Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH 

HIPOPARATIROIDISME

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


“Sistem Endokrin”

Disusun oleh :
KELOMPOK 7
1. Yangai Ngabehi Naga
2. Anggi Maudi Isdayanti
3. Gia Guntara
4. Ade Deni

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
TASIKMALAYA
2016
KATA PENGANTAR

Kami ucapkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat
dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah SISTEM ENDOKRIN dengan judul
”ASKEP HIPOPARATIROIDISME“ dengan baik dan tepat waktu.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mahasiswa dalam
memahami tentang penyakit dari Hipoparatiroidisme tersebut. Isi dari makalah ini, terdapat
uraian dan penjelasan tentang defenis, penyebab serta penatalaksanaan dari
hipoparatiroidisme yang akan kami uraikan dalam bentuk tulisan yang ringkas dan
jelas.Tidak lupa kami ucapkan terima kasih atas kesempatan dan masukan positif yang
diberikan oleh dosen medical bedah bagi kesempurnaan makalah ini.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang telah bekerja
sama dan terima kasih atas kritik dan saran yang telah diberikan.Kami sebagai penyusun
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
segala saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan bagi kita semua.
“Lepas dari segala kekurangan yang ada semoga makalah ini dapat bermanfaat”

Tasikmalaya, April 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 1
1.3 Tujuan................................................................................................... 1
1.4 Manfaat................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan Fisiologi Hormon Paratiroid........................................... 3
2.2 Definisi................................................................................................. 4
2.3 Etiologi................................................................................................. 4
2.4 Patofisiologi.......................................................................................... 5
2.5 Manifestasi Klinis................................................................................. 6
2.6 Pemeriksaan Diagnostik....................................................................... 7
2.7 Penatalaksanaan.................................................................................... 8
2.8 Komplikasi............................................................................................ 8
2.9 Prinsip Etik Keperawatan..................................................................... 8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian............................................................................................ 10
3.2 Diagnosa Keperawatan......................................................................... 10
3.3 Rencana Intervensi............................................................................... 11
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ......................................................................................... 18
4.2 Saran ................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.5 Latar Belakang


Hipotalamus merupakan pusat utama pengintegrasian sistem endokrin dengan
sistem saraf otonom, membantu mengendalikan sebagian kelenjar endokrin melalui
lintasan saraf dan hormonal. Kelenjar paratiroid menyekresi hormon paratiroid (PTH)
yang mengatur metabolisme kalsium dan fosfat. Hormon paratiroid menaikkan kadar
kalsium serum dengan menstimulasi resorpsi kalsium serta ekskresi fosfat dari tulang dan
dengan merangsnag perubahan vitamin D menjadi bentuk yang paling aktif akan
meningkatkan absorbsi kalsium traktur GI.
Hipoparatiroidisme adalah suatu ketidakseimbangan metabolisme kalsium dan
fosfat yang terjadi karena produksi hormon paratiroid yang kurang sehingga
menyebabkan hipokalsemia. (Kowalak, 2011)
Hipoparatiroidisme dapat bersifat akut atau kronis dan bisa diklasifikasikan
sebagai kelainan idiopatik atau didapat (akuisitas). Keadaan yang mungkin menyebabkan
hipoparatiroidisme meliputi : pankreatitis akut atau malabsorbsi, gagal ginjal,
osteomalasia, dan gangguan genetik autoimun atau kondisi konginetal tidak adanya
kelenjar paratiroid (idiopatik).

1.6 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan hipoparatiroidisme ?

1.7 Tujuan
1.3.1   Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang hipoparatiroidisme serta
mendapatkan gambaran teori dan Asuhan Keperawatan pada klien
hipoparatiroidisme

1.3.2   Tujuan Khusus
a.      Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi folikel
b.      Untuk mengetahui definisi hipoparatiroidisme
c.      Untuk mengetahui etiologi hipoparatiroidisme

1
d.      Untuk mengetahui patofisiologi hipoparatiroidisme
e.      Untuk mengetahui manifestasi klinis hipoparatiroidisme
f.      Untuk mengetahui komplikasi hipoparatiroidisme
g.      Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic hipoparatiroidisme
h.      Untuk mengetahui penatalaksanaan hipoparatiroidisme
i.      Untuk mengetahui prinsip etik keperawatan pada hipoparatiroidisme
j.     Untuk mengetahui asuhan keperawatan hipoparatiroidisme

1.8 Manfaat
1. Memberikan informasi pada mahasiswa tentang hipoparatiroidisme serta berbagai hal
lain yang berhubungan dengan penyakit ini.
2. Menambah pengetahuan penulis tentang penyakit hipoparatiroidisme
3. Sebagai sumber informasi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian atau hal
lain yang ada kaitannya dengan penyakit hipoparatiroidisme

2
BAB 2
PEMBAHASAN

3.4 Anatomi dan Fisiologi Hormon Paratiroid


Kelenjar paratiroidisme terdiri dari 4 organ kecil yang masing-masing sebesar
biji apel. Kelenjar paratiroidisme terletak pada posterior kelenjar tiroid. Secara histologis
terdapat dua jenis sel yaitu sel utama yang mensekresi hormon paratiroid (PTH) dan sel
oksifilik.

Kelenjar paratiroid mensekresi hormon paratiroid. Fungsi utama dari hormon


paratiroid adalah meningkatkan konsentrasi kalsium dalam plasma (CES) dan mencegah
hopokalsemia.
1. Efek pada Tulang
99% kalsium dalam tubuh terletak di kerangka. Tulang memiliki 3 jenis sel yaitu :
a. Osteoblas : mengeluarkan matriks organik tempat kristal kalsium mengendap
b. Osteosit : osteoblas yang sudah “Pensiun” dan terperangkap dalam dinding tulang
c. Osteoklas : mengeluarkan asam-asam yang melarutkan kristal kalsium fosfat dan
menguraikan matriks organik.
2. Efek terhadap ginjal
a. Merangsang penghematan kalsium dan mendorong pengeluaran fosfat.
b. Merangsang peningkatan reasorbsi kalsium oleh ginjal
c. Meningkatkan sekresi fosfat

3
3. Efek pada usus
Hormon paratiroid tidak memiliki efek langsung terhadap usus. Secara tidak langsung
meningkatkan reasorbsi kalsium dari usus melalui pangaktifan vitamin D

3.5 Definisi
Hipoparatiroidisme adalah suatu ketidakseimbangan metabolisme kalsium
dan fosfat yang terjadi karena produksi hormon paratiroid yang kurang sehingga
menyebabkan hipokalsemia. (Kowalak, 2011)
Hipoparatyroidisme adalah hiposekresi kelenjar paratyroid yang
menimbulkan syndroma berlawanan dengan hiperparatyroid, konsentrasi kalsium rendah
tetapi phosfatnya tinggi dan bisa menimbulkan tetani akibat dari pengangkatan atau
kerusakan kelenjar paratyroid.

3.6 Etiologi
Hipoparatiroidisme dapat bersifat akut atau kronis dan bisa diklasifikasikan
sebagai kelainan idiopatik atau didapat (akuisitas). Keadaan yang mungkin menyebabkan
hipoparatiroidisme meliputi:
1. Pankreatitis akut atau malabsorbsi
2. Gagal ginjal
3. Osteomalasia
4. Gangguan genetik autoimun atau kondisi konginetal tidak adanya kelenjar
paratiroid (idiopatik)

4
5. Secara tidak sengaja terjadi pengangkatan atau cedera kelenjar paratiroid
(idiopatik) ketika dilakukan tiroidektomi atau pembedahan leher lain atau kadang-
kadang radiasi yang masif pada kelenjar paratiroid (akuisitas)
6. Infark iskemik kelenjar paratiroid selama pembedahan, amiloidosis, neoplasma,
atau trauma (akuisitas)
7. Kerusakan sintesis dan pelepasan hormon akibat hipomaknesemia, supresif fungsi
kelenjar yang normal akibat hiperkalsemia, dan keterlambatan maturasi fungsi
paratiroid (akuisitas), reversibel.
 

3.7 Patofisiologi
Produksi hormon paratiroid (PTH) yang kurang akan menyebabkan
hipokalsemia dan hiperfosfatemia. Pembedahan dengan manipulasi leher dapat merusak
kelenjar paratiroid dan kejadian ini mungkin timbul karena tindakan tersebut
menyebabkan iskemia. Derajat hipoparatiroidisme dapat bervariasi mulai dari penurunan
simpanan hormon paratiroid hingga gejala tetani yang nyata. Hipomagnesemia dapat
mencegah sekresi hormon paratiroid pada pasien dengan kehilangan magnesium yang
kronis melalui traktus GI, defisiensi gizi dan kehilangan magnesium melalui ginjal.
Hipoparatyroidisme (rendahnya kadar PTH) merupakan kelainan metabolik
yang ditandai dengan hipokalsemia, yang secara klnik akan mengakibatkan tetani. Dalam
keadaan normal, kadar kalsum dalam plasma adalah 2,3 – 2,6 mmol. Hperkalsemia
sampai 3.00 mmol/l, masih belum menimbulkan gejala. Demikian pula hipokalsemia
derajat ringan (kalsium turun sampai 2.00 mmol/l ) masih belum menimbulkan gejala.
5
Terdapat 2 ts klink utama untuk mendeteksi terdapatnua titan, yaitu tanda chvostek dan
tanda trousseau.
Penyebab umum adalah ikut terangkatnya kelenjar paratyrod pada saat
tyroidektomi (angkanya berkisar 0 – 25 %). Penyebab lannya adalah ideopatik.
Pemberian tera radioyodin terdapat kelanan kelenjar tyroid serng berpengaruh pula
terhadap rendahnya hormon PTH.
Hipoparatyroidisme merupakan kelainan metabolik dengan gejala klink yang
nyata, tetapi perubahan morfologik yang minimal. Terdapat abnormalitas biokimia
( hipokalsemia dan hiperfosfatemia) dengan manifestasi klinik yang sangat luas. Yang
menonjol adalah tetani, konvulsi, laringospasme ( dapat menimbulkan anoksia yang
fatal). Hipokalsemia akan merangsang timbulnya manifestasi neuromuskuler, yaitu
paraestasi dan kejang. Iritabilitas neuomuskuler ini dapat diperiksa dengan memeriksa
ada tidaknya tanda chvostek (chvostek's sign). Disamping itu terdapat barbagai
abnormaitas sistem saraf lainnya.
Perjalanan Sehingga Terjadi Hipoparatiroidisme
Hiperparatiroidisme
 
Dilakukan penanganan dengan oprasi
 
Jaringan terlalu banyak diangkat
 
Kalsium serum
Fosfat serum
 
Hipoparatiroidisme

3.8 Manifestasi Klinis


Hipoparatiroidisme yang ringan dapat asimtomatik kendati biasanya menyebabkan :
1. Hipokalsemia dan kadar fosfat serum yang tinggi yang mengenai sistem saraf pusat
dan sistem lain.
2. Hipoparatiroidisme kronis :
a. Iritabilitas neuromuskuler, peningkatan refleks tendon dalam, tanda Chvostek
(spasme nervus fasialis yang hiperiritabel ketika saraf tersebut diketuk), disfagia,
sindrome otak organik, psikosis, defisiensi mental pada anak-anak dan tetani.
6
b. Sulit berjalan dan tendensi terjatuh atau roboh (tetani kronis)
3. Hipoparatiroidisme akut meliputi :
a. Rasa kesemutan pada ujung-ujung jari tangan, disekitar mutut dan kadang-
kadang pada kaki (gejala pertama); ketegangan serta spasme otot yang
menjalar serta bertambah parah dan akibatnya aduksi ibu jari tangan,
pergelangan tangan, serta sendi siku, rasa nyeri yang bervariasi menurut
derajat ketegangan otot tetapi jarang mengenai wajah, tungkai dan kaki (overt
tetany yang akut)
b. Laringospasme, stridor, sianosis dan serangan kejang/bangkitan (kelainan
SSP) semakin parah pada hiperventilasi, kehamilan, infeksi, penghentian
terapi hormon tiroid atau pemberian diuretik dan sebelum menstruasi (tetani
akut)
c. Nyeri abdomen, malabsorbsi intestinal disertai steatore; rambut kering dan
kusam; kerontokan rambut spontan; kuku jari tangan rapuh; dan memiliki
garis tonjolan (krista) atau terlepas, kulit kering dan bersisik, dermatitis
eksfoliatif, infeksi kandida, katarak dan email gigi yang lemah sehingga gigi
mudah berubah warna, pecah dan keropos (efek hipokalsemia)

3.9 Pemeriksaan Diagnostik


Hasil pemeriksaan berikut ini memastikan diagnosis hipoparatiroidisme :
a. Radioimmunoassay untuk hormon paratiroid yang memperlihatkan penurunan kadar
hormon tersebut
b. Penurunan kadar kalsium serum dan urine
c. Peningkatan kadar fosfor serum
d. Penurunan kadar kreatinin
e. EKG yang memperlihatkan pemanjangan interval QT dan ST akibat hipokalsemia
f. Tindakan menggelembungkan manset tensimeter yang dipasang pada lengan atas
hingga mencapai tekanan di antara tekanan sistolik dan diastolik serta
mempertahankan penggelembungan manset tersebut pada tekanan ini selama tiga
menit akan menimbulkan gejala Trousseau (spasme karpal) yang merupakan bukti
klinis hipoparatiroidisme.

7
3.10 Penatalaksanaan
1. Penyuntikan segera garam kalsium IV, seperti larutan kalsium glukonat 10% untuk
meningkatkan kadar kalsium serum terionisasi (tetani akut yang mengancam nyawa
pasien)
2. Bernapas di dalam kantung kertas dan menghirup gas CO2 yang dihembuskan pasien
sendiri akan menimbulkan asidosis respiratorik ringan yang meningkatkan kadar
kalsium serum (pasien yang sadar dapat bekerja sama)
3. Pemberian sedatif dan antikonvulasan untuk mengendalikan spasme sampai kadar
kalsium meningkat
4. Peningkatan asupan kalsium dari makanan
5. Terapi rumatan dengan pemberian suplemen kalsium dan vitamin D per oral (tetani
kronis)
6. Pemberian suplemen vitamin D dan kalsium karena absorbsi kalsium dalam usus
halus memerlukan keberadaan vitamin D (terapi penyakit yang reversibel dan
biasanya harus dilakukan seumur hidup)
7. Pemberian kalsitriol (Calcijex, Rocaltrol) jika ada gangguan hepar atau renal yang
membuat pasien tidak toleran terhadap vitamin D

3.11 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi meliputi :
1. Aritmia jantung, gagal jantung
2. Katarak
3. Kalsifikasi ganglia basalis
4. Pertumbuhan yang terhenti, malformasi gigi, dan retardasi mental
5. Gejala parkinson
6. Hipotiroidisme

3.12 Prinsip Etik Keperawatan


Etika berkenaan dengan pengkajian kehidupan moral secara sistematis dan
dirancang untuk melihat apa yang harus dikerjakan, apa yang harus dipertimbangkan
sebelum tindakan tersebut dilakukan, dan ini menjadi acuan untuk melihat suatu tindakan
benar atau salah secara moral. Terdapat beberapa prinsip etik dalam pelayanan kesehatan
dan keperawatan yaitu :

8
1. Otonomi (penentu pilihan)
Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil
keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari
keunikan induvidu secara holistik.
2. Beneficience (do good)
Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban untuk
melakukan dengan baik, yaitu mengimplemtasikan tindakan yang mengutungkan
klien dan keluarga.
3. Justice (perlakuan adil)
Perawat hendaknya mengambil keputusan dengan menggunakan rasa keadilan.
4. Non maleficience (do no harm)
Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan bahaya
bagi kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik
keperawatan. Bahaya dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resiko
membahayakan, dan bahaya yang tidak disengaja.
5. Fidelity (setia)
Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh
seseorang.
6. Veracity (kebenaran)
Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran. Sebagian besar anak-anak
diajarkan untuk selalu berkata jujur, tetapi bagi orang dewasa, pilihannya sering
kali kurang jelas.
7. Moral right
Hak-hak klien harus dihargai dan dilindungi. Hak-hak tersebut menyangkut
kehidupan, kebahagiaan, kebebasan, privacy, self-determination, perlakuan adil dan
integritas diri

9
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Neurologis
Gejala :Paraestesia, kesemutan, tremor, peka rangsang, kejang, adanya tanda
Chvostek's/trousseou's, perubahan tingkat kesadaran.
2. Muskoleskeletal
Gejala : kekakuan dan kelelahan
3. Kardiovaskuler
Gejala : sianosis, palpitasi dan disritmia jantung
4. Pernafasan
Gejala : suara serak, strdor, edema laring
5. Gastrointestinal
Gejala : mual dan muntah
6. Integumen
Gejala : Kulit kering dan kuku keras/ kuku rapuh

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Pre Op
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme/edema laring
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekakuan pada mulut
c. Curah jantung menurun berhubungan dengan aritmia jantung
d. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kekakuan pada mulut
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
f. Resiko cidera berhubungan dengan kejang akibat hipokalsemia

2. Post Op
a. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
b. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan trauma pita suara akibat
operasi paratyroid
c. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan adanya insisi pembedahan
dan pemasangan alat-alat medis

10
3.3 Rencana Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme/edema laring
a. Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan jalan
nafas klien efektif
b. KH : suara nafas bersih, tidak apnoe, sputum dapat keluar dengan baik,
tidak sesak, tidak batuk
c. Intervensi
Intervensi. Rasional.
Kaji kecepatan dan kedalaman perubahan pada pernapasan, adanya
pernafasan, catat penggunaan alat bantu ronki,mengi,diduga adanya retensi sekret.
pernafasan saat klien bernafas
Beri posisi tdur semi fowler memudahkan drainase sekret, kerja
pernapasan dan ekspansi paru.
Dorong menelan bila pasien mampu mencegah pengumpulan sekret oral
menurunkan resiko aspirasi. Catatan :
menelan terganggu bila epiglotis diangkat
atau edema paskaoperasi bermakna dan
nyeri terjadi.
Kolaborasi : Pemberian oksigen sesuai fisiologi normal ( hidung) berarti
dengan peogram menyaring atau melembabkan udara yang
lewat.Tambahan kelembaban
menurunkan mengerasnya mukosa dan
memudahkan batuk atau penghisapan
sekret melalui stoma.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekakuan pada


mulut
a. Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
b. KH
1) Antropometri : berat badan klien ideal
2) Biochemical : albumin normal : 3,5-5 g/dl
3) Hb wanita : 12,0-16,0 g/dl

11
4) Hb pria : 13,5-18,0 g/dl
5) Clinical : pasien tidak lemah, bising usus normal (5-35 x/menit)
6) Diet : porsi makan habis
c. Intervensi

3. Penurunan curah jantung b.d aritmia jantung


a. Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam curah jantung normal
b. Kriteria hasil :
1) Melaporkan penurunan episode dipsnea, angina dan disritmia menunjukkan
peninggkatan toleransi aktivitas
2) Berpartisipasi pada perilaku/aktivitas yang menurunkan kerja jantung
c. Intervensi :
Intervensi Rasional
Pantau tanda vital, contoh frekuensi Takikardi dapat tejadi karena nyeri,
jantung, TD cemas, hiposekmia, dan menurunnya
curah jantung
Catat warna kulit dan adanya/kualitas Sirkulasi perifer menurun bila curah
nadi jantung turun, membuat kulit pucat
atau warna abu-abu dan menurunnya
kekuatan nadi perifer
Auskultasi bunyi napas dan bunyi S3, S4 atau krekels terjadi dengan
jantung. Dengarkan murmur dekompensasi jantung atau beberapa
obat
Berikan periode istirahat adekuat. Penghematan energy, menurunkan
Bantu dalam/melakukan aktivitas kerja jantung
parawatan diri, sesuai indikasi
Mempertahankan tirah baring pada Menurunkan konsumsi
posisi nyaman selama episode akut oksigen/kebutuhan menurunkan kerja
miokard dan resiko kompensasi

12
4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan trauma pita suara akibat
operasi paratyroid
a. Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan
klien dapat berkomunikasi verbal secara bertahap
b. KH :
1) Klien dapat mengekspresikan perasaannya dan kebutuhannya dengan tulisan
atau bahasa isarat.
2) Klien dapat memahami apa yang dijelaskan oleh perawat
3) Kebutuhan klien dapat terpenuhi
c. Intervensi
Intervensi. Rasional.
Tentukan apakah pasien mempunyai adanya masalah lain mempengaruhi
gangguan komunikasi lain seperti rencana untuk pilihan komunikasi.
pendengaran dan penglihatan
Gunakan bahasa isarat saat memungkingkan pasien untuk
berkomunikasi dengan klien menyatakan kebutuhan atau masalah.
Catatan : posisi IV pada tangan atau
pergelangan dapat membatasi
kemampuan untuk menulis atau membuat
tanda.
Konsul dengan anggota tim kesehatan Kemampuan untuk menggunakan pilihan
yang tepat atau terapis atau agen suara dan metode bicara (contoh bicara
rehabilitasi (contoh patologis wicara, esofageal) sangat bervariasi, tergantung
pelayanan sosial, kelompok laringektomi) pada luasnya prosedur pembedahan, usia
selama rehabilitasi dasar dirumah sakit pasien, dan motivasi untuk kembali ke
sesuai sumber komunikasi (bila ada). hidup aktif. Waktu rehabilitasi
memerlukan waktu panjang dan
memerlukan sumber dukungan untuk
proses belajar.

13
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien
dapat beraktifitas secara bertahap
b. KH :
1) Klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi, eliminasi dan personal hygiene
secara mandiri
2) Klien dapat melaksanakan aktifitas hariannya seperti semula
c. Intervensi
Intervensi. Rasional.
Kaji tingkat ketidakmampuan klien Menentukan luasan toleransi
Bantu aktifitas yang tidak dapat Membantu pasien dalam pemenuhan
dilakukan sendiri (mandi, makan, minum, ADL
kebersihan diri/lingkungan dan eliminasi)
Secara bertahap libatkan klien dalam Penuhi kebutuhan pasien tanpa
pemenuhan kebutuhan sehari-hari sesuai menyebabkan kelelahan
dengan kondisinya
Buat jadwal istirahat/ aktifitas klien Kurang tidur kontribusi terhadap
kelemahan

6. Resiko cidera berhubungan dengan kejang akibat hipokalsemia


a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien
terhindar dari cidera
b. KH :
1) Klien tidak cidera akibat rangsangan kejang
2) Hasil elektrolit (khususnya kalsium pada batas normal)
3) Klien tenang tidak kejang
c. Intervensi
Intervensi. Rasional.
Tempatkan klien pada tempat tidur yang Mencegah klien terjatuh
menggunakan pengaman dan di ruangan
yang aman dan nyaman.
Observas tanda-anda vital seelah klien Mengetahui keadaan umum klien
kejang
Sediakan dekan tempat tidur klien spatel mencegah lidah ke belakang apabila
lidah dan gudel. terjadi kejang

14
7. Nyeri b.d pengeluaran mediator kimia
a. Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam nyeri hilang
b. Kriteria hasil :
1) Melaporkan/menunjukkan nyeri hilang/terkontrol
2) Menunjukkan nyeri hilang/ketidaknyamanan dengan menurunkan tegangan
dan rileks, tidur/istirahat dengan tepat
c. Intervensi :
Intervensi Rasional
Berikan tindakan nyaman (contoh Meningkatkan relaksasi dan
pijatan punggung,perubahan posisi) membantu pasien memfokuskan
dan aktivitas hiburan (contoh melihat perhatian pada sesuatu disamping diri
televise, duduk, membaca) sendiri/frekuensi analgesic.
Jadwalkan aktivitas perawatan untuk Mencegah kelelahan/terlalu lelah dan
keseimbangan dengan periode dapat partispasi dalam program
tidur/istirahat adekuat pengobatan
Anjurkan penggunaan perilaku Meningkatkan rasa sehat, dapat
managemen stress, contoh teknik menurunkan kebutuhan analgesic dan
relaksasi, bimbingan imajinasi meningkatkan penyembuhan
Berikan analgesic sesuai indikasi Derajat nyeri sehubungan dengan luas
dan dampak psikologi pembedahan
sesuai dengan kondisi tubuh

8. Kerusakan komunikasi verbal b.d kekakuan pada mulut


a. Tujuan :
Setelah dilaukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat
berkomunikasi secara normal
b. Kriteria hasil :
1) Menyatakan kebutuhan dalam cara yang efektif
2) Mengidentifikasi/merencanakan pilihan metode berbicara yang tepat setelah
sembuh

15
c. Intervensi :
Intervensi Rasional
Tentukan apakah pasien mempunyai Adanya masalah lain akan
gangguan komunikasi lain. Contoh mmpengaruhi rencana pilihan
pendengaran, penglihatan, literasi. komunikasi
Berikan cara-cara yang cepat dan Pasien memerlukan keyakinan bahwa
kontinu untuk memanggil perawat, perawat waspada dan akan berespon
contoh lampu/bel panggil terhadap panggilan
Atur sebelumnya tanda-tanda untuk Dpat menurunkan ansietas pasien
mendapatkan bantuan cepat tentang ketidakmampuan untuk bicara
Berikan pilihan cara komunikasi yang Memungkinkan pasien untuk
tepat bagi kebutuhan pasien mis, menyatakan kebutuhan/masalah
papan dan pensil dll
Berikan waktu yang cukup untuk Kehilangan bicara dan stress
berkomunikasi mengganggu komunikasi dan
menyebabkan frustasi dan hambatan
ekspresi
Berikan komunikasi non-verbal. Mengkomunikasikan masalah dan
Contoh sentuhan dan gerak fisik, memenuhi kebutuhan kontak dengan
antisipasi kebutuhan orang lain

9. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan adanya luka pembedahan


a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien
terhindar dari infeksi
b. KH :
1) Suhu tubuh normal
2) Hasil pemeriksaan leukosit pada batas normal
3) Luka bersih dan kering, tidak menunjukkan tanda-tanda nfeksi

16
c. Intervensi
Intervensi. Rasional.
Tunjukkan/dorong teknik mencuci tangan Efektif berarti menurunkan
yang baik penyebaran/tambahan infeksi
observasi tanda-tanda vital, observasi Demam dapat terjadi karena infeks
adanya peningkatan suhu dan/atau dehidrasi
Batasi pengunjung untuk mencegah Mencegah infeksi silang terhadap
infeks silang pengunjung

17
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hipoparatyroidisme adalah hiposekresi kelenjar para tyroid yang
menimbulkan syndroma berlawanan dengan hiperparatyroid, konsentrasi kalsium rendah
tetapi phosfatnya tinggi dan bisa menimbulkan tetani akibat dari pengangkatan atau
kerusakan kelenjar paratyroid.
Hipoparatiroidisme dapat bersifat akut atau kronis dan bisa diklasifikasikan
sebagai kelainan idiopatik atau didapat (akuisitas). Keadaan yang mungkin menyebabkan
hipoparatiroidisme meliputi : pankreatitis akut atau malabsorbsi, gagal ginjal,
osteomalasia, dan gangguan genetik autoimun atau kondisi konginetal tidak adanya
kelenjar paratiroid (idiopatik).

4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga
makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.

18
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. L. Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta


Doengos,E marlyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Kowalak, P. Jennifer. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. EGC : Jakarta
Rumarhobo, Hotma. 2010. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin.
EGC : Jakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai