Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HYPOPARATIROID

KELOMPOK 4 :
Elka Hastija Oktaviani
Diana Fauziatul Anwar
Dinda Salsabila Putri Aqila
Nuraeni
Nurah Nur
Nurkhasanah
Yuliyanti
Yuliati Fadillah
Yusril Alfani

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KHARISMA KARAWANG
JL. PANGKAL PERJUANGAN KM 1 BYPASS KARAWANG 41316
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………… 
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………..
2.1 Definisi Hypoparatiroid.......................................................................................... 3
2.2 Etiologi Hypoparatiroid ......................................................................................... 4
2.3 System Medis Sebagai Strategi Adaptasi Sosial-Budaya ...................................... 7
2.4 Peran perawat dalam menghadapi aneka budaya .................................................. 8
2.5 Aspek budaya yang mempengaruhi status kesehatan dan prilaku kesehatan ........ 9
BAB III PENUTUP …………………………………………………………………
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 13
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tentang “Asuhan
Keperawatan dengan Hypoparatiroid, Hyperparatiroid, dan Diabetes insipidus”.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata
kuliah Pendidikan dan Promosi Kesehatan di Program Studi Sarjana Keperawatan
STIKes Kharisma Karawang. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan masukan, dorongan dan bimbingan
kepada penulis dalam menyusun makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini penulis
menyadari masih jauh dari sempurna, untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik
yang sifatnya konstruktif dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini. Akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membaca dan bagi
pengembangan ilmu keperawatan.

Karawang, 26 Maret 2019


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penderita dengan kelainan hormon paratiroid, tidak tampak jelas pada


kehidupan sehari-hari. Kebanyakan pasien dengan kelainan hormon paratiroid
mengalami gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat. Adapun penyakit
yang disebabkan oleh kelainan hormon paratiroid yakni hipoparatiroid dan
hiperparatiroid. Penyebab kelainan hormon paratiroid sendiri secara spesifik
belum diketahui, namun penyebab yang biasa ditemukan yakni hiperplasia
paratiroid, adenoma soliter dan karsinoma paratiroid.

Parathormon yang meningkat menyebabkan resorpsi tulang, ekskresi


ginjal menurun dan absorpsi kalsium oleh usus meningkat. Pada keadaan ini
dapat menyebabkan peningkatan sekresi kalsium sehingga manifestasi klinis
yang terjadi pada kerusakan pada area tulang dan ginjal.

Prevalensi penyakit hipoparatiroid di Indonesia masih jarang


ditemukan, kira – kira 100 kasus dalam setahun yang dapat diketahui,
sedangkan di Negara maju seperti Amerika penderita hipoparatiroid lebih
banyak ditemukan, kurang lebih 1000 kasus dalam setahun. Oleh karena itu
penting untuk mengetahui tentang hipoparatiroid.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Menjelaskan tentang bagaimana konsep dan pendekatan asuhan
keperawatan pada klien dengan hipoparatiroid

2. Tujuan khusus
- Dapat menjelaskan fisiolohis kelenjar paratiroid
- Dapat menjelaskan definisi hipoparatiroid
- Dapat menjelaskan etiologi dari hipoparatiroid
- Dapat menjelaskan patofisiologi dari hipoparatiroid
- Dapat menjelaskan manifestasi klinis dari hipoparatiroid
- Dapat menjelaskan klasifikasi dari hipoparatiroid
- Dapat menjelaskan pemeriksaan-pemeriksaan diagnostik yang
dilakukan pada klien hipoparatiroid
- Dapat menjelaskan penatalaksaan medis pada klien hipoparatiroid
- Dapat menjelaskan komplikasi dari hipoparatiroid
- Dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada klien hipoparatiroid
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR TEORI


1. DEFINISI
a. Hipoparatiroidisme merupakan suatu keadaan dimana sekresi hormone
paratiroid( parathormone ) oleh kelenjar paratiroid menurun sehingga
terjadi penurunan kadar kalsium darah dan meningkatkan kadar fosfat
sehingga menimbulkan iritabilitas neuromuscular. ( Black, 2009).
b. Hipoparatiroidisme merupakan adanya sekresi hormone paratiroid
yang kurang adekuat sehingga suplai darah terganggu .
(Brunner & Suddart, 2006).
c. Jadi kesimpulannya adalah Hipoparatiroid kumpulan gejala dari
produksi hormon paratiroid yang tidak adekuat. Yang disebabkan oleh
adanya kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat
operasi paratiroid/tiroid/ tidak adanya kelenjar paratiroid.

2. ANATOMI FISIOLOGI

Kelenjar paratiroid manusia terdiri atas 4 kelenjar terletak dibagian


posterior kelenjar tiroid. Yang 2 tertanam di superior kelenjar tiroid dan 2
nya lagi di inferior. Antara kelenjar tiroid dengan paratiroid dibatasi oleh
jaringan ikat. Kelenjar paratiroid dibatasi oleh jaringan ikat. Kelenjar
paratiroid bewarna merah kecoklatan, panjangnya 6 mm dan lebarnya 3 -4
mm, bentuknya pipih oval. Kelenjar ini terdiri atas 2 jenis sel yaitu chief
sel dan oxyphil sel. Chief sel merupakan sel sel utama yang mengandung
apparatus golgi dan retikulus endoplasma. Sel ini menghasilkan atau
mensekresi hormone paratiroid ( PTH). Sedangkan oxyphil sel tidak
memiliki peran yang jelas.
Hormone paratiroid tersusun atas polipeptida yang mengandung asam
amino. Kadar normal PTH adalah 10 – 55 pg/mL dengan waktu paruh
sekitar 10 menit dan polipeptida yang disekresikan akan cepat diuraikan
oleh sel kupffer dihari menjadi fragmen tengah dan fragmen terminal
karboksil yang mungkin tidak aktif secara biologis. PTH dan fragmen –
fragmen ini kemudian dibersihkan oleh ginjal.

Hormone paratiroid bersama vitamin D3 dan kalsitonin berperan daalam


keseimbangan kalsium fosfat melalui berbagai mekanisme yaitu :
a. Meningkatkan rebsorpsi kalsium dari tulang
Hormone paratiroid berperan dalam meningkatkan rebsorpsi kalsium
dari tulang dan memobilisasi kalsium sehingga akan meningkatkan
kadar kalsium serum. Kalsium dalam tubuh sebagian besar hamper
99% berada pada tulang berikatan dengan fosfat membentuk kalsium
fosfat ( Ca3(PO4)2). Dengan demikian tulang menjadi cadangan
kalsium utama dan siap dimobilisasi jika kadar kalsium serum rendah.
Ada dua mekanisme efek utama hormone paratiroid pada tulang yaitu :
pertama hormone ini menginduksi refluks cept kalsium kedalam
plasma dari simpangan labil kalsium yang jumlahnya kecil dicairan
tulang. Kedua merangsang pelarutan tulang yaitu dengan
meningkatkan transfer lambat kalsium dan fosfat dari simpangan stabil
mineral tulang didalam tulang kedalam plasma.
b. Meningkatkan reabsorpsi kalsium ditubulus ginjal
Dibawah pengaruh PTH, ginjal mampu meningkatkan reabsorpsi
kalsium yang difiltasi sehingga kalsium yang disekresikan berkurang
dan akan meningkatkan kadar kalsium serum.keadaan ini
memungkinkan berkurangnya pembentukan ikatan kalsium dengan
fosfat sehingga mengurangi proses pengendapan, dengan demikian
kadar kalsium serum akan tetap meningkat.
c. Mengaktifkan vitamin D3 diusus
Efek PTH di usus adalah dengan mengaktifkan sintesis bentuk aktif
vitamin D ( 1.25 dihydrocholecalciferol). Vitamin D3 ini berperan
dalam menigkatkan absorpsi oleh usus dalam batas tertentu melalui
proses difusi pasis dan transport aktif. Apabila terjadi kelebihan
jumlah kebutuhan kalsium dalam makanan yang diabsorpsi maka akan
dikeluarkan melalui tinja.

Peran kalsium
Kalsium merupakan unsure mineral yg terdapat dalam tubuh kita,
sekitar 1 kg tubuh kita adalah terdiri dari kalsium. Dalam tulang 99%
tersusun atas garam kalsium yang berikatan dengan fosfat dan lainnya
kalsium berada dicairan ekstrasel dan plasma darah. Pada keadaan
normal kadar kalsium total dipertahankan antara 8.5 – 10.7 mg%.
Mineral kalsium dlam tubuh diperoleh dari makanan yang kemudian
diabsorpsi diusus, jika terjadi kelebihan absorpsi akan dikeluarkan
bersama tinja dan akan disekresi melalui urin.
Keadaan kalsium dalam darah mg/100ml :
- Kalsium serum total : 9.5
- Terikat pada protein :4
- Tidak terikat pada protein : 5.5
- Terionisasi : 4.5
- Berbentuk kompleks :1
3. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Hipoparatiroid dapat berupa hipoparatiroid neonatal, simpel idiopatik
hipoparatiroid, dan hipoparatiroid pascabedah.
a. Idiopatik hipoparatiroid
Pada factor Idiopatik ini misalnya pada penyakit graves, hashimoto
atau mungkin terkait dengan penyakit autoimun.
b. Iatrogenic hypoparathyroidism
Factor Iatrogenik disebabkan karena pemindahan kelenjar paratiroid
selama tiroidektomi, infark kelenjar paratiroid akibat tidak
adekuatnya suplai darah ke kelenjar selama pembedahan, dan adanya
perlengketan kelenjar satu dengan yang lainnya paska operasi.
c. Hipomagnesemia.
d. Sekresi hormon paratiroid yang aktif
e. Gangguan autoimun genetik

4. PATOFISIOOGI
Hipoparatiroid merupakan keadaan menurunnya parathormon (PTH),
yang mengakibatkan menurunnya kadar kalsium serum dan meningkatnya
kadar serum fosfat. Pada keadaan normal PTH berperan meningkatkan
resorpsi tulang untuk mempertahankan keseimbangan kadar kalsium
serum dan juga mengatur sekresi fosfat oleh ginjal sehingga terjadi
keseimbangan kadar kalsium dengan fosfat. Tidak adanya atau
berkurangnya PTH mempengaruhi reabsorpsi kalsium dalam tulang dan
terganggunya pengaturan reabsorpsi kalsium ditubulus ginjal. Dengan
demikian jika kadar PTH menurun maka resorpsi tulang menurun dan
kadar kalsium dalam serum juga akan menurun menimbulkan gejala
kekurangan kalsium seperti iritabilitas neuromuscular misalnya terjadi
kejang tetani. Sementara itu penurunn PTH akan berpengaruh terhadap
penurunan sekresi fosfat diginjal, sehingga terjadi peningkatan kadar
fosfat serum.
Rendahnya kadar kalsium serum mengakibatkan gangguan berbagai
proses tubuh, diantaranya adalah gangguan konduksi jantung, dan
neuromuscular. Pada pasien dengan hipoparatiroid dapat mengakibatkan
kematian karena obstruksi pernapasan akibat adanya tetani atau spasme
laring. Tetani merupakan bentuk khusus kejang spastic yang predileksinya
terutama pada otot –otot fleksor dan jari – jari akibat iritasi saraf periffer
dan ganglion yang berhubungan dengan keadaan hipokalsemia.

5. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala dari hyporparatiroid dapat berupa akut dan kronik dari
berbagai system, diantaranya :
a. Acute hypoparathyroid
Pada acute hypoparatiroid disebabkan oleh kerusakan pada jaringan
paratyhroid yang diakibatkan oleh thyroidectomy. Hal tersebut dapat
dilihat dari berbagai karakteristik, diantaranya :
- System Musculoskletal
 Kejang otot
 Facial grimacing
 Tetany atau kejang
- Integument
 Brittle nails
 Hair loss
 Dry, scaly skin
- System persarafan
 Parestesia ( bibir, tangan dan kaki )
 gangguan mood (iritability, depresi, kecemasan)
 reflex hiperaktif
 psychosis ( gangguan kejiwaan )
 peningkatan tekanan intracranial
- System kardiovaskuler
 Disritmia
- Tanda lain
 Adanya Chvostek’s sign yaitu danya spasme pada otot muka,
kram pada satu sisi kerena hiperiritabilitas pada saraf facial.
 Adanya Trousseau’s sign, yaitu adanya spasme karpal pada
jari – jari tangan setelah dilakukan pembendungan tekanan
darah pada lengan selama tiga menit.

b. Chronic Hypoparatiroidism
Pada chronic hypoparatiroid ini lebih banyak terjadi pada factor
Idiopatic.hal tersebut dapat dilihat pada system :
- System integument
 Brittle nails ( kerapuhan kuku )
 Rambutnya mudah rontok
 Kulit kering dan bersisik
- Hal yang tak terduga kalsifikasi muncul pada gangguan
penglihatan dan basal ganglia.hingga cataracacts
- Pada system persarafan mengalami kerusakan otak permanen,
disertai dengan psikosis atau kejang-kejang
- System kardiovaskuler, adanya hypokalsemia mempengaruhi
jantung yang menyebabkan disritmia pada akhirnya akan
mengalami gagal jantung.

6. TEST DIAGNOSTIC
a. Laboratorium
Tetanus terjadi pada kadar kalsium serum yang berkisar dari 5 – 6
mg/dl ( 1,2 hingga 1,5 mmol/L) atau lebih rendah lagi. Nilai
normalnya ( 8,5 – 10,7 mg/dl).
- Serum fosfat terjadi peningkatan
( normal : 2.5 – 4.5mg/100 ml)
b. Pemeriksaan urin
- Rendah atau tidak ada kalsium
c. CT ( Computed tomography ) untuk menunjukkan kalsifikasi otak,
dan menunjukkan hipokalsemia kronis.
d. Pemeriksaan Ophthalmic menunjukan adanya kalsifikasi lensa okuler,
yang dapat menyebabkan pembentukan cataract.
e. Pemeriksaan X – Ray
- Adanya kalsifikasi pada basal ganglia di otak
- Kadang – kadang terjadi kalsifikasi pada serebelum dan fleksus
koroid
- Densitas dari tulang dapat bertambah

7. KOMPLIKASI
Jika pengobatan tidak dimulai dengan cepat pada hypoparatiroid akut
dapat mengakibatkan obstruksi pernapasan sekunder tetani dan
laringospasms. Pada hypoparatiroidisme kronis, komplikasinya adalah
kalsifikasi di mata dan ganglia basal.

8. PENATALAKSANAAN
a. Terapi utama adalah untuk menaikan kadar kalsium serum sampai 9 –
10 mg/dL ( 2,2 – 2,5 mmol/L) dan menghilangkan gejala
hipoparatiroidsme serta hipokalsemia.
b. Apabila terjadi hipokalsemia dan tetanus paskatiroidektomi, terapi
yang harus seger dilakukan adalah pemberian kalsium glukonas
intravena. Jika terapi ini tidak segera menurukan iritabilitas
neuromuskuler dan serangan kejang, preparat sedative seperti
pentobarbital dapat diberikan.
c. Pemberian preparat parathormon parenteral dapat dilakukan untuk
menagatasi hipoparatiroidisme akut disertai tetanus. Namun demikian,
akibat tingginya insidens reaksi alergi pada penyuntikan parathormon,
maka penggunaan preparat ini dibatasi hanya pada hipokalsemia akut.
Pasien yang mendapatkan parathormon memerlukan pemantauan akan
adanya perubahan kadar kalsium serum dan reaksi alergi.
d. Akibat adanya iritabiliats neuromuscular, penderita hipokalsemia dan
tetanus memerlukan lingkungan yang bebas dari suara bising,
hembusan angin yang tiba – tiba, cahaya yang terang atau gerakan
yang mendadak.
e. Trakeostomi atau ventilasi mekanis dibutuhkan bersama dengan obat –
obat bronkodilator jika pasien mengalami gangguan pernapasan.
f. Terai bagi penderita hipoparatiroidisme kronis ditentukan sesudah
kadar kalsium serum diketahui. Diet tinggi kalsium rendah fosfor
diresepkan. Meskipun susu, kuning telur merupakan makanan yang
tinggi kalsium, jenis makanan ini harus dibatasi karena kandung
fosfornya yang tinggi. Bayam juga perlu dihindari karena mengandung
oksalat yang akan membentuk garam kalsium yang tidk larut. Table
oral garam kalsium, seperti kalsium glukonat, dapat diberikn sebagai
suplemen dalam diet. Gel aluminium hidrosida atau aluminium
karbonat ( gelusil, amphojel) diberikan sesudah makan untuk mengikat
fosfat dan meningkatkan ekskresinya lewat traktus gastrointestinal.
g. Preparat vitamin D dengan dosis yang bervariasi dihidrotakisterol
(AT 10 atau Hytakerol), atau ergikal siferol (vitamin D2) atau
kolekalsiferol (vitamin D3) diperlukan dan akan meningkatkan
absorpsi kalsium dari trakstus gastrointestinal.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Riwayat penyakit
- Sejak kapan pasien mengalami tanda dan gejala hipoparatiroidisme
dan tindakan yang sudah dilakukan untuk mengatasi gejala
tersebut
- Apakah perna mengalami operasi khususnya pengangkatan
kelenjar tiroid atau paratiroid
- Apakah pasien perna mengalami tindakan penyinaran pada daerah
leher
- Apakah ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama dengan
pasien
b. Keluhan utama pasien saat ini
- Adakah kelainan bentuk tulang
- Kejang
- Kesemutan pada bibir dan jari – jari tangan
- Kram kaki dan perasaan kaku pada kedua tangan dan kaki

2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan integument
- Kulit kering dan kasar
- Kuku mudah rapuh
b. Muskuloskletal
- Kelemahan otot
- Kelainan bentuk tulang
- Kejang otot ( tetani )
- Tanda Chvosteks positif
- Tanda Trausseaus positif
- Adanya kesemutan, paresthesia dank ram ekstremitas
- Kejang dan nyeri otot, tangan dan kaki
c. System persarafan
- Menurunnya kesadaran
- Kehilangan memori
- Nyeri kepala
- Parestesia pada jari – jari tangan dan kaki
d. System pernapasan
- Kesulitan bernapas
- Adanya tanda – tanda bronkospasme dan spasme laring
e. System kardiovaskuler
- Hipotensi
- Aritmia jantung
- Perubahan EKG.

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Etiologi Intervensi keperawatan


1. Ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh

2. Nyeri Akut
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Hormon paratiroid dapat mempengaruhi banyak sistem didalam tubuh
manusia. Efek utama mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat dalam
tubuh. Kelainan hormon paratiroid banyak dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti tumor jinak (adenoma soliter), paratiroid carsinoma, dan
hiperplasia pada sel kelenjar paratiroid yang dapat mengakibatkan
terjadinya hiperparatiroidisme. Hipoparatiroid terjadi apabila kelenjar
paratiroid memproduksi hormon paratiroid lebih sedikit dari biasanya.
2. SARAN
Melihat dari kasus kelainan pada kelenjar paratiroid, maka diharapkan
para tenaga medis dan perawat harus lebih profesional dan
berpengalaman dalam mengkaji seluruh sistem metabolisme yang
mungkin terganggu karena adanya kelainan pada kelenjar paratiroid.
Karena penanganan dan pengkajian yang tepat akan menentukan
penatalaksanaan pengobatan yang cepat dan tepat pula pada kelainan
kelenjar paratiroid.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3.


Jakarta : EGC.
Lewis, Sharon Mantik. (2006). Medical Surgical Nursing : Assessment and
Management of Clinical Problems. Fifth edition. Missouri : Mosby Inc.
Price, Wilson. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
4. Jakarta : EGC.
Tarwoto. 2012. Keperawatan Medikal Bedah : Gangguan system Endokrin.
Jakarta : Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai