Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MATERNITAS

FISTULA GENITALIA

Disusun Oleh :

Kelompok 2

1. Lalu sapta yuda


2. Oni suryani
3. Vista fatimah mutia sari
4. Weni sulasma imamsari
5. Yeni marliana

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP AKADEMIK

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
tugas kami dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga tugas ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan karya tulis ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan karya tulis ini.

Mataram, 29 Mei 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................6
2.1 Konsep dasar fistula genitalia......................................................................................6
2.1.1 Pengertian............................................................................................................6
2.1.2 Etiologi................................................................................................................6
2.1.3 Patofisiologi.........................................................................................................6
2.1.4 Klasifikasi............................................................................................................7
2.1.5 Pemeriksaan penunjang.......................................................................................7
2.1.6 Tanda dan gejala..................................................................................................7
2.1.7 Komplikasi..........................................................................................................8
2.1.8 Penatalaksanaan...................................................................................................8
2.1.9 Pencegahan..........................................................................................................8
2.2 Asuhan keperawatan fistula genitalia.........................................................................9
2.2.1 Pengkajian...........................................................................................................9
2.2.2 Diagnosa..............................................................................................................9
2.2.3 Intervensi keperawatan......................................................................................10
2.2.4 Implementasi keperawatan................................................................................14
2.2.5 Evaluasi keperawatan........................................................................................14
BAB III PENUTUP..................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan................................................................................................................15
3.2 Saran..........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian
terutama dikalangan remaja. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan,
munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resiko-resiko kesehatan
reproduksi. Resiko kesehatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berhubungan, misalnya tuntutan untuk menikah muda dan hubungan seksual, akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan, kurangnya perhatian terhadap kebersihan organ
reproduksi, ketidaksetaraan jender, kekerasan seksual, dan pengaruh media massa maupun
gaya hidup. Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan
keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan
jenis agar tidak punah.Sistem reproduksi pada manusia akan mulai berfungsi
ketikaseseorang mencapai kedewasaan (pubertas) atau masa akil balik.
Fistula genitalia banyak ditemukan di negara berkembang sebagai akibat
persalinan yang lama maupun penanganan yang kurang baik. Di Negara maju kasus ini
terbanyak disebabkan oleh tindakan operasi histerektomi maupun secara abdominal
(Sarwono, 2009).
Fistula genitalia ini merupakan kasus yang tidak seorangpun membayangkan akan
terjadi pada penderitanya. Penderitaan pasien, bukan hanya difisik saja tetapi berupa
mudah mengalami ISK, namun memiliki dampak psikososial yang dirasakan lebih
menyakitkan. Penderita merasa terisolasi dari pergaulan, keluarga dan lingkungan
kerjanya oleh karena senantiasa mengeluarkan urine dan bau yang tidak sedap setiap saat.
Tidak jarang suami meninggalkan nya dengan alasan karena tidak terpenuhinya kebutuhan
biologis dengan wajarnya (Sarwono, 2010).
Kasus ini seringkali dialami oleh para wanita dari kalangan sosio ekonomi yang
rendah dimana pada saat kehamilan dan persalinan tidak mendapat pelayanan yang
mamadai sehingga berlangsung lama dan terjebak pada persalinan kasip. Angka kejadian
pasti di Indonesia sulit didapatkan oleh karena banyak laporan hanya menggambarkan
kejadian penderita yang datang ke rumah sakit. WHO (1991) melaporkan angka kejadian
di Afrika 55-80 per 100.000 kelahiran hidup. Di Ethopia 90% disebabkan oleh persalinan
kasip.

4
Terjadinya penekanan jalan lahir oleh kepala bayi dalam waktu lama, seperti pada
partus lama ® iskemi kemudian nekrosis lambat, atau akibat terjepit oleh alat pada
persalinan buatan ® kejadian ini sering ditemukan di negara berkembang, dengan
pelayanan

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah definisi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, pemeriksaan
penunjang, komplikasi, penatalaksanaan medis dan cara pencegahan penyakit
Fistula Genitalia?
1.2.2 Bagaimana cara yang tepat untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Fistula Genitalia ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Agar mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan fistula genitalia
1.3.2 Tujuan khusus

1. Mahasiswa memahami Pengertian Fistula Genitalia


2. Mahasiswa memahami Etiologi Fistula Genitalia
3. Mahasiswa memahami patofisiologi Fistula Genitalia
4. Mahasiswa memahami klasifikasi Fistula Genitalia
5. Mahasiswa memahami manifestasi klinis Fistula Genitalia
6. Mahasiswa memahami Pemeriksaan penunjang Fistula Genitalia
7. Mahasiswa memahami Tanda dan Gejala Fistula Genitalia
8. Mahasiswa memahami komplikasi Fistula Genitalia
9. Mahasiswa memahami penatalaksanaan Fistula Genitalia
10. Mahasiswa memahami Pencegahan Fistula Genitalia
11. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan anak dengan Fistula
Genitalia

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep dasar fistula genitalia


2.1.1 Pengertian
Fistual adalah terjadinya hubungan antara rongga alat dalam dengan dunia luar.
Fistula merupakan saluran yang berasal dari rongga atau tabung normal
kepermukaan tubuh  atau ke rongga lain, fistula ini diberi nama sesuai dengan
hubungannya (misalnya : rekto-vaginal, kolokutaneus) (Sylvia A. Price, 2005).
Genitalia ialah organ reproduksi.
Fistula genitalia dalah terjadinya hubungan antara traktus genitalia dengan traktus
urinarius atau, gastrointestinal dan dapat ditemukan satu atau gabungan dua kelainan
secara bersamaan.
2.1.2 Etiologi
1. Sebab obstetrik
Terjadinya penekanan jalan lahir oleh kepala bayi dalam waktu lama, seperti
pada partus lama iskemia kemudian nekrosis lambat, atau akibat terjepit oleh alat
pada persalinan buatan. Partus dengan tindakan, seperti pada tindakan SC,
kranioklasi, dekapitasi, ekstraksidengan cunam, seksio-histerektomia.
2. Sebab ginekologik
1) Proses keganasan/carsinoma terutama carsinoma cervix, radiasi/penyinaran,
trauma operasi atau kelainan kongenital.
2) Histerektomi totalis
3) Lokasi terbanyak pada apeks vagina ukuran 1-2 mm. Terjadi akibat terjepit
oleh klem atau terikat oleh jahitan.
3. Sebab trauma
Terjadi karena trauma (abortus kriminalis).
2.1.3 Patofisiologi
Salah satu etiologi dari terbentuknya fistel adalah dari pembedahan. Biasanya
karena terjadi kurangnya ke sterilan alat atau kerusakan intervensi bedah yang
merusak abdomen. Maka kuman akan masuk kedalam  peritoneum hingga
terjadinya peradangan pada peritoneum sehingga keluarnya eksudat fibrinosa
(abses), terbentuknya abses biasanya disertai dengan demam dan rasa nyeri pada
lokasi abses.

6
Infeksi biasanya akan meninggalkan jaringan parut dalam bentuk pita jaringan
(perlengketan/adesi), karena adanya perlengketan maka akan terjadinya kebocoran
pada permukaan tubuh yang mengalami perlengketan  sehingga akan menjadi
sambungan abnormal diantara 2 permukaan tubuh. Maka dari dalam fistel akan
meneluarkan drain atau feses.
Karena terjadinya kebocoran pada permukaan tubuh yang mengalami
perlengketan maka akan menyumbat usus dan gerakan peristaltik usus akan
berkurang sehingga cairan akan tertahan didalam usus halus dan usus besar (yang
bisa menyebabkan edema), jika tidak di tangani secara cepat maka cairan akan
merembes kedalam rongga peritoneum sehingga terjadinya dehidrasi.
2.1.4 Klasifikasi
1. Fistula enterocutaneous
Adalah bagian dinding GI tract yang terbuka sehingga menyebabkan
keluarnya isi perut dan keluarnya melalui kulit.
2. Fistula enterovesicular (vesikovaginal dan uretrovaginal)
Fistula vesikovaginal adalah ostium antara kandung kemih dan vagina
sedangkan fistula uretrovaginal adalah ostium antara uretra dan vagina. Fistula
pada bagian ini dapat mengakibatkan sering terjadinya infeksi saluran kemih.
3. Fistula rektovaginalis
Adalah suatu ostium antara rectum dan vagina atau merupakan alur
granulomatosa kronis yang berjalan dari anus hingga bagian luar kulit anus,
atau dari suatu abses anus atau daerah perianal.
4. Fistula enterocolic
Adalah saluaran yang melibatkan usus besar atau kecil.
2.1.5 Pemeriksaan penunjang
1. Darah lengkap
2. CT
3. BT
4. Golongan darah
5. Urium creatiumi
6. Protein
7. Albumin
2.1.6 Tanda dan gejala
Gangguan yang dihasilkan biasanya mencakup :
1. Inkontinensia urine
7
2. Infeksi parah dan ulserasi pada saluran vagina
3. Sering terjadi kelumpuhan yang disebabkan oleh kerusakan
4. Wanita merasa tidak nyaman
5. Haid terganggu, amenorrhoe sekunder
6. Kulit sekitar anus tebal
7. Infeksi pada jalan lahir
8. Pada pemeriksaan spekulum terlihat dinding vesika menonjol keluar
9. Flatus dari vagina, keluar cairan dari rectum.
2.1.7 Komplikasi
1. Infeksi
2. Gangguan fungsi reproduksi
3. Gangguan dalam berkemih
4. Gangguan dalam defekasi
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Medis
Pengobatan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara operasi. Operasi
untuk kasus ini tanpa komplikasi memiliki tingkat keberhasilan 90%. Operasi
ini sukses dapat memungkinkan perempuan untuk hidup normal dan memiliki
anak lagi. Perawatan pasca operasi sangat penting untuk mencegah infeksi.
Manfaat terbesar dari perawatan bedah adalah bahwa banyak wanita
dapat kembali bergabung dengan keluarga mereka, masyarakat, dan
masyarakat tanpa rasa malu dari kondisi mereka karena bocor dan bau tidak
lagi sekarang.
2. Keperawatan
1) Pra operasi : persiapan fisik, lab, antibiotika profilaksis, persiapan kolon
bila perlu
2) Pasca operasi : drainase urin kateter terpasang.
2.1.9 Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara :
1. Pemeriksaan secara rutin ke perawatan kandungan
2. Dukungan dari profesional perawatan kesehatan terlatih selama kehamilan,
3. Menyediakan akses ke keluarga berencana
4. Mempromosikan praktek jarak antar kelahiran
5. Mendukung perempuan dalam bidang pendidikan

8
2.2 Asuhan keperawatan fistula genitalia
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas
Biasanya berisi nama, jenis kelamin, alamat, No Medical Record, penanggung
jawab, agama, alamat, tanggal masuk, dan lain-lain.
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : Biasanya normal
Suhu : Biasanya normal
Pernafasan : Biasanya normal
Nadi : Biasanya normal
3. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya terjadi partus lama, partus dengan tindakan SC, karsinoma,
radiasi, trauma operasi atau kelainan congenital, aborsi, pelecehan seksual
atau pemerkosaan.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya terjadi kelumpuhan, inkontinensia urine, haid klien biasanya
terganggu, kulit sekitar anus tebal, infeksi pada jalin lahir, dinding vesika
menonjol keluar, dan keluar cairan dari rectum.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
4) Riwayat menstruasi
Biasanya haid klien terganggu dengan terjadi amnorrhoe sekunder.
4. Pemeriksaan Fisik
1) Genitalia
a. Inspeksi :
Biasanya keluar cairan dari rectum dan vagina,
b. Palpasi :
Dinding vesika menonjol keluar
2) Ekstremitas
a. Inspeksi
Biasanya terjadi kelumpuhan pada ekstermitas bawah akibat trauma
operasi.
2.2.2 Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, proses inflamasi
9
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, proses
pembedahan
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
2.2.3 Intervensi keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Intervensi Keperawatan
(sdki) Hasil (slki) (siki)
1 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan MANAJEMEN NYERI
dengan iritasi mukosa, Tindakan keperawatan  Observasi
proses inflamasi selama 24 jam nyeri 1. lokasi, karakteristik,
menurun durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri
non verbal
4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
 Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
10
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Control lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
 Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan  PENCEGAHAN INFEKSI
11
berhubungan dengan Tindakan keperawatan
penurunan daya tahan selama 24 jam Tingkat  Observasi
tubuh, proses infeksi menurun 1. Identifikasi riwayat
pembedahan kesehatan dan riwayat
alergi
2. Identifikasi
kontraindikasi
pemberian imunisasi
3. Identifikasi status
imunisasi setiap
kunjungan ke pelayanan
kesehatan
 Terapeutik
1. Jadwalkan imunisasi
pada interval waktu
yang tepat
 Edukasi
1. Jelaskan tujuan,
manfaat, resiko yang
terjadi, jadwal dan efek
samping
2. Informasikan imunisasi
yang diwajibkan
pemerintah
3. Informasikan vaksinasi
untuk kejadian khusus
3 Kecemasan berhubungan Setelah dilakukan REDUKSI ANXIETAS
dengan perubahan status Tindakan keperawatan  Observasi
kesehatan selama 24 jam Tingkat 1. Identifikasi saat tingkat
Ansietas menurun anxietas berubah
2. Identifikasi kemampuan
mengambil keputusan
3. Monitor tanda anxietas
(verbal dan non verbal)

12
 Terapeutik
1. Ciptakan suasana
terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
2. Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan ,
jika memungkinkan
3. Pahami situasi yang
membuat anxietas
4. Dengarkan dengan
penuh perhatian
5. Gunakan pedekatan
yang tenang dan
meyakinkan
6. Motivasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu
kecemasan
7. Diskusikan perencanaan
realistis tentang
peristiwa yang akan
datang
 Edukasi
1. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
3. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
4. Anjurkan melakukan
13
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
5. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan
pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan
7. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat anti anxietas, jika
perlu

2.2.4 Implementasi keperawatan


Implentasi adalah tahap dalam proses keperawatan dengan melaksanakan
berbabagai strategis keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncakan
dalam rencana tindakan keperawatan. Implementasi merupakan serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan tindakan yang telah doi
rencanakan ditahap intervensi sebelumnya, implementasi terdiri dari melakukan dan
mendoumentasikan tindakan yang diberikan merupakan suatu tindakan keperawatan
khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensikeperawatan.
2.2.5 Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari prpses pelaksanaan asuhan keperawatan
yang bertujuan untuk mengevaluasi atau melihat tingakt keberhasilan dari tindakan
keperawatan yang diberikan. Evaluasi keperawatan dilakukan dengan dalam bentuk
pendekatan SOAP.Menyusun rencana keperawatan yang baru apabila tindakan yang
dilakukan sebelumnya tiadak atau belum berhasil.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fistula genitalia adalah terjadinya hubungan antara traktus genitalia dengan traktus
urinarius atau, gastrointestinal dan dapat ditemukan satu atau gabungan dua kelainan
secara bersamaan. Pelayanan asuhan keperawatan pada harus sesuai dengan instruksi
dokter. Asuhan yang diberikan kepada ibu tersebut, seperti mengontrol keadaan umum ibu
dan tanda-tanda vital, menganjurkan ibu untuk bed rest total dan banyak minum air putih
sesuai yang diinstruksikan dokter, menganjurkan ibu untuk makan yang cukup dan
mengingatkan ibu untuk rutin minum obat yang diresepkan dokter.

3.2 Saran
Semoga dalam pembuatan makalah ini berguna bagi pembaca pada umumnya dan
khusunya berguna bagi penulis dalam memberikan asuhan keperawatan pada ibu. Dalam
pembuatan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, agar
pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Leoni I, dkk. 2015. Asuhan Keperawatan Fistual Genetalia. Diakses pada 1 Oktober 2019
dari https://id.scribd.com/doc/289667624/Askep-Fisula-Genetalia.
Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawiroharjo
Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka.
Witri A, dkk. 2013. Asuhan Keperawatan Dengan Ibu Dengan Gangguan Fistula Genetalia.
Diakses pada taggal 2 Oktober 2019 dari https://dokumen.tips/download.link.askep-
pada-ibu-dengan-fistula-genetalis
Yue Pz, 2013. Laporan pendahuluan Fistual Genetalia. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2019
dari https://id.scribd.com/doc/155138199/Laporan-Pendahuluan-Fistual.

16

Anda mungkin juga menyukai