STROKE HEMORAGIK
Disusun Oleh:
Maya Safitri
4399814901210061
Menurut Arif Muttaqin, (2008) stroke adalah suatu keadaan yang timbul
(CVD). Stroke Hemoragik adalah pembuluh darah yang pecah sehingga aliran
darah menjadi tidak normal dan darah yang keluar merembes masuk ke dalam
suatu daerah di otak dan merusaknya.Stroke Hemoragik di bagi menjadi dua jenis
jaringan otak, Hemoragik sub arachnoid merupakan perdarahan yang terjadi pada
ruang sub arachnoid (ruang sempit antara permukaan otak lapisan jaringan yang
menutupi otak.
a. Hipertensi
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg dalam jangka
badan berlebih dengan IMT (indeks masa tubuh) lebih besar daripada 27,8
kg/m².
c. Kolesterol
Stoke Hemoragik.
sebagai berikut:
funduskopi.
Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah suatu keadaan dimana individu
tidak mampu membersihkan secret atau obstruksi dari saluran nafas untuk
c. Disfungsi neuromuskuler
d. Benda asing dalam jalan nafas
h. Proses infeksi
i. Respon alergi
otak yang mengakibatkan perdarahan ke dalam ruang jaringan otak atau dibagian
pusat sistem pernafasan. Akibat perdarahan ini terjadi penekanan pada saraf
sel tubuh. Hal ini akan menyebabkan tekanan oksigen kurang dari 50 mmHg
masalah pada bersihan jalan nafas tidak efektif. Maka akan muncul tanda dan
gejala batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi, wheezing
dan atau ronkhi kering, gelisah, sianosis, bunyi nafas menurun, frekuensi nafas
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) tanda dan gejala Bersihan
Objektif
3) Sputum berlebih
Subjektif
1) Dispnea
2) Sulit bicara
3) Ortopnea
Objektif
1) Gelisah
2) Sianosis
(Junaidi, 2011):
1. Pengkajian
jenis yaitu pengkajian screening dan pengkajian mendalam. Kedua pengkajian ini
screening adalah langkah awal pengumpulan data. Fokus pengkajian yang dikaji
a. Biodata
Data Biografi : nama, alamat, umur, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, nama
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama: keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong
terdiri dari keamanan dan proteksi. Pada pasien Stroke Hemoragik dengan
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif termasuk dalam kategori fisiologis dan
a) Objektif : batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi,
2. Diagnosa keperawatan
Menurut (Deswani, 2009) diagnosis keperawatan merupakan proses
menganalisis data subjektif dan objektif yang telah diperoleh pada tahap
pengkajian untuk menegakkan keperawatan. Menurut PPNI, (2016)jenis diagnosa
keperawatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu diagnosis negative dan diagnosis
positif. Diagnosis negatif menunjukan bahwa klien dalam kondisi sakit atau
diagnosis ini terdiri dari diagnosis aktual dan diagnosis risiko. sedangkan
diagnosis positif menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sehat atau optimal,
tanda/gejala. Diagnosa yang diambil adalah Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
batuk, sputum berlebih, mengi, wheezing dan atau ronkhi kering, gelisah, sianosis,
bunyi nafas menurun,frekuensi nafas berubah, pola nafas berubah. Bersihan jalan
nafas tidak efektif terdapat di kategori fisiologis dan masuk subkategori respirasi.
nafas tetap paten. Penyebab terjadinya masalah keperawatan bersihan jalan nafas
tidak efektif adalah spasme jalan nafas, hipersekresi jalan nafas, disfungsi
neuromuskuler, benda asing dalam jalan nafas, adanya jalan nafas buatan, sekresi
yang tertahan, hyperplasia dinding jalan nafas, proses infeksi, respon alergi, efek
agen farmakologi. Tanda dan gejala mayor dari bersihan jalan nafas tidak efektif
secara objektif yaitu batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih,
mengi, wheezing dan atau ronkhi kering. Tanda dan gejala minor bersihan jalan
nafas tidak efektif secara subjektif adalah dyspnea, sulit bicara, dan otopnea,
frekuensi nafas menurun, pola nafas berubah. Kondisi klinis yang terkait dengan
bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu gullian barre syndrome, sclerosis multiple,
myasthenia gravis, prosedur diagnostic, depresi system saraf pusat, cedera kepala,
3. Perencanaan keperawatan
Menurut Potter & Perry, (2010) intervensi adalah kategori perilaku
keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada pasien dan hasil yang
berurutan. Kriteria hasil keperawatan mengacu pada perilaku yang terukur atau
persepsi yang ditunjukan oleh seorang individu, kelompok, atau komunitas yang
Berdasarkan TIM Pokja SLKI DPP PPNI, (2019) dan (Tim Pokja SIKI
DPP PPNI, 2018) intervensi dan kriteria hasil yang dapat dirumuskan pada pasien
stroke hemoragik dengan bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu sebagai berikut :
Table 1
Intervensi Pasien Stroke Hemoragikdengan
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1 2 3
Bersihan Jalan Setelah diberikan a. Manajemen jalan nafas
Nafas Tidak Tindakan keperawatan 1) Observasi
Efektif diharapkan bersihan jalan a) Monitor bunyi nafas
berhubungan napas teratasi, dengan tambahan
dengan sekresi kriteria hasil : b) Monitor sputum
yang tertahan a. Batuk efektif 2) Terapeutik
ditandai dengan meningkat a) Lakukan penghisapan
sputum berlebih. b. Produksi sputum lendir pada jalan nafas
menurun c) Berikan oksigen
c. Mengi dan 3) Edukasi
wheezing a) Anjurkan asupan cairan
menurun 2000 ml/hari, jika tidak
d. Dyspnea kontraindikasi
menurun 4) Kolaborasi
e. Ortopnea a) Kolaborasi pemberian
menurun bronkodilator,
f. Sulit bicara ekspektoran, mukolitik.
menurun b. Pemantauan respirasi
g. Sianosis 1) Observasi
menurun a) Monitor pola nafas
h. Gelisah menurun b) Monitor adanya
i. Frekuensi nafas produksi sputum
membaik 2) Terapeutik
j. Pola nafas a) Atur interval pemantauan
membaik respirasi sesuai kondisi
pasien
b) Dokumentasikan hasil
c) pemantauan
3) Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
b) Informasikan hasil
pemantauan
(sumber : PPNI, (2016),Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2019), Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018)))
4. Implementasi keperawatan
Tahap pelaksanaan merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan
pada pasien dengan bersihan jalan nafas tidak efektif adalah sebagai berikut :
5. Evaluasi keperawatan
Menurut Tarwoto & Wartonah, (2015) evaluasi adalah tahap akhir dari
antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil.
Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama
Batticaca, F.B. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Medika
Andi Ofset
Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi
Price, S.A., dan Wilson, L. M., 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Prosesproses
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus
http://www.innappni.or.id