Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/i
akper maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II dengan judul “GANGGUAN PARATIROID”. Dalam penulisan
makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh
para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan.
Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-
rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima
kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Kelenjar paratiroid terletak diatas selaput yang membungkus kelenjar tiroid. Terdapat 2
pasang (4 buah) yang terletak di belakang tiap lobus dari kelenjar tiroid, dua sebelah kiri dan dua
sebelah kanan. Besarnya setiap kelenjar kira-kira 5 x 5 x 3 mm, dengan berat antara 25 - 30 mg.
Berat keseluruhan lebih kurang adalah 120 mg.
Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon paratiroksin. Hormon paratiroksin adalah suatu
peptide yang terdiri dari 84 asam amino yang berfungsi mengatur kadar kalsium dan fosfor di
dalam tubuh. Produksi hormon paratiroid akan meningkat apabila kadar kalsium di dalam
plasma menurun dalam keadaan fisiologis normal. Kadar kalsium dalam plasma berada dalam
pengawasan homeostatis dalam batas yang sangat sempit.
Mineral lain selain kalsium yang memengaruhi fungsi kelenjar paratiroid adalah
magnesium. Hambatan kerja kelenjar paratiroid mengakibatkan penurunan kadar magnesium di
dalam darah atau sebaliknya. Konsentrasi magnesium sangat diperlukan terhadap fungsi
fisiologis kelenjar paratiroid sehingga kelenjar ini menghasilkan hormon yang diperlukan tubuh.
Pengaturan sekresi hormon paratiroid yaitu.
1. Kadar Ca plasma, peningkatan Ca plasma menghambat sekresi hormon.
2. Kadar magnesium plasma, penurunan magnesium plasma merangsang sekresi hormon
paratiroid.
2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari gangguan paratiroid?
2. Bagaimana etiologi dari gangguan paratiroid?
3. Bagaimana patofisiologi dari gangguan paratiroid?
4. Bagaimana manifestasi klinis gangguan paratiroid?
5. Bagaimana Penatalaksanaan dari gangguan paratiroid?
6. Apa saja komplikasi dari gangguan paratiroid?
Tujuan masalah
TINJAUAN TEORI
Kelenjar paratiroid tumbuh dari jaringan endoderm yaitu sulcus pharynggeus ketiga dan
ke empat. Secara normal ada empat buah jaringan paratiroid pada manusia yang terletak tepat
dibelakang kelenjar tiroid. Namun letak masing masing paratiroid da jumlahnya dapat cukup
bervariasi, jaringan paratiroid ditemukan di mediastinum (Taniegra, 2004).
2. Hiperparatiroid
4. Etiologi
Terdapat dua jenis hiperparatiroidisme yaitu sebagai berikut : (taniegra, dkk, 2012).
1. Hiperparatiroidisme Primer
Merupakan tipe yan paling umum terjadi bila satu atau lebih kelenjar paratiroid
membesar serta meningkatkan sekresi paratiroid dan kadar kalsium serum sehingga terjadi
hiperkalesemia. Keadaan ini terjadi pada 85%, dengan penyebab paling sering adalah adenoma
pada satu kelenjar paratiroid. Kebnayakan pasien dengan hiperparatiroidisme primer adalah
wanita pascamonopose sekitar wanita usia 55 tahun. Pasien dengan hiperparatiroid primer 10-
20% disebabkan karena hiperfungsi kelenjar paratiroid multiple yang diturunkan (Genetik),
pasien pasien ini cenderung ke diagnosis ke usia muda.
Obat obatan seperti diuretic tiazid dan litium juga dapat mengubah homeostasis kalsium
sehingga mengurangi ekresi kalsium urine yang menimbulkan hiperkalsemia ringan sedangkan
untuk litium menurunkan sensitivitas kalsium untuk merasakan reseptor kalsium dan menggeser
set poin kurva kalsium-PTH, sehingga lebih banyak lagi konsenrasi kalsium yang diperlukan
untuk menekan sekresi PTH. Selanjutnya, hal ini memicu peningkatan kalsium dan PTH. litium
juga menyebabkan edema paratiroid yang memicu hyperplasia kelenjar paratiroid bila dingankan
dalam jangaka lama.
Hipoparatiroidisme dapat bersifat akut atau kronis dan dapat diklarifikasikan sebagai
kelainan idiopatik atau didapat. Keadaan yang mungkin menyebabkan hipoparatiroidisme
meliputi hal meliputi hal berikut (corwin, 2011; hipoparatiroidisme Association, 2015;
bollerslev).
1. Pasca oprasi
2. Idiopatik
3. Kongenital hipoparatiroidisme
1. Hiperparatiroid
Overproduksi hormon paratiroid oleh tumor atau jaringan yang mengalami hiperplasi
akan meingkatkan absorpsi kalsium pada usus, mengurangi klirens kalsium melalui ginjal dan
meningkatkan pelepasan kalsium dari tulang. Respon terhadap keadaan yang berlebih ini
bervariasi pada setiap pasien karena alasan yang diketahui. Hipofosfatemia akan terjadi ketika
hormon paratiroid yang berlebihan menghambat reabsorpsi keadaan hiperkalsemia dengan
meningkatkan sensitivitas tulang terhadap hormon hormon paratiroid (Corwin, 2001)
Dampak peningkatan pada kalsium adalah hipotonisitas atau melemahnya otot; pelepasan
kalsiu pada tulang menyebabkan demineralisasi tulang, fraktur patologis, dan nyeri tulang;
peningkatan kadar kalsium serum atau darah membuat tubular ginjal bereabsopsi kalsium secara
berlebihan sehingga terjadi hiperkalsiuria (tingginyakalsium urine) , yang akan meningkatkan
resiko nefrolitiasis (batu ginjal), menurunkan klirens kreatinin, dan terjadinya gagal ginjal. Jika
kadar kalsium meningkatkan lebih dari 15mg/dL maka akan terjadi krisis hiperkalsemia.
2. Hipoparatiroid
Pasien mungkin atau mengalami tanda tanda dan gejala akibat tergantungnya beberapa
sistem organ. Gejala patis, keluhan mudah lelah, kelemahan otot, mual, muntah, konstipasi,
hipertensi dan arritmia jantung dapat terjadi; semua ini berkaitan dengan peningkatan kadar
kalsium dalam darah. Manifestasi psikologis dapat bervariasi mulai dari emosi yang mudah
tersinggung dan neurosis hingga keadaan psikosis yang disebabkan oleh efek langsung kalsium
pada otak serta sistem saraf. Peningkatan kadar kalsium akan menurunkan potensial ekitasi
jaringan saraf dan oto.
2. Hipoparatiroid
7. Penatalaksanaan
1. Hiperparatiroid
Operasi
Paratiroidektomi (pengangkatan kelenjar paratiroid yang abnormal) merupakan terapi
definitif pada hiperparatiroidisme primer.
Penatalaksanaan penunjang lainnya adalah sebagai berikut (Smeltzae dan bare, 2002)
a. Hidrasi
Oleh karena gangguan pada ginjal mungkin terjadi, maka penderita
hiperparatiroidisme primer dapat menderita penyakit batu ginjal. Oleh karena itu,
pasien dianjurkan minum sebanyak 2000ml cairan atau lebih untuk mencegah
terbentuk batu ginjal.
b. Mobilitas
Mobilitas pasien dengan berjalan aatu penggunaan kursi goyang hidrasi upaya
sebanayak mungkin, karena tulang yang megalami stres normal akan melepaskan
kalsium dalam dalam jumlah sedikit. Sementara itu, pasien yang tirah baring/
imobilisasi akan mengalami peningkatan eksresi kalsium sehingga terjadi
hipekalsemia.
c. Diet
Kebutuhan nutrisi harus dipenuhi meskipun pasien dianjurkan untuk menghindari diet
kalsium lebih
Penatalaksanaan hiperparatiroidisme sekunder dan tersier
Apabila memungkinkan,maka penyebabyang mendasarinya harus dihilangkan. Tujuan
dari menejemen medis adalah menormalkan kadar kalsium. Suplemen vitamin D dan
kalsium dibutuhkan. Pasien dengan penyakit gagal ginjal stadium akhir (end-stage renal
disease) membutuhkan prepara pengikat fosfat untuk menurunkan kadar hipofosfatemia.
Paratiroidektomi mungkin diperlukan pada pasien yang berkembang menjadi
hiperparatiroidisme tersier dan penyakitt metabolik tulang berat.
2. Hipoparatiroid
Tujuan terapi adalah untuk menaikan kadar kalsium serum sampai 9 hingg 10mh/dL,
menghilangkan gejala hipoparatiroidisme, hipokalsemia, menghindari hipokalsiuria, dan
meningkatkan kualitas hidup pasien.berikut adalah terapi hipoparatiroidisme yang bisa
diberikan pada pasien hipoparatiroidsme (smeltzer dan bare, 2002; hipoparatiroidsme
association, 2015; Bollerslev, 2015).
1. Pemberian vitamin D
Apabila terjadi hipokalsemia dan tetanus pasca tiroidektomi terapi yang harus
dilakukan adalah pemberian kalsium glukonas intravena. Jika terapi ini tidak segara
menurunkan oiritabilitas neuromuskular dan sarangan kejang, preparat seditif seperti
pentobarbital dapat diberikan.
8. Komplikasi
1. Hiperparatiroid
Fraktur patologis, kerusakan ginjal, infeksi saluran kemih, hipertensi, aritmia jantung,
hipersekresi insulin, penurunan sensitivitas insulin, dan pseudogout.
2. Hipoparatiroid
Aritmia jantung, gagal jantung, katarak, kalsifikasi ganglia basalis, pertumbuhan yang
terhenti, malforasi gigi dan retardasi mental, gejala parkinson, gangguan fungsi ginjal,
kecemasan berlebih yang dapat mengarahkan ke depresi.
9. PATHWAY
PATHWAY
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan berisi Identitas diri: Nama, Umur, Suku/Bangsa, Status
perkawinan, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat,Tanggal masuk RS, Tanggal pengkaiian,
Catatan kedatangan:kursi roda( ), Ambulans( ), Brankar( ).
2. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah spasme karpopedal,
dengan tangan berada dalam keadaan fleksi sedangkan ibu jari dalam adduksi dan jari-jari
lainnya ekstensi.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS )
Penderita hipoparatiroidisme menampakkan gejala utama nya berupa tetanus, hipokalsemia
menyebabkan iritabilitas system neuromuskuluer, pada keadaan tetanus laten terdapat gejala peti
rasa, kesemutan dank ram pada ekstremitas dengan keluhan perasaan kaku pada kedua belah
tangan serta kaki. Pada keadaan tetanus yang nyata(overt), tanda-tanda mencakup br
onkospasme, spasme laring, spasme korpopedal(fleksi sendi siku serta pergelangan tangan dan
ekstensi sensi korpofalangeal), disfagia, fotofobia, aritmia jantung serta kejang. Gejala lainnya
mencakup ansietas, iritabilitas, depresi bahkan delirium. Perubahan pada EKG dan hipotensi
dapat terjadi.
3. Riwayat Kesehatan terdahulu (RKD )
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien
menderita hipoadrenalisme, hipotiroidisme, diabetes mellitus, anemia pernisiosa, kegagalan
ovarium primer, hepatitis, alopesia dan kandidiasis.
4. Riwayat kesehatan Keluarga (RKK )
Riwayat adanya penyakit hipoparatiroidisme Biasanya bisa di turunkan dari ibu yang menderita
penyakit hipoparatiroidisme.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hormon paratiroid dapat mempengaruhi banyak sistem didalam tubuh manusia. Efek
utama mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tubuh. Kelainan hormon paratiroid
banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti tumor jinak (adenoma soliter), paratiroid
carsinoma, dan hiperplasia pada sel kelenjar paratiroid yang dapat mengakibatkan terjadinya
hiperparatiroidisme. Dikatakan hiperparatiroidisme apabila kelenjar paratiroid memproduksi
hormon paratiroid lebih banyak dari biasanya. Sedangkan hipoparatiroidisme sendiri merupakan
kebalikan dari hiperparatiroidisme.
Adapun klasifikasi dari hiperparatiroid yaitu hiperparatiroid primer, hiperparatiroid
sekunder, dan hiperparatiroid tersier. Perbedaan dari ketiga klasifikasi tersebut yakni pada hasil
laboratoriumnya. Pada hiperparatiroid primer kadar kalsium meningkat/hiperkalsemia dan kadar
PTH juga menigkat, sedangkan hiperparatiroidisme sekunder terlihat adanya hipersekresi
hormon paratiroid sebagai respon terhadap penurunan kadar kalsium yang terionisasi dalam
darah. Keadaan hipokalsemia yang lama akan menyebabkan perubahan pada kelenjar paratiroid
menjadi otonom dan berkembang menjadi keadaan sepertri hiperparatiroidisme primer, dan pada
keadaan ini disebut hiperparatiroidisme tersier.
Saran
Melihat dari kasus kelainan pada kelenjar paratiroid, maka diharapkan para tenaga medis
dan perawat harus lebih profesional dan berpengalaman dalam mengkaji seluruh sistem
metabolisme yang mungkin terganggu karena adanya kelainan pada kelenjar paratiroid. Karena
penanganan dan pengkajian yang tepat akan menentukan penatalaksanaan pengobatan yang cepat
dan tepat pula pada kelainan kelenjar paratiroid.
Daftar pustaka
Nur Aini, Ledy L,M aridiana. 2016 (Asuhan Keperawatan Pada Sistem Endokrin Dengan
Brunner & suddarth. 2015 (keperawatan medikal-bedah Ed.8 Vol.2). Jakarta: EGC.