PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fakta menunjukkan bahwa 70% dari semua kejadian stroke setiap tahun
merupakan serangan stroke yang pertama kali. Sebenarnya dengan
mengetahui individu-individu yang beresiko tinggi terkena stroke intervensi
pencegahan dapat dilakukan sedini mungkin sehingga stroke tidak terjadi.
Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko utama stroke terpenting.
Hipertensi tidak secara langsung membunuh penderitanya, akan tetapi
hipertensi memicu munculnya penyakit lain yang mematikan (Suprianto and
Muflihatin, 2017).
Data World Health Organization (WHO, 2017) menyatakan bahwa
stroke merupakan penyebab kedua kematian setelah penyakit jantung iskemik
serta penyebab ketiga kecacatan setelah penyakit menular dan kanker. Sekitar
15 juta orang menderita stroke yang pertama kali setiap tahun, dengan
sepertiga dari kasus ini atau sekitar 6,6 juta mengakibatkan kematian (3,5
jutaperempuan dan 3,1 juta laki-laki).
Stroke Hemoragik adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah di sekitar atau di dalam otak, sehingga suplai darah
ke jaringan otak akan tersumbat. Darah yang pecah bisa membanjiri jaringan
otak yang ada disekitarnya, sehingga fungsi otak akan terganggu
(Kanggeraldo, Sari and Zul, 2018).
Tekanan darah pada penderita stroke hemoragik fase akut dan stroke
iskemik fase akut lebih sering dijumpai pada hipertensi tingkat3 (sistolik ≥
180 mmHg dan ≥ 115 mmHg) dengan persentase 26,7% dan 16,7%.7
Tekanan darah pada pasien stroke dengan hipertensi terkontrol lebih rendah
dari pasien stroke dengan hipertensi tidak terkontrol dengan rata-rata sistolik
165,42 mmHg dan diastolik 95,65 mmHg pada pasien stroke dengan stroke
tidak terkontrol. Di Indonesia menurut data Riskesdas pada tahun 2018
menyebutkan bahwa prevalensi stroke (permil) berdasarkan diagnosis dokter
provinsi dengan penderika stroke tertinggi ada pada Provinsi Kalimantan
1
2
Timur (14,7 %) dan terendah pada Provinsi Papua (4,1%). Pada tahun 2018
Sulawesi Utaramenduduki urutan ke tiga tertinggi untuk penderita stroke di
Indonesia. di Jawa Barat (11,4%) dengan kelompok usia tertinggi 75 tahun
(53,98%) jenis kelamin laki-laki (11,39%) dan perempuan (11,48%) di
perkotaan (12,11%) dan di perdesaan (9,49%) (Riskesdas, 2018)
Pada kasus stroke pada umumnya akan memberikan gambaran tekanan
darah yang tidak stabil, dimana tekanan darah pada umumnya meninggi tetapi
nadi dan pernafasan melambat. Ketidak stabilan status hemodinamika akan
berpengaruh terhadap TIK, sehingga mempengaruhi perubahan perfusi pada
jaringan serebral. Dengan demikian, untuk memperbaiki perfusi jaringan
serebral pada pasien stroke perlu dilakukan intervensi keperawatan dan medis
yang menunjang percepatan pemulihannya. Status hemodinamika juga
dikendalikan oleh susunan syaraf pusat terutama di medulla oblongata.
Perubahan status hemodinamika yang di atur di dalam medulla oblongata
tersebut dipengaruhi oleh stimulas sistemik. Peran baroreseptor dalam
menerima stimulasi sistemik sangat berpengaruh dalam menentukan status
hemodinamika nadi maupun tekanan darah. ( Tori, Elly and Tutik, 2018)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah pada pasien stroke
di RSUD kabupaten Ciamis tahun 2016, frekuensi tertinggi yaitu sebanyak 27
orang (57,5%) berkategori tekanan darah tinggi (>. Hasil140/90 mmHg)
penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko
utama terjadinya stroke. Semakin tinggi tekanan darah pasien kemungkinan
stroke akan semakin besar,karena terjadinya kerusakan pada dinding
pembuluh darah sehingga memudahkan terjadinya penyumbatan bahkan
pecahnya pembuluh darah di otak. Jika serangan stroke terjadi berkalikali,
maka kemungkinan untuk sembuh dan bertahan hidup akan semakin kecil.
Tekanan darah merupakan faktor risiko stroke yang dapat diubah. Dengan
mengetahui pengaruh tekanan darah terhadap kejadian stroke maka
diharapkan dapat mencegah terjadinya stroke dan stroke ulangan.
meningkatkan aliran darah otak dan meningkatkan tekanan intrakrania
Tekanan darah tinggi tidak terkontrol dapat menyebabkan kejadian
stroke karena dapat menimbulkan terjadinya oklusi aliran darah (stroke
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah
yang belum diketahui yaitu “Bagaimana pengaruh Relaxation therapy deep
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hasil penerapan relaxation therapy deep breathing
exercise with music terhadap tekanan darah pasien stroke hemoragik di
ICU”
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui nilai tekanan darah pada pasien stroke sebelum dilakukan
relaxation therapy deep breathing exercise with music
b. Mengetahui nilai tekanan darah pada pasien stroke sesudah dilakukan
relaxation therapy deep breathing exercise with music
c. Mengetahui perbedaan nilai tekanan darah pada pasien stroke sebelum
dan sesudah dilakukan relaxation therapy deep breathing exercise
with music
D. Ruang Lingkup
Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup Keperawatan gawat
darurat dan kritis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
relaxation therapy deep breathing exercise with music terhadap tekanan darah
pada pasien stroke hemoragik di Rumah Sakit Pusri Plembang ruangan ICU.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah membagikan kuesioner demografi, dan mengecek riwayat
rekam medis pasien, setelah itu di observasi sebelum dilakukan mengukur
tekanan darah kemudian di observasi lagi setelah melakukan relaxation
therapy deep breathing exercise with music, pengukuran dilakukan sebelum
(pretest) dan sesudah (postest).
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
5