S DENGAN INDIKASI
HIPERTIROID DI LANTAI IIB RSUD ROYAL PRIMA
DOSEN PENGAMPU :
Eva Latifah Nurhayati, SKM., S.Kep., M.Kes.
NAMA KELOMPOK 5 :
1. Yeyen Ling Ling 213302040033
2. Sofia A. Simanullang 213302040109
3. Cheriza Addara 213302040059
4. Noniatri Ziliwu 2133020400242
Segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa
sebagai sang Pencipta dan Pemelihara alam semesta ini sehingga kami diberi
kesempatan dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas praktisi
mengajar Keperawatan Medikal Bedah II yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pada Ny.S Dengan Indikasi Hipertiroid Di Lantai IIB Rsud Royal Prima”. Kita
harapkan dengan dibuatnya makalah ini akan menjadi acuan untuk mendukung
proses pembelajaran khususnya pada Praktisi mengajar Keperawatan Medikal
Bedah II.
Akhirnya, kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Pengajar yaitu Ibu Eva
Latifah Nurhayati, SKM., S.Kep., M.Kes. yang telah member arahan untuk
membuat makalah ini.
Kami ucapkan terimakasih dan semoga makalah yang kami kerjakan ini
dapat bermanfaat.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................................II
BAB I.......................................................................................................................1
1.1 DEFINISI......................................................................................................1
1.2 ETIOLOGI....................................................................................................1
1.3ANATOMI DAN FISIOLOGI.....................................................................3
1.4TANDA DAN GEJALA................................................................................4
1.5 PATOFISIOLOGI........................................................................................5
1.6 PENATALAKSANAAN..............................................................................7
1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................8
1.8 KOMPLIKASI..............................................................................................9
BAB II...................................................................................................................10
2.1. PENGKAJIAN...........................................................................................10
2.2. KONSEP DIAGNOSA KEPERAWATAN.............................................11
BAB III..................................................................................................................18
STUDY KASUS....................................................................................................18
3.1 PENGKAJIAN............................................................................................18
3.2 ANALISA DATA........................................................................................25
3.3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN...............................................27
3.4 EVALUASI.................................................................................................32
3.5 PENUTUP...................................................................................................33
A.KESIMPULAN.............................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34
ii
iii
BAB I
TINJAUAN TEORISTIS MEDIS
1.1 Definisi
Hipertiroidisme adalah gangguan endokrin kedua yang paling umum, dan
penyakit Graves adalah jenis yang paling umum. Itu hasil dari produksi hormon
tiroid yang berlebihan akibat stimulasi kelenjar tiroid yang abnormal oleh
imunoglobulin yang bersirkulasi. Gangguan tersebut mempengaruhi wanita
delapan kali lebih sering daripada pria dan memuncak antara yang kedua dan
keempat puluhan tahun hidup. Ini mungkin muncul setelah kejutan emosional,
stres, atau infeksi, tetapi signifikansi yang tepat dari hubungan ini tidak dipahami.
Penyebab umum lainnya termasuk tiroiditis H dan konsumsi berlebihan hormon
tiroid(misalnya, dari pengobatan hipotiroidisme).
1.2 Etiologi
Pada Grave’s disease, stimulator hormon tiroid meningkat karena adanya
autoantibodi. Hipertiroid juga bisa disebabkan oleh sekresi thyroid stimulating
hormone (TSH) yang berlebihan, misalnya pada TSH-secreting pituitary
adenoma.
Selain itu, beberapa sindrom genetik telah dihubungkan dengan
hipertiroid, terutama penyakit tiroid autoimun. McCune-Albright syndrome
disebabkan mutasi pada gen GNAS yang mengkode stimulus subunit G-protein
alfa. Salah satu manifestasi dari sindrom ini adalah hipertiroid.
Beberapa gangguan fungsi tiroid lain juga ditemukan berkaitan dengan
mutasi gen TSHR, sebuah gen yang mengkode protein reseptor TSH. Gangguan
fungsi tiroid yang dimaksud antara lain familial gestational hyperthyroidism dan
toxic thyroid adenoma with somatic mutation
Beberapa penyakit yang disebabkan Hipertiroid yaitu :
a. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan
penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya
turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya
1
adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam
peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
b. Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa
satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji
itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang
berlebihan. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan Keadaan demikian
tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter
yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula
orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga
timbul efek samping.
c. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan,
sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
d. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis
pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3
bulan kemudian keluar gejala hipotiroid.
e. Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini
biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan
kelenjar tiroid.
2
1.3 Anatomi dan Fisiologi
3
1.3.2 Fisiologi Kelenjar Tiroid
Fungsi utama kelenjar thyroid adalah memproduksi hormon tiroxin yang
berguna untuk mengontrol metabolisme sel. Dalam produksinya sangat erat
hubungannya dengan proses sintesa tyroglobulin sebagai matrik hormon, yodium
dari luar, thyroid stimuliting hormon dari hipofise.
4
12. Dapat terus berlanjut, menyebabkan badan kurus, gugup yang berlebihan,
delirium, disorientasi, dan pada akhirnya gagal jantung.
1.5 Patofisiologi
Patofisiologi hipertiroid dapat melalui berbagai mekanisme, tergantung
penyakit dasarnya. Hipertiroid bisa terjadi melalui mekanisme autoimun yang
menghasilkan autoantibodi terhadap thyroid stimulating hormone receptor
(TSHR-Ab). Autoantibodi ini akan menstimulasi sintesis dan sekresi hormon
tiroid secara berlebihan.
Mekanisme autoimun ini terjadi pada Grave’s disease. Autoantibodi juga
akan bereaksi dengan thyroid derived thyroglobin di mata, yang akan
menyebabkan reaksi inflamasi dan penumpukan cairan sehingga terjadi
eksoftalmus.
Hipertiroid juga bisa terjadi melalui mediasi thyroid stimulating hormone
(TSH) yang berlebihan, misalnya pada TSH-secreting pituitary adenoma atau
melalui human chorionic gonadotropin pada kasus penyakit trofoblastik dan germ
cell tumors. TSH yang berlebihan ini akan menstimulasi sintesis dan sekresi
hormon tiroid secara berlebihan.
Mekanisme lain adalah autonomously hyperfunctioning nodules di
kelenjar tiroid. Nodul kelenjar tiroid secara otonom akan mensintesis hormon
tiroid tanpa dipengaruhi oleh feedback TSH. Mekanisme ini ditemui pada kasus
toksik adenoma dan toksik multinodular goiter
5
1.5.1 Pathway
PATHWAY
Hipertiroidise
Eksoftalmus
Kalsitonin menigkat
Hipermetabolisme
Perubahan status
kesehatan
Ca dalam darah menurun Resiko cedera
Hiperistaltic usus
Kurang terpaparnya
pengetahuan dan
pengobatan yang
sedang dialami
Otot kurang ca
Diare
Ansietas
Kerja otot menurun
1.6 Penatalaksanaan
Penggunaanyodium radioaktif umumnya direkomendasikan untuk
pengobatantirotoksikosis daripada operasi kecuali pembesaran tiroidkelenjar
menekan jalan napas. Tirotoksikosis harus dikontrol dengan obat-obatan sebelum
yodium radioaktif digunakan karenaradiasi dapat memicu badai tiroid, yang
memiliki kematiantingkat 10% pada orang tua. Agen penghambat beta-adrenergik
6
mungkindiindikasikan. Gunakan agen ini dengan sangat hati-hati danmonitor
ketat untuk granulositopenia. Memodifikasi dosis lainobat karena perubahan
tingkat metabolisme pada hipertiroidisme.Manajemen medisPengobatan
diarahkan untuk mengurangi hiperaktivitas tiroid
Yodium Radioaktif
Obat Antitiroid
Kalium iodida, larutan Lugol, dan larutan jenuh kalium iodida (SSKI) dapat
ditambahkan.
Agen beta-adrenergik dapat digunakan untuk mengontrol efek sistem saraf
simpatis yang terjadi pada hipertiroidisme; misalnya, propranolol digunakan
untuk kegugupan, takikardia, tremor, kecemasan, dan intoleransi panas.
Intervensi Bedah
7
Sebelum operasi, pasien diberikan propylthiouracil sampai tanda-tanda
hipertiroidisme telah menghilang.
Yodium diresepkan untuk mengurangi ukuran tiroid dan vaskularisasi dan
kehilangan darah. Pasien dipantau dengan hati-hati untuk bukti toksisitas
yodium (pembengkakan mukosa bukal, air liur berlebihan, erupsi kulit).
1.8 Komplikasi
Komplikasi hipertiroid disebabkan oleh efek hormon tiroid pada jaringan.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah badai tiroid (thyroid storm),
kardiomiopati, atrial fibrilasi, dan osteoporosis.
a. Thyroid Storm
8
Thyroid storm atau badai tiroid merupakan komplikasi hipertiroid yang
mengancam nyawa. Komplikasi ini terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak
diterapi dalam jangka waktu lama. Badai tiroid dapat dipicu oleh kejadian akut,
seperti trauma, infeksi, pembedahan, asupan akut iodine, dan proses melahirkan.
b. Komplikasi Kardiovaskuler
Hipertiroid dapat menimbulkan hipertrofi ventrikel kiri, dilated
cardiomyopathy, atrial fibrilasi, serta disfungsi diastolik yang berhubungan
dengan peningkatan resiko gagal jantung dan cardiac–related death.
c. Osteoporosis
Hormon tiroid bisa mempengaruhi metabolisme kalsium tulang melalui
aksi langsung di osteoklas atau via osteoblas, yang kemudian memicu resorpsi
tulang.
9
BAB II
1. Data Demografi
Data demografi yang penting di kaji adalah usia dan jenis kelamin, karena
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap hipertiroid
Riwayat Kesehatan
12
membaik Edukasi
17. Kontak mata Jelaskan prosedur
membaik termasuk sensasi yang
18. Pola berkemih mungkin dialami
membaik Informasikan secara
19. Orientasi factual mengenai
membaik diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
Anjurkan keluarga
untuk tetep Bersama
pasien, jika perlu.
Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
konfetitif, sesuai
kebutuhan
Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
Latih pengunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
obat anti ansietas, jika
perlu
2. Gangguan pola Setelah dilakukan Dukungan tidur (I.05174)
tidur b.d tindakan keperawatan
13
kecemasan, diharapkan (ekspetasi) :
pelepasan tingkat ansietas
Observasi
simpatik (L.05045) menurun
berlebihan dengan kriteria hasil : Identifikasi pola
(D.0055) aktivitas dan tidur
1. Keluhan sulit
Identifikasi factor
tidur meningkat
penggangu tidur ( fisik
2. Keluhan sering
dan atau psikologis )
terjaga
Identifikasi makanan
meningkat
dan minuman yang
3. Keluhan tidak
mengganggu tidur
puas tidur
( miss :kopi, the ,
meningkat
alcohol,makanan
4. Keluhan pola
mendekati waktu tidur,
tidur berubah
minum air sebelum
meningkat
tidur )
5. Keluhan
Identifikasi obat tidur
istirahat tidak
yang dikonsumsi
cukup
Teraupetik
meningkat
Modifakasi lingkungan
6. Kemampuan
( miss : pencahayaan,
beraktivitas
kebisingan, suhu,
menurun
matras dan tempat
tidur)
Batasi waktu tidur
siang, jika perlu
Fasilitasi
menghilangkan stress
sebelum tidur
Tetapkan jadwal tidur
rutin
Lakukan prosedur
14
untuk meningkatkan
kenyamanan ( miss :
pijat, pengaturan posisi,
terapi akupresur )
Sesuaikan jadwal
pemberian obat dan
atau Tindakan untuk
menunjang siklus tidur-
terjaga
Edukasi
Jelaskan pentingnya
tidur selama sakit
Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
Anjurkan menghindari
makanan atau minuman
yang menggangu tidur
Anjurkan pengunaan
obat tidur yang tidak
mengandung spresor
terhadap tidur REM
Ajarkan factor factor
yang berkontribusi
terhadap gangguan pola
tidur ( miss :
psikologis, gaya hidup,
sering berubah shift
bekerja )
Ajarkan relaksasi otot
autogenetic atau cara
nonfarmakologi
lainnya
15
3. Resiko cedera b.d Setelah dilakukan Manajemen Keselamatan
kerusakan mata tindakan keperawatan lingkungan (I.14513) :
dikarenakan diharapkan (ekspetasi)
Observasi
menonjol tanpa tingkat ansietas
pelumasan yang (L.14136) menurun Identikasi
memadai (D.0136) dengan kriteria hasil : kebutuhan
keselamatan
1. Toleransi
( miss : kondisi
aktivitas
fisik, fungsi
meningkat
kognitif dan
2. Nafsu makan
Riwayat pelaku )
meningkat
Monitor
3. Toleransi
perubahan status
makanan
keselamatan
meningkat
lingkungan
4. Kejadian cedera
Teraupetik
menurun
Hilangkan bahaya
5. Luka/lecet
keselamatan
menurun
lingkungan
6. Ketegangan otot
( miss : fisik,
menurun
biologi dan
7. Fraktur
kimia), jika
menurun
memungkinkan
8. Perdarahan
Modifikasi
menurun
lingkungan untuk
9. Ekspresi wajah
meminimalkan
kesakitan
bahaya dan resiko
menurun
Sediakan alat
10. Agitasi
bantu keamanan
menurun
lingkungan
11. Irtabilitas
( miss : commode
menurun
chair dan
12. Gangguan
16
mobilitas pegangan tangan )
menurun Gunakan
13. Gangguan peralangkat
kognitif pelindung ( miss :
menurun pengekangan
14. Tekanan darah fisik, rel samping,
membaik pintu kunci,
15. Frekuensi nadi pagar )
membaik Hubungi pihak
16. Frekuensi napas berwenang sesuai
membaik masalah
17. Pola komunitas ( miss :
istirahat/tidur puskesmas, polisi,
membaik damkar )
18. Nafsu makan Fasilitasi relokasi
membaik lingkungan yang
aman
Lakukan program
skrining bahaya
lingkungan
( miss : timbal )
Edukasi
Ajarkan individu,
keluarga dan kelompok
resiko tinggi bahaya
llingkungan
17
BAB III
STUDY KASUS
CONTOH KASUS:
3.1 PENGKAJIAN
3.3.1 Identitas Klien
Inisial Klien : Ny. S
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status/Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Buah, Medan Helvetia
18
A. Penanggung Jawab
Nama : Tn. F
Umur : 36 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Hubungan dengan pasien : suami
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Buah, Medan Helvetia
A. Keluhan Utama :
Klien mengatakan adanya benjolan pada leher depan.
Pasien tampak merasa bingung
Tampak gelisah
Merasa khawatir dengan kondisi yang di hadapi sehingga
Sulit berkonsentrasi
Kesulitan tidur.
Abdomen sering nyeri
Nafsu makan menurun
Cepat kenyang
Diare
Lelah
Merasa lemah
Kesulitan beraktivitas seperti biasanya
B. Riwayat Penyakit Sekarang : tidak ada
C. Riwayat Penyakit Dahulu : tidak ada
D. Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada
19
POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI
1. NUTRISI
Makan
h. Kesulitan menelan/tidak
Tidak ada kesulitan menelan
Minum
b. Frekuensi 6x sehari
20
2. ELIMINASI
c. Warna Kuning
e. Konsistensi Lembek
Konstipasi
B. Buang Air Kecil
a. Frekuensi 4x sehari
21
h. Penggunaan kateter Tidak menggunakan kateter
3. ISTIRAHAT&TIDUR
c. Lamanya 7 jam
a. frekuensi 1x sehari
B. Personal hygiene
a. frekuensi 1x sehari
22
b. waktu Pagi
A. Olahraga
a. Jenis
Tidak ada
a. Status Emosi : Pasien merasa cemas, lemah, khawatir, gelisah, bingung.
b. Konsep Diri :
1. Gambaran diri : Pasien mengatakan lelah dan lemah sekali sehingga susah
untuk beraktivitas
2. Harga diri : Pasien menghargai dirinya dan selalu punya harapan
terhadap hidupnya.
3. Peran diri : Pasien mengatakan bahwa ingin cepat sembuh agar bisa
berkumpul bersama keluarga dan teman-temannya.
4. Ideal diri : Pasien menurut pada perawat dan keluarganya.
5. Identitas diri :Pasien mengenalin siapa dirinya.
c. Interaksi Sosial
23
Pasien dapat berinteraksi dengan perawat dan anggota keluarga lainnya hanya
dengan senyum dan menggelengkan kepala. Hubungan pasien dengan anggota
keluarga,lingkungan rumah sakit dan perawat sangat baik.
d. Spiritual
Klien mengatakan rajin melaksanakan shalat 5 waktu, tetapi selama sakit klien
tidak pernah melaksanakan shalat. Klien sangat yakin akan sembuh jika klien
berobat secara teratur dan berdoa.
c. Leher :
Inspeksi : Simetris, warna kulit sama rata
Palpasi : Ada benjolan di leher depan, adanya nyeri tekan
e. Ekstremitas
Ekstremitas atas : dingin
Ekstremitas bawah : dingin
Pemeriksaan Penunjang :
24
Pemeriksaan CT SCAN dengan tujuan untuk memberikan informasi yang tepat
tentang ukuran dan bentuk kelenjar tiroid pada leher depan
1. Ds : Ansietas
-Pasien merasa
khawatir akan kondisi
Kurang terpapar nya
yang dihadapi
pengetahuan dan
-Pasien mengatakan pengobatan yang sedang
sulit berkonsentrasi di alami
-Pasien mengatakan
sulit tidur
Ansietas
Do :
Do :
Eksoflamus
25
Resiko cedera
-Pasien kesulitan
Kalsitosin meningkat
beraktivitas
-Tekanan darah
menurun 20% Ca dalam darah menurun
TD : 100/60 mmHg
Otot kurang Ca
26
3.3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
27
sulit khawa mengurangi membuat ansietas
tidur tir kecemasan Mendengarkan
akibat jika dengan penuh
Do :
kondis memungkinka Perhatian
-Pasien i yang n
tampak dihada Pahami situasi
gelisah pi yang
menur membuat
un ansietas
3. Perilak Dengarkan
u dengan penuh
gelisah Perhatian
menur
un
4. Perilak
u
tegang
menur
un
2. Ds : - Resiko Setelah Manajemen Manajemen
cedera dilakukan Keselamatan Keselamatan
Do :
tindakan lingkungan lingkungan
-Pasien keperawat (I.14513) : (I.14513) :
mengal an
Observasi Observasi
mi diharapka
Eksoftl n Identikasi Mengidentikasi
amus (ekspetasi) kebutuhan kebutuhan
tingkat keselamatan keselamatan
resiko ( miss : kondisi ( miss : kondisi
cedera(L. fisik, fungsi fisik, fungsi
14136) kognitif dan kognitif dan
menurun Riwayat Riwayat pelaku )
28
dengan pelaku ) Memonitor
kriteria Monitor perubahan status
hasil : perubahan keselamatan
status lingkungan
1. Tolera
keselamatan Teraupetik
nsi
lingkungan
aktivit Menghilangkan
Teraupetik
as bahaya
Hilangkan
menin keselamatan
bahaya
gkat lingkungan ( miss
keselamatan
2. Nafsu : fisik, biologi dan
lingkungan
makan kimia), jika
( miss : fisik,
menin memungkinkan
biologi dan
gkat Memodifikasi
kimia), jika
3. Tolera lingkungan untuk
memungkinka
nsi meminimalkan
n
makan bahaya dan resiko
Modifikasi
an
lingkungan
menin
untuk
gkat
meminimalka
4. Kejadi
n bahaya dan
an
resiko
cedera
menur
un
5. Luka/
lecet
menur
un
3. Ds : Intoleransi Setelah Toleransi Toleransi aktivitas
aktivitas b.d dilakukan aktivitas (D.0056)
-Pasien
kesulitan tindakan (D.0056)
mengel
beraktivitas keperawat
29
uh lelah sehari hari an Observasi Observasi
(D.0056) diharapka
-Pasien Identifikasi Mengidentifikasi
n
merasa gangguan gangguan fungsi
(ekspetasi)
lemah fungsi tubuh tubuh yang
tingkat
yang mengakibatkan
-Pasien intoleransi
mengakibatkan kelelahan
kesulita aktivitas
kelelahan Memonitor
n (L.05047)
Monitor kelelahan fisik
berakti menurun
kelelahan fisik dan emosional
vitas dengan
dan emosional Memonitor pola
kriteria
Do : Monitor pola dan jam tidur
hasil
dan jam tidur Memonitor lokasi
-
1. Kemu Monitor lokasi dan
Tekana
dahan dan ketidaknyamanan
n darah
melak ketidaknyaman selama
menuru
ukan an selama melakukan
n 20%
sehari- melakukan aktivitas
TD : hari aktivitas Terapeutik
100/60 menin Terapeutik
mmHg Menyediakan
gkat Sediakan
lingkungan
2. Kekua lingkungan
nyaman dan
tan nyaman dan
rendah stimulus
tubuh rendah
(miss: cahaya
bagian stimulus (miss:
suara kunjungan)
atas cahaya suara
menin Memfasilitasi
kunjungan)
gkat duduk di sisi
Fasilitasi
3. Kekua tempat tidur jika
duduk di sisi
tan tidak dapat
tempat tidur
tubuh berpindah atau
jika tidak dapat
bagian berjalan
berpindah atau
bawah
30
menin berjalan Edukasi
gkat Edukasi
Menganjurkan
4. Keluh
anjurkan tirah tirah baring
an
baring Menganjurkan
lelah
anjurkan melakukan
menur
melakukan aktivitas secara
un
aktivitas secara bertahap
5. Perasa
bertahap
an
lemah
menur
un
6. Tekan
an
darah
memb
aik
3.4 EVALUASI
31
No. Data Diagnosa Evaluasi
1 Ds : Ansietas S : pasien tidak merasakan
-Pasien merasa bingung dan sulit tidur
bingung
-Pasien merasa O: pasien tidak tampak gelisah
khawatir akan
kondisi yang A : Masalah belum teratasi
dihadapi
-Pasien mengatakan P : Intervensi dilanjutkan
sulit berkonsentrasi
-Pasien mengatakan
sulit tidur
Do :
-Pasien tampak
gelisah
S:-
2. Ds : - Resiko
Do : cedera O : Hasil pemeriksaan
-Pasien mengalmi Eksoftalamus berkurang
Eksoftlamus
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
3. Ds : Intoleransi
-Pasien mengeluh aktivitas S : pasien masih merasakan
lelah lemah dan kesulitan beraktivitas
-Pasien merasa
lemah O : Tekanan darah mulai
-Pasien kesulitan membaik
beraktivitas TD : 110/80 mmHg
32
Do :
-Tekanan darah A : Masalah belum teratasi
menurun 20%
TD : 100/60 mmHg P : Intervensi dilanjutkan
3.5 PENUTUP
A.Kesimpulan
Hipertiroidisme adalah gangguan endokrin kedua yang paling umum, dan
penyakit Graves adalah jenis yang paling umum. Itu hasil dari produksi hormon
tiroid yang berlebihan akibat stimulasi kelenjar tiroid yang abnormal oleh
imunoglobulin yang bersirkulasi. Gangguan tersebut mempengaruhi wanita
delapan kali lebih sering daripada pria dan memuncak antara yang kedua dan
keempat puluhan tahun hidup. Ini mungkin muncul setelah kejutan emosional,
stres, atau infeksi, tetapi signifikansi yang tepat dari hubungan ini tidak dipahami.
Penyebab umum lainnya termasuk tiroiditis H dan konsumsi berlebihan hormon
tiroid(misalnya, dari pengobatan hipotiroidisme).
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SIKI), Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Leo SD, Lee SY, Braverman LE. Hyperthyroidism. Lancet. 2016; 388(10047):
906–918. doi:10.1016/S0140-6736(16)00278-6.
Williams GR, Bassett JHD. Thyroid diseases and bone health. J Endocrinol
Invest 2018; 41:99. doi: 10.1007/s40618-017-0753-4.
34