Anda di halaman 1dari 11

PERBEDAAN TERAPI MUSIK KLASIK DAN MUSIK YANG DISUKAI

TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI


DI RSUD DR. H. SOEWONDO KENDAL

Tri Yuli Finasari*), Dody Setyawan **), Wulandari Meikawati ***)

*)
Alumni Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang,
**)
Dosen Universitas Diponegoro Semarang,
***)
Dosen Universitas Muhammadiyah Semarang.

ABSTRAK

Penyakit kardiovaskuler, khususnya hipertensi adalah penyakit yang disebabkan oleh tekanan darah
yang melewati tekanan darah (TD) normal (TD sistolik 140 mmHg dan TD diastolik 90
mmHg). Terapi musik adalah salah satu terapi alternatif untuk menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan terapi musik untuk
menurunkan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan menggunakan rancangan Pretest Post
Test Design. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan puposive sampling yang
melibatkan 34 responden. Hasil uji perbedaan rerata tekanan sistolik akhir dan tekanan darah
diastolik akhir dengan uji Mann Whitney pada terapi musik klasik dan musik yang disukai
didapatkan p value 0.014 (<0.05) untuk sitolik dan p value 0.032 (<0.05) untuk diastolik, untuk
diastolik, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada perbedaan penurunan tekanan darah
sistolik dan diastolik pada pasien hipertensi, akan tetapi penggunaan terapi musik klasik lebih
efektif dalam menurunkan tekanan darah dibandingkan dengan terapi musik yang disukai. Hasil
penelitian ini dapat menjadi masukan sebagai terapi alternatif untuk menurunkan tekanan darah
pada penderita hipertensi.

Kata kunci: hipertensi, tekanan darah, terapi musik klasik, terapi musik yang disukai

ABSTRACT

The cardiovascular diseases, especially hypertensive is diseases that caused by the blood pressure
has passes through of normally blood pressure (systolic BP 140 mmHg and diastolic BP 90
mmHg). Music therapy is one of most alternative therapys for dropping the blood pressure for
hypertensive patient. This research probably to know the different music therapy for droping the
blood pressure. Its uses quasi experiment method of research (Quasi Experiment) with Pre Test
Post Test Planning Design. Sampling methode by using purposive sampling that involve 34
respondents. This result from the last mean difference of systolic and diastolic blood pressure with
Mann Whitney on classical music and the music they reliked is p value 0.014 (< 0.05) for systolic
and p value 0.032 (< 0.05) for diastolic, finally (Ho) is rejected and (Ha) accepted which Mean
there are differences dropping systolic blood pressure and diastolic blood pressure on hypertensive
patient. In conclutions classical music therapy can dropping blood pressure more than favourites
music therapy. This research could be input as an alternative therapy for dropping blood pressure
on hypertensive patient.

Keywords: Hypertensive, blood pressure, classical music therapy, favourites music therapy

Perbedaan Terapi Musik Klasik Dan Musik Yang Disukai.. (T. Y. Finasari,2014) 1
Pendahuluan (mortalitas) Dalimartha (2008). World Health
Organization (WHO) mengemukakan bahwa,
Kesehatan merupakan bagian dari kebutuhan batas tekanan darah yang masih dianggap
manusia yang sangat mendasar dan normal adalah 140/90mmHg, sedangkan
disamping itu setiap individu berhak untuk tekanan darah di atas 160/95mmHg
mendapatkan pelayanan dan informasi dinyatakan sebagai hipertensi. Hipertensi
kesehatan, sehingga dapat memberdayakan juga didefinisikan sebagai tekanan darah
dirinya untuk mencapai derajat kesehatan sistolik 140 mmHg dan tekanan darah
yang seoptimal mungkin. Pembangunan diastolik 90 mmHg (Udjianti, 2010).
kesehatan bertujuan meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup Di Indonesia, Profil Kesehatan Indonesia
bagi setiap orang agar terwujud derajat (2011) menyatakan bahwa pada tahun 2010
kesehatan masyarakat. Keberhasilan hipertensi termasuk kasus penyakit sepuluh
pembangunan kesehatan mempunyai peran besar dalam rawat inap dan rawat jalan.
penting dalam meningkatkan mutu dan Kasus untuk rawat inap di rumah sakit
produktifitas sumber daya manusia Indonesia terdapat sebanyak 8.423 pasien laki-laki dan
(dinkesjatengprov, 2012). 11.451 pasien perempuan. Pasien dengan
rawat jalan mencapai angka 35.462 untuk
Dampak pembangunan di segala bidang di pasien laki-laki, 45.153 untuk pasien
Indonesia dan meningkatnya pertumbuhan perempuan, dan 80.615 dengan kasus baru
ekonomi, menyebabkan pergeseran baik pola hipertensi. Kemenkes (2013) dalam Paliling
penyakit dan pola hidup masyarakat. (2013) menyatakan bahwa hipertensi
Aktifitas juga harus selalu diperhatikan merupakan faktor resiko utama penyebab
karena aktifitas yang berlebihan dan kematian yang meningkat dari 31,7%
kurangnya istirahat, tubuh akan menjadi menjadi 60%.
lemah dan mudah terserang penyakit. Selain
itu, pola makan harus selalu diperhatikan Prevalensi jumlah penderita hipertensi di
karena pola makan yang tidak teratur akan Jawa Tengah pada tahun 2010-2011
menimbulkan berbagai macam penyakit mengalami peningkatan dari 562.117 mnjadi
(Profil Kesehatan Indonesia, 2011). 634.860, sedangkan tahun 2012 jumlahnya
mencapai 544.771 (Profil Kesehatan Propinsi
Prevalensi penyakit menular telah mengalami Jawa Tengah, 2012).
penurunan karena keberhasilan dari program
pemberantasan penyakit menular, sedangkan Menurut catatan medik rawat inap di RSUD
penyakit degeneratif cenderung meningkat, Soewondo Kendal pada tahun 2012 jumlah
terutama penyakit kardiovaskuler dan penderita hipertensi sebesar 478 dan tahun
pembuluh darah. Tjandra dalam sambutan 2013 jumlah penderita hipertensi mengalami
Menkes (2013) mengatakan bahwa hipertensi peningkatan yang signifikan yaitu 572
merupakan faktor risiko utama terjadinya pasien. Hal ini terkait bahwa RSUD
kematian akibat Penyakit Tidak Menular Soewondo Kendal adalah salah satu rumah
(PTM) di dunia (Aditama, 2013). sakit rujukan di Kendal, sehingga dari tahun
2012 sampai 2013 terjadi kenaikan sebesar
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan 94 pasien yang menderita hipertensi.
penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu Komplikasi pada hipertensi dapat disebabkan
keadaan di mana seseorang mengalami oleh tekanan darah yang tinggi, serta proses
peningkatan tekanan darah di atas normal aterosklerosis yang menyebabkan kerusakan
yang mengakibatkan peningkatan angka dinding pembuluh darah sehingga dinding
kesakitan (morbiditas) dan angka kematian pembuluh darah kehilangan fungsinya secara

2 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan(JIKK),Vol. ... No. ...


normal. Hipertensi juga dapat mengakibatkan tempo yang dinamis serta, mengacu pada
pembesaran dinding ventrikal jantung yang musik yang berakar dari tradisi kesenian
akan mengganggu pompa jantung, sehingga barat, musik kristiani, dan musik orchestra.
jantung tidak dapat bekerja secara optimal
yang mengakibatkan terjadinya gagal jantung Terapi musik merupakan teknik yang sangat
(Prodia, 2013). mudah dilakukan dan terjangkau, tetapi
efeknya menunjukkan bahwa musik dapat
Hipertensi dan komplikasinya dapat mempengaruhi ketegangan atau kondisi
diminimalkan dengan penatalaksanaan rileks pada diri seseorang, karena dapat
menggunakan farmakologis yaitu dengan merangsang pengeluaran endorphine dan
minum obat secara teratur atau menggunakan serotonin. Endorphine dan Serotonin
non-farmakologis yaitu kepatuhan merupakan sejenis morfin alami tubuh dan
menjalankan diit, menurunkan berat badan, juga metanonin sehingga tubuh merasa lebih
rajin berolah raga, mengurangi konsumsi rileks pada seseorang yang mengalami stress
garam, diit rendah lemak, dan diit rendah (Djohan, 2009).
kolesterol. Selain itu, juga dapat dilakukan
dengan menjaga pola hidup sehat seperti Pertamax (2011, 8) mengatakan bahwa
tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, terapi musik juga dapat memberikan efek
mengurangi makanan yang mengandung fisiologis atau biologis pada seseorang, yaitu
tinggi kalium, batasi kafein, hindari stress, dengan stimulasi beberapa irama yang
dan kontrol tekanan darah secara teratur didengar, musik dapat menurunkan kadar
(Musayaroh, 2011). kortisol yaitu hormon stres yang dapat
berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi,
Hasil wawancara yang dilakukan oleh serta memperbaiki fungsi lapisan dalam
penulis kepada perawat di ruang rawat inap pembuluh darah yang menyebabkan
flamboyan RSUD Dr. H. Soewondo Kendal, pembuluh darah dapat meregang sebesar
didapatkan data bahwa penatalaksanaan 30%. Selain itu, Djohan (2006, hlm.24) juga
pasien dengan hipertensi di ruang rawat inap memperkuat konsep diatas bahwa musik
flamboyan selama ini hanya menggunakan diyakini juga mempengaruhi sistem saraf
pengobatan farmakologis dan belum ada parasimpatis yang meregangkan tubuh dan
pengobatan nonfarmakologis yang dilakukan memperlambat denyut jantung, serta
perawat. Dimana pengobatan farmakologis memberikan efek rileks pada organ-organ.
mempunyai banyak efek samping jika
digunakan dalam jangka panjang, sedangkan Penelitian yang dilakukan Zainini, et al.,
pengobatan non farmakologi mempunyai (2008) di salah satu Rumah sakit di Brasil
sedikit efek samping. Salah satu pengobatan tentang mendengarkan musik sebagai terapi
non farmakologi dengan menggunakan terapi penurunan tekanan darah yang menunjukkan
musik. terjadinya penurunan tekanan darah yang
signifikan, dengan tekanan sistolik rata-rata
Sebuah penelitian American Heart 11,8 mmHg dan pada tekanan diastolik 47
Association (2008 dalam Sarayar, dkk., 2013) mmHg, serta dapat digunakan sebagai terapi
yang dipresentasikan pada konferensi alternative dalam pengobatan hipertensi.
tahunan ke-62, mengemukakan bahwa
mendengarkan musik klasik selama 30 menit Hal ini juga sama dengan penelitian dari
sehari terbukti dapat menurunkan tekanan Chafin (2004 dalam Clementina 2007)
darah pada penderita hipertensi. Musik klasik dengan mendengarkan musik klasik dapat
seringkali menjadi acuan terapi musik, mengurangi kecemasan dan stress sehingga
karena memiliki rentang nada yang luas dan tubuh mengalami relaksasi, yang

Perbedaan Terapi Musik Klasik Dan Musik Yang Disukai.. (T. Y. Finasari,2014) 3
mengakibatkan penurunan tekanan darah dan Desain Penelitian
denyut jantung.
Desain penelitian ini menggunakan metode
Menurut hasil penelitian dilakukan oleh penelitian eksperimen semu (Quasi
Surherly, dengan judul Perbedaan Tekanan Experiment), yaitu suatu metode penelitian
Darah pada Pasien Hipertensi Sebelum dan yang biasa digunakan untuk penelitian
Sesudah Pemberian Terapi Musik Klasik di lapangan dan menggunakan rancangan
RSUD Tugurejo Semarang yang dilakukan Pretest Post Test Design, di mana
tahun 2011, menjelaskan terapi musik adalah rancangan ini tidak memakai kelompok
salah satu terapi alternatif yang menurunkan kontrol, kemudian dilakukan pre test pada
tekanan darah pada penderita hipertensi. kedua kelompok tersebut, diikuti dengan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intervensi pada masing-masing kelompok
perbedaan tekanan darahpada penderita dan diakhiri dengan melakukan post test pada
hipertensi sebelum dan sesudah pemberian masing-masing kelompok setelah beberapa
terapi musik klasik di RSUD Tugurejo waktu (Notoatmodjo, 2012).
Semarang. Berdasarkan hasil analisis uji
wilcoxon untuk tekanan darah sistolik dan Hasil dan Pembahasan
diastolik menunjukkan nilai p = 0,000 (<
0,05). Hal ini berarti pada tingkat signifikan Hasil penelitian ini tentang perbedaan terapi
5% terbukti ada perbedaan tekanan darah musik klasik dan musik yang disukai
sistolik dan diastolik pada pasien sebelum terhadap tekanan darah pada pasien
dan sesudah pemberian terapi musik klasik. hipertensi di RSUD Dr. H. Soewondo
Penelitian ini dapat menjadi masukan Kendal. Bab ini juga menjelaskan tentang
sebagai terapi alternatif untuk menurunkan hasil penelitian secara lengkap yang disajikan
tekanan darah pada penderita hipertensi. dalam tabel berdasarkan dari tujuan
penelitian yang telah disusun.
Mendengarkan musik yang disukai dapat
menghadirkan suasana bahagia, pikiran 1. Karakteristik Responden
menjadi tenang, dan mampu memberikan
semangat pada jiwa yang kelelahan pada a. Usia
pendengar musik itu sendiri. Menggunakan
Tabel 5.1
terapi musik memiliki efek samping lebih
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
kecil serta terapi musik memiliki keuntungan
Karakteristik Usia pada Kelompok Terapi
seperti biaya yang dikeluarkan tidak mahal
Musik Klasik dan Musik yang Disukai di
dan lebih praktis, jika dibandingkan dengan
RSUD Dr. H. Soewondo Kendal, bulan April
terapi menggunakan obat-obatan, sedangkan
sampai Mei 2014 (n=17)
penelitian yang menggunakan terapi musik
Musik yang
yang disukai masih sangat jarang dilakukan
Usia Musik klasik disukai
di Indonesia. Terapi musik ini dapat
membantu secara alami menyehatkan kerja F (%) F ( %)
jantung dan mencegah terjadinya serangan Usia dewasa 8 47.1 9 52.9
stroke yang memperlancar dan menormalkan Lansia 9 52.9 8 47.1
tekanan darah dengan musik relaksasi. Efek Total 17 100.0 17 100.0
relaksasi dari terapi musik dan stimulasi
gelombang pembuluh darah sehingga Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian
berfungsi melancarkan peredaran darah besar responden pada kelompok musik klasik
diseluruh tubuh. berada pada kategori usia lansia atau usia
50 tahun yaitu sebesar 9 responden (52.9%),

4 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan(JIKK),Vol. ... No. ...


sedangkan pada kelompok musik yang
disukai sebagian besar responden berada Jenis Kelamin Musik Musik yang
pada kategori usia dewasa yaitu sebesar 9 klasik disukai
responden (52.9%). F (%) F (%)
Laki-laki 5 29.4 9 52.9
Sundari (2012, 1) juga menjelaskan semakin Perempuan 12 70.6 8 47.1
bertambahnya usia (lansia) akan mempunyai
Total 17 100.0 17 100.0
resiko tiga kali lipat mengalami hipertensi
dari usia dewasa. Hal ini dikarenakan
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian
peningkatan usia menyebabkan jantung dan
besar responden pada kelompok terapi musik
pembuluh darah mengalami perubahan baik
klasik berjenis kelamin perempuan yaitu
struktural maupun fungsional. Secara umum,
sebesar 12 responden (70.6%), sedangkan
perubahan yang terjadi secara terus menerus
responden pada kelompok terapi musik yang
ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas
disukai berjenis kelamin laki-laki yaitu
(Stanley & Beare, 2006, hlm.179).
sebesar 9 responden (52.9%).
Brunner dan Suddarth (2002, hlm.369)
Faktor pemicu hipertensi pada perempuan
mengemukakan pula bahwa perubahan
adalah menopause (usia 42-60 tahun). Pada
struktural dan fungsional pada sistem
penelitian ini responden perempuan rata-rata
pembuluh perifer bertanggung jawab pada
berada pada usia lansia (lanjut usia). Hal ini
perubahan tekanan darah yang terjadi pada
akan menyebabkan fungsi ovarium normal
usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
berangsur-angsur menghilang dan kadar
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan
esterogen turun setelah pasca menopause.
ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
Sehingga terjadi peningkatan dari kadar
pembuluh darah, yang pada gilirannya
kolesterol dan Low Density Lipoprotein
menurunkan kemampuan distensi dan daya
(LDL), sementara reseptor untuk LDL
regang pembuluh darah. Akibatnya, aorta dan
menjadi berkurang dan dapat menyebabkan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam
tekanan darah meningkat (Greenspan &
mengakomodasi volume darah yang dipompa
Baxter, 1998, hlm.598). Hal ini juga
oleh jantung (volume sekuncup), dan
diperkuat pendapat dari Sujatmiko (2011,
mengakibatkan penurunan curah jantung dan
dalam Putra, 2014, hlm.56) yang mengatakan
peningkatan tahanan perifer.
bahwa penurunan hormon esterogen juga
beresiko terjadi pada perempuan yang multi
b. Jenis Kelamin
paritas karena kehamilan menimbulkan
Tabel 5.2
perubahan fisiologi tubuh perempuan yang
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
dapat berdampak bagi kesehatan perempuan
Karakteristik Jenis Kelamin pada Kelompok
di kemudian hari. Paritas mempengaruhi
Terapi Musik Klasik dan Musik yang Disukai
siklus menstruasi dan penurunan kadar
di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal, bulan
esterogen pada perempuan (Bernstein, 1985,
April sampai Mei 2014 (n=17)
dalam Sujatmiko, 2011, hlm.5).

Selain itu, perempuan lebih cenderung


Jenis Kelamin Musik Musik yang
mudah stress daripada laki-laki. Stress dapat
klasik disukai
memicu terjadinya hipertensi. Hal ini
F (%) F (%)
dikarenakan stress yang dialami seseorang
Laki-laki 5 29.4 9 52.9 akan membangkitkan saraf simpatis yang
Perempuan 12 70.6 8 47.1 akan memicu kerja jantung dan menyebabkan

Perbedaan Terapi Musik Klasik Dan Musik Yang Disukai.. (T. Y. Finasari,2014) 5
peningkatan tekanan darah. selain itu, pada Pengeluaran hormon ini diatur oleh syaraf
seseorang yang mengalami stress akan simpatis, dimana saraf simpatis ini bekerja
mengeluarkan hormon adrenalin yang mana pada orang dalam kondisi stress (Dewi, dkk,
hormon tersebut juga akan meningkatkan 2010, hlm.48).
denyut jantung dan menyebabkan
vasokontriksi pada kapiler darah tepi.

c. Tingkat Pendidikan

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Tingkat Pendidikan pada Kelompok
Terapi Musik Klasik dan Musik yang Disukai di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal, bulan April
sampai Mei 2014 (n=17)

Tingkat pendidikan Musik klasik Musik yang disukai


F (%) F ( %) Total Presentase(%)
Tidak Sekolah 5 29.4 6 35.3 11 32.4
SD 3 17.6 5 29.4 8 23.5
SMP 7 41.2 3 17.6 10 29.4
SMA 1 5.9 2 11.8 3 8.8
SARJANA 1 5.9 1 5.9 2 5.9
Total 17 100.0 17 100.0 34 100

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai
besar responden berasal dari kelompok pengetahuan yang lebih luas dibandingkan
pendidikan rendah (SMP, SD, dan tidak dengan sesesorang yang tingkat
sekolah) baik pada kelompok terapi musik pendidikannnya lebih rendah. Pengetahuan
klasik maupun kelompok terapi musik yang dan pengalaman seseorang tentang keadaan
disukai masing-masing 88.2% dan 83.2%. sehat maupun sakit yang dialami setiap
individu menyebabkan seseorang tersebut
Mubarok (2010, hlm.58) mengemukakan berusaha untuk mengatasi, mempertahankan,
bahwa pendidikan digolongkan atas tingkat atau meningkatkan status kesehatannya
atau jenjang pendidikan meliputi pendidikan (Notoatmojo, 2012, hlm.67).
rendah (tidak sekolah, tamat atau tidak tamat
SD, tamat atau tidak tamat SMP dan Hal ini diperkuat dengan penelitian Cekti,
sederajat) dan pendidikan tinggi (tamat atau dkk (2008) yang mengatakan bahwa
tidak tamat SMA dan sederajat, tamat atau pengetahuan individu mempengaruhi
tidak tamat Perguruan Tinggi). kesadaran terhadap perilaku pencegahan
Pendidikan merupakan proses penyampaian hipertensi, dengan kata lain makin tinggi
informasi kepada seseorang untuk pengetahuan individu mengenai peneyebab
mendapatkan perubahan perilaku, semakin hipertensi, faktor pemicu, tanda gejala, dan
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka tekanan darah normal dan tidak normal maka
akan semakin kritis, logis, dan sistematis cara individu akan cenderung menghindari hal-hal
berpikirnya. Pendidikan juga dapat yang dapat memicu terjadinya hipertensi
membawa wawasan atau pengetahuan seperti perilaku merokok, minum kopi, dan
seseorang, secara umum seseorang yang obesitas

6 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan(JIKK),Vol. ... No. ...


2. Tekanan darah
Tabel 5.4
Distribusi Rerata Tekanan Darah Responden Sebelum dan Sesudah diberikan Terapi Musik
Klasik di RSUD. Dr. H. Soewondo Kendal, bulan April sampai Mei 2014
(n=17)
Tekanan darah Sebelum Sesudah
Mean SD Min max Mean SD Min Max
Sistolik 148.82 10.537 130 160 138.82 9.275 120 150
Diastolik 90.59 5.557 80 100 84.71 6.243 70 90

Tabel 5.4 hasil penelitian menunjukkan irama pelan. Pada musik klasik, irama yang
bahwa terjadi penurunan tekanan darah dihasilkan memiliki tempo 60 ketukan per
sistolik setelah diberikan terapi musik klasik menit. Saat pasien hipertensi didengarkan
yaitu yang semula rata-rata 148.82 mmHg musik klasik dengan irama yang teratur dan
menjadi 138.82 mmHg, sedangkan pada terus menerus, maka denyut jantung pasien
tekanan darah diastolik juga mengalami akan mengikuti irama musik tersebut yang
penurunan yaitu yang semula rata-rata 90.59 diharapkan pada denyut jantung pasien lebih
mmHg menjadi 84.71 mmHg. terkendali.

Mendengarkan musik klasik dapat mengubah Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
secara efektif ambang otak yang dalam dilakukan oleh Surherly, dengan judul
keadaan stress menjadi lebih rileks, karena Perbedaan Tekanan Darah pada Pasien
musik secara mudah dapat diterima oleh Hipertensi Sebelum dan Sesudah Pemberian
organ pendengaran dan mudah ditangkap Terapi Musik Klasik di RSUD Tugurejo
oleh otak. Musik klasik juga dapat Semarang yang dilakukan tahun 2011,
mengaktivasi sistem limbik yang mengatur berdasarkan hasil analisis uji wilcoxon untuk
emosi seseorang menjadi lebih rileks yang tekanan darah sistolik dan diastolik
mengakibatkan pembuluh darah berdilatasi menunjukkan nilai p = 0,000 (< 0,05). Hal ini
sehingga dapat menurunkan tekanan darah berarti pada tingkat signifikan 5% terbukti
(Nurrahmani, 2012, hlm.34). ada perbedaan tekanan darah sistolik dan
diastolik pada pasien sebelum dan sesudah
Menurut Potter dan Perry (2006) dalam pemberian terapi musik klasik. Dimana
Yakin (2010, hlm.44) mengemukakan bahwa dalam prosesnya musik klasik ditangkap
musik klasik (musik tanpa vokal) digunakan syaraf telinga kemudian diteruskan ke syaraf
pada terapi musik. Jenis musik yang dapat pusat otak sehingga mempengaruhi hipofise
menurunkan tekanan darah adalah jenis di otak untuk melepaskan hormon endorprin.
musik yang bersifat rileks dengan tempo atau
Tabel 5.5
Distribusi Rerata Tekanan Darah Responden Sebelum dan Sesudah diberikan Terapi
Musik yang Disukai di RSUD. Dr. H. Soewondo Kendal, bulan April sampai Mei 2014
(n=17)
Tekanan darah Sebelum Sesudah
Mean SD Min Max Mean SD Min Max
Sistolik 148.24 10.744 120 160 130.00 9.354 110 140
Diastolik 92.35 6.624 80 110 80.00 6.124 70 90

Tabel 5.5 Hasil penelitian juga menunjukkan sistolik setelah diberikan terapi musik yang
bahwa terjadi penurunan tekanan darah disukai yaitu yang semula rata-rata 148.42

Perbedaan Terapi Musik Klasik Dan Musik Yang Disukai.. (T. Y. Finasari,2014) 7
mmHg menjadi 130.00 mmHg, sedangkan rangsangan suara yang sudah dikenal oleh
pada tekanan darah diastolik juga mengalami otak, maka otak akan dengan cepat
penurunan yaitu yang semula rata-rata 92.35 mengenali rangsangan tersebut, sehingga
mmHg menjadi 80.00 mmHg. mampu memberikan respon rileks pada
seseorang. Hal ini memicu pembuluh darah
Musik adalah bunyi yang diterima individu berdilatasi sehingga menurunkan tekanan
yang dianggap enak oleh pendengarnya yang darah. Selain itu, saat mendengarkan musik
dihasilkan oleh seseorang. Dalam kesehatan, yang disukai seseorang akan merasa nyaman.
musik adalah rangkaian bunyi-bunyian indah Hal ini dikarenakan musik yang didengarkan
yang memiliki efek yang luar biasa untuk berupa musik yang disukai yang mana sejak
kesehatan tubuh. Menurut Camphell (2002) awal sudah senang dengan jenis musiknya.
penurunan tekanan darah terjadi setelah Sehingga menyebabkan terjadinya kondisi
pemberian terapi musik yang diterima oleh rileks yang diakibatkan pengeluaran oleh
telinga dan ditangkap oleh membran timpani. hormon endorphin. Seseorang yang merasa
Pada tulang-tulang pendengaran (meleus, rileks akan menyebabkan peregangan pada
incus, dan stepes) yang saling bertautan, otot dan pembuluh darah sehimgga
getaran akan impuls mekanik diubah menjadi menyebabkan vasodilatasi sehingga terjadi
impuls elektrik dan akan dikirim ke cabang- penurunan tekanan darah (Sari & Adilatri,
canbang nervus VII (vestibule cokhlearis) 2012).
dan akan diteruskan ke thalamus batang otak
sehingga dapat membuat pasien lebih rileks Musik yang disukai musik juga mampu
dengan memberikan hasil positif terhadap mengatur hormon-hormon yang
detak jantung yang lebih stabil dan laju nafas mempengaruhi stress seseorang. Musik yang
yang teratur (Yakin, 2010, hlm.44). dipilih sendiri juga memiliki kekuatan untuk
Pada terapi musik yang disukai dimana jenis mempengaruhi denyut jantung dan tekanan
darah sesuai dengan frekuensi, tempo, dan
musik yang dipilih sendiri adalah suatu
musik yang sudah tidak asing. Musik yang volumenya. Makin lambat tempo musik,
disukai pada penelitian ini antara lain denyut jantung semakin lambat sehingga
dangdut, jass, campur sari, dan keroncong. mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan
darah (Kustap, 2008, hlm.10).
Pada saat seseorang mendengarkan suatu

3. Perbedaan Tekanan Darah pada Kelompok Musik Klasik dan Kelompok Musik yang Disukai

Tabel 5.10
Uji Beda Tekanan Darah pada Kelompok Terapi Musik Klasik dan
Musik yang Disukai
Terapi N p Value Mean Rank
Sistolik sesudah Musik Klasik 17 21.47
Musik Disukai 17 0,014 13.53
Total 34
Diastolik sesudah Musik Klasik 17 20.79
Musik Disukai 17 0.032 14.21
Total 34

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa hasil uji klasik dan kelompok musik yang disukai
Mann Whitney pada kelompok terapi musik terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik

8 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan(JIKK),Vol. ... No. ...


didapatkan p value= 0.014 (<0.05) untuk fungsi lapisan dalam pembuluh darah yang
sistolik dan p value= 0.032 (<0.05) untuk menyebabkan pembuluh darah dapat
diastolik, maka Ho ditolak dan Ha diterima meregang sebesar 30% (Djohan, 2006,
yang artinya ada perbedaan penurunan hlm.24).
tekanan darah sistolik dan diastolik pada
pasien hipertensi, akan tetapi terapi musik Hayundoro (2014, 3) mengemukakan bahwa
klasik dapat menurunkan tekanan darah lebih musik klasik dapat mempengaruhi system
baik dibandingkan dengan terapi musik yang limbic menjadi teraktivasi sehingga
disukai. Hal ini dibuktikan pada tabel yang menyebabkan seseorang menjadi rileks. Saat
menunjukkan bahwa mean rank pada dalam keadaan rileks inilah berpengaruh pada
kelompok terapi musik klasik lebih besar tekanan darah sehingga tekanan darah dapat
dibandingkan dengan kelompok terapi musik terjadi penurunan. Selain itu alunan musik
yang disukai. dapat memicu untuk memproduksi molekul
yang disebut nitric oxide (NO). Molekul ini
Musik adalah bunyi yang diatur menjadi pola bekerja pada tonus pembuluh darah sehingga
yang dapat mempengaruhi perasaan atau dapat mengurangi tekanan darah. Hal ini
suasana hati seseorang. Terapi musik sebagai diperkuat oleh Djohan (2009, hlm.34) terapi
teknik yang digunakan sebagai penyembuhan musik seperti musik klasik dapat
suatu penyakit dengan menggunakan bunyi menyebabkan kondisi rileks pada diri
atau irama tertentu. Terapi musik klasik juga seseorang, karena dapat merangsang
memberikan efek fisiologis atau biologis pengeluaran endorphine dan serotonin.
pada seseorang yaitu dengan menstimulasi Endorphine dan Serotonin merupakan sejenis
irama yang didengar, musik dapat morfin alami tubuh dan juga metanonin
menurunkan kadar kortisol yaitu hormon sehingga tubuh merasa lebih rileks pada
stress yang dapat berkontribusi terhadap seseorang yang mengalami stress.
tekanan darah tinggi, serta memperbaiki

Simpulan Saran
1. Rata-rata tekanan darah responden 1. Bagi Rumah Sakit dan Masyarakat
sebelum dan sesudah diberikan terapi Penelitian ini di lakukan di RSUD Dr. H.
musik klasik yaitu tekanan darah sistolik Soewondo Kendal dengan 34 responden
148.82 mmHg menjadi 138.82 mmHg dan didapatkan hasil bahwa dengan terapi
diastolik 90.59 mmHg menjadi 84.31 musik dapat menurunkan tekanan darah
mmHg. pada pasien hipertensi. Untuk masyarakat
2. Rata-rata tekanan darah responden dapat diberikan pendidikan kesehatan
sebelum dan sesudah diberikan terapi tentang terapi musik yang dapat
musik yang disukai yaitu tekanan darah menurunkan tekanan darah.
sistolik 148.32 mmHg menjadi 130.00 2. Bagi Pendidikan Keperawatan
mmHg dan diastolik 92.35 mmHg Penelitian ini dapat dijadikan acuan pada
menjadi 80.00 mmHg. mata ajar keperawatan dewasa dan
3. Ada perbedaan antara terapi musik klasik referensi diskusi tambahan khususnya
dan musik yang disukai terhadap tekanan pendidikan keperawatan untuk
darah sistolik p value 0.014. Serta ada meningkatkan ilmu pengetahuan tentang
perbedaan antara musik klasik dan musik terapi non farmakologis yaitu terapi musik
yang disukai terhadap tekanan darah klasik dan musik yang disukai dalam
diastolik p value 0.032. melakukan asuhan keperawatan pada
pasien hipertensi.

Perbedaan Terapi Musik Klasik Dan Musik Yang Disukai.. (T. Y. Finasari,2014) 9
3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan terapi non farmakologi untuk penderita
Hasil penelitian ini dapat dijadikan hipertensi. Penelitian selanjutnya
sebagai bahan referensi dan acuan untuk hendaknya memperhatikan waktu paruh
penelitian selanjutnya tentang pendekatan obat yang diberikan kepada pasien.

Daftar Pustaka

Aditama T., (2013). Hipertensi Merupakan Indonesia kota Semarang.


Faktor Risiko Utama Terjadinya http://www.depkes.go.id/download/p
Kematian Akibat PTM di Dunia. ublikasi/profil%20kesehatan%20Ind
Jakarta: Direktur Jenderal onesia%202008.pdf diperoleh
Pengendalian Penyakit dan tanggal 7 Januari 2014
Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan Republik Djohan. (2006). Terapi Musik, Teori dan
Indonesia.file:///G:/jurnal%20dan%2 Aplikasi. Yogyakarta: Galangpres
0penelitian/PDF/Ditjen%20PP&PL.h
tm di peroleh tanggal 6 Januari 2014
_______. (2009). Psikologi Musik.
Yogyakarta: Best Publisher Cetakan
Brunner & Suddart. (2002). Buku ajar III
keperawatan medical bedah.
(Volume2) alih bahasa. Jakarta: EGC
Hayundoro, P. (2014). Mekanisme Suara
Musik Dalam Mempengaruhi
Camphell, D. (2002). Efek Mozart Manusia.
Memanfaatkan Kekuatan Musik http://www.scribd.com/doc/1869044
Untuk Mempertajamkan Pikiran, 02/Mekanisme-Suara-Musik-Dalam-
Meningkatkan Kreatifitas, dan Mempengaruhi-Manusia diperoleh
Menyehatkan tubuh. Jakarta: tanggal 7 Februari 2014
Gramedia Pustaka Utama

Kustap, M. (2008). Seni Musik Klasik Jilid I.


Cekti, A. dkk. (2008). Perbandingan Jakarta: Direktorat Pembinaan
Kejadian dan Faktor Risiko Sekolah Menengah Kejuruan
Hipertensiantara RW 18 Kelurahan
Panembahan dan RW 1Kelurahan
Patehan.Berita Kedokteran Mubarok, W. (2010). Sosiologi Untuk
Masyarakat Vol. 24, No.4. Keperawatan Pengantar Dan Teori.
Jakarta: Salemba Medika
Clementina, S. (2007). Pengaruh Musik
Klasik Terhadap Penurunan Musayaroh, N. (2011). Pengaruh Terapi
Tekanan Darah. Medan: Fakultas Musik Tekanan Darah Pada
Kedokteran Sumatra Utara Penderita Hipertensi. Semarang:
Politeknik Kesehatan
Dalimartha, Purnama, Sutarina, et al. (2008).
Care Your Self, Hipertensi. Jakarta: Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi
Penebar Plus+ Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
Dewi, Sofia, Familia, & Digi. (2010). Hidup
Bahagia dengan Hipertensi. Nurrahmani, U. (2012). Stop ! Hipertensi.
Yogyakarta: A+Plus Book. Jakarta: Familia

Dinkesjatengprov. (2012). Jakarta: Paliling, I. (2013). Gambaran Perilaku


Departemen Kesehatan Republik Merokok Pada Lansia Dengan

10 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan(JIKK),Vol. ... No. ...


Hipertensi. Jayapura: Fakultas Sari & Adilatri. (2012). Perbedaan Terapi
Kedokteran Universitas Cendrawasih Musik Klasik Mozart Terapi Musik
Kesukaan Terhadap Intensitas Nyeri
Pertamax. (2011). Tertawa dan Haid Pada Remaja Putri. Denpasar:
Mendengarkan Musik Favorit dapat FK Universitas Udayana
Menurunkan Hipertensi.
http://forum.viva.co.id/kesehatan/110 Stanley, M., & Beare, P. G. (2006). Buku
860-tertawa-dan-mendengarkan- Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta:
music-favorit-dapat-menurunkan- EGC.
hipertensi.html diperoleh tanggal 4
Januari 2014. Sudoyo, AW. (2006). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta:
Potter & Perry. (2006). Buku Ajar FKUI
Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik vol 2. Suherly, M. (2011). Perbedaan Tekanan
Komalasari, R; Evriyani, D; Darah Pada Pasien Hipertensi
Novieastari, E; Hany, A; Sebelum Dan Sesudah Pemberian
Kurnianingsih, S (Penerjemah). edisi Terapi Musik Klasik Di RSUD
4. Cetakan Pertama. Jakarta: EGC Tugurejo. Semarang: Stikes
Telogorejo
Prodia. (2013). Komplikasi Terhadap
Hipertensi. http://prodia.co.id/tips- Sujatmiko, S. (2011). Multiparitas Sebagai
kesehatan/komplikasi-terhadap- Faktor Resiko Stroke Iskemik pada
hipertensi diperoleh tanggal 4 Januari Pasien Rumah Sakit dr. Kariyadi
2014 Semarang. http://eprints.undip.ac.id/
37321/1/skolastika.pdf diperoleh
Profil Kesehatan Indonesia. (2011). tanggal 19 Juni 2014
Waspadai hipertensi kendalikan
tekanan darah, http://pppl. Sundari. (2012). Hipertensi Erat Kaitannya
depkes.go.id. Diperoleh tanggal 1 Dengan Usia.
Januari 2014 http://www.fk.ub.ac.id/ disertasi-
doktor-dr-sundari-a-per-pen-m-kes/
Puspitorini, M. (2009). Hipertensi Cara diperoleh tanggal 20 Juni 2014
Mudah Mengatasi Tekanan Darah
Tinggi. (Cetakan 3). Yogyakarta: Udjianti, WJ. (2010). Keperawatan
Image Press. Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba
Medika
Putra, N. (2014). Hubungan antar Tingkat
Kecerdasan Spiritual dengan Tingkat Yakin. (2010). Pengaruh Terapi Musik
Depresi pada Pasien Stroke. Jakarta: Terhadap Tekanan Darah.
Salemba Medika Semarang: Politeknik Kesehatan

Sarayar, C., Mulyadi & Palandeng, H. Zainini, Jardim, Salgado, et al. (2009). Music
(2013). Pengaruh Musik Klasik Therapy Effects on the Quality of life
Terhadap Penurunan Tekanan and the Blood Pressure of
Darah Pada Pasien Pra- Hipertensive patient.
Hemodialisis. Manado: Fakultas
Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi

Perbedaan Terapi Musik Klasik Dan Musik Yang Disukai.. (T. Y. Finasari,2014) 11

Anda mungkin juga menyukai