Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HIPERTIROIDISME DAN HIPOTIROIDISME

Mata Kuliah : Patologi Klinik

Dosen Pengampu : Guntur Kurniawan, B.Sc., Pharm.D.

Disusun oleh :

1. Andi Fadliah SF20004


2. Dinda Tiara Santoso SF20016
3. Muhammad Hilmy Noor SF20055
4. Sempurna Sari RM SF20097
5. Windy Yuliasari SF20112

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BORNEO LESTARI

BANJARBARU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat ppada waktunya. Adapun judul dari makalah ini
adalah “Hipertiroidisme dan Hipotiroidisme

Adapun maksud dan tujuan kami menyusun Makala ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
potologi klinik. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Guntur Kurniawan,
B.Sc., Pharm.D. selaku dosen mata kuliah Patologi Klinik yang sudah memberikan
kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini

Kami pun menyadari bahwa didalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang akan kami buat dimasa yang akan dating, mengingat tidak tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun

Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh pembaca. Kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Banjarbaru, 4 November 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar belakang........................................................................................................1
B. Rumusan masalah...................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
TINJAUAN TEORITIS.....................................................................................................3
A. PENGERTIAN.......................................................................................................3
1. Hipotiroid............................................................................................................3
2. Hipertiroidisme sekunder....................................................................................7
BAB III..............................................................................................................................9
PENUTUP.........................................................................................................................9
A. KESIMPULAN......................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................10

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hormon tiroid adalah salah satu hormon paling penting dalam tubuh karena
keberadaannya memberi dampak kepada tiap sel dan semua organ. Ada dua hormon
yang diproduksi dan dilepaskan oleh kelenjar tiroid yaitu tiroksin atau T4dan
triiodothyronine atau T3. Karena hormon tiroid memegang peran penting dalam
tubuh, produksi berlebihan maupun terlalu sedikit akan berdampak langsung kepada
tubuh. Kelenjar tiroid dikendalikan oleh hormon penstimulasi tiroid (TSH) yang
dihasilkan oleh pituitari. Beberapa gejala ini dapat muncul jika seseorang memiliki
terlalu banyak hormon tiroid seperti mengalami penurunan berat badan, tremor,
hiperaktif/ gugup, serta rentan sakit. Dan jika jumlah hormon tiroid yang terlalu
sedikit akan menimbulkan beberapa gejala seperti mudah lelah, detaak jantung lebih
lambat dan tidak bertenaga/gampang kehilangan energi.
Di Indonesia kejadian hipertiroid berkisar 44%-48% dari seluruh kelainan
kelenjar tiroid yang ditemui dan diperkirakan terdapat 12juta kasus hipertiroid. Hasil
pemeriksaan TSH pada Riskesdas 2007 mendapatkan 12,8% laki-laki dan 14,7%
perempuan memiliki kadar TSH rendah yang menunjukan kecurigaan adanya
hipertiroid. Wanita adalah penderita terbanyak yang mengalami masalah yang
ditimbulkan oleh gangguan tiroid. Dalam menghadapi hal tersebut, sebagai perawat
kita dapat mengaplikasikan peran promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif seperti
promotif yakni memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
penyakit hiper dan hipotiroid. Untuk peran preventif yakni memberikan informasi
kepada klien dan keluarga tentang upaya-upaya dalam mencegah hiper dan hipotiroid.
Kuratif yakni melakukan tindakan kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk
memberikan pelayanan kesehatan sebagai upaya penyembuhan dan rehabilitatif yakni
mengajarkan dan menganjurkan kepada klien dan keluarga tentang hal-hal yang dapat
mempercepat proses pemulihan klien.

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi hipertiroid dan hipotiroid?

1
2. Apa Etiologi hipertiroid dan hipotiroid?
3. Apa Manifestasi klinis hipertiroid dan hipotiroid?
4. Apa Patogenesis hipertiroid dan hipotiroid?

BAB II

2
TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN
1. Hipotiroid
Hipotiroidisme artinya kekurangan hormon tiroid, yaitu hormon yang
dikeluarkan oleh kelenjar tiroid atau kelenjar gondok. Kekurangan hormon ini
menimbulkan penurunan laju metabolisme tubuh dan penurunan glikosa minoglikan
di intersisial terutama di kulit dan di otot. Hipotiroidisme (miksedema) merupakan
sindroma klinik yang terjadi akibat kadar T3 dan T4 dalam sirkulasi tidak adekuat.
Apabila hipotiroidisme terjadi pada anak bayi yang baru lahir, akan menimbulkan
kegagalan pertumbuhan fisik dan mental, yang sering bersifat ireversibel, keadan ini
disebut kretinisme.
Hormon tiroid dapat memepengaruhi semua jaringan tubuh, sehingga
gejalanya bermacam-macam. Kelainan patologi yang paling khas ialah penumpukan
glikoaminoglikan-kebanyakan asam hialuronat-pada jaringan interstisial. Penumpukan
zat hidrofilik dan peningkatan permeabilitas kapiler pada albumin ini bertanggung
jawab terhadap terjadinya edema interstisial yang paling jelas pada kulit, otot jantung
dan otot bergaris. Penumpukan ini tidak berhubungan dengan sintesis berlebihan tapi
berhubungan dengan penurunan destruksi glikoaminoglika.
a. Etiologi
Hipertiroidisme dapat disebabkan oleh disfungsi tiroid, kelenjar pituitari, atau
hipotalamus. Peningkatan TSH akibat disfungsi tiroid akan disertai dengan
penurunan TSH dan TR9 karena adanya umpan balik negatif dari pelepasan TH
keduanya. Hipertiroidisme yang disebabkan oleh disfungsi hipofisis
memberikan gambaran.
Kegagalan tiroid dapat disebabkan oleh:
1. penyakit pada kelenjer tiroid (hipotiroidisme primer)
2. kelenjer hipofisis (hipotiroidisme sekunder)
3. hipotalamus (hipotiroidisme tersier)
4. difisiendi iodin (paling sering)

Penyebab-penyebab penting pada orang dewasa adalah:


1. Autoimun

3
2. pascaterapi tirotoksikosis: radio-iodin, operasi, obat-obatan antitiroid.
3. Difisiensi iodin: strauma endemik (misalnya leher Derby-shire) adalah
penyebab paling hipotiroidisme paling umum diseluruh dunia.
4. Kelebihan iodin: kelebihan yang kronis (misalnya ekspektoran atau
amiodaron) dapat menyebabkan hipotiroidisme.

b. Manifestasi
1. Koma miksedema
Koma miksedema adalah stadium akhir dari hipotiroidisme yang tidak
diobati. Ditandai oleh kelemahan progresif, stupor, hipotermia, hipoventilasi,
hipoglisemia, hiponatremia, intoksikasi air, syok dan meninggal.
2. Hipotiroidisme dan Penyakit Neuropsikiatrik
Hipotiroidisme sering disertai depresi, yang mungkin cukup parah. Lebih
jarang lagi, pasien dapat mengalami kebingungan, paranoid, atau bahkan
maniak ("myxedema madness").

1. Hipertiroid
Hipertiroidisme adalah peningkatan produksi dan sekresi hormon tiroid oleh
kelenjar tiroid, dimana peningkatan hormon tiroid melebihi kebutuhan tubuh.
Kelebihan hormon tiroid ini terkait dengan serangkaian hasil fisiologis dan
biokimiawi yang ditemukan ketika jaringan menyediakan kelebihan hormon
tiroid.
Pada penyakit Graves T disensitisasi terhadap anti gen dalam kelenjar teroid
dan merangsasng limfosit B untuk mensintesis antibodi terhadap tempat reseptor
TSH pada membran sel teroid dan memiliki kemampuan untuk merangsang sel
teroid dalam hal peningkatan pertumbuhan dan fungsi (TSH-R AB).
Adanya antibodi dalam darah berkolerasi positif dengan penyakit aktif dan
kekambuhan penyakit. Ada predisposisi yang mendasari, namun tidak jelas apa
yang mencetuskan episode akut ini. Beberapa faktor yang mendorong respons
imun pada penyakit Graves adalah :
1. Kehamilan, khususnya masa nifas

4
2. Kelebihan iodida, khususnya di daerah defisiensi iodida, di mana
kekurangan iodida dapat menutupi penyakit Graves laten pada saat
pemeriksaan
3. Terapi litium, mungkin melalui perubahan responsivitas imun
4. Infeksi bakterial atau viral
5. Penghentian glukokortikoid

Sitikon yang berasal dari limfosit tersentitasi ini dapat meneyebabkan


peradangan fibroblas orbita dan miositis orbita, mengakibatkan pembengkakan
otot-otot orbita, kongesti, dan edema konjungtiva dan periorbita. Patogenesis
dermopita teriod (miksedema pretibial) dan imflamasi subperiosteal yang jarang
pada jari-jari tangan dan kaki,osteopati tiroid mungkin saja melibatkan stimulasi
sitokin llimposit dari fibroblas pada tempat-tempat ini.
a. Etiologi
Hipertiroidisme dapat disebabkan oleh disfungsi tiroid, kelenjar
pituitari, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat disfungsi tiroid akan
disertai dengan penurunan TSH dan TR9 karena adanya umpan balik
negatif dari pelepasan TH keduanya.
Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar
TH dan TSH yang tinggi. TR9 akan rendah karena umpan balik negatif
dari TH dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan
memperlihatkanTH yang tinggi disertai TSH dan TRH yang
berlebihan.'eberapa penyakit yang menyebabkan hipertiroid yaitu:
1. Penyakit Grava
Grave’s disease merupakan kelainan autoimun dimana sistem imun
membentuk suatu antibody yang disebut tyroid stimulating
immunoglobulin. Antibodi immunoglobulin G dapat merangsang
reseptor THS dan mengaktivasi enzim adenilat siklase sehingga
meningkatkan pembentukan dan pelepasan T3 dan T4.
2. Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang membentuk biji
padat, bisa satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid,

5
sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga
memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
3. Inflamasi dari Kelenjar Tiroid atau Tiroiditis
Tiroiditis tidak menyebabkan peningkatan produksi hormon
oleh kelenjar tiroid, namun menyebabkan kebocoran penyimpanan
hormon tiroid sehingga keluar dari kelenjar dan meningkatkan
kadar hormon tiroid didalam darah. Tiroiditis umumnya tidak
memberikan rasa nyeri, adapun tiroiditis yang menimbulkan rasa
nyeri (tiroiditis subakut) disebabkan oleh invasi virus atau
parenkim tiroid.
4. Asupan Iodine yang Berlebihan
Iodine digunakan kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon
tiroid, sehingga konsumsi iodin akan mempengaruhi jumlah
hormon tiroid yang dihasilkan. Beberapa obat yang mengandung
iodine dalam jumlah relatif banyak, diantaranya amiodarone yang
digunakan sebagai terapi penyakit jantung dan beberapa jenis sirup
obat batuk.
5. Struma
Struma adalah pembengkakan pada leher karena pembesaran
kelenjar tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh
kelebihan iodium yang dibutuhkan untuk produksi hormon tiroid.
Pada struma dapat terjadi hipertiroid, hipotirood dan eutiroid.
6. Pengobatan dengan Hormon Tiroid Sintetik
Pada pasien hipotiroid yang memakai hormon tiroid sintetik
berlebih dapat menyebabkan terjadinya hipertiroiod. Oleh karena
itu, dibutuhkan monitoring kadar tiroid paling tidak sekali dalam
satu tahun. Beberapa obat juga dapat bereaksi dengan tiroid sintetik
sehingga kadar tiroid dalam darah meningkat.
2. Hipertiroidisme sekunder
Hipertiroidisme sekunder disebabkan oleh tumor hipofisa. Tumor tersebut
menghasilkan terlalu banyak TSH, sehingga menghasilkan hormon tiroid yang
berlebih. Wanita dengan mola hidatidosa (hamil anggur) juga bisa menderita

6
hipertiroidisme karena perangsangan terhadap kelenjar tiroid akibat kadar HCG
(Human Chorionic Gonadotropin) yang tinggi dalam darah. Jika mehamilan
anggur berakhir dan HCG tidak ditemukan lagi dalam darah, maka hipertiroidisme
akan menghilang.
A. Patogenesis
Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu
yang menyerupai TSH yaitu antibodi immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid
Stimulating Immunoglobulin). TSI berikatan dengan reseptor yang mengikat TSI. Hal
tersebut merangsang aktivitas CAMP dalam sel sehingga terjadi hipertiroidisme.
Karena itu pada pasien hipertiroidisme konsentrasi TSI meningkat. TSI mempunyai
efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda
dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid
yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar
hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid dipaksa mensekresikan hormon hingga
diluar batas sehingga sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis yang
terjadi diantaraya pasien sering berkeringat akibat peningkatan laju metabolisme
tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini,
terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan
sinaps saraf yang mengandung tonus otot menyebabkan terjadinya tremor otot halus
dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita penderita mengalami
gemetar tangan yang abnormal. Eksopthalamus yang terjadi merupakan reaksi
inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periobrital dan otot-otot
ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.

B. Manifestasi
1. Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol benjol keluar
2. Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung.
3. Stromatiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami demam
tinggi, takikardia berat, derilium, dehidrasi, dan iritabilitas ekstrim.

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hipertiroidisme merupakan keadaan atau sindrom klinis karena adanya
kelainan-kelainan atau perubahan-perubahan fisiologi dan biokimia yang kompleks
dari jaringan, sebagai alat kenaikan kadar hormone tiroid dalam sirkulasi. (firdaus,
2009). Sedangkan hipotiroidisme adalah suatu keadaan klinis yang diakibatkan karena
kekurangan hormon tiroid apapun sebabnya dan berdampak pada perlambatan semua
proses metabolisme. Disfungsi tiroid yang disebabkan oleh kegagalan kelenjar

8
hipofisis dan hipotalamus disebut hipotiroidisme sentral. (Aini, 2016). Penyebab dari
hipertiroid bisa disebabkan oleh herediter, toksik adenoma,tumor kelenjar hipofise,
tiroiditis sub akut, kanker tiroid, terapi hormon tiroid berlebihan. Sedangkan pada
hipotiroid penyebabnya adalah tiroiditis hashimoto/tiroiditis autoimun, penyebab
kedua tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroid, gondok/goiter/struma, dan
terapi karsinoma tiroid.
Pada klien dengan hipertiroid akan muncul tanda dan gejalanya yaitu keringat
berlebihan, ketidaktoleran panas, pergerakan-pergerakan usus besar yang meningkat,
gemeteran, kegelisahan, agitasi, denyut jantung yang cepat, kehilangan berat badan,
kelelahan, konsentrasi yang berkurang, dan pada klien dengan hipotiroid akan muncul
tanda dan gejalanya seperti kulit kering, pecah-pecah, bersisik, dan menebal,
pembengkakan tangan, mata, dan wajah, rambut rontok, kering, dan pertumbuhannya
buruk, kejang otot dan kaku, dan pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti
amenore.

DAFTAR PUSTAKA

Magner JA : Thyroid stimulating homone: biosynthesis, cell biology and bioactivity


Endocr Rev 1990; 11:354

Sukandar, E.Y.,R. Amdrajati, J.I. Sigit, I.K.Adnyana, dan A.A.P.Setiadi. 2008. ISO
Farmakoterapi Jakarta : ISFI Penerbitan.

Bartalena, L. 2011. Antithyroid Drugs. Thyroid International 2, 3–15.

Anda mungkin juga menyukai