Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PROGRAM HIPERTENSI

Dosen Pengajar

dr. Budi T. Ratag, MPH

Dr.dr. Jeine E. Nelwan, M.Kes

DISUSUN OLEH

OLEH

Cherlin Sunkudon 16111101221


Oktavia R. Torawoba 16111101253
Rifka Watuseke 16111101081
Maria Manoi 16111101229
Alexander Palar 16111101185

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karna di mana berkat
rahmat kasih karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini hingga selesai. Dan kami
sangat berterima kasih kepada dosen pengajar yang telah memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
pengetahuan. Kami sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kami sangat berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang
akan di buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Kami juga sangat berharap makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya, sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis dan
pembaca. Untuk keseempurnaan makalah ini kami berharap adanya kritik dan masukan
yang positif.

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Manfaat

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hipertensi
2.2 Jenis Hipertensi
2.3 Data Hipertensi dunia dan di indonesia
2.4 Program Hipertensi di Indonesia
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3. 2 Saran
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular sampai saat ini masih
menjadi masalah kesehatan secara global. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana
tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg pada dua
kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan istirahat.1 Pada
umumnya hipertensi tidak memberikan keluhan dan gejala yang khas sehingga
banyak penderita yang tidak menyadarinya. Oleh karenan itu hipertensi dikatakan
sebagai the silent killer (Karo.2012).
Hipertensi juga merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit
kardiovaskular. Apabila tidak ditangani dengan baik, hipertensi dapat
menyebabkan stroke, infark miokard, gagal jantung, demensia, gagal ginjal, dan
gangguan pengelihatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan
hipertensi menyebabkan 9,4 juta kematian dan mencakup 7% dari beban penyakit
di dunia (WHO.2014). Kondisi ini dapat menjadi beban baik dari segi finansial,
karena berkurangnya produktivitas sumber daya manusia akibat komplikasi
penyakit ini, maupun dari segi sistem kesehatan.
Bedasarkan data WHO pada tahun 2014 terdapat sekitar 600 juta penderita
hipertensi di seluruh dunia. Prevalensi tertinggi terjadi di wilayah Afrika yaitu
sebesar 30%. Prevalensi terendah terdapat di wilayah Amerika sebesar 18%.
Secara umum, laki-laki memiliki prevalensi hipertensi yang lebih tinggi
dibandingkan wanita (WHO.2012). RISKESDAS pada tahun 2013 mencatat
prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 25,8 %, dengan Hipertensi sebagai
sebuah penyakit kronis dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor resiko terjadinya
hipertensi terbagi dalam faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor
risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti
keturunan, jenis kelamin, ras dan usia. Sedangkan faktor risiko yang dapat
dimodifikasi yaitu obesitas, kurang berolahraga atau aktivitas, merokok,
alkoholisme, stress, dan pola makan (Yugiantoro, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Hipertensi
2. Jenis Hipertensi
3. Data Hipertensi dunia dan di indonesia
4. Program Hipertensi di Indonesia
1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian dari Hipertensi
2. Untuk mengetahui Jenis Hipertensi
3. Untuk mengetahuo data Hipertensi di dunia dan indonesia
4. Untuk mengetahui program Hipertensi di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hipertensi
Tekanan darah adalah jumlah gaya yang diberikan oleh darah di bagian dalam
pembuluh arteri saat darah dipompa ke seluruh peredaran darah. Tekanan darah
tidak pernah konstan dan dapat berubah drastis dalam hitungan detik,
menyesuaikan diri dengan tuntutan pada saat itu (Casey,2012). Tekanan darah
dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah. Hipertensi atau tekanan
darah tinggi merupakan penyakit kronik akibat desakan darah yang berlebihan dan
hampir tidak konstan pada pembuluh arteri, berkaitan dengan meningkatnya
tekanan pada arterial sistemik, baik diastolik maupun sistolik, atau bahkan
keduanya secara terus-menerus.(Sutanto,2010)
2.2 Jenis Hipertensi
Menurut Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2006,
menyebutkan bahwa ada dua jenis hipertensi, yaitu:
1. Hipertensi primer (Esensial)
Hipertensi primer merupakan suatu peningkatan presisten tekanan
arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol
homeostatik normal. Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan
mencakup ± 90% dari kasus hipertensi.pada umumnya hipertensi
esensial tidak disebabkan oleh faktor tunggal, melainkan karena
berbagai faktor yang saling berkaitan. Menurut Rohaendi tahun 2008,
faktor yang paling mungkin berpengaruh terhadap timbulnya
hipertensi esensial adalah faktor genetik, karena hipertensi sering
turun temurun dalam suatu keluarga.
2. Hipertensi sekunder
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan penderita hipertensi
sekunder dari berbagai penyakit atau obat-obat tertentu yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Disfungsi renal akibat penyakit ginjal
kronis atau penyakit renovaskuler adalah penyebab sekunder yang
paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mengakibatkan hipertensi bahkan memperberat
hipertensi dengan menaikkan tekanan darah. Apabila penyebab
sekunder dapat diidentifikasi dengan menghentikan obat atau
mengobati penyakit yang menyertai merupakan tahap awal
penanganan hipertensi sekunder.
2.3 Data Hipertensi Dunia dan Indonesia

Hipertensi merupakan tekanan darah persisten dengan tekanan darah


sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastoliknya di atas 90 mmHg. Hipertensi
sering disebut pembunuh diam-diam (silent killer) karena tidak memberikan
gejala yang khas, tetapi bisa meningkatkan kejadian stroke, serangan jantung,
penyakit ginjal kronik bahkan kebutaan jika tidak dikontrol dan dikendalikan
dengan baik. Komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 kematian di seluruh
dunia setiap tahunnya.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) 2015


menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi. Artinya, 1
dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita hipertensi. Jumlah penderita
hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada 2025 akan
ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi dan setiap tahunnya ada 9,4 juta
orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi. Menurut data dari World
Health Organization (WHO, 2013), hipertensi menjadi penyebab 45% kematian
akibat serangan jantung dan 51% akibat stroke diseluruh dunia.

Di Indonesia, data Survei Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) tahun 2016


menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi pada penduduk usia 18 tahun ke
atas sebesar 32,4%. Menurut data BPJS Kesehatan, biaya pelayanan hipertensi
mengalami peningkatan setiap tahunnya, yakni Rp2,8 triliun pada 2014, Rp3,8
triliun pada 2015, dan Rp4,2 triliun pada 2016.

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke (15,4 %) dan


tuberkulosis (7,5 %), yakni mencapai 6,8 % dari populasi kematian pada semua
umur di Indonesia (Depkes RI, 2008).
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis
tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau
sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat
sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum
obat hipertensi sebesar 0.7 persen. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar
26,5 persen (25,8% + 0,7 %) (Kemenkes, 2013). Hipertensi masuk pada daftar 10
penyakit menonjol berdasarkan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) berbasis
Puskesmas di Provinsi Sulawesi Utara dengan menempati posisi kedua setelah
influenza dengan jumlah kasus 20.202 penderita (Profil Dinkes Sulut, 2011).

Prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2013 berdasarkan hasil


pengukuran tekanan darah yang di dapat pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8%,
tertinggi di Bangka Belitung (30,9%) dan terendah di Papua (16,8%). Sulawesi
Utara berada di urutan ke-9 yaitu 27,1%. Hasil ini di dukung melalui data Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara bahwa selama tahun 2013 terdapat 32.072
kunjungan hipertensi di setiap Puskesmas se-Provinsi Sulawesi Utara.

2.4 Program Hipertensi Indonesia

Dalam rangka menunjang pelaksanaan program pengendalian faktor risiko


penyakit Hipertensi yang berbasis kornunitas , upaya-upaya kesehatan perlu
dilaksanakan melalui pola - pola struktur organisasi. Besar atau kecilnya satu
kesatuan organisasi sangat berpengaruh terhadap kegiatan rutin dan pembangunan
dari pokok program, sehingga suatu struktur organisasi akan selalu berubah.
Pengorganisasian dalam pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan faktor
risiko penyakit Hipertensi dimaksudkan agar program yang dilaksanakan dapat
lebih efektif, efisien dan berkualitas serta dapat memanfaatkan segala sumber
daya atau potensi yang ada diwilayah kerjanya. Gambaran pengorganisasian harus
dapat menyerap aspirasi yang berkembang dimasyarakat.
peran masing-masing unit kerja adalah sebagai berikut :
1. Pusat
a. Mengembangkan pedoman tentang survailans penyakit Hipertensi.
di semua tingkat pelayanan dengan melibatkan organisasi profesi,
pengelola program dan pelaksana pelayanan yang dibutuhkan
dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit Hipertensi.
b. Membina, mengawasi dan memfasilitasi program pencegahan dan
penanggulangan penyakit hipertensitingkat nasional melalui
penetapan kebijakan nasional, standarisasi dan pengaturan dengan
bimbingan dan pengendalian.
c. Mendorong dan memfasilitasi berfungsinya jaringan kerjasama
antar institusi pelayanan dalam upaya pencegahan dan
penangulangan hipertensi.
d. Meningkatkan kegiatan promosi dan pencegahan dalam pelayanan
hipertensi di institusi pelayanan
e. Mengembangkan pelayanan hipertensi berbasis masyarakat
f. Melakukan monitoring dan evaluasi.

2. Propinsi
a. Mengembangkan pedoman dan instrument.
b. Mengembangkan berbagai model surveilans penyakit hipertensi
c. Menyebarluaskan informasi.
d. Melakukan advokasi kepada penentu kebijakan di tingkat Propinsi
e. Melakukan monitoring dan evaluasi.
3. Kabupaten/kota
a. Membuat kebijakan tentang pengendalian (surveilans, promosi
kesehatan dan manajemen pelayanan) penyakit Hipertensi dan
faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
b. Melakukan pelatihan penemuan kasus dan penatalaksanaan
penyakit tidak menular khususnya penyakit Jantung dan
Pembuluh darah bagi tenaga kesehatan di Puskesmas.
c. Melakukan advokasi kepada penentu kebijakan di tingkat
kabupaten
d. Melakukan monitoring dan evaluasi.

4. Rumah sakit
a. Melakukan deteksi dini terhadap penyakit hipertensi dan faktor
risiko.
b. Melakukan pencatatan pelaporan tentang hipertensi dan faktor
risiko.
c. Melakukan penyuluhan.
d. Melakukan faktor rujukan.
e. Melakukan pengobatan.

5. Puskesmas
a. Melakukan deteksi dini terhadap penyakit Hipertensi dan faktor
risiko berikut tata laksana.
b. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
c. Melakukan penyuluhan.
d. Melakukan sistem rujukan bila terdapat kasus yang tidak dapat
ditangani.
Program Hipertensi

Pengendalian hipertensi di Indonesia, meliputi: Penyuluhan (KIE),


Kemitraan, Penemuan dan Tatalaksana Kasus, Surveilans Epidemiologi (kasus
dan faktor risiko), Upaya Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pencegahan
dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular Melalui Kajian Aspek Sosial
Budaya dan Perilaku Masyarakat, serta Pemantauan dan Penilaian.

1. Promosi Kesehatan (Penyuluhan)

Tujuan dari promosi adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat


akan pentingnya pencegahan dan penanggulangan PTM agar tidak
menderita penyakit hipertensi, pencegahan dimaksud dengan menjalankan
pola hidup sehat, berupa diet seimbang dengan mengurangi konsumsi
lemakjenuh, garam dan memperbanyak makan sayur-dan buah-buahan,
tidak merokok, perbanyak aktivitas

Promosi bagi Pencegahan dan Penanggulangan hipertensi yang efektif bila


dilakukan dalam- intensitas yang memadai serta berkesinambungan dan
dalam waktu yang cukup lama, promosi dapat dilakukan dengan
menggunakan: Media cetak dan elektronik.

2. Penemuan dan Tatalaksana kasus

Penemuan kasus dilakukan melalui pendekatan deteksi dini yaitu


melakukan kegiatan deteksi dini terhadap faktor risiko penyakit hipertensi
yang meningkat pada saat ini, dengan cara screening kasus (penderita).

3. Surveilans Epidemiologi

Surveilans hipertensi meliputi surveilans faktor risiko, surveilans


(registri) penyakit dan surveilans kematian. Surveilans faktor risiko
merupakan prioritas karena lebih fleksibel dan lebih sensitif untuk
mengukur hasil intervensi dalam jangka menengah.

Dalam melakukan surveilan, berbagai pihak dan organisasi


kemasyarakatan dapat diikut sertakan baik organisasi yang formal
(governance organization) maupun non formal (non governance
organization). Metoda surveilans yang diterapkan sesuai dengan anjuran
WHO adalah metoda STEP 1 yaitu data tentang gaya hidup dan faktor
risiko yang dapat diperoleh melalui wawancara.

Adapun daftar pihak yang dapat diikut sertakan antara lain:

a. Puskesmas, Dokter praktek, Poliklinik, bidan, perawat dengan melakukan


pencatatan dan pelaporan angka kesakitan dan faktor risiko
b. Organisasi kemasyarakatan (Posbindu).
c. Dinas kesehatan Kab/Kota
d. BTKL
e. Dinas Kesehatan Propinsi.
f. Rumah Sakit

Survailans dapat dilakukan dengan :

a. Mengumpulkan data:
b. data rutin
c. bila tidak ada maka dapat dimulai dengan melakukan survai
step1
d. Survei Step 1 dan Step 2
e. Survei faktor risiko PTM
f. Diseminasi data

surveilans dapat dibuat sesuai dengan tingkatan dan institusi


penyelenggara surveilan yang akan dilakukan. Pada tingkat puskesmas,
format surveilans berupa perpanjangan dari dlaqnosa hipertensi yang
dibuat terhadap pasien. Bila seorang pasien terdiagnosa sebagai penderita
hipertensi, tindakan selanjutnya adalah mengisi form faktor risiko yang
dibuat
Pada organisasi masyarakat yang melakukan surveilans faktor risiko,
metoda STEP yang digunakan sebagai format surveilans terhadap semua
komunitas dengan batasan umur tertentu.

4. Pemerintah melaksanakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan


Keluarga (PIS-PK) dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).
Harapannya, seluruh komponen bangsa dengan sadar mau membudayakan
perilaku hidup sehat dimulai dari keluarga.
5. Program PATUH bagi yang sudah menyandang PTM diselenggrakan agar
mereka rajin kontrol dan minum obat.

Kementerian Kesehatan mengimbau seluruh masyarakat agar melakukan


deteksi dini hipertensi secara teratur. Selain itu juga menerapkan pola hidup
sehat dengan perilaku CERDIK (Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap
rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat yang cukup, dan
Kelola stres).

Starategi program pencegahan dan penanggulangan hipertensi yaitu:

1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat dalam pencegahan


dan penanggulangan hipertensi.
2. Memfasilitasi dan mendorong tumbuhnya gerakan dalam pencegahan
dan penanggulangan hipertensi.
3. Meningkatkan kemampuan SDM dalam pencegahan dan
penanggulangan hipertensi.
4. Meningkatkan surveilans rutin dan faktor risiko, registri penyakit,
surveilans kematian yang disebabkan hipertensi.
5. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan ( penemuan/
deteksi dini dan tata laksana hipertensi).
6. Melaksanakan sosialisasi advokasi pada pemerintah daerah legislatif
dan stakeholders untuk terlaksananya dukungan pendanaan dan
operasional.

Langkah Penanganan

Untuk mengelola penyakit hipertensi termasuk penyakit tidak menular


lainnya, Kemenkes membuat kebijakan yaitu:

1.Mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini hipertensi


secara aktif (skrining)
2.Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini melalui
kegiatan Posbindu PTM

Kegiatan deteksi dini pada Posbindu PTM dilakukan melalui monitoring


faktor risiko secara terintegrasi, rutin dan periodik. Kegiatan monitoring
mencakup kegiatan minimal yaitu hanya memantau masalah konsumsi sayur/buah
dan lemak, aktivitas fisik, indeks massa tubuh (IMT), dan tekanan darah, dan
kegiatan monitoring lengkap yaitu memantau kadar glukosa darah, dan kolesterol
darah, pemeriksaan uji fungsi paru sederhana dan IVA. Tindak lanjut dini berupa
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang cara mencegah dan mengendalikan
faktor risiko PTM dilakukan melalui penyuluhan / dialog interaktif secara massal
dan / atau konseling faktor risiko secara terintegrasi pada individu dengan faktor
risiko, sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kasus faktor risiko PTM yang
ditemukan yang tidak dapat dikendalikan melalui konseling dirujuk ke fasilitas
pelayanan dasar di masyarakat (Puskesmas, Klinik swasta, dan dokter keluarga)
untuk tidak lanjut dini

Meningkatkan akses penderita terhadap pengobatan hipertensi melalui


revitalisasi Puskesmas untuk pengendalian PTM melalui Peningkatan sumberdaya
tenaga kesehatan yang profesional dan kompenten dalam upaya pengendalian
PTM khususnya tatalaksana PTM di fasilitas pelayanan kesehatan dasar seperti
Puskesmas; Peningkatan manajemen pelayanan pengendalian PTM secara
komprehensif (terutama promotif dan preventif) dan holistik.Serta Peningkatkan
ketersediaan sarana dan prasarana promotif-preventif, maupun sarana prasarana
diagnostik dan pengobatan. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan hipertensi
dimulai dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dan perubahan pola hidup ke
arah yang lebih sehat. Untuk itu Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan
dasar perlu melakukan Pencegahan primer yaitu kegiatan untuk menghentikan
atau mengurangi faktor risiko Hipertensi sebelum penyakit hipertensi terjadi,
melalui promosi kesehatan seperti diet yang sehat dengan cara makan cukup
sayur-buah, rendah garam dan lemak, rajin melakukan aktivitas dan tidak
merokok.

Puskesmas juga perlu melakukan pencegahan sekunder yang lebih ditujukan pada
kegiatan deteksi dini untuk menemukan penyakit. Bila ditemukan kasus, maka
dapat dilakukan pengobatan secara dini. Sementara pencegahan tertier difokuskan
pada upaya mempertahankan kualitas hidup penderita.

Pencegahan tertier dilaksanakan melalui tindak lanjut dini dan pengelolaan


hipertensi yang tepat serta minum obat teratur agar tekanan darah dapat terkontrol
dan tidak memberikan komplikasi seperti penyakit ginjal kronik, stroke dan
jantung. Penanganan respon cepat juga menjadi hal yang utama agar kecacatan
dan kematian dini akibat penyakit hipertensi dapat terkendali dengan baik.
Pencegahan tertier dilaksanakan agar penderita hipertensi terhindar dari
komplikasi yang lebih lanjut serta untuk meningkatkan kualitas hidup dan
memperpanjang lama ketahanan hidup.
BAB III
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tekanan darah adalah jumlah gaya yang diberikan oleh darah di
bagian dalam pembuluh arteri saat darah dipompa ke seluruh peredaran
darah. Tekanan darah tidak pernah konstan dan dapat berubah drastis
dalam hitungan detik, menyesuaikan diri dengan tuntutan pada saat itu
(Casey,2012).

Menurut Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2006,


menyebutkan bahwa ada dua jenis hipertensi, yaitu:
1. Hipertensi primer (Esensial)
2. Hipertensi sekunder
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner
terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga
kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen
yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah
normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0.7 persen. Jadi
prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 persen (25,8% + 0,7 %)
(Kemenkes, 2013). Hipertensi masuk pada daftar 10 penyakit menonjol
berdasarkan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) berbasis Puskesmas di
Provinsi Sulawesi Utara dengan menempati posisi kedua setelah influenza
dengan jumlah kasus 20.202 penderita
5.2 Saran
Pelayanan kesehatan harus lebih mempromosikan kesehatan khususnya
mengenai hipertensi agar meningkatkan pemahaman dan kesadaran
penderita Hipertensi. Dan program hipertensi lebih ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen kesehatan RI, 2006.Pedoman Teknis penemuan dan tata laksana
penyakit hipertensi.

Depkes. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi, Direktorat Bina


Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan. Jakarta 2006.
Karo SK. 2012. Hipertensi adalah Masalah Kesehatan Masyarakat. Dalam:
Rilantono LI (penyunting). “Penyakit Kardovaskular (PKV) 5 Rahasia”
Ome, 2017 Hipertensi dan penanganannya
(http://www.p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/hipertensi-dan-
penanganannya diakses 12 oktober 2019)
Sutanto. Cekal Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol, dan
Diabetes. Yogyakarta: C.V Andi Offset; 2010.
WHO. 2014. Global target 6: A 25% relative reduction in the prevalence of raised
blood pressure or contain the prevalence of raised blood pressure,
according to national circumstances. Jenewa: World Health Organization
Yogiantoro M. 2009. Hipertensi Esensial. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata M, Setiati S (penyunting). “Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II edisi V” selected reading, hlm.1079-1086. Jakarta: Interna
Publishing.

Anda mungkin juga menyukai