Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN LUKA RESIKO INFEKSI

A. KONSEP DASAR

1. PENGERTIAN

Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit.Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan
menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan.Penyakitb akan timbul jika
patogen berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan normal.(Potter & perry
.Fundamental Keperawatan.edisi 4.hal : 933 – 942:2005)

Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan


tubuh,terutama yang menyebabkan cedera sellular lokal akibat kompetisi
metabolisme,toksin,replikasi intra selular,atau respon antigen-antibodi(Kamus Saku
Kedokteran Dorland,edisi 25.hal :555:1998)

2. ETIOLOGI

a) Penyebab penyakit adalah bakteri (jasad renik atau kuman).contoh : TBC : ditularkan
melalui udara,Tetanus : melalui luka yang kotor,Mencret : lalat, air dan jari yang
kotor,Pneumonia : lewat batuk (udara),Gonorrhea dan sifilis : hubungan kelamin,Sakit
telinga : dengan selesma (masuk angin dan pilek.

b) Penyebab penyakit adalah virus (kuman yang lebih kecil daripada


bakteri).contoh : Selesma, influensa, campak, gondok : ditularkan melalau udara,
batuk, ataupun lalat,Rabies : melalui gigitan binatang,Penyakit kulit : melalui
sentuhaN

c) Jamur.contoh: Kurap, kutu air, dan gatal pada lipatan paha: ditularkan melalu


sentuhan atau dari pakaian yang dipakai secara bergantian

d) Parasit internal (hewan yang berbahaya yang hidup di dalam tubuh).contoh: Disentri:


ditularkan dari kotoran ke mulut,Malaria: melalui gigitan nyamuk
e) Parasit eksternal (hewan yang berbahaya yang hidup pada permukaan
tubuh).contoh: Kutu rambut, kutu hewan, kutu busuk berupa kudis: penularannya dari
orang-orang yang telah terinfeksi atau melalui pakaian.

3. MANIFESTASI KLINIS PADA LANSIA

a) Demam : seringkali tidak mencolok. Glickman dan Hilbert (1982), seperti dikutip
oleh Yoshikawa mendapatkan bahwa banyak penderita lansia yang jelas menderita
infeksi tidak menunjukkan gejala demam. Penderita dengan sepsis seringkali suhu
juga tidak meningkat, akan tetapi justru menurun (hipotermi). Tidak adanya demam
ini selain memperlambat diagnosis, juga menurunkn efek fisiologik lekosit dalam
melawan infeksi, sehingga angka kematian penderita lansia dengan infeksi tanpa
demam akan lebih tinggi daripada apabila disertai demam.

b) Gejala tidak khas : gejala seperti yang digambarkan pada penderita muda sering tidak
terdapat bahkan berubah. Gejala nyeri khas pada apendisitis akut, kolesistitis akut,
meningitis, dan lain-lain sering tidak dijumpai. Batuk pada pneumonia sering tidak
dikeluhkan, mungkin oleh penderita dianggap sebagai batuk “biasa” (Fox, 1998 ;
Hadi Martono 1992, 1993

c) Gejala akibat penyakit penyerta (ko-morbid) : sering menutupi, mengacaukan bahkan


menghilangkan gejala khas akibat penyakit utamanya, padahal pada penderita lansia
penyakit ko-morbid ini sering dan banyak terdapat (Hadi Martono, 1993 ; Yoshikawa,
1986 ; Smith, 1980)

Beberapa infeksi yang sering ditemui pada lansia akan memberikan gambaran yang khas dan
perlu diperhatikan adalah seperti tercantum pada table 4 (Yoshikawa, 1990)..

Tabel 4. Beberapa infeksi penting pada usia lanjut

Jenis Infeksi Catatan


Pneumonia Penyebab kematian utama karena infeksi pada usia lanjut, sehingga
dinyatakan sebagai the old men’s friend
ISK Penyebab terbanyak terjadinya bakterimia/sepsis pada lansia

Infeksi intra abdomen Gangrene apendiks dan vesika felea terbanyak pada lansia,
diverticulitis terdapat terutama pada lansia

Infeksi jaringan lunak Dekubitus dan luka pasca operasi tersering terjadi pada lansia
Sepsis Dari semua kasus 40% terjadi pada lansia, mengakibatkan 60%
kematian
Endokarditis infeksi   Meningkat prevalensinya pada lansia

Tuberculosis Peningkatan kasus secara mencolok pada lansia, termasuk yang


berada di panti werdha

Arthritis septika Adanya penyakit sendi yang mendahului menyebabkan peningkatan


resiko pada lansia

Tetanus Di AS 60% dari semua kasus terjadi pada lansia


Herpes zoster Prevalensi meningkat seiring dengan penuaan, neuralgia pasca
herpetic sering timbul pertama pada usia lanjut
Yoshikawa, 1990

4. PATOFISIOLOGI

Setelah menembus jaringan, patogen dapat berkembang pada di luar sel tubuh
(ekstraselular) atau menggunakan sel tubuh sebagai inangnya (intraselular). Patogen
intraselular lebih lanjut dapat diklasifikasikan lebih lanjut:

a) Patogen yang berkembang biak dengan bebas di dalam sel, seperti : virus dan
beberapa bakteri (Chlamydia, Rickettsia, Listeria).

b) Patogen yang berkembang biak di dalam vesikel, seperti Mycobacteria.

Jaringan yang tertembus dapat mengalami kerusakan oleh karena infeksi patogen,
misalnya oleh eksotoksin yang disekresi pada permukaan sel, atau
sekresi endotoksin yang memicu sekresi sitokina oleh makrofaga, dan mengakibatkan
gejala-gejala lokal maupun sistemik.

5. KOMPLIKASI
Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence dan eviscerasi.

a) Infeksi

Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau
setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah
pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan
drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan
peningkatan jumlah sel darah putih.

b) Perdarahan

Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis
jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain).
Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah
balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah
pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi,
penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan
intervensi pembedahan mungkin diperlukan.

c) Dehiscence dan Eviscerasi

Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence
adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya
pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang
nutrisi, multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan
dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka
dapat terjadi 4 – 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka.
Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan
steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera
dilakukan perbaikan pada daerah

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Analisis laboratorium yang memberikan informasi ttg pertahanan klien melawan
infeksi

b) Merencanakan terapi pencegahan yang meliputi teknik aseptik

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a) Apakah klien punya riwayat infeksi

b) Apakah klien punya riwayat infeksisebelumnya atau berulang?

c) Apakah klien pernah demam? berapasuhunya dan bagaimana pola demamnya?Apakah


ada ruam di seluruh tubuh ?Apakah ada ruam di seluruh tubuh ?

d) Apakah ada rasa nyeri, didaerah mana?

e)  Bagaimana dengan pola ADL nya, apakahBagaimana dengan pola ADL nya, apakah
ada gangguan atau ketidaknyamanan?ada gangguan atau ketidaknyamanan?

2. Pengkajian Luka

a) Kondisi luka 

b) Warna dasar luka 

 Slough (yellow) 

 Necrotic tissue (black) 

 Infected tissue (green) 

 Granulating tissue (red) 

 Epithelialising (pink) 

c) Lokasi ukuran dan kedalaman luka


d) Eksudat dan bau 

e) Tanda-tanda infeksi 

f) Keadaan kulit sekitar luka : warna dan kelembaban 

g) Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung  

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Faktor-faktor risiko berhubungan dengan peningkatan paparan lingkungan patogen


2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik

D. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko infeksi NOC : NIC :
Faktor-faktor risiko :  Immune Status Pertahankan teknik aseptif
- Prosedur Infasif  Knowledge : Infection Batasi pengunjung bila perlu
- Kerusakan jaringan dan control Cuci tangan setiap sebelum dan
peningkatan paparan  Risk control sesudah
lingkungan Setelah dilakukan tindakan tindakan keperawatan
- Malnutrisi keperawatan selama…… Gunakan baju, sarung tangan
- Peningkatan paparan pasien tidak mengalami sebagai
lingkungan patogen infeksi dengan kriteria alat pelindung
- Imonusupresi hasil: Ganti letak IV perifer dan
- Tidak adekuat pertahanan  Klien bebas dari tanda dressing sesuai
sekunder (penurunan Hb, dan gejala infeksi dengan petunjuk umum
Leukopenia, penekanan  Menunjukkan Gunakan kateter intermiten
respon inflamasi) untuk
kemampuan untuk
- Penyakit kronik menurunkan infeksi kandung
mencegah timbulnya
- Imunosupresi kencing
infeksi
- Malnutrisi Tingkatkan intake nutrisi
 Jumlah leukosit dalam
- Pertahan primer tidak Berikan terapi
batas normal
adekuat (kerusakan kulit, antibiotik:.................................
 Menunjukkan perilaku
trauma jaringan, gangguan Monitor tanda dan gejala
hidup sehat
peristaltik) infeksi sistemik
 Status imun,
dan lokal
gastrointestinal,
genitourinaria dalam Pertahankan teknik isolasi k/p
batas normal Inspeksi kulit dan membran
mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
Monitor adanya luka
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan
gejala infeksi
Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia
setiap 4 jam
Kerusakan integritas kulit NOC : NIC : Pressure Management
berhubungan dengan : Tissue Integrity : Skin and  Anjurkan pasien untuk
Eksternal : Mucous Membranes menggunakan
- Hipertermia atau Wound Healing : primer dan pakaian yang longgar
hipotermia sekunder Hindari kerutan pada tempat tidur
- Substansi kimia Setelah dilakukan tindakan  Jaga kebersihan kulit agar tetap
- Kelembaban keperawatan selama….. bersih
- Faktor mekanik (misalnya : kerusakan integritas kulit dan kering
alat yang dapat pasien teratasi dengan Mobilisasi pasien (ubah posisi
menimbulkan luka, kriteria hasil: pasien)
tekanan, restraint)  Integritas setiap dua jam sekali
- Immobilitas fisik kulit yang baik bisa Monitor kulit akan adanya
- Radiasi dipertahankan kemerahan
- Usia yang ekstrim (sensasi, elastisitas, Oleskan lotion atau minyak/baby
- Kelembaban kulit temperatur, hidrasi, oil pada
- Obat-obatan pigmentasi) derah yang tertekan
Internal :  Tidak ada Monitor aktivitas dan mobilisasi
- Perubahan status luka/lesi pada kulit pasien
metabolik  Perfusi Monitor status nutrisi pasien
- Tonjolan tulang jaringan baik Memandikan pasien dengan sabun
- Defisit imunologi  Menunjukka dan air
- Berhubungan dengan n pemahaman dalam hangat
dengan perkembangan proses perbaikan kulit  Kaji lingkungan dan peralatan
- Perubahan sensasi dan mencegah yang
- Perubahan status nutrisi terjadinya sedera menyebabkan tekanan
(obesitas, kekurusan) berulang Observasi luka : lokasi, dimensi,
- Perubahan status cairan  Mampu kedalaman luka, karakteristik,warna
- Perubahan pigmentasi melindungi kulit dan cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
- Perubahan sirkulasi mempertahankan tandatanda
- Perubahan turgor kelembaban kulit dan infeksi lokal, formasi traktus
(elastisitas kulit) perawatan alami  Ajarkan pada keluarga tentang
DO:  Menunjukka luka dan
- Gangguan pada bagian tubuh n terjadinya proses penyembuhan perawatan luka
- Kerusakan lapisa kulit luka  Kolaburasi ahli gizi pemberian
(dermis) diae TKTP,
- Gangguan permukaan kulit vitamin
(epidermis) Cegah kontaminasi feses dan urin
 Lakukan tehnik perawatan luka
dengan
steril
 Berikan posisi yang mengurangi
tekanan
pada luka
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan:  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara
Agen injuri (biologi, kimia,  pain control, komprehensif termasuk lokasi,
fisik, psikologis), kerusakan  comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
jaringan Setelah dilakukan tinfakan kualitas
DS: keperawatan selama …. dan faktor presipitasi
- Laporan secara verbal Pasien tidak mengalami  Observasi reaksi nonverbal dari
DO: nyeri, dengan kriteria hasil: ketidaknyamanan
- Posisi untuk menahan nyeri · Mampu mengontrol nyeri  Bantu pasien dan keluarga untuk
- Tingkah laku berhati-hati (tahu penyebab nyeri, mencari
- Gangguan tidur (mata sayu, mampu menggunakan dan menemukan dukungan
tampak capek, sulit atau tehnik nonfarmakologi  Kontrol lingkungan yang dapat
gerakan kacau, untuk mengurangi nyeri, mempengaruhi nyeri seperti suhu
menyeringai) mencari bantuan) ruangan,
- Terfokus pada diri sendiri · Melaporkan bahwa nyeri pencahayaan dan kebisingan
- Fokus menyempit berkurang dengan  Kurangi faktor presipitasi nyeri
(penurunan persepsi waktu, menggunakan  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
kerusakan proses berpikir, manajemen nyeri menentukan intervensi
penurunan interaksi dengan · Mampu mengenali nyeri  Ajarkan tentang teknik non
orang dan lingkungan) (skala, intensitas, farmakologi:
- Tingkah laku distraksi, frekuensi dan tanda nyeri) napas dala, relaksasi, distraksi,
contoh : jalan-jalan, · Menyatakan rasa nyaman kompres
menemui orang lain setelah nyeri berkurang hangat/ dingin
dan/atau aktivitas, aktivitas · Tanda vital dalam rentang  Berikan analgetik untuk
berulang-ulang) normal mengurangi nyeri:
- Respon autonom (seperti · Tidak mengalami ……...
diaphoresis, perubahan gangguan tidur  Tingkatkan istirahat
tekanan darah, perubahan  Berikan informasi tentang nyeri
nafas, nadi dan dilatasi seperti
pupil) penyebab nyeri, berapa lama nyeri
- Perubahan autonomic akan
dalam tonus otot (mungkin berkurang dan antisipasi
dalam rentang dari lemah ketidaknyamanan
ke kaku) dari prosedur
- Tingkah laku ekspresif  Monitor vital sign sebelum dan
(contoh : gelisah, merintih, sesudah
menangis, waspada, pemberian analgesik pertama kali
iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
Defisit perawatan diri NOC : NIC :
Berhubungan dengan :  Self care : Activity of Self Care assistane : ADLs
penurunan atau kurangnya Daily Living (ADLs)  Monitor kemempuan klien untuk
motivasi, hambatan Setelah dilakukan tindakan perawatan diri yang mandiri.
lingkungan, kerusakan keperawatan selama ….  Monitor kebutuhan klien untuk
muskuloskeletal, kerusakan Defisit perawatan diri alatalat
neuromuskular, nyeri, teratas dengan kriteria bantu untuk kebersihan diri,
kerusakan persepsi/ kognitif, hasil: berpakaian, berhias, toileting dan
kecemasan, kelemahan dan  Klien terbebas dari bau makan.
kelelahan. badan  Sediakan bantuan sampai klien
DO :  Menyatakan mampu secara utuh untuk
ketidakmampuan untuk kenyamanan terhadap melakukan
mandi, ketidakmampuan kemampuan untuk self-care.
untuk berpakaian, melakukan ADLs  Dorong klien untuk melakukan
ketidakmampuan untuk  Dapat melakukan ADLS aktivitas sehari-hari yang normal
makan, ketidakmampuan dengan bantuan sesuai
untuk toileting kemampuan yang dimiliki.
 Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien
tidak mampu melakukannya.
 Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
pasien
tidak mampu untuk melakukannya.
 Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
 Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
1. Olmsted RN. APIC Infection Control and Applied Epidemiology: Principles and
Practice. St Louis, Mosby; 1996

2. anonymus. Infectious Disease Epidemiology Section. www.oph.dhh.louisiana.gov

3. Ducel, G. et al. Prevention of hospital-acquired infections, A practical guide. 2nd edition.


World Health Organization. Department of Communicable disease, Surveillance and
Response; 2002

4. Light RW. Infectious disease, noscomial infection. Harrison’s Principle of Internal


Medicine 15 Edition.-CD Room; 2001

5. Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta; 2001

6. Surono, A. Redaksi Intisari. agussur@hotmail.com

7. Anonymus. Preventing Nosocomial Infection.Louisiana; 2002

8. Suwarni, A. Studi Diskriptif Pola Upaya Penyehatan Lingkungan Hubungannya dengan


Rerata Lama Hari Perawatan dan Kejadian Infeksi Nosokomial Studi Kasus: Penderita
Pasca Bedah Rawat Inap di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Provinsi DIY Tahun
1999. Badan Litbang Kesehatan Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial,
Yogyakarta; 2001

9. Babb, JR. Liffe, AJ. Pocket Reference to Hospital Acquired infection. Science Press
limited, Cleveland Street, London; 1995

10. Pohan, HT. Current Diagnosis and Treatment in Internal Medicine. Pusat Informasi dan
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta;2004

11. Wenzel. Infection control in the hospital,in International society for infectious diseases,
second ed,Boston; 2002

Anda mungkin juga menyukai