan
Progressive muscle relaxation tekanan darah
Tabel 1.1 Hasil observasi tekanan darah menjadi 130/80 mmHg.
sebelum dan sesudah diberikan penerapan
Progressive muscle relaxation. Pada Tn. K Pembahasan
Tekana Tekanan Pengumpulan data kedua responden
Responden Hari darah darah sebelum latihan Progressive muscle
sebelum Sesudah
relaxation pada responden 1 Tn. K tekanan
Hari 170/100 160/100
Tn.K ke 1 mmHg mmHg darah 170/100 mmHg dan pada responden
Hari 140/80 140/80 2 Tn.M 160/100 mmHg dan setelah
ke 5 mmHg mmHg dilakukan latihan Progressive muscle
pada tanggal 19-23 April 2021
relaxation selama 5 hari tekanan darah Tn.
Berdasarkan tabel , di ketahui bahwa K menjadi 140/80 mmHg dan responden 2
responden 1 (Tn. K) Pada hari ke 1 tekanan Tn. M menjadi 130/80 mmHg.
darah berada pada 170/100 mmHg setelah di
berikan penerapan progressif muscle
relaxation dan di ukur 15 menit setelah Hal ini sesuai dengan teori bahwa latihan
penerapan progressif muscle relaxation Progressive muscle relaxation dapat
tekanan darah responden menjadi 160/100 memusatkan perhatian pada suatu aktifitas
mmHg., pada hari ke-5 tekanan darah sebelum otot, dengan mengidentifikasi otot yang
diberikan penerapan progressif muscle tegang kemudian menurunkan ketegangan
relaxation yaitu 140/80 mmHg dan setelah 15 otot dengan melakukan tehnik relaksasi
menit pemberian penerapan progressif muscle sehingga meringankan kelelahan jasmani
relaxation tekanan darah menjadi 140/80 dan rohani dikarenakan sistem saraf
mmHg. simpatis mengalami penurunan aktivitas
yang akhirnya mengakibatkan turunnya
Table 1.2 Hasil observasi tekanan darah tekanan darah. Dengan demikian,
sebelum dan sesudah
Penurunan sekresi hormon ini
diberikan penerapan progressif muscle
menyebabkan aktivitas saraf simpatis
menurun sehingga pengeluaran adrenalin
Tekana Tekana dan noradrenalin berkurang, akibatnya
Responden Hari darah darah terjadi penurunan denyut jantung,
sebelum Sesudah pembuluh darah melebar, tahanan
Hari 160/100 150/100
Tn.M ke 1 mmHg mmHg
Hari 130/80 130/80
ke 5 mmHg mmHg
pembuluh darah berkurang dan penurunan 1. Usia
pompa jantung sehingga tekanan darah Responden I berusia 68 tahun dan
arterial jantung menurun, saat melakukan responden II berusia 64 tahun. Muttaqin
relaksaksi otot progresif dengan tenang, (2014), usia merupakan salah faktor
rileks dan penuh kosentrasi (relaksasi resiko terjadinya hipertensi yang tidak
dalam) terhadap tegang dan relaksasi otot dapat diubah. Pada umumnya, semakin
yang dilatih selama 10-15 menit maka bertambahnya usia maka semakin besar
sekresi cotricotropin releasing hormone pula resiko terjadinya hipertensi. Hal
(CRH) dan adrenocorticotropic hormone tersebut disebabkan oleh perubahan
(ACTH) di hipotalamus menurun. struktur pembuluh darah seperti
Penurunan kedua sekresi hormon ini penyempitan lumen, serta dinding
menyebabkan aktivitas syaraf simpatis pembuluh darah menjadi kaku dan
menurun sehingga pengeluaran adrenalin elastisitasnya berkurang sehingga
dan noradrenalin berkurang, akibatnya meningkatkan tekanan darah.
terjadi penurunan denyut jantung,
pembuluh darah melebar, tahanan 2. Kafein
pembuluh darah berkurang dan penurunan Responden I mengatakan suka minum
pompa jantung sehingga tekanan darah kopi 1 kali perhari sedangkan responden
arterial jantung menurun (Sherwood, 2015). II tidak suka minum kopi. Muttaqin
(2014), kafein banyak terdapat pada
Penulisan ini sesuai dengan hasil penelitian kopi, teh dan minuman bersoda. Kafein
yang dilakukan oleh Rusnoto & Alviana dapat menyebabkan lonjakan tekanan
(2018), Progressive muscle relaxation darah, walaupun hanya bersifat sebentar.
memiliki pengaruh yang signifikan Diduga, kafein dapat memblok hormon
terhadap tekanan darah pada pasien yang berperan menjaga agar arteri tetap
hipertensi primer yang diberikan latihan melebar atau kafein dapat menyebabkan
selama 10 sampai 15 menit. Latihan kelenjar adrenal untuk memproduksi
Progressive muscle relaxation yang lebih banyak adrenalin, yang dapat
dilakukan selama 15 menit memberikan menyebabkan tekanan darah naik.
pengaruh terhadap tekanan darah, Kandungan kafein selain tidak baik
meningkatkan sensitivitas baroreseptor dan untuk tekanan darah dalam jangka
dapat menurunkan aktivitas sistem saraf panjang, pada orang-orang tertentu juga
simpatis serta meningkatkan aktivitas menimbulkan efek yang tidak baik
sistem saraf parasimpatis pada penderita seperti tidak bisa tidur, jantung
hipertensi berdebar-debar, sesak nafas.

Setelah dilakukan penerapan Progressive 3. Stres


muscle relaxation selama 5 hari tekanan Faktor stres sangat mempengaruhi pada
darah pada responden 1 140/80 mmHg dan penurunan tekanan darah. Pada
responden 2 130/80 mmHg, ada perbedaan responden 1 (Tn. K) mengatakan sering
tekanan darah setelah dilakukan penerapan mengalami stress tekanan darah dan
Progressive muscle relaxation pada setelah latihan Progressive muscle
responden 1 dan responden 2, hal ini relaxation 140/80 mmHg, sedangkan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara responden II (Tn. M) mengatakan tidak
lain mengalami stres tekanan darah dan
setelah latihan Progressive muscle 5. Kurang berolahraga
relaxation TN. R 130/80 mmHg,
Muttaqin (2014), stres merupakan respon
Responden I (Tn. K) mengatakan tidak
tubuh yang sifatnya non spesifik pernah melakukan olahraga karna kaki
terhadap setiap tuntutan beban atasnya. kanan nya mengalami rematik.
Terhadap beberapa jenis penyakit yang Sedangkan responden II (Tn. M)
berhubungan dengan stres yang dialami mengatakan jarang berolahraga.
Muttaqin (2014), manusia cenderung
seseorang.
mencari segala sesuatu yang mudah dan
4. Asupan nutrisi praktis sehingga secara otomatis tubuh
Responden I (Tn. K) mengatakan senang tidak bergerak, dengan adanya
masakan yang menggunakan garam kesibukan yang luar biasa manusia pun
tekanan darah 140/80 mmHg sedangkan merasa tidak ada waktu lagi untuk
responden II (Tn. M) tidak menyukai berolahraga. Akibatnya, kita menjadi
makanan yang mengandung garam kurang gerak dan kurang berolahraga.
berlebihan tekanan darah 130/80mmHg. Kondisi ini yang memicu kolesterol
Responden I dan II mengetahui bahwa tinggi dan juga adanya tekanan darah
garam dapat meningkatkan resiko yang terus menguat sehingga
peningkatan tekanan darah tetapi menyebabkan hipertensi. Saat
responden I tetap menggunakan garam berolahraga akan membantu mengurangi
yang berlebihan untuk memasak jumlah plak yang diakibatkan oleh
makanannya. Muttaqin (2014), saat ini beberapa kolesterol jahat dan menempel
banyak sekali makanan yang dalam dinding arteri. Kemudian, plak-
menyebabkan naiknya penyakit plak ini akan hanyut dalam pembuluh
hipertensi seperti seseorang yang sering darah dan dibawa menuju hati. Di dalam
mengkonsumsi makanan kemasan dalam plak-plak ini akan dinetralkan dan
kaleng dan mie instan adalah makanan dibuang sebagai sisa metabolisme.
yang memakai bahan yang mengandung
natrium dan makanan kaleng ini terbuat Keterbatasan penulisan studi kasus
dari subtansi yang membentuk garam.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini melalui
Alasan ini lah yang membuat makanan
beberapa proses, dalam hal ini di
kaleng tidak begitu asin namun hati-
temukan beberapa hambatan sehingga terjadi
hatilah karena kadar garam yang
keterbatasan dalam penyusunan studi kasus
dikandungnya tetap tinggi. Dimana
ini. Keteratasan yang ditemui yaitu:
garam mengandung sodium dan natrium
Ketidak tepatan waktu Saat melakukan
yang bisa menyebabkan terjadinya
pengambilan data terdapat beberapa kali
hipertensi primer, kadar garam tinggi
kontrak waktu yang tidak sesuai dengan yang
akan menyebabkan pengeluaran
diharapkan
berlebihan dari hormon natriouretik
yang secara tidak langsung akan
meningkatan tekanan darah. Mengurangi
asupan garam juga bermanfaat untuk
mengurangi dosis obat antihipertensi
pada pasien hipertensi.
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan uraian pada pembahasan tentang Al-Qur’an dan terjemahan. Penerbit Cipta
penerapan Progressive muscle relaxation Bagus Segara. Jakarta : Departemen
terhadap tekanan darah pada penderita Agama
hipertensi, mendapatkan hasil yang signifikan,
hasil penurunan tekanan darah responden I dan Agoes, A. (2014). Penyakit di usia tua.
Responden II, yaitu pada responden I dari Jakarta: Salemba Medika.
170/100 mmHg menjadi 140/80 mmHg
sedangkan pada responden II dari 160/100 Aisyah. Jurnal ilmiah kesehatan keperawatan
mmHg menjadi 130/80 mmHg. setelah lansia. Volume 3. No. 2. Oktober 2014
dilakukan latihan Progressive muscle
http://ji.unbari.ac.id/index.php/ilmiah/ar
relaxation selama 5 hari tekanan darah Tn. K
ticle/download/544/492
menjadi 140/80 mmHg dan responden 2 Tn. M
menjadi 130/80 mmHg. Progressive muscle Aspiani, R.Y. (2014).Buku ajar asuhan
relaxation memiliki pengaruh yang signifikan keperawatan gerontik. Jakarta:Trans.
terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi
primer yang diberikan latihan selama 10 Charlesworth & Nathan, (2014) Relaksasi
sampai 15 menit Otot Progresif Terhadap Penurunan
tekanan darah pada lansia penderita
Saran Bagi Institusi Pendidikan hipertensi
Hasil penulisan karya tulis ilmiah ini di
http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.p
harapkan dapat menjadi masukan dalam
hp/TIJHS/article/view/1547
memperkaya ilmu pengetahuan, wawasan serta
keterampilan mahasiswa Data profil Dinkes Provinsi Lampung (2018)
diunduh pada tanggal 27 Maret 2020
Bagi Perawat dari http://depkes.go.id
Perawat dapat mengetahui serta
menerapkan pemberian penerapan Progressive Fatimah. (2013). Merawat manusia lanjut
muscle relaxation pada penderita hipertensi usia. Jakarta: TIM.
sebagai pengobatan non-farmakologi.
Fitrah, (2013). Memahami kesehatan pada
lansia. Jakarta : TIM.
Bagi Responden
Sebagai pengetahuan cara perawatan di Fitrianti, S. dkk. (2018). Pemberian relaksasi
Desa Batangharjo tentang cara menurukan otot progresif pada Lansia dengan
tekanan darah dengan penerapan Progressive Hipertensi essensial di Kota Jambi
muscle relaxation Salvita Fitrianti 1 , Miko Eka Putri
Program Studi Ilmu Keperawatan
Bagi Desa Batangharjo Stikes Baiturrahim Jambi 1, 18(2),
Penerapan Progressive muscle 368–374 Jakarta: Fakultas ilmu
Keperawatan UI.
relaxation diharapkan dapat menjadi kegiatan
terjadwal alternatif yang diberikan kepada https://stikesmu-sidrap.e-journal.id/JIK
lansia serta dijadikan acuan pada lansia yang P/article/view/135
mengalami hipertensi
Juniati, Sahar. 2016. Keperawatan Gerontik .
Keperawata Komunita di indonesia.
Jakarta : TIM Wahyudi, Nugroho, 2016. Keperawatan
Gerontik. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Kementerian kesehatan RI (2016). Infodatin
situasi lanjut usia di Indonesia. Yonata Ade., (2016). Hipertensi sebagai
Kementerian Kesehatan RI. pencetus. Vol 5, No 03,
September .Yogyakarta. Graha Ilmu
Muttaqin, A. (2014). Asuhan Keperawatan
Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. (E. Nurachmach, Ed.).
Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif. (2015). Nanda NIC NOC.Jakarta :
EGC.

Nursalam. (2013). Metodologi penelitian ilmu


keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.

Rosidawati. (2010). Buku saku keperawatan


pada lansia. Jakarta : TIM

Sari, N, I, Y. (2017). Berdamai dengan


hipertensi. Jakarta : Bumi Medika.

Sherwood, 2015. Progressif muscle relaxation


terhadap tekanan darah,,
Jakarta: EGC

Smeltzer & Bare, (2014). Pengaruh Teknik


Relaksasi otot progresif pada tekanan
darah

https://stikesmu-sidrap.e-journal.id/JIK
P/article/view/135

Susilo, Y & Wulandari, A. (2013). Cara jitu


mengatasi hipertensi. Yogyakarta: C.V
Andi Offset.

Triyanto, E. (2014). Pelayanan keperawatan


bagi pendrita hipertensi secara
terpadu. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Udjianti, J, W. (2013). Keperawatan kardio


vascular .Jakarta : Salemba Medika.

Ulya Inayatul, Z., & Faidah, N. (2017).


Pengaruh Terapi Relaksasi otot
progresif terhadap penurunan tekanan
darah Pada Penderita Hipertensi Di
Desa Koripandriyo Kecamatan Gabus
Kabupaten Pati, 6.

http://www.jurnal-ppni.org/ojs/index.ph
p/jppni/article/download/81/34

Anda mungkin juga menyukai