Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA


MASYARAKAT DI DESA MEKARPOHACI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Mata Ajar Metode Penelitian

Disusun oleh :

Nuraeni

3A / S1 Keperawatan

0433131420118023

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES HORIZON KARAWANG

Jln. Pangkal Perjuangan Km 01 By Pass – Karawang

2020/2021

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Tiada kata yang pantas penulis ucapkan kecuali puji syukur kehadirat Allah
Subhanahu waTa’ala, sumberdari segala ilmu, yang telah mencurah limpahkan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Proposal Pra-penelitian ini dengan
judul “Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Kejadian Hipertensi pada Masyarakat Desa
Mekarpohaci” guna memenuhi persyaratan penelitian dalam menyelesikan pendidikan S1
Keperawatan. Shalawat serta salam penulis haturkan keharibaan Rasulullah Muhammad
shalallahualaihi wassalam, junjungan yang telah menghantarkan umat manusia dari
kegelapan dan kebodohan kecahaya ilmu yang menyelamatkan.

Penulis menyadari bahwa sebagai hamba Allah, kesempurnaan sangat jauh dari
penyusunan proposal ini. Berbagai keterbatasan dan kekurangan yang hadirdalam proposal
ini merupakan refleksi dari ketidaksempurnaan penulis sebagai manusia. Namun dengan
segala kerendahan hati, penulis memberanikan diri mempersembahkan proposal ini sebagai
hasil usaha dan kerja keras yang telah penulis lakukan. Proposal ini penulis persembahkan
kepada kedua orang tua, yang telah memberikan dukungan moril maupun material serta do’a
sehingga menjadikan jalan panjang yang penulis lalui terasa lebih lapang dan mudah. Tak
lupa penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan dan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu dan Bapak Dosen dalam membimbing kita dalam penulisan dan
penyusunan proposal ini.

Proposal ini merupakan awal dari proses berdial ektika penulis dengan dunia akademik,
sehingga pembaca yang sangat akrab dengan dunia penelitian akan mudah melihat kelemahan
penulisan ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun sebagai langkah menuju kesempurnaan. Akhir kata, penulis berharap semoga
proposal penelitian ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Terima kasih.

WassalamuAlaikumWarahmatullahiWabarakatuh

DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah di pembuluh darah
meningkat secara kronis.. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat menggangu fungsi
organ-organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal (Depkes,
2015). Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak
mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum melakukan pemeriksaan tekanan
darah. Hipertensi merupakan penyebab terbesar dari kejadian stroke baik tekanan
darah sistolik maupun diastoliknya (Rudianto, 2014).

Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu Hipertensi primer yang


tidak diketahui penyebabnya dan Hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh
penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan lai-lain.

Hipertensi atau disebut juga dengan Tekanan Darah Tinggi merupakan


penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah melebihi nilai
normal. Hipertensi sering mengakibatkan keadaan berbahaya karena
keberadaannya yang jarang disadari dan tidak menimbulkan keluhan yang serius,
sehingga suatu waktu dapat terjadi komplikasi pada organ-organ vital seperti
jantung, ginjal, otak, dan lainnya.

Hipertensi sangat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi masyarakat.


Pola makan dan pola hidup sehat merupakan pilihan yang tepat untuk menjaga
diri dari Hipertensi. Hal tersebut harus dilakukan secara terus menerus dan tidak
boleh temporer, sekali kita lengah menjaga diri dengan mengikuti pola hidup
sehat, dipastikan kita akan mudah terkena Hipertensi dan penyakit lainnya (Susilo,
2015)

Berdasarkan data WHO dalam Noncommunicable Diseases Country Profiles


prevalensi didunia pada usia >25 tahun mencapai 38,4%. Prevalensi Indonesia
lebih besar jika dibandingkan dengan Banglandesh, Korea, Nepal, dan Thailand
(Krishnan, 2014). Prevalensi Hipertensi di Indonesia pada usia >18 tahun
mencapai 25,8%. Jawa Barat merupakan provinsi yang menempati posisi ke
empat sebesar 29,4% angka ini lebih besar dibandingkan dengan prevalensi di
Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan DKI Jakarta (Riset Kesehatan Dasar,
2013) Berdasarkan survey awal tiga bulan terakhir kasus Hipertensi di Puskesmas
Kakaskasen Kecamatan Tomohon Utara pada bulan September-November 2018
berjumlah 55 orang dari usia 40-60 tahun keatas.

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan


tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang (Kemenkes
RI,2015).

Hipertensi merupakan penyakit yang tidak menular tetapi menjadi masalah


kesehatan yang serius saat ini. Hiipertensi dapat menyebabkan peluang 7 kali
lebih besar untuk penyebab terjadinya stroke, 6 kali lebih besar penyebab
terjadinya jantung kongestif dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung. Bila
seseorang dinyatakan positif mengidap Hipertensi tetapi tidak berusaha
mengatasinya dengan segera maka akan mengundang munculnya resiko tersebut.

Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya Hipertensi dibagi


dalam dua kelompok besar, yaitu factor yang tidak dapat diubah (melekat) seperti
jenis kelamin, umur dan genetic. Factor yang dapat diubah seperti pola makan,
pola hidup, kebiasaan olahraga dan lain sebagainya.

Modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah dan mengobati


tekanan darah tinggi. Sesungguhnya gaya hidup merupakan faktor terpenting yang
sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat, dapat
menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, misalnya; Makanan, aktifitas fisik,
stres, dan merokok (Puspitorini, 2009). Jenis makanan yang menyebabkan
hipertensi yaitu makanan yang siap saji yang mengandung pengawet, kadar garam
yang terlalu tinggi dalam makanan, kelebihan konsumsi lemak (Susilo, 2011).
Peningkatan tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko antara lain
umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor risiko yang tidak dapat
diubah/dikontrol) dan gaya hidup seperti kebiasaan merokok, konsumsi garam,
konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-
minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen
(Kemenkes RI, 2014). Gaya hidup merupakan faktor terpenting yang sangat
mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Gaya hidup sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik maupun psikis


seseorang. Perubahan gaya hidup dan rendahnya perilaku hidup sehat seperti pola
makan yang tidak baik, proporsi istirahat yang tidak seimbang dengan aktifitas
yang dilakukan, minimnya olah raga, kebiasan-kebiasaan tidak sehat seperti
merokok, minum-minuman beralkohol, konsumsi obat-obatan tertentu dan stres
adalah salah satu dari penyebab hipertensi.

Hipertensi merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan mengendalikan


faktor risiko yang sebagian besar merupakan faktor perilaku dan kebiasaan hidup.
Apabila seseorang mau menerapkan gaya hidup sehat, maka kemungkinan besar
akan terhindar dari hipertensi.

B. Rumusan Masalah
Menurut WHO (World Health Organization) Hipertensi ialah suatu kondisi
pembuluh darah yang terus-menerus mengalami peningkatan tekanan. Darah
disemprotkan dari jantung ke seluruh bagian tubuh dalam pembuluh. Setiap saat
jantung berdetak, memompa darah dalam pembuluh.

Adakah Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Kejadian Hipertensi pada Masyarakat


Desa Mekarpohaci ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Penyakit Hipertensi pada
Masyarakat Desa Mekarpohaci

2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi Hipertensi sebelum dan sesudah diberikan intervensi
b. Mengetahui adanya pengaruh gaya hidup terhadap kejadian hipertensi
D. Manfaat penelitian
Memberikan informasi tentang pengaruh gaya hidup terhadap kejadian
hipertensi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Hipertensi


1. Definisi Hipertensi
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di
dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,
dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan
meningkatknya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan
jantung dan kerusakan ginjal. (Wahyu Rahayu, 2015)

Menurut Smith Tom, 1995 Hipertensi dapat didefiniskan sebagai tekanan


darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya diatas 90 mmHg. Hipertensi diakatakan ringan apabila tekanan
diastoliknya antara 95-104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya
antara 105 dan 114 mmHg dan hipertensi beraat bila tekanan diastoliknya 115
mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik
karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Padila, 2013)
2. Penyebab Hipertensi
Menurut Lany Gunawan (2011) dalam Padila (2013), Hipertensi
berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu:
1) Hipertensi Essensial (primer), yaitu Hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
2) Hiperrtensi sekunder, yaitu hipertensi yang desebabkan oleh penyakit lain.

Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita Hipertensi,


sedangkan 10% sisanya disebablkan oleh Hipertensi sekunder. Meskipun
Hipertensi primer belum diketahui secara pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya Hipertensi. Faktor tersebut adalah sebaai berikut.:

a. Factor keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk tekena Hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
Hipertensi
b. Ciri Perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur.
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Risiko terkena hipertensi menjadi
lebih besar seiring dengan bertambahnya umur,sehingga prevalensi hipertensi
dikalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian
sekitar diatas 65 tahun. Jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat,
jenis kelamin dan ras.
c. Gaya hidup
Gaya hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
mengkonsumsi garam yang tinggi (melebihi 30gr), pola makan yang tidak
teratur, stress dan pengaruh lain misalnya meroko, minum minuman yang
beralkohol, minum obat-obatan (ephedrine, prednisone, epinephrine).
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetikolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepineprin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi. (Padila, 2013)
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal
mensekresi epineprin yang menyebabkan vasokontriksi. Konteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokontriktor pembuluh darah. Vaskontriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensi II, suatu
vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini meyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, mneyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. (Padila, 2013).
Menurut Brunner & Suddarth (2002), untuk pertimbangan gerontologi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan
perifer. (Padila, 2013)

4. Klasifikasi Tekanan Darah


Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi
dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah
daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktifitas fisik dimana
akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah saat
beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeada, paling tinggi
diwaktu pagi hari dan paling rendah pada saaat tidur malam hari. (Wahyu
Rahayu, 2015)

Table klasifikasi Tekanan Darah

Kategori Tekanan Tekanan


Darah Darah
Sistolik Diastolik
Normal <130 <85
mmHg mmHg
Normal 130-139 85-89
tinggi mmHg mmHg
Stadium 1 140-159 90-99
(Hipertensi mmHg mmHg
ringan)
Stadium 2 160-179 100-109
(Hipertensi mmHg mmHg
sedang)
Stadium 3 180-209 110-119
(Hipertensi mmHg mmHg
berat)
Stadium 4 210 120
(Hipertensi mmHg mmHg
maligna) atau atau
lebih lebih

5. Pengukuran tekanan darah


Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter atau biasa
disebut dengan sphygmomanometer atau blood pressure monitor. Hasil
pengukuran tekanan darah berupa dua angka yang menunjukkan tekanan
sistolik dan tekanan diastolik. Contohnya tekanan darah 120/80, angka yang di
atas menunjukkan tekanan darah sistolik yaitu tekanan diarteri ssaat jantung
berdenyut atau berkontraksi memompa darah melalui pembuluh tersebut dan
angka yang di bawah menunjukkan tekanan diastolik yaitu tekanan diarteri
saat jantung berelaksasi diatara dua denyutan (kontraksi). Angka-angka ini
memiliki satuan millimeter merkuri (mmHg, Hg adalah symbol kimia untuk
merkuri). Satuan ini menunjukkan cara pengukuran tekanan darah sejak
pertama kali ditemukan (Palmer dan William, 2007).
Saat ini terdapat dua jenis tensimeter yaitu :
1. Tensimeter digital
Tensimeter digital merupakan alat tensimeter yang lebih mudah digunakan
dibandingkan tensimeter manual. Alat ini dapat memberikan nilai hasil
pengukuran tanpa harus mendengarkan bunyi aliran darah (bunyi korotkrof)
dan hasil pengukuran dapat dilihat pada layar. Beberapa alat tensimeter digital
juga dapat mencetak hasil pengukuran tekanan darah (Medycalogi, 2017).
2. Tensimeter manual
Tensimeter manual dibedakan menjadi dua yaitu tensimeter aneroid dan
tensimeter air raksa. Cara mengoperasikan kedua jenis tensimeter ini sama.
Perbedaan kedua jenis tensimeter ini adalah pada alat untuk membaca hasil
pengukuran di mana pada tensimeter aneroid, hasil pengukuran dapat dilihat
melalui angka yang ditunjukkan oleh jarum pada cakram angka sedangkan
pada tensimeter raksa hasil pengukuran dapat dilihat melalui nilai yang
ditunjukkan oleh air raksa pada skala yang ada (Medicalogy, 2017).
Menurut Benson dan Casey (2006) ada beberapa hal yang harus
diperhatikan sebelum melakukan pengukuran tekanan darah yaitu:
1. Jangan minum kafein atau merokok selama 30 menit sebelum pengukuran
2. Duduk diam selama 5 menit
3. Selama pengukuran, duduk di kursi dengan kedua kaki di lantai dan kedua
lengan bertumpu sehingga siku berada pada posisi yang sama tinggi dengan
jantung
4. Bagian manset yang dipompa setidaknya harus mengelilingi 80% lengan, dan
manset harus ditempatkan pada kulit yang telanjang, bukan pada baju
5. Jangan berbicara selama pengukuran.

6. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pad Hipertensi dibedakan menjadi 2, menurut (Edward k
Chung, 1995 dalam Padhila, 2013)
1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. Hal ini berarti Hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa
jika tekanan arteri tidak terukur.
2) Gejala ynag lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi adalah
sakit kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim
yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala,
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi secara bersamaan dan
di[ercaya berhubungandengan tekanan darah tinggi (padahal sesunggguhnay
tidak). Gejala yag dimaksud adalah sakit kepala, pendrahandari hidung,
pusing, wjah kemerahan dan kelelahan, yang isa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi maupun pada seseorang yang tekanan drahnya normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak segera diobati, bias timbul
gejala sebagai berikut :
a. Sakit kepala
b. Kelelahan
c. Mual
d. Muntah
e. Sesak nafas
f. Gelisah
g. Pandangan menjadi kabur, karena terjadi kerusakan pada otak, mata, jantung
dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan koma


karena terjadinya pembengkakan otak. Keadaan ini disebut Ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

7. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi dalam jangka waktu yang lama akan merusak endotel dan
mempercepat atherosclerosis. Komplikasi dari hipertensi dapat merusak organ
tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi
merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, stroke.
a. Penyakit jantung
Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resisten terhadap
pemompaan darah dari ventrikel kiri sehingga beban jantung berkurang.
Sebagai akibatnya, terjadi hipertropi terhadap ventrikel kiri untuk
meningkatkan kontraksi. Hipertropi ini ditandai dengan ketebalan dinding
yang bertambah, fungsi ruang yang memburuk dan dilatasi ruang jantung.
Akan tetapi, kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung
dengan hipertropi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dan dilatasi
“(payah jantung)”. Jantung semakin terancam seiring parahnya aterosklerosis
koroner (Shanty, 2011).
b. Stroke
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan dua jenis stroke yaitu stroke
iskemik dan stroke hemoragik
Jenis stroke yang paling sering sekitar 80% kasus adalah stroke iskemik.
Stroke ini terjadi akibat aliran darah diarteri otak terganggu dengan
mekanisme yang mirip dengan gangguan aliran darah di arteri koroner saat
serangan jantung atau angina. Otak menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi.
Sedangkan stroke hemoragik sekitar 20% kasus timbul pada saat pembuluh
darah diotak atau di dekat otak pecah, penyebab utamanya adalah tekanan
darah tinggi yang parsisten. Hal ini menyebabkan darah meresap ke ruang
diantara sel-sel otak. Walaupun stroke hemoragik tidak sesering stroke
iskemik, namun komplikasinya dapat menjadi lebih serius (Marliani dan
Tantan, 2007).

c. Ginjal
Komplikasi hipertensi timbul karena pembuluh darah dalam ginjal
mengalami atherosclerosis karena tekanan darah terlalu tinggi sehingga aliran
darah keginjal akan menurun dan ginjal tidak dapat melaksanakan fungsinya.
Fungsi ginjal adalah membuang semua bahan sisa dari dalam darah. Bila
ginjal tidak berfungsi, bahan sisa akan menumpuk dalam darah dan ginjal akan
mengecil dan berhenti berfungsi (Marliani dan Tantan, 2007).

d. Mata
Tekanan darah tinggi dapat mempersempit atau menyumbat arteri di mata,
sehingga menyebabkan kerusakan pada retina (area pada mata yang sensitive
terhadap cahaya). Keadaan ini disebut penyakit vascular retina. Penyakit ini
dapat menyebabkan kebutaan dan merupakan indikator awal penyakit jantung.
Oleh karena itu, dokter lain akan melihat bagian belakang mata anda dengan
alat yang disebut oftalmoskop (Marliani dan Tantan, 2007)

8. Pencegahan Hipertensi
Pencegahan Pengobatan hipertensi memang penting tetapi tidak lengkap
jika tanpa dilakukan tindakan pencegahan untuk menurunkan faktor risiko
penyakit hipertentensi . Upaya pencegahan yang dapat dilakukan meliputi :
1) Memeriksakan tekanan darah secara teratur
2) Menjaga berat badan dalam rentang normal
3) Mengatur pola makan antara lain dengan mengonsumsi makanan berserat ,
rendah lemak dan mengurangi garam
4) Menghentikan kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol
5) Tidur secara tratur
6) Mengurangi stres dengan melakukan rekreasi
9. Pengobatan
Pengobatan hipertensi bertujan untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas serta mengontrol tekanan darah. Pengobatan hipertensi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu non farmakologi (perubahan gaya hidup) dan
farmakologi (Pudiastuti, 2013).
a. Non farmakologi
Non farmakologi dapat dilakukan dengan cara modifikasi gaya hidup
diantaranya yaitu:
1) Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih: penderita hipertensi yang
obesitas dianjurkan untuk menurunkan berat badan, membatasi asupan kalori,
dan peningkatan pemakaian kalori dengan latihan fisik yang teratur (Pudistuti,
2013).
2) Membatasi asupan garam tidak lebih dari ( - ) sendok teh atau 6 gram/hari.
Contohnya biscuit, crackers, keripik dan makanan kering yang asin serta
makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, kornet, sayuran serta
buah-buahan dalam kaleng, soft drink) (Kemenkes RI, 2013).
3) Meningkatkan aktivitas fisik : orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena
hipertensi 30-50% daripada yang aktif. aktifitas fisik yang dilakukan rutin
selama 30-45 menit setiap hari dengan frekuensi 3-5 kali per minggu akan
membantu mengontrol tekanan darah. Contoh aktivitas fisik (olahraga) yang
dapat dilakukan yaitu jalan, lari, jogging, bersepeda. ( Pudiastuti, 2013 dan
Kemenkes RI, 2013).
4) Membatasi konsumsi kafein karena kafein dapat memacu jantung untuk
bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya.
5) Membatasi makan makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal,
paru, minyak kelapa, gajih) (Kemenkes RI, 2013).
6) Menghindari alkohol: alkohol dapat meningkatkan tekanan darah dan
menyebabkan resitansi terhadap obat anti hipertensi. Penderita yang minum
alkohol sebaiknya membatasi asupan etanol sekitar satu ons sehari (Pudiastuti,
2013).
b. Terapi farmakologi
Terapi farmakologi yaitu obat anti hipertensi yang dianjurkan oleh JNC
VII yaitu:
1. Diuretika
Diuretika { tablet hydrochlorothiazide (HTC), Lasix (furosemide) }
merupakan golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh
(natrium) via urin sehingga mengurangi volume cairan dalam tubuh. Dengan
turunnya kadar natrium maka tekanan darah akan turun. Tetapi karena
potassium kemungkinan terbuang dalam cairan urin, maka pengontrolan
konsumsi potassium harus dilakukan (Pudiastuti,2013)
2. Vasodilator
Obat vasodilator dapat langsung mengembangkan dinding arteriol
sehingga daya tahan pembuluh perifer berkurang dan tekanan darah menurun.
Obat yang termasuk dalam jenis vasolidator adalah hidralazine dan encarazine
(Gunawan, 2001).
3. Antagonis kalsium Mekanisme obat antagonis kalsium adalah menghambat
pemasukan ion kalsium kedalam sel otot polos pembuluh dengan efek
vasodilitasi dan turunnya tekanan darah. Obat jenis antagonis kalsium yang
terkenal adalah nifedipin dan verapamil (Gunawan, 2001).
4. Penghambat ACE Obat penghambat ACE ini menurunkan tekan darah dengan
cara menghambat Angiontensin Converting enzyme yang berdaya
vasokontriksi kuat. Obat jenis antagonis kalsium yang terkenal adalah
Captopril (capoten) dan enalapril (Gunawan,2001)
B. Gaya Hidup
Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas,
minat, dan opininya. Menurut Kotler (2002) gaya hidup menggambarkan
“keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi.
Gaya hidup merupakan faktor terpenting yang sangat mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Gaya hidup juga merupakan salah satu tujuan dari SDGs.
SDGs adalah sebuah program pembangunan yang berkelanjutan di mana di
dalamnya terdapat 17 tujuan dengan 169 capaian yang terukur dan tenggat yang
telah ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan
manusia dan planet bumi, salah satu tujuannya berkaitan tentang gaya hidup yaitu
memastikan pola konsumsi dan Produksi yang berkelanjutan serta memastikan
kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua untuk semua usia.
Menurut Lisnawati (2001) gaya hidup sehat menggambarkan pola prilaku
sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial
berada dalam keadaan positif. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010) Perilaku
sehat adalah perilaku- perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Gaya hidup sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik maupun psikis
seseorang. Perubahan gaya hidup dan rendahnya perilaku hidup sehat seperti
minimnya olah raga, merokok, dan mengonsumsi minuman kafein merupakan
salah satu dari penyebab hipertensi.
1) Merokok
Merokok dapat menimbulkan beban kerja jantung dan menaikkan tekanan
darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin yang terdapat dalam rokok
dapat meningkatkan penggumpalan pembuluh darah dan dapat menyebabkan
pengapuran pada dinding pembuluh darah. Nikotin bersifat toksik terhadap
jaringan saraf yang menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun
diastolik, denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa,
pemakaian bertambah, aliran darah pada koroner meningkat dan vasokontriksi
pada pembuluh darah perifer.
Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan darah karena
dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kandungan bahan kimia dalam
tembakau juga dapat merusak dinding pembuluh darah.
Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan oksigen dalam
darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat karena jantung
dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan
jaringan tubuh lainnya (Thomas, 2000 dalam Hanafi, 2016).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Sriani dkk tahun 2016. Hasil uji
chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%, menunjukkan bahwa ada hubungan
antara perilaku merokok dengan kejadian hipertensi (p<0,05). Merokok merupakan
faktor risiko kejadian hipertensi dengan nilai OR= 15,471. Hal ini menunjukkan
bahwa responden yang merokok berisiko 15 kali untuk terjadinya hipertensi
dibandingkan dengan responden yang tidak merokok. Hal ini pun telah dijelaskan
dalam Islam bahwa kita harus menghindari hal- hal yang dapat merusak terutama
merusak kesehatan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS An-Nisa/4: 29:
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu”
( Kementerian Agama RI, 2010).
Berdasarkan ayat di atas janganlah kamu membunuh diri kamu sendiri, atau
membunuh orang lain secara tidak hak karena orang lain adalah sama dengan
kamu, dan bila kamu membunuhnya kamu pun terancam dibunuh (Shihab, 2002).
Ayat- ayat di atas menyebutkan belanjakanlah hartamu di jalan Allah dan
janganlah kamu membunuh dirimu, hal ini berkaitan dengan merokok. Karena
merokok merupakan suatu aktivitas buruk yang sangat merugikan kesehatan salah
satunya yaitu dapat menyebabkan hipertensi. Merokok sama halnya dengan
membunuh diri secara pelahan-lahan, sebagaimana yang kita ketahui bahwa di
dalam rokok terdapat banyak bahan kimia yang dapat membahayakan tubuh salah
satunya nikotin yang bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang menyebabkan
peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik. Selain berbahaya bagi
diri sendiri, rokok juga berbahaya bagi orang lain karena karbon monoksida dalam
rokok dapat meningkatkan tekanan darah. Selain itu rokok juga merupakan faktor
risiko berbagai macam penyakit yang mematikan diantaranya jantung koroner,
ginjal, hipertensi dan berbagai penyakit mematikan lainnya.

2) Aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang terjadi akibat kontraksi otot
skeletal yang meningkatkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik ini dapat berupa
aktivitas di tempat kerja, aktivitas di perjalanan, aktivitas di rumah, dan aktivitas di
waktu luang (Quarino, 2014).
Aktifitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang
tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai denyut jantung yang
lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras lagi pada
kontraksi. Aktifitas fisik membantu seseorang mengontrol berat badan. aktifitas
fisik yang dilakukan rutin selama 30-45 menit setiap hari akan membantu
mengontrol tekanan darah.
Contoh aktifitas fisik (olahraga) yang dapat dilakukan untuk menurunkan
tekanan darah tinggi adalah jalan pagi, jalan kaki, senam, bersepeda dan berenang.
Kegiatan aktivitas ini disarankan agar dilakukan ≥30 menit per hari dan lebih dari
≥3 hari per minggu (Kemenkes RI, 2013).
Berjalan adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang sederhana, murah, hemat
waktu dan dapat dilakukan oleh semua orang, tetapi membutuhkan pengukuran
yang objektif. Jumlah langkah yang diambil dapat direkam dengan menggunakan
pedometer. Pedometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk menghitung
langkah seseorang. Secara universal, jumlah langkah yang dianjurkan 22 setiap
hari adalah 10.000 langkah (President’s Council on Physical Fitness and Sports,
2007), walaupun untuk mencapai tujuan yang sebenarnya masih perlu dilakukan
penelitian berdasarkan usia. CDC ( Centers For Disease Control And Prevention)
merekomendasikan aktivitas fisik untuk orang dewasa yaitu 150 menit/minggu
sebagai kategori aktivitas fisik sedang. Hal ini sejalan dengan penelitian Tudor-
Locke C. tahun 2011, menunjukkan bahwa saran aktivitas fisik sedang-berat 150
menit/minggu dapat dikaitkan dengan kira-kira 7.000 langkah/hari. Peneliti
menyimpulkan bahwa 7.000-8.000 langkah/hari adalah pesan sederhana dan sesuai
dengan rekomendasi aktivitas fisik yang fokus pada jumlah minimal aktivitas fisik
sedang-berat (Quarino, 2014).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hiroh tahun 2012, hasil uji statistik chi
square yaitu p=0,026 (p <0,05), nilai OR=3,33 dan 95% CI=1, 134-9,801. Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan olahraga
dengan terjadinya hipertensi pada pasien rawat jalan di RSUD Kabupaten
Karanganyar dan responden yang tidak teratur olahraga berisiko 3,33 kali terkena
hipertensi dibandingkan responden yang mempunyai kebiasaan olahraga teratur.

3) Kebiasaan Minum Kopi


Kafein merupakan zat yang dapat mengatasi kelelahan dan meningkatkan
konsentrasi serta menggembirakan suasana hati (Sheps 2005 dalam Rustiana,
2014). Namun konsumsi kafein yang berlebihan dalam jangka yang panjang dan
jumlah yang banyak diketahui dapat meningkatkan risiko penyakit hipertensi atau
penyakit kardiovaskuler. ( Crea, 2008 dalam Pusparani 2016).
Contoh makanan atau minuman yang mengandung kafein yaitu kopi, teh, soft
drink, dan cokelat (Sheps 2005 dalam Rustiana, 2014). Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi kafein secara teratur sepanjang hari
mempunyai tekanan darah rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak
mengonsumsi sama sekali. Hal ini terbukti dengan mengonsumsi kafein di dalam
dua sampai tiga cangkir kopi (200-250 mg) terbukti meningkatkan tekanan darah
sistolik sebesar 3-14 mmHg dan tekanan diastolik 4-13 mmHg pada orang yang
tidak mempunyai hipertensi (Crea, 2008 dalam Pusparani, 2016). Beberapa peneliti
menyatakan bahwa kafein dapat membuat pembuluh darah menyempit karena
kafein dapat memblokir efek adenosine yaitu hormon yang menjaga agar pembuluh
darah tetap lebar. kafein juga merangsang kelenjar adrenal untuk melepas lebih
banyak kortisol dan adrenalin yang dapat memicu tekanan darah meningkat (Sheps,
2005 dalam Rustiana, 2014)

C. Artikel Penunjang

No. Judul artikel Peneliti Tempat Desain Variable Hasil Penelitian


& jurnal penelitian Penelitian
1. Hubungan Seflin Badjo, Puskesmas Cross Gaya Hidup Ada hubungan
gaya hidup Selvie Rumagit, Kakaskasen Sectonal dengan kejadian antara gaya hidup
dengan Wenda Anthonie Tomoho Utara hipertensi dengan kejadian
kejadian Hipertensi di
hipertensi Puskesmas
pada pasien di Kakaskasen
puskesmas Tomohon
Kakaskasen
Tomohon
2. Hubungan Wendi Muh. Desa Lamakan Cross Gaya hidup Terdapat
antara gaya Fadhli Kecamatan Sectional dengan kejadian hubungan
hidup dengan Karamat hipertensi pada bermakna antara
kejadian Kabupaten usia dewasa gaya hidup
hipertensi Buol muda (makanan
pada usia bergaram) dengan
dewasa muda kejadian
di desa hipertensi pada
keLamakan usia dewasa muda
kecamatan di Desa Lamakan
Karamat Kecamatan
kabupaten Karamat
Buol Kabupaten Buol.
3. Factor-faktor Imelda, Puskesmas Air Cross Factor-faktor Ada hubungan
yang Fidiariani Sjaaf, Dingin Lubuk Sectional yang antara tingkat
berhubungan Puspa PAF Minturun berhubungan konsumsi garam
dengan dengan kejadia dengan kejadian
kejadian hipertensi hipertensi pada
hipertensi lansia
pada lansia di
puskesmas Air
Dingin Lubuk
Minturun
4. Pengaruh gaya Erna Kota Semarang Cross Gaya hidup Berdasarkan hasil
hidup terhadap Prasetyaningrum, Sectional terhadap penelitian yang
kenaikan Ririn Suharsanti kenaikan tekanan didapat, untuk
tekanan darah darah laki-laki sebanyak
di kota 16 orang atau
Semarang sebanyak 29,6%
perempuan
sebanyak 38
orang atau
sebanyak 70,4 %.
Berdasarkan
analisis
karakteristik
pasien kejadian
hipertensi pada
perempuan lebih
tinggi
dibandingkan
pada laki-laki.
Perempuan
menopause lebih
rentan terhadap
hipertensi.

D. Terangka Teori

Penatalaksanaan Farmakologis

 Pemberian obat anti


hipertensi

Hipertensi

Penatalaksanaa Non-Farmakologis

 Modifikasi Gaya Hidup

BAB III

KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep

Gaya hidup Hipertensi

B. Definisi Operasional

No. Variable Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Variable Independen
1. Gaya Hidup Penatalaksanaan Lembar Wawancara Kode 0: Ordinal
penanganan Hipertensi observasi diberikan
secara Non- intervensi
Farmakologis dengan
memodifikasi gaya 1. Ada
hidup pola hidup sehat 2. Tidak ada
dapat menurunkan
darah tinggi
Variable Dependen
2. Hipertensi Terdapat peningkatan Lembar Wawancara Derajat ordinal
tekanan darah ≥140 observasi hipertensi
mmHg dan yang
kuesioner menunjukan
pengaruh
1. Ada
2. Tidak
ada

C. Hipotesis
1. Ha : ada pengaruh gaya hidup terhadap kejadia hipertensi pada masyarakat desa
mekarpohaci
2. Ho : tidak ada pengaruh gaya hidup teradap kejadian hipertensi pada asyarakat
desa mekarpohaci
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain Penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan


penelitian dan mengidentifikasi berupa kesulitan yang mungkin timbul selama proses
penelitian (Nursalam, 2003).

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian diskriftif analitik dengan


menggunakan desain cross sectional, yang mana dalam penelitian ini seluruh variabel
diamati pada saat bersamaan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di kelurahan Jatisari Kecamatan Mijen, Kecamatan
limbangan boja dan Muktiharjo Tlogosari Semarang.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Nopember 2016

C. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat kelurahan Jatisari Kecamatan Mijen,
Kecamatan limbangan boja dan Muktiharjo Tlogosari Semarang
DAFTAR PUSTAKA

Prasetyaningrum Erna, Ririrn Suharsanti.

Anda mungkin juga menyukai