PENDAHULUAN
1
yang efektif. Hal ini akan merangsang kompensasi neurohumoral. Vasokontriksi dan
retensi air untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah sedangankan
peningkatan preload akan meningkatkan kontraktilitas jantung melalui hokum
starling.
Penyakit jantung coroner yang sangat erat kaitannya dengan hipertensi
ternyata secara pelan tapi pasti telah naik sebagai penyebab kematian tertinggi/utama
di Indonesia, dalam survai kesehatan rumah tangga (SKRT) yang di selenggarakan
oleh kemeterian kesehatan pada tahun 1972, hipertensi berada dalam urutan ke 11,
pada SKRT tahun 1986 secara mengejutkan naik menjadi urutan ke 3 dan sejak
SKRT tahun 1992, kemudian 1995, lalu 2001 sampai sekarag menjadi urutan ke 1
yang awalnya urutan 11 (Chobanian dkk, 2004).
Penderita hipertensi umumnya tidak mengalami suatu tanda atau gejala
sebelum terjadi komplikasi (Chobanian dkk., 2004). Dengan angka kematian akibat
komplikasi hipertensi mencapai 9,4 juta per tahunnya (WHO, 2013).
Penderita hipertensi di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 77,9 juta atau 1
dari 3 penduduk pada tahun 2010. Prevalensi hipertensi pada tahun 2030 diperkirakan
meningkat sebanyak 7,2% dari estimasi tahun 2010. Data tahun 2007-2010
menunjukkan bahwa sebanyak 81,5% penderita hipertensi menyadari bahwa bahwa
mereka menderita hipertensi, 74,9% menerima pengobatan dengan 52,5% pasien
yang tekanan darahnya terkontrol (tekanan darah sistolik <140 mmHg dan diastolik
<90 mmHg) dan 47,5% pasien yang tekanan darahnya tidak terkontrol. Persentase
pria yang menderita hipertensi lebih tinggi dibanding wanita hingga usia 45 tahun dan
sejak usia 45-64 tahun persentasenya sama, kemudian mulai dari 64 tahun ke atas,
persentase wanita yang menderita hipertensi lebih tinggi dari pria (Go dkk, 2014).
Sedangkan di Indonesia, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5%
pada tahun 2013, tetapi yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan/ atau riwayat
minum obat hanya sebesar 9,5%. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar kasus
hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis dan terjangkau pelayanan kesehatan
(Kemenkes RI, 2013). Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011 menyebutkan
bahwa hipertensi merupakan salah satu dari 10 penyakit dengan kasus rawat inap
2
terbanyak di rumah sakit pada tahun 2010, dengan proporsi kasus 42,38% pria dan
57,62% wanita, serta 4,8% pasien meninggal dunia (Kemenkes RI, 2012).
Sementara itu pada bulan Januari sampai Juni 2014 di Ruang Interna RSUD
Dr. Hariyoto Lumajang tercatat 45 kasus hipertensi yaitu 42 kasus hipertensi dengan
disertai penyerta dan 3 hipertensi saja (Data Ruang Melati RSUD Dr. Hariyoto
Lumajang, dikutip dari karya tulis ilmiyah Dadang Putra 2014).
Sedangkan Januari sampai Desember 2014 di dapatkan 88 kasus hipertensi
di Ruang Interna RSUD Dr. Hariyoto Lumajang (Data Ruang Melati RSUD Dr.
Hariyoto Lumajang, dikutip dari karya tulis ilmiyah Eva Yuliana 2015).
Hipertensi adalah penyakit multifaktor yang timbul teruama karena interaksi
antara faktor-faktor tertentu. Defek awal diperkirkan pada mekanisme pengaturan
cairan tubuh dan tekanan oleh ginjal. Faktor hereditas berperan penting bilamana
kemampuan genetik dalam mengelola kadar natrium normal. Kelebihan intake
natrium dalam diet dapat meningkatkan volume cairan dan curah jantung. Pembuluh
darah memberikan reaksi akan peingkatan tekanan darah melalui tekanan kontraksi
atau peningkatan tahanan perifer. Tekanan darah tinggi merupakan hasil awal dari
peningkatan curah jantung yang kemudian dipertahankan pada tingkat yang lebih
tinggi sebagai suatu timbal balik peningkatan tahanan perifer. Adapun factor resiko
yang mempengaruhi terjadinya hipertensi adalah faktor genetic, jenis kelamin, stress,
umur, obesitas, dan konsumsi garam dan alcohol.
Banyak orang menderita penyakit ini tetapi tidak menyadari keluhan yang
khas selama belum ada komplikasi organ tubuh. Penderita hipertensi mungkin tidak
menunjukan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini menyelubungi
perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terjadi
gejala, sifatnya non spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Hipertensi yang
sudah kompliksih diperlukan suatu tindakan dan penanganan yang tepat dengan
tujuan mencegah komplikasi lebih lanjut. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha
keperawatan yang tepat guna mengurangi angka mordibilitas dan mortalitas akibat
hipertensi. Jadi, the silent killer ini benar – benar laksana teroris yang menyerang
selama bertahun – tahun tubuh secara diam – diam (tanpa di sadari penderita) dan tiba
3
– tiba dalam sekejab menyebabkan kematian atau kecacatan (stroke) (Kearney dkk.,
2005).
Ada beberapa masalah keperawatan yang sering timbul antara lain,
penurunan curah jantung, ganguan rasa nyaman nyeri, intoleransi aktifitas, koping
individu inefektif dan kurang pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan
(Doenges, Marilyn E, 2000).
Tindakan keperawatan untuk diagnosis ini berfokus pada pemantauan tanda -
tanda vital dan gejala penurunan curah jantung, pengkajian penyebab yang mendasari
(mis., hypovolemia, disritmia), pelaksanaan protokol atau program dokter untuk
mengatasi penurunan curah jantung, dan pelaksanaan tindakan dukungan, seperti
perubahan posisi dan hidrasi (Nanda, NIC dan NOC, 2009).
Tatalaksana keperawatan hipertensi yang dapat dilakukan terhadap
perubahan kondisi pasien dan masalah keperawatan Penurunan Curah Jantung yang
muncul, membatasi komplikasi akibat ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen miokard pada pasien yang mengalami gejala kerusakan fungsi
jantung (Nanda,NIC dan NOC, 2009), dan memberikan asuhan keperawatan yang
tepat pada pasien mulai dari tahap pengkajian sampai evaluasi. Menentukan
intervensi keperawatan kita juga harus mempunyai data yang lengkap untuk
menentukan tindakan yang tepat bagi penderita atau pasien. Selanjutnya dalam
implementasi bisa disesuaikan dengan prosedur serta langkah yang sudah
direncanakan guna menunjang kesehatan pasien, sehingga dalam evaluasi
keperawatan masalah dapat teratasi sesuai dengan kriteria yang diharapkan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Hipertensi
Dengan Masalah Keperawatan penurunan curah jantung Di Ruang Melati RSUD Dr.
Haryoto Lumajang Tahun 2017“
4
pasien hipertensi dengan masalah keperawatan penurunan curah jantung di RSUD Dr
Hariyoto Lumajang” ?
Bagi penulis, hasil dan proses studi kasus ini diharapkan dapat memberikan
pengalaman terhadap proses pemberian asuhan keperawatan pada pasien hipertensi
dengan baik dan benar, menambah pengetahuan, meningkatkan skill keperawatan
khususnya dalam mengetahui, memahami, mendiskripsikan, mengeksplorasi, dan
menganalisis suatu masalah atau fenomena dalam proses pemberian asuhan
keperawatan pada pasien hipertensi dengan Masalah Keperawatan Penurunan Curah
Jantung di RSUD Dr Hariyoto Lumajang tahun 2017.
5
1.4.2.4 Bagi Masyarakat
Dapat menambah wawasan tentang pelaksanaan Asuhan keperawatan pada
pasien hipertensi dengan masalah keperawatan penurunan curah jantung.
1.4.2.5 Bagi Penulis Selanjutnya
Penulis berharap, studi kasus ini dapat dijadikan sebagai data dasar atau data
rujukan dalam pengembangan studi kasus selanjutnya.