Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

HIPOPARATIROIDISME

DOSEN PENGAMPU: SRY YULIANTI S.KEP.,NS., M.KEP

DISUSUN OLEH :

KELAS : II A KEPERAWATAN

KELOMPOK V

NAMA :
1. SITI NURULAMALIA 201801043
2. SUKMAWATY 201801044
3. SILVANI 2018010
4. ULAN SARI 201801046

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIDYA NUSANTARA PALU

2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Tuhan


Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongannya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
kesehatan, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelsaikan pembuatan makalah dengan judul “HIPOPARATIROIDISME”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Wasalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

ii
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................2
C. TUJUAN........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
A. Anatomi dan Fisiologi.....................................................................................3
B. Konsep Medis..................................................................................................4
1. Definisi.....................................................................................................4
2. Aspek Epidemiologi.................................................................................4
3. Etiologi ....................................................................................................5
4. Patofisiologi.............................................................................................5
5. Patway......................................................................................................6
6. Manifestasi Klinis....................................................................................7
7. Klasifikasi................................................................................................7
8. Pencegahan..............................................................................................8
9. Penatalaksanaan.......................................................................................8
10. Komplikasi...............................................................................................9
C. Terapi Komplementer....................................................................................9
D. Pencegahan....................................................................................................10
1. Primer.......................................................................................................10
2. Sekunder..................................................................................................10
3. Tersier......................................................................................................10
E. Konsep Keperawatan Secara Teori................................................................10
1. Pengkajian................................................................................................10
2. Diagnosa Keperawatan............................................................................11

iii
3. Intervensi dan rasional.............................................................................11
F. Hasil Penelitian terkait intervensi rasional…………...............................14

BAB III PENUTUP……………………………………………………………….. .15


1. Kesimpulan…………………………………………………………….15
2. Saran……………………………………………………………………15

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hormon Tiroid sangat penting untuk metabolisme energi, nutrisi, dan ion
organik, termogenesis serta merangsang pertumbuhan dan perkembangan
berbagai jaringan, pada periode kritis juga untuk perkembangan susunan
syaraf pusat dan tulang. Hormon ini mempengaruhi beberapa jaringan dan sel
melalui berbagai pola aktivasi genomik dan sintesis protein serta reseptor
yang mempunyai arti penting untuk berbagai aktivitas.
Hormon Tiroid berpotensiasi dengan katekolamin (efek yang menonjol
adalah hipertiroidisme), dan berefek pada pertumbuhan somatik dan tulang di
perantai oleh stimulasi sintesis dan kerja hormon pertumbuhan dan IGF.
Disfungsi Tiroid pada masa bayi dan anak dapat berakibat kelainan metabolik
yang diturunkan pada dewasa, berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan, karena maturasi jaringan dan organ atau jaringan spesifik
yang merupakan pengatur perkembangan bergantung pada efek hormon tiroid,
sehingga konsekuensi klinik disfungsi tiroid bergantung pada usia mulai
timbulnya pada masa bayi dan anak. Pada saat terjadi hipotiroidisme pada
janin atau bayi baru lahir dan tidak di obati, dapat menyebabkan kelainan
intelektual dan atau fungsi neurologi yang menetap, ini menunjukkan betapa
pentingnya peran hormon tiroid dalam perkembangan otak saat masa tersebut.
Setelah usia 3 tahun, sebagian besar perkembangan otak yang tergantung
hormon tiroid sudah lengkap, hipotiroidisme pada saat ini mengakibatkan
pertumbuhan lambat dan keterlambatan maserasi tulang, biasanya tidak
menetap dan tidak berpengaruh pada perkembangan kongnitif dan neurologi,
sehingga perlu dilakukan skrinning untuk deteksi dan terapi dini.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan definisi Hipoparatiroidisme
2. Menjelaskan aspek epidemiologi Hipoparatiroidisme
3. Menjelaskan penyebab Hipoparatiroidisme
4. Menjelaskan patofisiologi Hipoparatiroidisme
5. Menjelaskan manifestasi klinik Hipoparatiroidisme
6. Menjelaskan klasifikasi Hipoparatiroidisme
7. Menjelaskan pencegahan Hipoparatiroidisme
8. Menjelaskan cara pengobatan Hipoparatiroidisme
C. TUJUAN
1. Mengetahui Definisi dari hipotiroid
2. Mengetahui Aspek epidemiologi Hipoparatiroidisme
3. Mengetahui Penyebab Hipoparatiroidisme
4. Mengetahui Patofisiologi Hipoparatiroidisme
5. Mengetahui Manifestasi klinik Hipoparatiroidisme
6. Mengetahui Klasifikasi Hipoparatiroidisme
7. Mengetahui Pencegahan Hipoparatiroidisme
8. Mengetahui Cara pengobatan Hipoparatiroidisme

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI

1. Anatomi
Kelnjar paratiroid tumbuh dari jaringan endoderm. Yaitu sulcus
pharyngeus ketiga dan keempat. Kelenjar paratiroid yang berasal dari
sulcus pharyngeus keempat cenderung bersatu dengan kutub atas
kelenjar tiroid yang membentuk kelnjar paratiroid dibagian kranial.
Kelenjar yang berasal dari sulcus pharyngeus ketiga merupakan
kelenjar paratiroid bagian kaudal, yang kadang menyatu dengan kutub
bawah tiroid.
Fisiologi
Kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid ( paratiroid
hormone, PTH ) yang bersama-sama dengan vit D3, dan kalsitonin
mengatur kadar kalsium dalam darah. Sintesis PTH dikendalikan oleh
kadar kalsium plasma, yaitu dihmabat sintesisnya bila kadar kalsium
tinggi dan dirangsang bila kadar kalsium rendah.

3
B. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Hipoparatiroidisme adalah kekurangan hormon tiroid yaitu
hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar tiroid. Hipotiroidisme
(miksedema) adalah sindroma klinik yang terjadi akibat kadar T3 dan
T4 dalam sirkulasi tidak adekuat. Laju metabolisme akan menurunkan
dan mukopolisakarida tertimbun dalam jaringan ikat dermis sehingga
tampak gambaran wajah miksedema yang khas. Bila terjadi
hipoparatiodisme pada anak bayi yang baru lahir, dan akan
menimbulkan kegagalan pertumbuhan fisik dan metal, yang sering
bersifat ireversibel; keadaan ini disebut kretinisme. Kretinisme dapat
timbul endemik pada suatu daerah geografi yang dietnya kekurangan
iodium yang berguna untuk sintesis hormon tiroid. (bartalena, 2011).

2. Epidemiologi
Perbandingan pria dengan wanita adalah 6 : 1 pada
hipotiroidisme primer. Pravelenakaninya 1-15% dan insidensinya
2/1000. Paling sering ditemukan pada usia menimbulkan kegagalan
mengahan ke atas dan sering berhubungan dengan riwayat penyakit
autoimun pada keluarga.
Hipotiroidisme kongenital menimpa sekitar 1 per 4000 bayi
baru lahir. Karena konsekuensi dari kondisi ini mudah dapat dicegah
oleh pemberian oral T4, skrinning neonatal untuk hipotiroidisme
kongenital secara rutin dilakukan banyak di belahan dunia.
Sejak pembenukan program berskala nasional skrining neonates
untuk hipotiroidisme kongenital,berjuta neonatus telah diskrening.
Pervalensi hipotiroidisme kongenital telah di temukan adalah 1 dalam
4000 bayi di seluruh dunia, lebih rendah pada Negro Amerika Serikat
(1 dalam 20.000) dan lebih tinggi pada keturunan spanyol (hispatik)
dan Amerika Asli (1 dalam 2000).

4
3. Etiologi
Kegagalan tiroid dapat disebabkan oleh penyakit pada kelenjar
tiroid (hipotiroidisme primer), kelenjar hipofisis (hipotiroidisme
sekunder), atau hipotalamus (hipotiroidisme tersier). Hipotiroidisme
sering terjadi dan di Eropa/Amerika biasanya merupakan akibat dri
penyakit auto imun terapi radio-iodin untuk hipotiroidisme sebeumnya
(50% menjadi hipotiroid dalam 10 tahun). Diseluruh dunia penyebab
paling sering adalah difisiendi iodin. Walaupun hipotiroid dapat
bersifat kongenital, penyebab-penyebab penting pada orang dewasa
adalah :
a. Autoimun : ada 2 bentuk tiroiditis autoimun yang mudah dapat
dibedakan melalui adanya stauma (atrofik) pada keduanya dapat
ditemukan auto antibodi. Anggota keluarga yang mungkin
addison, anemia pernisiosa, atau diabetes. Terkadang tiroiditis
hashimoto menimbulkan nyeri pada fase akut dan lebih jarang lagi,
menyebabkan hipotiroidisme sementara.
b. Pascaterapi tirotoksikosis : radio-iodin,operasi,obat-obatan
antitiroid.
c. Difsiensi iodin : strauma endemik (misalnya leher Derby-shire)
adalah penyebab paling hipotiroidisme.
d. Kelebihan iodin : kelebihan yang kronis (misalnya ekspektoran
atau amiodaron) dapat menyebabkan hipotiroidisme.

4. Patofisiologi
Gejala hipoparatiroidisme disebabkan oleh defisiensi
parathormon yang mengakibatkan kenaikan kadar fosfat darah
(hiperfosfatemia) dan penurunan konsentrasi kalsium darah
(hiperfosfatemia). Tanpa adanya parathormon akan terjadi penurunan
absorpsi intestinal kalsiun dari makanan dan penurunan resorpsi
intestinal kalsium dari makanan dan penurunan resorpsi kalsium dari

5
tulang dan sepanjang tubulus renalis. Penurunan ekskresi fosfat
melalui ginjal menyebabkan hipofosfaturia, dan kadar kalsium serum
yang rendh mengakibatkan hipokalsiuria.

5. Patway
Defisiensi parathormon

Peningkatan kadar fosfat darah dan penurunan konsentrasi Ca darah

Iritabilitas sistem neuromuskuler

Tetanus kejang

Resiko cedera

laten nyata

Ektremitas kaku

Intoleransi
aktivitas Bronkospasme disfagia

Gangguan Gangguan
pola nafas pola nutrisi

6
6. Manifestasi klinis
a. Adanya chvostek’s sign yaitu adanya spasme pada otot muka,
kram pada satu sisi karena hiperiritabilitas pada saraf fecial.
b. Adanya trousseau’s sign, yaitu adanya spasme karpal pada jari-jari
tangan setelah dilakukan pemendungan tekanan darah pada lengan
selama tiga menit.
c. Kesemutan pada bibir dan tangan (kerena kejang otot dan saraf
yang terlalu aktif)
d. Otot kejang,dan nyeri di wajah, kaki.
e. Rambut kering, kaku rapuh, kulit kering, dan anamel gigi
melemah.
f. Abdomen nyeri, nyeri otot, sakit kepala terus-menerus
g. Tetany (kejang otot) trakea/pangkal tenggorokan , menyebabkan
kesulitan bernapas
h. Kejang

7. Klasifikasi
a. Hipoparatiroid neonatal
Hipoparatiroid neonatal dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan
oleh ibu yang sedang menderita hiperparatiroid. Aktivitas
paratiroid fetus sewaktu dalam uterus ditekan oleh maternal
hiperkalsemia.
b. Simpel idiopatik hipoparatiroid
Gangguan ini dapat ditemukan pada anak-anak atau orang
dewasa. Terjadinya sebagai akibat pengaruh autoimun yang ada
hubungannya dengan antibodi terhadap paratiroid, ovarium,
jaringan lambung dan adrenal. Timbulnya gangguan ini dapat
disebabkan karena menderita hipoadrenalisme, hipotiroidisme,
diabetes melitus, anemia pernisiosa, kegagalan ovarium primer,
hepatitis, alopesia dan kandidiasis.

7
c. Hipotiroid pasca bedah
Kelainan ini terjadi sebagai akibat operasi kelenjar tiroid, atau
paratiroid atau sesudah operasi radikal karsinoma faring atau
esofagus. Kerusakan yang terjadi sewaktu operasi tiroid, biasanya
sebagai akibat putusnya aliran darah untuk kelenjar paratiroidisme
karena pengikatan arteri tiroid inferior. Hipoparatiroid yang terjadi
bersifat sementara atau permanen. Karena itu kadar kalsium serum
harus di periksa sesudah melakukan operasi-operasi tersebut, tiga
bulan kemudian dan sewaktu-waktu bila ada kelainan klinis
walaupun tak khas yang menjurus pada diagnosis hipoparatiroid.

8. Pencegahan
a. Konsultasi dengan dokter jika akan menjalani pembedahan di area
leher.
b. Hindari atau batasi minuman beralkohol dan bersoda.
c. Makan makanan bergizi dan seimbang
d. Menjaga kadar gula darah bagi pengidap diabetes
e. Menjaga kondisi kehamilan agar tetap sehat

9. Penatalaksanaan
a. Diet tinggi kalsium dan rendah fosfat, misalnya susu dan kuning
telur, tetapi jenis makanan ini harus dibatasi karena selain tinggi
kalsium juga mengandung fosfat yang tinggi
b. Trakeostomi, karena adanya sumbatan jalan nafas
c. Pemberian obat-obatan
1) Vitamin D seperti dihydrotachysterol, ergocalciferol, cholecalcit
erol.
2) Tablet oral garam kalsium seperti calcium gluconate, aluminum
hydroxide gel atau aluminum carbonate.

8
3) Pemberian preparat hormone parenteral untuk mengatasi
hipoparatirodisme akut disertai tetani.
10. Komplikasi
a. Penurunan kesadaran disertai kejang.
b. Otot yang tegang pada tungkai,otot wajah, tenggorokan, atau
lengan. Saat otot yang tegang adalah ditenggorokan, maka dapat
mengakibatkan gangguan pernapasan.
c. Cacat yang berdampak pada bentuk, enamel, dan akar gigi.
d. Gangguan ginjal.
e. Aritmia hingga gagal jantung.
f. Kesemutan di area bibir,lidah, jari tangan, dan kaki.

Komplikasi yang lebih serius dan sulit diobati sehingga perlu


diwaspadai:
1) Katarak.
2) Penumpukan kalsium di otak dapat memengaruhi keseimbangan
tubuh dan memicu kejang.
3) Terhambatnya perkembangan mental dan pertumbuhan fisik
(bertubuh pendek) pada anak-anak.

C. TERAPI KOMPLEMENTER
Mengatur pola makan yang kaya akan kalsium dan rendah kandungan
fosfat atau fosfor seperti makanan yang kaya akan kalsium adalah sayuran
berdaun hijau dan sereal.
Contohnya: bayam hijau, brokoli, susu, yogurt, dan kacang almond.

9
D. PECEGAHAN
1. Primer
Pencegahan primer adalah tahap awal dari ketiga tahap pencegahan
suatu penyakit. Pada tahap ini dilakukan penyuluhan dan proteksi
spesifik untuk mengendalikan penyakit yang bersangkutan.

2. Sekunder
Pencegahan ini merupakan upaya manusia untu mencegah orang yang
sakit agar sembut, menghambat progresifitas penyakit,
menghindarkan komplikasi dan mengurangi ketidakmampuan.
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara mendeteksi
penyakit secara dini dan pengadaan pengobatan yang cepat dan tepat.
3. Tersier
Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan
mengadakan rehabailitas.

E. KONSEP KEPERAWATAN SECARA TEORI


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama , Umur, Jenis kelamin, Alamat, Pekerjaan , Pendidikan,
Nomor Register, Suku/Bangsa, Tanggal MRS.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : klien biasanya mengeluh merasa lelah, tidak
tahan dingin,haid yang deras, keringat berkurang, kulit terasa
kering dan dingin, suara paru, edema pada kelopak mata bawah.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang.
3) Riwayat Penyakit Dahulu.
4) Riwayat Kesehatan keluarga.
c. Pemeriksaan Fisik

10
1) B1 (Breathing): amati bunyi suara nafas. Pada klien
hipoparatiroid biasanya terdengar suara stridor, suara serak.
2) B2 (Blood): amati adanya disritmia jantung, sianosis, palpitasi.
3) B3 (Brain): amati adanya parestesis pada bibir, lidah, jari-jari,
kaki. Kesemutan, tremor, hiperefleksia, labilitas
emosional, peka rangsang, ansietas, perubahan
dalam tingkat kesadaran, kejang.
4) B4 (Bladder): pembentukan kalkuli pada ginjal.
5) B5 (Bowel): mual, muntah, nyeri abdomen.
6) B6 (Bone): amati tanda fisik seperti rambut tipis, pertumbuhan
kuku buruk yang deformitas dan gampang patah,
kulit kering. Amati apakah ada kelainan bentuk
tulang.
7) B7 (Endokrin): penurunan sekresi prathormon dari jumlah
normal.
d. Pemeriksaan diagnostik, termasuk:
1) Pemeriksaan kadar kalsium serum dan fosfat
2) Pemeriksaan radiologi
3) Pemeriksaan EKG

2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot pernafasan
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ktidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien.
3) Intoleransi aktivitas b.d kekakuan ektremitas, imobolitas
4) Resiko cedera b.d kejang

3. Intervensi keperawatan
a. Dx: ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot pernafasan
Intervensi:

11
1) Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernafasan
auskultasi suara nafas.
2) Bimbing pasien menggunakan teknik nafas dalam untuk
mengoptimalkan pernafasan
3) Informasikan pada pasien dan keluarga pasien bahwa tidak
boleh merokok dalam ruangan.
4) Kolaborasi dalam pemberian bronkodilator
Rasional
1) Untuk mengetauhi penunan/tidak adanya ventilasi dan adanya
suara nafas tambahan.
2) Agar pernafasan asien terkontrol dan optimal.
3) Untuk mengoptimalkan oksigen dalam ruangan.
4) Untuk melebarkan jalan nafas.
b. Dx: ketidakseimbangan nutrisi b.d ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nurien.
Intervensi:
1) Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
ketauhi makanan kesukaan pasien.
2) Berikan pasien minuman dan kudapan bergizi, tinggi protein,
tinggi kalori yang siap di konsumsi.
3) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya.
4) Kolaborasi dalam menentuka makanan yang tepat sebagai
program diet.

Rasional:

1) Untuk mengetauhi kandungan nutrisi dalam perawatan.


2) Untuk memenuhi nutrisi klien.
3) Agar pasien dan keluarga pasien mengerti dengan kebutuhan
nutrisi pasien.

12
4) Untuk mendukung proses perawatan.

c. Dx: intoleransi aktivitas b.d kekakuan ekstremitas, imobiltas


Intervensi:
1) Pantau respon emosi, fisik, social, dan spritual dalam aktivitas.
2) Bantu memilih aktvitas yang sesuai dengan kemampuannya.
3) Ajarkan tentang pengaturan akvitas dan teknik manajemen
waktu.
4) Kolaborasi dengan ahli terapi fisik.

Rasional:

1) Untuk mengetauhi respon klien terhadap aktivitas.


2) Untuk menghindari kelelahan.
3) Untuk menghindari kelelahan.
4) Untuk latihan ketahanan.
d. Dx: resiko cedera b.d kejang
Intervensi:
1) Pantau lingkungan dan manipulasi lingkungan fisik
2) Awasi pasien terhadap tidakan yang membahayakan.
3) Berikan edukasi yang berhubungan dengan strategi dan
tindakan.
4) Kolaborasi dengan kelas pendidikan dalam komunitas

Rasional:

1) Untuk memfasilitasi keamanan pasien.


2) Untuk menghindari cedera.
3) Untuk menghindari cedera.
4) Untuk mendukung perawatan.

13
F. EBP/ HASIL PENELITIAN TERKAIT INRVENSI KEPERAWATAN
Hasil analisis terhadap kadar kalsium darah dari 30 responden diperoleh
17% responden memili kadar kalsium darah rendah dan sebagian besar
adalah normal yaitu sebanyak 83% responden. Hasil ini disebabkan karena
keadaan responden yang tidak memiliki riwayat penyakit yang dapat
menurunkan kadar kalsium darah seperti kelainan ginjal dan
hipoparatiroidisme. Apabila ginjal berfungsi dengan baik maka proses
penyaringan dan penyerapan kembali kalsium darah tidak akan terganggu,
begitu pula dengan proses pengeluaran kalsium melalui urine akan
berjalan normal.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hiperparatiroidisme adalah karakter penyakit yang disebabkan kelebihan
sekresi hormone paratiroid, hormon asam amino polipeptida. Salah satu
penanganan pada penderita hiperparatiroidisme yaitu dengan cara
pengangkatan jaringan paratiroid, namun terkadang jaringan yang diangkat
terlalu banyak sehingga menyebabkan hipoparatiroid. Hipoparatiroid adalah
gabungan gejala dari produksi hormon paratiroid yang tidak adekuat. Keadaan
ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering sering disebabkan oleh
kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid
atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid
(secara congenital). Kadang-kadang penyebab spesifik tidak dapat diketahui.
Jadi kedua penyakit diatas memiliki keterkaitan yang dapat saling
mempengaruhi.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA
Bartalena,L.2011. Antithyroid Drugs. Thyroid international
Bollerselv, J., Rejnmark,L.,dkk. 2015. Treatment of chronic
hypoparatirodisme. Society of endokrin clinical guideline, 173:2
Kumar V, Cotran RS SL. 2007. Buku ajar patologi. Vol.2. Jakarta: Penerbit
kedokteran EGC.
T.H. Herdman, S.Kamitsuru.2018-2020. Buku saku diganosa keperawatan :
Diagnosa NANDA, Intervensi Nic, Kriteria hasil, Noc. Penerbit buku
kedokteran.EGC

16

Anda mungkin juga menyukai