Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTIROID

Disusun Oleh:

Kelompok 5

1. Astuti Lupita Sari 5. Nofita Rosdiana


2. Emalia Agustina 6. Putri Aina
3. Eva Widiyana 7. Sulastri
4. L. Sapta Yudawan 8. Widiya Setiani

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP AKADEMIK

MATARAM

2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT
Atas segala rahmayNya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa
kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
emberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan sangat berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa dipraktekkan
pembaca dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi penuis sebagai penyusun merasa bahwavmasih banyak kekurangan dalam penyususnan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapakan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Mataram,4 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat dari produksi
hormon tiroid yang berlebihan. (Dongoes E, Marilynn, 2000) Terdapat dua tipe
hipertiroidisme yaitu penyakit graves dan goiter nodular toksik. (Price A, Sylvia, 2006 hal
1074)

2.2 Etiologi

Penyebab-penyebabnya antara lain:

1. Herediter
2. Toksik Adenoma
3. Tumor kelenjar hipofise
4. Tiroiditis sub akut
5. Kanker tiroiD
6. Terapi hormon tiroid berlebihan
(Price A, Sylvia, 2006, hal 1074 dan Dongoes E, Marilynn, 2000 hal 708)

Faktor resiko

1. Terjadi lebih banyak pada wanita dari pada laki-laki


2. Pada usia lebih dari 50 tahun
3. Post trauma emosional
4. Peningkatan stress
(Long C, Barbara 1996 hal 109)

2.3 Patofisiologi

Beberapa penyebab-penyebab umum dari hipertiroid termasuk:

Penyakit Graves Functioning adenoma ("hot nodule") dan Toxic Multinodular Goiter
(TMNG) Pemasukkan yang berlebihan dari hormon-hormo tiroid Pengeluaran yang
abnormal dari TSH Tiroiditis (peradangan kelenjar tiroid) Pemasukkan yodium yang
berlebihan. Penyakit Graves: Penyakit Graves, yang disebabkan oleh suatu aktivitas yang
berlebihan dari kelenjar tiroid yang disama ratakan, adalah penyebab yang paling umum dart
hipertiroid. Pada kondisi ini, kelenjar tiroid biasanya adalah pengkhianat, yang berarti ta
telah kehilangan kemampuannya untuk merespon pada kontrol yang normal oleh kelenjar
pituitari via TSH. Penyakit Graves adalah diturunkan diwariskan dan adalah sampai lima kali
lebih umum diantara wanita-wanita daripada pria-pria, Penyakit Graves diperkirakan adalah
suatu penyakit autoimun, dan antibodi antibodi yang adalah karakteristik-karakteristik dari
penyakit ini mungkin ditemukan dalam darah. Antibodi antibodi ini termasuk thyroid
stimulating immunoglobulin (TSI antibodies), thyroid peroxidase antibodies (TPO), dan
antibodi-antibodi reseptor TSH. Pencetus-pencetus untuk penyakit Grave termasuk: stress,
merokok, radiasi pada leher obat-obatan dan organisme organisme yang menyebabkan
infeksi seperti virus-virus.

Penyakit Graves dapat didiagnosis dengan suatu scan tiroid dengan obat nuklir yang standar
yang menunjukkan secara panjang lebar pengambilan yang meningkat dari suatu yodium
yang dilabel dengan radioaktif. Sebagai tambahan, sebuah tes darah mungkin aber deny
mengungkap tingkat-tingkat TSI yang meningkat. Penyakit Grave mungkin berhubungan
dengan penyakit mata (Graves' ophthalmopathy) dan luka-luka kulit (dermopathy).
Ophthalmopathy dapat terjadi sebelum, sesudah, atau pada saat yang sama dengan
hipertiroid. Pada awalnya, la mungkin menyebabkan kepekaan terhadap cahaya dan suatu
perasaan dari "ada pasir didalam mata-mata". Mata-mata mungkin menonjol keluar dan
penglihatan ganda (dobel) dapat terjadi. Derajat dari ophthalmopathy diperburuk pada
mereka yang merokok. Jalannya penyakit mata seringkali tidak tergantung dari penyakit
tiroid, dan terapi steroid mungkin perlu untuk mengontrol peradangan yang menyebabkan
ophthalmopathy. Sebagai tambahan, intervensi secara operasi mungkin diperlukan. Kondisi
kulit (dermopathy) adalah jarang dan menyebabkan suatu ruam kulit yang tanpa sakit, merah,
tidak halus yang tampak pada muka dari kaki-kaki.

Functioning Adenoma dan Toxic Multinodular Goiter: Kelenjar tiroid (seperti banyak area-
area lain dari tubuh menjadi lebih bergumpal-gumpal ketika kita menua. Pada kebanyakan
kasus-kasus, gumpal-gumpal ini tidak memproduksi hormon-hormon tiroid dan tidak
memerlukan perawatan. Adakalanya, suatu benjolan mungkin menjadi "otonomi", yang
berarti bahwa la tidak merespon pada pengaturan pituitari via TSH dan memproduksi
hormon-hormon tiroid dengan bebas. Ini menjadi lebih mungkin jika benjolan lebih besar
dari 3 cm. Ketika ada suatu benjolan (nodule) tunggal yang memproduksi secara bebas
harman-horman tiroid, itu disebut suatu functioning nodule. Jika ada lebih dari satu
functioning nodule, istilah toxic multinodular goiter (gondokan) digunakan. Functioning
nodules mungkin siap dideteial dengan suatu thyroid scan.

Pemasukkan hormon-hormon tiroid yang berlebihan Mengambil terlalu banyak obat hormon
tiroid sebenamya adalah sungguh umum. Dosis-dosis hormon-hormon tiroid yang berlebihan
seringkali tidak terdeteksi disebabkan kurangnya follow-up dari pasien-pasien yang
meminum obat tiroid mereka. Orang-orang lain mungkin menyalahgunakan obat dalam suatu
usaha untuk mencapai tujuan-tujuan lain seperti menurunkan berat badan. Pasien-pasien int
dapat diidentifikasikan dengan mendapatkan suatu pengambilan yodium berlabel radioaktif
yang rendah (radioiodine) pada suatu thyroid scan.

Pengeluaran abnormal dari TSH, Sebuah tumor didalam kelenjar pituitari mungkin
menghasilkan suatu pengeluaran dari TSH (thyroid stimulating hormone) yang tingginya
abnormal. Ini menjurus pada tanda yang berlebihan pada kelenjar tiroid untuk menghasilkan
hormon-hormon tiroid. Kondisi ini adalah sangat jarang dan dapat dikaitkan dengan
kelainan-kelainan lain dari kelenjar pituitari. Untuk mengidentifikasi kekacauan ini, seorang
endocrinologist melakukan tes-tes terperinci untuk menilai pelepasan dari TSH.

Tiroiditis (peradangan dari tiroid), Peradangan dari kelenjar tiroid mungkin terjadi setelah
suatu penyakit virus (subacute thyroiditis). Kondisi ini berhubungan dengan suatu demam
dan suatu sakit leher yang seringkali sakit pada waktu menelan. Kelenjar tiroid juga lunak
jika disentuh. Mungkin ada sakit-sakit leher dan nyeri-nyeri yang disama ratakan.
Peradangan kelenjar dengan suatu akumulasi sel-sel darah putih dikenal sebagai lymphocytes
(lymphocytic thyroiditis) mungkin juga terjadi. Pada kedua kondisi-kondisi int, peradangan
meninggalkan kelenjar tiroid "bocor", sehingga jumlah hormon tiroid yang masuk ke darah
meningkat. Lymphocytic thyroiditis adalah paling umum setelah suatu kehamilan dan dapat
sebenarnya terjadi pada sampai dengan 8% dari wanita-wanita setelah melahirkan. Pada
kasus-kasus ini, fase hipertiroid dapat berlangsung dari 4 sampai 12 minggu dan seringkali
diikuti oleh suatu fase hipotiroid (hasil tiroid yang rendah) yang dapat berlangsung sampai 6
bulan. Mayoritas dari wanita-wanita yang terpengaruh kembali ke suatu keadaan fungsi tiroid
yang normal. Tiroiditis dapat didiagnosis dengan suatu thyroid scan.

Pemasukkan Yodium yang berlebihan, Kelenjar tiroid menggunakan yodium untuk membuat
hormon-hormon tiroid. Suatu kelebihan yodium dapat menyebabkan hipertiroid. Hipertiroid
yang dipengaruhi/diinduksi oleh yodium biasanya terlihat pada pasien-pasien yang telah
mempunyai kelenjar tiroid abnormal yang mendasarinya. Obat-obat tertentu, seperti
amiodarone (Cordarone), yang digunakan dalam perawatan persoalan-persoalan jantung,
mengandung suatu jumlah yodium yang besar dan mungkin berkaitan dengan kelainan-
kelainan fungsi tiroid.

2.4 Manifestasi klinis

Gejala-gejala umum termasuk:

1. Keringat berlebihan
2. Ketidaktoleranan panas
3. Pergerakan-pergerakan usus besar yang meningkat
4. Gemetaran
5. Kegelisahan; agitasi
6. Denyut jantung yang cepat
7. Kehilangan berat badan
8. Kelelahan
9. Konsentrasi yang berkurang
10. Aliran menstrual yang tidak teratur dan sedikit

Pada pasien-pasien yang lebih tua, Irama-irama jantung yang tidak teratur dan gagal Jantung
dapat terjadi. Pada bentuk yang paling parahnya, hipertiroid yang tidak dirawat mungkin
berakibat pada "thyroid storm," suatu kondisi yang melibatkan tekanan darah tinggi, demam,
dan gagal jantung. Perubahan-perubahan mental, seperti kebingungan dan kegila-gilaan, juga
mungkin terjadi.

Hipertiroid dapat dicurigai pada pasien-pasien dengan:

1. gemetaran-gemetaran, keringat berlebihan, kulit yang seperti beludru halus


2. rambut halus
3. suatu denyut jantung yang cepat
4. suatu pembesaran kelenjar tiroid.

Mungkin ada keadaan bengkak sekeliling mata-mata dan suatu tatapan yang karekteristik
disebabkan oleh peninggian dari kelopak-kelopak mata bagian atas. Gejala-gejala yang lebih
lanjut biasanya lebih mudah dideteksi, namun gejala-gejala awal, terutama pada orang-orang
yang lebih tua, mungkin tidak cukup menyolok mata (Smeltzer C. Suzanne,2005)

Menurut Sylvia (2006), tanda dan gejala penderita hipertiroid adalah:

1. Apatis
2. Mudah lelah
3. Kelemahan otot
4. Mual
5. Muntah
6. Gemetaran
7. Kulit lembab
8. Berat badan turun
9. Takikardi
10. Mata melotot, kedipan mata berkurang
5.5 Pemeriksaan Penunjang
Tes ambilan RAI: meningkat pada penyakit graves dan toksik goiter noduler, menurun pada
tiriditis
 T3 dan T4 serum: meningkat
 T3 dan T4 bebas serum: meningkat
 TSH: tertekan dan tidak berespon pada TRH (tiroid releasing hormon)
 Tiroglobulin: meningkat
 Stimulasi tiroid 131: dikatakan hipertiroid jika TRH daritidak ada sampai meningkat
 setelah pemberian TRH
 Ambilan tiroid 131: meningkat
 Ikatan protein sodium: meningkat
 Gula darah: meningkat (kerusakan adrenal)
 Kortisol plasma: turun (menurunnya pengeluaran oleh adrenal)
 Pemerksaan fungsi hepar: abnormal

2.6 Penatalaksanaan

a. Pengobatan jangka panjang dengan obat-obat antitiroid seperti propitiourasil atau


metimazol yang diberikanpaling sedikit selama satu tahun. Obat-obat ini menghambat
sintesis dan pelepasan tiroksin.

b. Pembedahan tiroideksomi sub total sesudah terapi propiltiourasil prabedah

c. Pengobatan dengan yodium radioaktif(Price A, Sylvia, 2006, hal 1076)

2.7 Komplikasi
1. Penyakit jantung
2. Gagal ginjal kronis
3. Fraktur
4. Krisis tirold(Smeltzer C. Suzanne, 2005, hal 1319)
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTIROID

3.1 Pengkajian

a. Data biografi: nama, umur, alamat, status, jenis kelamin, tgl MRS, diagnose medis,
keluarga yang dapat di hubungi, catatan kedatangan.

b. Riwayat kesehatan

 Keluhan utama :

Biasanya pasien datag ke RS dengan keluhan, badan terasa lemas, sering gemetaran,
keringat berlebih dan jantung terasa berdetak cepat.

 Riwayat kesehatan sekarang :

Biasanya pada saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh gemetaran, badan terasa
lemas, muall, muntah, tidak nafsu makan, tidak bisa tidur.

 Riwayat kesehatan keluarga :

Biasanya penyakit bukan merupakan penyakit keturunan, dan bisa juga ada anggota
keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti yang dialami oleh pasien.

 Riwayat kesehatan dahulu:

Biasanya penyakit hipertiroid inl gajalanya timbul dalam waktu yang lama dan belum
di rasakan oleh pasien, dan merupakan penyakit yang susah di sembuhkan. dan
membutuhkan pengobatan yang kontinu.

c. Data dasar

1. Aktivitas dan istirahat


Data Subyektif:

 Insomnia, sensitivitas meningkat Otot lemah, gangguan koordinasi


 Kelelahan berat
Data obyektif:
 Atrofi otot
2. Sirkulasi

Data Subyektif:

 Palpitasi
 Nyeri dada

Data obyektif:

 Disritmia (fibrilasi atrium), irama galop, murmur


 Peningkatan tekanan darah, takikardi saat istirahat
 Sirkulasi kolaps

3. Integritas ego

Data Subyektif:

 Mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik

Data obyektif:

 Emosi labil (euforia sampai delirium), depresi

4. Eliminasi

Data Subyektif:

 Urin dalam jumlah banyak


 Perubahan dalam feses: diare
5. Makan/ minum

Data Subyektif:

 Kehilangan BB yang mendadak


 Nafsu makan meningkat, makan banyak, makan sering, kehausan. Mual muntah
Data obyektif:
 Pembesaran tiroid, golter
 Edema non pitting terutama daerah pretibial
6. Sensorineural
Data obyektif:
 Bicara cepat dan parau
 Ganggguan status mental dan perilaku seperti bingung, disorentai, gelisah, peka
rangsang, delirium, sikosis, stupor,koma
 Tremor halus pada tanan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak-sentak
 Hiperaktif reflekstenon dalam (RTD)
7. Nyeri kenyamanan
Data Subyektif:
 Nyeri orbital, fotofobia
8. Respirasi
Tanda:
 Frekuensi pernapasan meningkat, takipnea
 Dispnea
9. Keamanan
Data subyektif:
 Tidak toleransi terhadap panas, keringat berlebihan
 Alergi terhadapiodium 9. mungkin digunakan pada pemeriksaan)

Data obyektif:

 Suhu meningkat diatas 37,4 C, diaphoresis


 Kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus
 Eksoptalmus: retraksi, iritas pada kinjungtiva dan berair. Pruritus, lesi eritema (sering
terjadi pada pretibial yang menjadi sangat parah
10. Seksualitas
Data obyektif:
 Penurunan libido, hipomenorea, amenorea dan impoten 11) Penyuluhan/
pembelajaran

Subjektif Data:

 Riwayat keluarga yang mengalami masalah tiroid


 Riwayat hipotiroidis, terapi hormontiroid atau pengobatan antitiroid, dihentikan
sebagian
 Terhadap pengobatan antitiroid, dilakukan pembedahan tiroidektomi riwayat
pemberian insulin yang menyebabkan hipoglikemia, gangguan jantung trauma,
pemeriksaan rontgen dengan zat kontras (DoengesE, Marilynn, 2000 hal 708-709)

3.2 Diagnosa Keperawatan

a. Penurunan curah jantung b.d hipertiroid tidak terkontrol, hipermetabolisme,peningkatan


beban kerja jantung

b. Kelelahan b.d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.peka rangsang dari


saraf sehubungan dengan gangguan kimia tubuh

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatanmetaboisme (peningkatannafsu


makan/pemasukan dengan penururunan BB)

d. Kerusakan integritas jaringan mata b.d perubahan mekanisme perlindungan dari mata

e. Cemas b.d faktor fisiologis, status hipermetabolik (stimulasi SSP), efek


pseudokatekolamin dari hormon tirold

f. Perubahan prossespikir b.d perubahan fisiologis, peningkatan stimulasi SSP/ mempercepat


aktivitas mental.

3. Intervensi Keperawatan

a. Penurunan curah jantung b.d hipertiroid tidak terkontrol, hipermetabolisme,peningkatan beban


kerja jantung

Tujuan Pasien / criteria evaluasi ;


 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan curah jantung
yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh yang ditandai dengan TTV stabil, denyut
nadi perifer normal, pengisian kapiler normal, status mental baik, tidak ada disritmia

Intervensi

: Independen

 Pantau TTV. Perhatikan besarnya tekanan nadi


 Periksa /teliti kemungkinan nyeri dada yang dikeluhkan pasien
 Kaji nadi/denyut jantung saat pasien tidur
 Auskultasi suara jantung, perhatikan adanya bunyiantung tambahan,adanyairamagallop
dan murmur sistolik
 Pantau EKG, catat atau perhatikan kecepatan atu frama jantung dan adanya disritmia
 Observasi tanda dan gejala kehausan yang hebat, mukosa membran kering, nadilemah,
pengisian kaapiler lambat, penurunan produksi urin dan hipotensi
 Catat adnya riwayat asma/bronkokontriksi, kehamilan,sinus bradikardi/blok jantung yang
berlanjut menjadi gagal jantung.

Kolaborasi

Berikan cairan melalui IV sesuai indikasi

Berikan obat sesuai dengan indkasi:Penyekat beta seperti: propranolol (inderalo,


atenolol(tenormin),nadolol (corgard)

Hormon tirid antagonis seperti propiltirourasil (PTU), metimazol (tapazole) Natriun fodida
(lugol) atau saturasi kalium iodida

RAI (Inal atau Inal) Kortikosteroid

Digoksin

Furosemid

Asetaminofen

Relaksan otot
 Pantau hasil pemeriksaan lab: kalium serum, kalsium serum,kultur sputum
 Lakukan pemantauan EKG secara teratur
 Berikan oksigen sesuai indikasi
 Siapkan untuk pembedahan

b. Kelelahan b.d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.peka rangsang dari saraf
sehubungan dengan gangguan kimia tubuh Dibuktikan oleh:

 Mengungkapkan sangat kurang kekurangan energi untuk mempertahankan utinitasumum,


penurunan penampilan
 Labilias/pekarangsang emsional, gugup, tegang .
 Perilaku gelisah
 Kerusakan kemampuan untuk konsentrasi

Tujuan Pasien / kriteria evaluasi ;

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien dapat melakukan
aktivitas secara mandiri. Ditandai dengan: Menunjukkkan perbaikan kemampuan untuk
berpartisipasi dalam melakukan aktivits

Intervensi

Independen

 Pantau TTV sebelum dan sesudah aktivitas


 Catat perkembangan takipnea, dispnea, pucat dan sianosis
 Ciptakan lingkungan yang tenang, ruangan yang dingin, turunkan stimulasi sensori,
warna-warna yang sejuk dan situasi yang tenang
 Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas dan meningkatkan istirahat ditempattidur
jika memungkinkan
 Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman seperti masage/sentuhan, bedak yang
sejuk
 Memberikan aktivits pengganti yang nyaman seperti membaca, mendengarkan radio
 Hindari membicarakan topik yang menjengkelkan atau yang mengancam pasien.
Diskusikan cara untuk berspon terhadap perasaan tersebut
 Diskusikan dengan orang dekat tentang keadaan kelelahan dan emosi yang tidak stabil
Kolaborasi
 Berikan obat sesuai indikasi sseperti sedatif : fenobarbital (luminat)

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatanmetaboisme (peningkatan nafsu


makan/pemasukan dengan penururunan BB)

Tujuan pasien / criteria evaluasi

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nutrisi adekuat, ditandai
dengan : Menunjukkkan BB yang stabil disertai dengan nilai laboratorium yang normal dan
terbebas dari tanda-tanda malnutrisi

Intervensi

Independen

 Auskultasi bising usus


 Catat dan laporkan adanyaanoreksia, kelemahan umum/nyel,nyeri abdomen,munculnya
mual-muntah
 Pantau masukan makanan setiap hari. Dan timbang bb setipa hari serta laporkan adanya
penurunan BB
 Dorong pasien untuk makandan meningkatkan jumlah makan dan juga makanan kecil
dengan menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna

 Hindari pemberian makananyang dapat meningkatkan peristaltik usus (eh, kopi dan
makanan berserat lainnya) dan cairan yang menyebabkan diare
 Bicara dengan nada normal
Kolaborasi :

Konsul dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidart dan vitamin

Berikan obat dengan indikasi:

a. glukosa, vit B kompleks

b. Insulin (dengan dosis kecil)

4. Kerusakan integritas jaringan mata b.d perubahan mekanisme perlindungan darimata

Tujuan / criteria hasil :

 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan integritaskulit


kembali baik ditandai dengan :
 Dapat mempertahakan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus
 Mampu mengidzentifikasi tindakan untuk memberkanperlindungan pada mata dan
pencegahan komplikasi

Intervensi

Independen

 Observasi edema peiorbital, gangguan penutupan kelopakmata. Lapang pandang


 penglihatan yang sempit, air ata yang berlebihan. Catat adanya fotofobia, rasaadanya
benda diluar mata dan nyeri pada mata
 Evaluasi ketajaman mata, laporkan adanya pandangan yang kabur atau
pandanganganda(diplopia)
 Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap ketika bangaundan tutup dengan
peneutup mata selamatidur sesuai kebutuhan
 Bagian kepala tempat tidur ditinggikan dan batasi pemasukan garam jika ada Indikasi
 Berikan kesempatan pasian untuk mendiskusokan perasaaan tentang perubahanganbaran
atau betuk tubuh untuk meningkatkan gambaran tubuh
 Instruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokular jika memungkinkan Kolaborast
berikan obat sesuat indikast

a. obat tetes mata metiiselulosa

b. ACTH, prednisone

c. Obat antitiroid

d. Diuretik

 Siapkan pembedahan

5. Cemas b.d faktor fisiologis, status hipermetabolik (stimulasi SSP), efek pseudokatekolamin
dari hormon tirold Ditandai dengan :

Peningkatan perasaan kuatir, gemetar, hilang konrol, panik, perubahan kognitif, distosi
rangsanglingkungan

. Gerakan ekstra, gelisah, tremor

Tujuan :

 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan klien tidakcemas


lagi.
 Kriteria hasil:
 Tampak rileks
 Melapokan ansietasberkurang sampai tingkat dapt dilatasi
 Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya

Intervensi:

Mandiri

 Observasi tingkah laku pasien yang menunjukkan tingkat ansietas .


 Pantau respon fisik, papitsi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasidan insomnia
 Tinggal bersama pasien, mempertahankan sikap yang teang. Mngakui atau menjawab
kekuatiran dan mengijinkan perilaku pasien yang umum
 Jelaskan prosedur, lingkungan sekelilmn atau suara yang mungkindidengar olehpasien
Bicara yang singkat dengan kata yang sederhana
 Kurangi stimulasidari luar. Tempatkan pada ruangan yang tenang, berikan kelembutan,
kurangi lampu yang terang, kurangi jumlah orang yang berkunjuang Diskusikan dengan
pasien aau orang yang terdekat penyebab emosional yang labil/reaksi psikotik
 Tekankan harapan bahwa pengendalian emosi itu harus tetap diberikan sesuaidenagan
perkembangan terapi obat

Kolaborasi;

 Berikan obat antiansietas


 Rujukpada sistem penyokong sesuai dengan kebutuhan seperti konseling, ahli agama dan
pelayanan social

6. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologis, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat


aktivitas mental

Tujuan:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan proses fikir pasien
kembali normal.

Kriteria hasil:

 Mempertahankan orientasi realita umumya


 Mengenali perubahan dalam berpikir/perilaku dan faktor penyebab Intervensi:
 Kaji proses pikir pasienseperti memori, rentang perhatian, orientasi terhadap tempat,
waktu atauorang

Anda mungkin juga menyukai