Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

S DENGAN INDIKASI
HIPERTIROID DI LANTAI IIB RSUD ROYAL PRIMA

DOSEN PENGAMPU :
Eva Latifah Nurhayati, SKM., S.Kep., M.Kes.

NAMA KELOMPOK 5 :
1. Yeyen Ling Ling 213302040033
2. Sofia A. Simanullang 213302040109
3. Cheriza Addara 213302040059
4. Noniatri Ziliwu 2133020400242

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa
sebagai sang Pencipta dan Pemelihara alam semesta ini sehingga kami diberi
kesempatan dapat menyelesaikan makalah ini.

Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas praktisi
mengajar Keperawatan Medikal Bedah II yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pada Ny.S Dengan Indikasi Hipertiroid Di Lantai IIB Rsud Royal Prima”. Kita
harapkan dengan dibuatnya makalah ini akan menjadi acuan untuk mendukung
proses pembelajaran khususnya pada Praktisi mengajar Keperawatan Medikal
Bedah II.

Kami menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam makalah ini


baik dari penulisan maupun pembahasan materi, untuk itu besar harapan kami
akan saran, kritikan atau pun masukan yang bersifat membangun untuk
mendukung perbaikan makalah ini.

Akhirnya, kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Pengajar yaitu Ibu Eva
Latifah Nurhayati, SKM., S.Kep., M.Kes. yang telah member arahan untuk
membuat makalah ini.

Kami ucapkan terimakasih dan semoga makalah yang kami kerjakan ini
dapat bermanfaat.

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................I

DAFTAR ISI..........................................................................................................II

BAB I.......................................................................................................................1

TINJAUAN TEORISTIS MEDIS........................................................................1

1.1 DEFINISI......................................................................................................1
1.2 ETIOLOGI....................................................................................................1
1.3ANATOMI DAN FISIOLOGI.....................................................................3
1.4TANDA DAN GEJALA................................................................................4
1.5 PATOFISIOLOGI........................................................................................5
1.6 PENATALAKSANAAN..............................................................................7
1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................8
1.8 KOMPLIKASI..............................................................................................9
BAB II...................................................................................................................10

TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN......................................................10

2.1. PENGKAJIAN...........................................................................................10
2.2. KONSEP DIAGNOSA KEPERAWATAN.............................................11
BAB III..................................................................................................................18

STUDY KASUS....................................................................................................18

3.1 PENGKAJIAN............................................................................................18
3.2 ANALISA DATA........................................................................................25
3.3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN...............................................27
3.4 EVALUASI.................................................................................................32
3.5 PENUTUP...................................................................................................33
A.KESIMPULAN.............................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34

ii
iii
BAB I
TINJAUAN TEORISTIS MEDIS
1.1 Definisi
Hipertiroidisme adalah gangguan endokrin kedua yang paling umum, dan
penyakit Graves adalah jenis yang paling umum. Itu hasil dari produksi hormon
tiroid yang berlebihan akibat stimulasi kelenjar tiroid yang abnormal oleh
imunoglobulin yang bersirkulasi. Gangguan tersebut mempengaruhi wanita
delapan kali lebih sering daripada pria dan memuncak antara yang kedua dan
keempat puluhan tahun hidup. Ini mungkin muncul setelah kejutan emosional,
stres, atau infeksi, tetapi signifikansi yang tepat dari hubungan ini tidak dipahami.
Penyebab umum lainnya termasuk tiroiditis H dan konsumsi berlebihan hormon
tiroid(misalnya, dari pengobatan hipotiroidisme).

1.2 Etiologi
Pada Grave’s disease, stimulator hormon tiroid meningkat karena adanya
autoantibodi. Hipertiroid juga bisa disebabkan oleh sekresi thyroid stimulating
hormone (TSH) yang berlebihan, misalnya pada TSH-secreting pituitary
adenoma.
Selain itu, beberapa sindrom genetik telah dihubungkan dengan
hipertiroid, terutama penyakit tiroid autoimun. McCune-Albright syndrome
disebabkan mutasi pada gen GNAS yang mengkode stimulus subunit G-protein
alfa. Salah satu manifestasi dari sindrom ini adalah hipertiroid.
Beberapa gangguan fungsi tiroid lain juga ditemukan berkaitan dengan
mutasi gen TSHR, sebuah gen yang mengkode protein reseptor TSH. Gangguan
fungsi tiroid yang dimaksud antara lain familial gestational hyperthyroidism dan
toxic thyroid adenoma with somatic mutation
Beberapa penyakit yang disebabkan Hipertiroid yaitu :
a. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan
penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya
turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya

1
adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam
peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
b. Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa
satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji
itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang
berlebihan. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan Keadaan demikian
tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter
yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula
orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga
timbul efek samping.
c. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan,
sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
d. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis
pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3
bulan kemudian keluar gejala hipotiroid.
e. Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini
biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan
kelenjar tiroid.

2
1.3 Anatomi dan Fisiologi

Sumber: Etiology Discovering Life. 1991

1.3.1 Anatomi Kelenjar Thyroid


Kelenjar thyroid terletak di depan trakhea dan di bawah laryng yang terdiri
atas dua lobus yang terletak disebelah dan kiri trakhea dan diikat bersama oleh
secarik jaringan disebut istmus yang melintasi pada cincin tulang trakhea dua dan
tiga. Struktur thyroid terdiri atas sejumlah besar folikel dilapisi oleh cuboid
epitelium membentuk ruang yang disebut koloid yaitu lumen substansi protein.
Regulasi sekresi hormon tyroid dipengaruhi oleh sistim kerja balik antara kelenjar
hipofisis atau pituitari lobus anterior dan kelenjar thyroid. Lobus anterior hipofisis
mensekresi TSH yang berfungsi meningkatkan iodine, meningkatkan sintesis dan
sekresi hormon thyroid, meningkatkan ukuran kelenjar thyroid. Pada orang
dewasa berat tiroid kira-kira 18 gram. Terdapat dua lobus kanan dan kiri yang
dibatasi oleh isthmus. Masing-masing lobus memiliki ketebalan 2 cm lebar 2,5 cm
dan panjang 4 cm.

3
1.3.2 Fisiologi Kelenjar Tiroid
Fungsi utama kelenjar thyroid adalah memproduksi hormon tiroxin yang
berguna untuk mengontrol metabolisme sel. Dalam produksinya sangat erat
hubungannya dengan proses sintesa tyroglobulin sebagai matrik hormon, yodium
dari luar, thyroid stimuliting hormon dari hipofise.

1.4 Tanda Dan Gejala


Menurut Susan C. Smeltzer (2018), hipertiroidisme memunculkan
sekelompok tanda dan gejala yang khas (tirotoksikosis).
1. Kecemasan (hipereksitabilitas emosional), iritabilitas,
ketakutan;ketidakmampuan untuk duduk diam; palpitasi nadi cepat saat
istirahat dan ketika mengeluarkan tenaga.
2. Toleransi buruk terhadap panas; berkeringat berlebihan; kulit yang memerah
dengan warna salmon yang khas, dan cenderung menjadi hangat, lunak, dan
lembap.
3. Kulit kering dan pruritus menyebar.
4. Tremor halus pada tangan.
5. Eksoftalmos (mata menonjol) pada beberapa pasien.
6. Peningkatan nafsu makan dan asupan diet, penurunan berat badan secara
progresif, keletihan otot yang abnormal, kelemahan, amenorea, dan perubahan
fungsi usus (konstipasi atau diare).
7. Nadi berkisar antara 90 dan 160 kali per menit; tekanan darah sistolik (tetapi
bukan diastolik) meningkat (peningkatan tekanan nadi).
8. Fibrilasi atrial; dekompensasi jantung dalam bentuk gagal jantung kongestif,
terutama pada lansia.
9. Osteoporosis dan fraktur.
10. Efek jantung dapat mencakup takikardia sinus atau disritmia, peningkatan
tekanan nadi, dan palpitasi; hipertrofi miokardium dan gagal jantung dapat
terjadi jika hipertiroidisme berat dan tidak diatasi.
11. Dapat meliputi remisi dan eksaserbasi, diakhiri dengan pemulihan spontan
dalam beberapa bulan atau tahun.

4
12. Dapat terus berlanjut, menyebabkan badan kurus, gugup yang berlebihan,
delirium, disorientasi, dan pada akhirnya gagal jantung.

1.5 Patofisiologi
Patofisiologi hipertiroid dapat melalui berbagai mekanisme, tergantung
penyakit dasarnya. Hipertiroid bisa terjadi melalui mekanisme autoimun yang
menghasilkan autoantibodi terhadap thyroid stimulating hormone receptor
(TSHR-Ab). Autoantibodi ini akan menstimulasi sintesis dan sekresi hormon
tiroid secara berlebihan.
Mekanisme autoimun ini terjadi pada Grave’s disease. Autoantibodi juga
akan bereaksi dengan thyroid derived thyroglobin di mata, yang akan
menyebabkan reaksi inflamasi dan penumpukan cairan sehingga terjadi
eksoftalmus.
Hipertiroid juga bisa terjadi melalui mediasi thyroid stimulating hormone
(TSH) yang berlebihan, misalnya pada TSH-secreting pituitary adenoma atau
melalui human chorionic gonadotropin pada kasus penyakit trofoblastik dan germ
cell tumors. TSH yang berlebihan ini akan menstimulasi sintesis dan sekresi
hormon tiroid secara berlebihan.
Mekanisme lain adalah autonomously hyperfunctioning nodules di
kelenjar tiroid. Nodul kelenjar tiroid secara otonom akan mensintesis hormon
tiroid tanpa dipengaruhi oleh feedback TSH. Mekanisme ini ditemui pada kasus
toksik adenoma dan toksik multinodular goiter

5
1.5.1 Pathway

PATHWAY

Penyakit Graves (Antibody


Tiroiditis
reseptor TSH merangsang
Nodul tiroid toksik
aktivitas tiroid)

Hiperfungsi kelenjar tiroid Sereksi hormone tiroid


yang berlebihan

Infilatrasi limfosit, sel ke


Hipersekresi hormon jaringan orbital mata

Hipertiroidise

Eksoftalmus
Kalsitonin menigkat
Hipermetabolisme
Perubahan status
kesehatan
Ca dalam darah menurun Resiko cedera

Hiperistaltic usus
Kurang terpaparnya
pengetahuan dan
pengobatan yang
sedang dialami
Otot kurang ca
Diare

Ansietas
Kerja otot menurun

Kelemahan otot, fatigue,


tremor Intoleransi aktivitas

1.6 Penatalaksanaan
Penggunaanyodium radioaktif umumnya direkomendasikan untuk
pengobatantirotoksikosis daripada operasi kecuali pembesaran tiroidkelenjar
menekan jalan napas. Tirotoksikosis harus dikontrol dengan obat-obatan sebelum
yodium radioaktif digunakan karenaradiasi dapat memicu badai tiroid, yang
memiliki kematiantingkat 10% pada orang tua. Agen penghambat beta-adrenergik

6
mungkindiindikasikan. Gunakan agen ini dengan sangat hati-hati danmonitor
ketat untuk granulositopenia. Memodifikasi dosis lainobat karena perubahan
tingkat metabolisme pada hipertiroidisme.Manajemen medisPengobatan
diarahkan untuk mengurangi hiperaktivitas tiroid

Yodium Radioaktif

 Di berikan untuk menghancurkan sel-sel tiroid yang terlalu aktif


(kebanyakanpengobatan umum pada orang tua).
 Dikontraindikasikan pada ibu hamil dan menyusui karena radioiodine melewati
plasenta dan disekresikan air susu ibu.

Obat Antitiroid

 Tujuan dari farmakoterapi adalah untuk menghambat hormon sintesis atau


pelepasan dan mengurangi jumlah jaringan tiroid.
 Obat yang paling umum digunakan adalah propiltiourasil (Propacil, PTU) dan
methimazole (Tapazole) sampai pasien adalah eutiroid.
 Dosis pemeliharaan ditetapkan, diikuti dengan penarikan obat secara bertahap
selama beberapa bulan berikutnya.
Terapi Tambahan

 Kalium iodida, larutan Lugol, dan larutan jenuh kalium iodida (SSKI) dapat
ditambahkan.
 Agen beta-adrenergik dapat digunakan untuk mengontrol efek sistem saraf
simpatis yang terjadi pada hipertiroidisme; misalnya, propranolol digunakan
untuk kegugupan, takikardia, tremor, kecemasan, dan intoleransi panas.
Intervensi Bedah

 Intervensi bedah (disediakan untuk keadaan khusus) menghilangkan sekitar


lima per enam jaringan tiroid.
 Pembedahan untuk mengobati hipertiroidisme dilakukan setelah tiroid fungsi
telah kembali normal (4 sampai 6 minggu).

7
 Sebelum operasi, pasien diberikan propylthiouracil sampai tanda-tanda
hipertiroidisme telah menghilang.
 Yodium diresepkan untuk mengurangi ukuran tiroid dan vaskularisasi dan
kehilangan darah. Pasien dipantau dengan hati-hati untuk bukti toksisitas
yodium (pembengkakan mukosa bukal, air liur berlebihan, erupsi kulit).

1.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang Pemeriksaaan laboratorium
a. Serum T3,terjadi peningkatan (N:70-250 mg/dl atau 1,2-3,4 SI unit)
b. Serum T4,tehrjadi peningkatan (N:4-12 mcg/dl atau 51- 154 SI unit)
c. In deks T4 bebas,meningkat (N:0,8-2,4 ng/dl atau 10- 31 SI unit) d. T3RU
meningkat (N:24-34%) e. TRH stimulation test,menurun atau tidak ada respon
TSH f. Tiroid antibodi antiglobulin antibodi (TSH-Rab), terjadi peningkatan
pada penyakit graves

Pemeriksaan penunjang lainnya yaitu :


a. CT Scan tiroid Mengetahui posisi,ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine
radioaktif (RAI) diberikan secara oral kemudian diukur pengambilan iodine
oleh kelenjar tiroid.normalnya tiroid akan mengambil iodine 5-35% dari dosis
yang diberikan setelah 24 jam.pada pasien Hipertiroid akan meningkat.
b. USG,untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah
massa atau nodule.
c. ECG untuk menilai kerja jantung,mengetahui adanya takhikardia,atrial fibrilasi
dan perubahan gelombang P dan T.

1.8 Komplikasi
Komplikasi hipertiroid disebabkan oleh efek hormon tiroid pada jaringan.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah badai tiroid (thyroid storm),
kardiomiopati, atrial fibrilasi, dan osteoporosis.

a. Thyroid Storm

8
Thyroid storm atau badai tiroid merupakan komplikasi hipertiroid yang
mengancam nyawa. Komplikasi ini terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak
diterapi dalam jangka waktu lama. Badai tiroid dapat dipicu oleh kejadian akut,
seperti trauma, infeksi, pembedahan, asupan akut iodine, dan proses melahirkan.

b. Komplikasi Kardiovaskuler
Hipertiroid dapat menimbulkan hipertrofi ventrikel kiri, dilated
cardiomyopathy, atrial fibrilasi, serta disfungsi diastolik yang berhubungan
dengan peningkatan resiko gagal jantung dan cardiac–related death.

c. Osteoporosis
Hormon tiroid bisa mempengaruhi metabolisme kalsium tulang melalui
aksi langsung di osteoklas atau via osteoblas, yang kemudian memicu resorpsi
tulang.

9
BAB II

TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN


2.1. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperaatan hipertiroid Tarwanto,
dkk. 2012 ialah sebagai berikut :

1. Data Demografi
Data demografi yang penting di kaji adalah usia dan jenis kelamin, karena
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap hipertiroid

Riwayat Kesehatan

a. Riwayat keluarga dengan faktor genetik, penyakit tiroid dan kanker


b. Riwayat kesehatan sekarang : riwayat penyakit tiroid yang dialami, riwayat
pengobatan dengan radiasi dileher, adanya tumor, adanya riwayat trauma
kepala, infeksi, riwayat penggunaaan obat-obatan seperti thionamide, lithium,
amiodarone, interferon alfa.
c. Riwayat sosial ekonomi : kemampuan memelihara kesehatan, konsumsi dan
pola makan, porsi makan.
Keluhan Utama

a. Kaji yang berhubungan dengan hipermetabolisme


Penurunan berat badan, peningkatan suhu tubuh, kelelahan dan makan dengan
porsi banyak atau sering
b. Kaji yang berhubungan dengan aktivitas
Cepat lelah, intoleransi aktivitas, tremor dan insomnia
c. Kaji yang berhubungan dengan gangguan persarafan
Iritabilitas dan emosi tidak stabil seperti cemas atau mudah tersinggung
d. Kaji yang berhubungan dengan gangguan penglihatan
Gangguan tajam penglihatan dan pandangan ganda
e. Kaji yang berhubungan dengan gangguan seksual
Amenorrhea, menstruasi tidak teratur, menurunnya infertile, resiko aborsi
spontan, menurunnya libido, menurunnya perkembangan fungsi seksual dan
impoten
10
Pemeriksaan Fisik
a. Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid
Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa atau pembesaran. Observasi
ukuran dan kesimetrisan pada goiter pembesaran dapat terjadi empat kali dari
ukuran normal.
b. Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak normal)
Pada hipertiroid sering ditemukan adanya retraksi kelopak mata dan
penonjolan kelopak mata. Pada tiroksikosis kelopak mata mengalami
kegagalan untuk turun ketika klien melihat kebawah. Observasi adanya bola
mata yang menonjolkarena edema pada otot ektraokuler dan peningkatan
jaringan dibawah mata. Penekanan pada saraf mata dapat mengakibatkan
kerusakan pandangan seperti penglihata ganda, tajam penglihatan. Adanya
iritasi mata karena kesulitan menutup mata secara sempurna perlu dilakukan
pengkajian.
c. Pemeriksaan jantung
Komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah gangguan jantung
seperti kardioditis dan gagal jantung, oleh karenanya pemeriksaan jantung
perlu dilakukan seperti tekanan darah, takikardia, distritmia, bunyi jantung.

2.2. Konsep Diagnosa Keperawatan


NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1. Ansietas b.d Setelah dilakukan Reduksi ansietas
peningkatan tindakan keperawatan (I.09314) :
ransangan, diharapkan (ekspetasi)
Observasi
kehilangan kendali tingkat ansietas
(D.0080) (L.09093) menurun  Identifikasi saat tingkat
dengan kriteria hasil : ansietas berubah
( miss : kondisi, waktu,
1. Verbalisasi
stressor )
kebingungan
 Identifikasi
menurun
kemampuan
2. Verbalisasi
11
khawatir akibat mengambil keputusan
kondisi yang  Monitor tanda tanda
dihadapi ansietas ( verbal dan
menurun non verbal )
3. Perilaku gelisah Teraupetik
menurun  Ciptakan suasana
4. Perilaku tegang teraupetik untuk
menurun menumbuhkan
5. Keluhan pusing kepercayaan
menurun  Temani pasien untuk
6. Anoreksia mengurangi kecemasan
menurun jika memungkinkan
7. Palpitasi  Pahami suituasi yang
menurun membuat ansietas
8. Frekuensi  Dengarkan dengan
pernapasan penuh perhatian
menurun  Gunakan pendekatan
9. Frekuensi nadi yang tenang dan
menurun menyakinkan
10. Tekanan darah
 Tempatkan barang
menurun
pribadi yang
11. Diaphoresis
memberikan
menurun
kenyamanan
12. Tremor
 Motivasi
menurun
megidentifikasisituasi
13. Pucat menurun
yang memicu
14. Konsentrasi
kecemasan
membaik
 Diskusikan
15. Pola tidur
perencaanan realistis
membaik
tentang peristiwa yang
16. Perasaan
akan datang
keberdayaan

12
membaik Edukasi
17. Kontak mata  Jelaskan prosedur
membaik termasuk sensasi yang
18. Pola berkemih mungkin dialami
membaik  Informasikan secara
19. Orientasi factual mengenai
membaik diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
 Anjurkan keluarga
untuk tetep Bersama
pasien, jika perlu.
 Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
konfetitif, sesuai
kebutuhan
 Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
 Latih pengunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
 Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
obat anti ansietas, jika
perlu
2. Gangguan pola Setelah dilakukan Dukungan tidur (I.05174)
tidur b.d tindakan keperawatan
13
kecemasan, diharapkan (ekspetasi) :
pelepasan tingkat ansietas
Observasi
simpatik (L.05045) menurun
berlebihan dengan kriteria hasil :  Identifikasi pola
(D.0055) aktivitas dan tidur
1. Keluhan sulit
 Identifikasi factor
tidur meningkat
penggangu tidur ( fisik
2. Keluhan sering
dan atau psikologis )
terjaga
 Identifikasi makanan
meningkat
dan minuman yang
3. Keluhan tidak
mengganggu tidur
puas tidur
( miss :kopi, the ,
meningkat
alcohol,makanan
4. Keluhan pola
mendekati waktu tidur,
tidur berubah
minum air sebelum
meningkat
tidur )
5. Keluhan
 Identifikasi obat tidur
istirahat tidak
yang dikonsumsi
cukup
Teraupetik
meningkat
 Modifakasi lingkungan
6. Kemampuan
( miss : pencahayaan,
beraktivitas
kebisingan, suhu,
menurun
matras dan tempat
tidur)
 Batasi waktu tidur
siang, jika perlu
 Fasilitasi
menghilangkan stress
sebelum tidur
 Tetapkan jadwal tidur
rutin
 Lakukan prosedur
14
untuk meningkatkan
kenyamanan ( miss :
pijat, pengaturan posisi,
terapi akupresur )
 Sesuaikan jadwal
pemberian obat dan
atau Tindakan untuk
menunjang siklus tidur-
terjaga
Edukasi
 Jelaskan pentingnya
tidur selama sakit
 Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
 Anjurkan menghindari
makanan atau minuman
yang menggangu tidur
 Anjurkan pengunaan
obat tidur yang tidak
mengandung spresor
terhadap tidur REM
 Ajarkan factor factor
yang berkontribusi
terhadap gangguan pola
tidur ( miss :
psikologis, gaya hidup,
sering berubah shift
bekerja )
 Ajarkan relaksasi otot
autogenetic atau cara
nonfarmakologi
lainnya
15
3. Resiko cedera b.d Setelah dilakukan Manajemen Keselamatan
kerusakan mata tindakan keperawatan lingkungan (I.14513) :
dikarenakan diharapkan (ekspetasi)
Observasi
menonjol tanpa tingkat ansietas
pelumasan yang (L.14136) menurun  Identikasi
memadai (D.0136) dengan kriteria hasil : kebutuhan
keselamatan
1. Toleransi
( miss : kondisi
aktivitas
fisik, fungsi
meningkat
kognitif dan
2. Nafsu makan
Riwayat pelaku )
meningkat
 Monitor
3. Toleransi
perubahan status
makanan
keselamatan
meningkat
lingkungan
4. Kejadian cedera
Teraupetik
menurun
 Hilangkan bahaya
5. Luka/lecet
keselamatan
menurun
lingkungan
6. Ketegangan otot
( miss : fisik,
menurun
biologi dan
7. Fraktur
kimia), jika
menurun
memungkinkan
8. Perdarahan
 Modifikasi
menurun
lingkungan untuk
9. Ekspresi wajah
meminimalkan
kesakitan
bahaya dan resiko
menurun
 Sediakan alat
10. Agitasi
bantu keamanan
menurun
lingkungan
11. Irtabilitas
( miss : commode
menurun
chair dan
12. Gangguan
16
mobilitas pegangan tangan )
menurun  Gunakan
13. Gangguan peralangkat
kognitif pelindung ( miss :
menurun pengekangan
14. Tekanan darah fisik, rel samping,
membaik pintu kunci,
15. Frekuensi nadi pagar )
membaik  Hubungi pihak
16. Frekuensi napas berwenang sesuai
membaik masalah
17. Pola komunitas ( miss :
istirahat/tidur puskesmas, polisi,
membaik damkar )
18. Nafsu makan  Fasilitasi relokasi
membaik lingkungan yang
aman
 Lakukan program
skrining bahaya
lingkungan
( miss : timbal )
Edukasi
Ajarkan individu,
keluarga dan kelompok
resiko tinggi bahaya
llingkungan

17
BAB III

STUDY KASUS
CONTOH KASUS:

Seorang wanita berinisial Ny.S berusia 35 Tahun dengan berat badan 55 kg


dan tinggi 160 cm bersama suaminya datang ke Rumah Sakit untuk mengecek
kesehatan nya. Klien mengatakan bahwa pertama kali nya memeriksakan kondisi
nya sekarang dikarenakan mengalami adanya benjolan pada leher depan. Pasien
tampak merasa bingung, tampak gelisah, merasa khawatir dengan kondisi yang di
hadapi sehingga sulit berkonsentrasi dan kesulitan tidur. Akibat dari kejadian itu
pasien mengeluh lelah, merasa lemah, dan kesulitan beraktivitas seperti biasanya.

Hasil pemeriksaan bahwa pasien mengalami Eksoftalamus TD : 100/60


mmHg ; RR : 25 x/menit, N:110 x/menit serta feses lembek. Kemudian oleh
dokter menyarankan untuk melakukan pemeriksaan CT Scan terlebih dahulu
untuk pengecekan awal

3.1 PENGKAJIAN
3.3.1 Identitas Klien
Inisial Klien : Ny. S
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status/Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Buah, Medan Helvetia

18
A. Penanggung Jawab
Nama : Tn. F
Umur : 36 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Hubungan dengan pasien : suami
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Buah, Medan Helvetia

3.3.2 Riwayat Kesehatan

A. Keluhan Utama :
 Klien mengatakan adanya benjolan pada leher depan.
 Pasien tampak merasa bingung
 Tampak gelisah
 Merasa khawatir dengan kondisi yang di hadapi sehingga
 Sulit berkonsentrasi
 Kesulitan tidur.
 Abdomen sering nyeri
 Nafsu makan menurun
 Cepat kenyang
 Diare
 Lelah
 Merasa lemah
 Kesulitan beraktivitas seperti biasanya
B. Riwayat Penyakit Sekarang : tidak ada
C. Riwayat Penyakit Dahulu : tidak ada
D. Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada

19
POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI

No ACTIVITY DAILY LEAVING KETIKA SAKIT

1. NUTRISI

Makan

a. Jenis Nasi , sayur, roti,tahu,ayam.

b. Frekuensi 3 kali sehari

c. Porsi/jumlah kalori 1/2 porsi habis

d. Makanan kesukaan Tidak ada

e. Makanan pantangan Makanan pedas, berlemak

f. Nafsu makan Nafsu makan menurun

g. Cara makan sendiri/bantu Dibantu

h. Kesulitan menelan/tidak
Tidak ada kesulitan menelan

MASALAH Sulit makan

Minum

a. Jenis Air putih + infus RL

b. Frekuensi 6x sehari

c. Jumlah (cc) 1600 cc

d. Cara minum sendiri/bantu Dibantu

MASALAH Tidak ada

20
2. ELIMINASI

A. Buang Air Besar

a. Frekuensi BAB hanya 5x selama sakit

b. Waktu Pagi, siang, malam

c. Warna Kuning

d. Bau, darah, lender Berbau

e. Konsistensi Lembek

f. Obstipasi Mengalami obstipasi

g. Diare Mengalami diare

h. Kolostomi Tidak melakukan kolostomi

i. Pengeluaran sendiri/bantu Dibantu

j. Kenggunaan pencahar Tidak ada

Konstipasi
B. Buang Air Kecil
a. Frekuensi 4x sehari

b. Jumlah urine output (cc) 600 cc

c. Warna Kuning bening

d. Ada tidaknya bau Berbau

e. Ada tidak Tidak ada


darah/hematuria
f. Ada tidak kesulitan Tidak ada

g. Inkontinensia Tidak ada

21
h. Penggunaan kateter Tidak menggunakan kateter

i. Cara pengeluaran Dibantu


dibantu/sendiri
MASALAH Pasien mengalami diare

3. ISTIRAHAT&TIDUR

a. Waktu tidur sendiri 4 jam

b. Waktu tidur siang 3 jam

c. Lamanya 7 jam

d. Kebiasaaan penghantar Khawatir akan kondisi kesehatan


tidur nya

e. Ada tidak masalah tidur Ada

f. Kebiasaan yang Tidur larut malam


dilakukan saat istirahat
4. A. Mandi

a. frekuensi 1x sehari

b. penggunaan sabun atau Selama sakit pasien tidak pernah


tidak mandi hanya dilap basah dengan
dibantu anggota keluarga

c. cara melakukan Dibantu


sendiri/bantu

B. Personal hygiene

a. frekuensi 1x sehari

22
b. waktu Pagi

c. menggunakan sikat gigi Menggunakan sikat gigi

d. menggunakan pasta gigi Menggunakan pasta gigi

MASALAH Tidak ada

5. AKTIFITAS DAN LATIHAN

A. Olahraga
a. Jenis
Tidak ada

b. Frekuensi Tidak ada

B. Kegiatan diwaktu luang Tidak ada

C. Cara melakukan sendiri/bantu Sendiri

Masalah Tidak ada

3.3.3 DATA PSIKOSOSIAL

a.      Status Emosi : Pasien merasa cemas, lemah, khawatir, gelisah, bingung.
b.      Konsep Diri :

1. Gambaran diri : Pasien mengatakan lelah dan lemah sekali sehingga susah
untuk beraktivitas
2. Harga diri : Pasien menghargai dirinya dan selalu punya harapan
terhadap hidupnya.
3. Peran diri : Pasien mengatakan bahwa ingin cepat sembuh agar bisa
berkumpul bersama keluarga dan teman-temannya.
4. Ideal diri : Pasien menurut pada perawat dan keluarganya.
5. Identitas diri :Pasien mengenalin siapa dirinya.
c.       Interaksi Sosial

23
Pasien dapat berinteraksi dengan perawat dan anggota keluarga lainnya hanya
dengan senyum dan menggelengkan kepala. Hubungan pasien dengan anggota
keluarga,lingkungan rumah sakit dan perawat sangat baik.

d.      Spiritual
Klien mengatakan rajin melaksanakan shalat 5 waktu, tetapi selama sakit klien
tidak pernah melaksanakan shalat. Klien sangat yakin akan sembuh jika klien
berobat secara teratur dan berdoa.

3.3.4 PEMERIKSAAN FISIK

a.      Keadaan Umum


Keadaan umum : klien tampak lemah, pucat, bicara sedikit pelan, akral dingin,
pernapasan cuping hidung, turgor elastis
BB: 40 Kg
TB: 160 cm
b. Tanda-Tanda Vital
TD    : 100/60 mmHg             RR : 25x/menit
N      : 100 x/menit                  

c. Leher :
Inspeksi : Simetris, warna kulit sama rata
Palpasi : Ada benjolan di leher depan, adanya nyeri tekan

d. Dada dan Thorak


Inspeksi: Bentuk dada normal, simetris, tidak ada kelainan bentuk dada
Palpasi: Ada nyeri tekan.

e. Ekstremitas
Ekstremitas atas : dingin
Ekstremitas bawah : dingin

Pemeriksaan Penunjang :

24
 Pemeriksaan CT SCAN dengan tujuan untuk memberikan informasi yang tepat
tentang ukuran dan bentuk kelenjar tiroid pada leher depan

3.2 ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1. Ds : Ansietas

-Pasien merasa Perubahan status


bingung kesehatan

-Pasien merasa
khawatir akan kondisi
Kurang terpapar nya
yang dihadapi
pengetahuan dan
-Pasien mengatakan pengobatan yang sedang
sulit berkonsentrasi di alami

-Pasien mengatakan
sulit tidur
Ansietas
Do :

-Pasien tampak gelisah

2. Ds : - Hipertiroidise Resiko Cedera

Do :

-Pasien mengalmi Infilatrasi limfosit, sel ke


Eksoftalamus jaringan orbital mata

Eksoflamus

25
Resiko cedera

3. Ds : Hiperfungsi kelenjar tiroid Intoleransi


aktivitas
-Pasien mengeluh
lelah
Hipersekresi hormon
-Pasien merasa lemah

-Pasien kesulitan
Kalsitosin meningkat
beraktivitas

-Tekanan darah
menurun 20% Ca dalam darah menurun

TD : 100/60 mmHg

Otot kurang Ca

Kerja otot menurun

Kelemahan otot, fatigue,


tremor

26
3.3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO DATA DIAGNOSA TUJUAN/ INTERVENSI IMPLEMENTASI


KEPERAW KRITERI
ATAN A HASIL

1. Ds : Ansietas b.d Setelah Reduksi Ansietas Reduksi ansietas


peningkatan dilakukan (I.09314) :
-Pasien (I.09314) :
ransangan, tindakan Observasi
merasa
kehilangan keperawat Observasi
bingun  Mengidentifikasi
kendali an
g  Identifikasi saat tingkat
(D.0080) diharapka
saat tingkat ansietas berubah (
-Pasien n
ansietas miss : kondisi,
merasa (ekspetasi)
berubah waktu, stressor )
khawati tingkat
( miss :  Mengidentifikasi
r akan ansietas
kondisi, kemampuan
kondisi (L.09093)
waktu, mengambil
yang menurun
stressor ) keputusan
dihadap dengan
 Identifikasi  Memonitor tanda
i kriteria
kemampuan tanda ansietas
-Pasien hasil : mengambil ( verbal dan non
mengat keputusan verbal )
1. Verbal
akan  Monitor tanda  Menemani pasien
isasi
sulit tanda ansietas untuk mengurangi
kebing
berkons ( verbal dan kecemasan jika
ungan
entrasi non verbal ) memungkinkan
menur
Terapeutik Terapeutik
-Pasien un
mengat 2. Verbal  Temani  Memahami
akan isasi pasien untuk situasi yang

27
sulit khawa mengurangi membuat ansietas
tidur tir kecemasan  Mendengarkan
akibat jika dengan penuh
Do :
kondis memungkinka Perhatian
-Pasien i yang n
tampak dihada  Pahami situasi
gelisah pi yang
menur membuat
un ansietas
3. Perilak  Dengarkan
u dengan penuh
gelisah Perhatian
menur
un
4. Perilak
u
tegang
menur
un
2. Ds : - Resiko Setelah Manajemen Manajemen
cedera dilakukan Keselamatan Keselamatan
Do :
tindakan lingkungan lingkungan
-Pasien keperawat (I.14513) : (I.14513) :
mengal an
Observasi Observasi
mi diharapka
Eksoftl n  Identikasi  Mengidentikasi
amus (ekspetasi) kebutuhan kebutuhan
tingkat keselamatan keselamatan
resiko ( miss : kondisi ( miss : kondisi
cedera(L. fisik, fungsi fisik, fungsi
14136) kognitif dan kognitif dan
menurun Riwayat Riwayat pelaku )

28
dengan pelaku )  Memonitor
kriteria  Monitor perubahan status
hasil : perubahan keselamatan
status lingkungan
1. Tolera
keselamatan Teraupetik
nsi
lingkungan
aktivit  Menghilangkan
Teraupetik
as bahaya
 Hilangkan
menin keselamatan
bahaya
gkat lingkungan ( miss
keselamatan
2. Nafsu : fisik, biologi dan
lingkungan
makan kimia), jika
( miss : fisik,
menin memungkinkan
biologi dan
gkat  Memodifikasi
kimia), jika
3. Tolera lingkungan untuk
memungkinka
nsi meminimalkan
n
makan bahaya dan resiko
 Modifikasi
an
lingkungan
menin
untuk
gkat
meminimalka
4. Kejadi
n bahaya dan
an
resiko
cedera
menur
un
5. Luka/
lecet
menur
un
3. Ds : Intoleransi Setelah Toleransi Toleransi aktivitas
aktivitas b.d dilakukan aktivitas (D.0056)
-Pasien
kesulitan tindakan (D.0056)
mengel
beraktivitas keperawat
29
uh lelah sehari hari an Observasi Observasi
(D.0056) diharapka
-Pasien  Identifikasi  Mengidentifikasi
n
merasa gangguan gangguan fungsi
(ekspetasi)
lemah fungsi tubuh tubuh yang
tingkat
yang mengakibatkan
-Pasien intoleransi
mengakibatkan kelelahan
kesulita aktivitas
kelelahan  Memonitor
n (L.05047)
 Monitor kelelahan fisik
berakti menurun
kelelahan fisik dan emosional
vitas dengan
dan emosional  Memonitor pola
kriteria
Do :  Monitor pola dan jam tidur
hasil
dan jam tidur  Memonitor lokasi
-
1. Kemu  Monitor lokasi dan
Tekana
dahan dan ketidaknyamanan
n darah
melak ketidaknyaman selama
menuru
ukan an selama melakukan
n 20%
sehari- melakukan aktivitas
TD : hari aktivitas Terapeutik
100/60 menin Terapeutik
mmHg  Menyediakan
gkat  Sediakan
lingkungan
2. Kekua lingkungan
nyaman dan
tan nyaman dan
rendah stimulus
tubuh rendah
(miss: cahaya
bagian stimulus (miss:
suara kunjungan)
atas cahaya suara
menin  Memfasilitasi
kunjungan)
gkat duduk di sisi
 Fasilitasi
3. Kekua tempat tidur jika
duduk di sisi
tan tidak dapat
tempat tidur
tubuh berpindah atau
jika tidak dapat
bagian berjalan
berpindah atau
bawah
30
menin berjalan Edukasi
gkat Edukasi
 Menganjurkan
4. Keluh
 anjurkan tirah tirah baring
an
baring  Menganjurkan
lelah
 anjurkan melakukan
menur
melakukan aktivitas secara
un
aktivitas secara bertahap
5. Perasa
bertahap
an
lemah
menur
un
6. Tekan
an
darah
memb
aik

3.4 EVALUASI

31
No. Data Diagnosa Evaluasi
1 Ds : Ansietas S : pasien tidak merasakan
-Pasien merasa bingung dan sulit tidur
bingung
-Pasien merasa O: pasien tidak tampak gelisah
khawatir akan
kondisi yang A : Masalah belum teratasi
dihadapi
-Pasien mengatakan P : Intervensi dilanjutkan
sulit berkonsentrasi
-Pasien mengatakan
sulit tidur

Do :
-Pasien tampak
gelisah

S:-
2. Ds : - Resiko
Do : cedera O : Hasil pemeriksaan
-Pasien mengalmi Eksoftalamus berkurang
Eksoftlamus
A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

3. Ds : Intoleransi
-Pasien mengeluh aktivitas S : pasien masih merasakan
lelah lemah dan kesulitan beraktivitas
-Pasien merasa
lemah O : Tekanan darah mulai
-Pasien kesulitan membaik
beraktivitas TD : 110/80 mmHg
32
Do :
-Tekanan darah A : Masalah belum teratasi
menurun 20%
TD : 100/60 mmHg P : Intervensi dilanjutkan
3.5 PENUTUP
A.Kesimpulan
Hipertiroidisme adalah gangguan endokrin kedua yang paling umum, dan
penyakit Graves adalah jenis yang paling umum. Itu hasil dari produksi hormon
tiroid yang berlebihan akibat stimulasi kelenjar tiroid yang abnormal oleh
imunoglobulin yang bersirkulasi. Gangguan tersebut mempengaruhi wanita
delapan kali lebih sering daripada pria dan memuncak antara yang kedua dan
keempat puluhan tahun hidup. Ini mungkin muncul setelah kejutan emosional,
stres, atau infeksi, tetapi signifikansi yang tepat dari hubungan ini tidak dipahami.
Penyebab umum lainnya termasuk tiroiditis H dan konsumsi berlebihan hormon
tiroid(misalnya, dari pengobatan hipotiroidisme).

DAFTAR PUSTAKA

Lee SL. Hyperthyroidism and Thyrotoxicosis Treatment & Management. Feb


2022. Medscape.

Leo SD, Lee SY, Braverman LE. Hyperthyroidism. Lancet. 2016


33
Betty J.Ackley,dkk.2014 .Nursing Diagnosis Handbook:

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

(SIKI), Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia

(SIKI), Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SIKI), Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Lee SL. Hyperthyroidism and Thyrotoxicosis Treatment & Management. Feb


2022. Medscape.

Leo SD, Lee SY, Braverman LE. Hyperthyroidism. Lancet. 2016; 388(10047):
906–918. doi:10.1016/S0140-6736(16)00278-6.

Bathgate G, Karra E, et al. New diagnosis of hyperthyroidism in primary care.


BMJ 2018; 362 doi:

Ross DS. Thyroid storm. UpToDate. 2020.

Misra M. Thyroid Storm. MedScape. 2020.

Ertek S, Cicero AF. Hyperthryoidism and cardiovascular complications: a


narrative revie on the basis of pathophysiology. Arch Med Sci. 2013; 9(5):
944–952. PMC. PMID: 24273583

Williams GR, Bassett JHD. Thyroid diseases and bone health. J Endocrinol
Invest 2018; 41:99. doi: 10.1007/s40618-017-0753-4.

34

Anda mungkin juga menyukai