Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN (MENINGITIS)

Disusun Oleh :

Kelompok 6

1. Adelia Puspita Sari

2. Dini Ardiani

3. Lalu Sapta Yudawan

4. Oni Suryani

5. Usni

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN JENJANG S.1
MATARAM
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Dalam menyelesaikan makalah ini kami dibantu oleh berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah, serta
semua pihak yang dengan caranya masing-masing telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.

Sebagai makhluk yang lemah kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
dari berbagai pihak kami terima dengan lapang dada.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama dalam meningkatkan kualitas pendidikan kita.

Mataram, 7 Juni 2022

Kelompok 6

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii


BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2

1.3 Tujuan.................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3

2.1 Definisi Meningitis.............................................................................. 3

2.2 Etiologi Meningitis.............................................................................. 3

2.3 Patofisiologi Meningitis...................................................................... 5

2.4 Penatalaksanaan................................................................................... 6

2.5 Pemeriksaan Diagnostik...................................................................... 8

2.6 Tanda dan Gelaja Meningitis............................................................... 9

2.7 Komplikasi Meningitis........................................................................ 10

2.8 Pathway............................................................................................... 12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................... 13

3.1 Pengkajian........................................................................................... 13

3.2 Diagnosa keperawatan......................................................................... 14

3.3 Intervensi keperawatan........................................................................ 14

BAB IV PENUTUP......................................................................................... 16
4.1 Kesimpulan.......................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 17
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Meningitis tergolong penyakit serius dan bisa mengakibatkan kematian.
Penderita meningitis yang bertahan hidup akan menderita kerusakan otak
sehingga lumpuh, tuli, epilepsi, retardasi mental. Penyakit meningitis telah
membunuh jutaan balita di seluruh dunia. Data WHO menunjukkan bahwa dari
sekitar 1,8 juta kematian anak balita di seluruh dunia setiap tahun, lebih dari
700.000 kematian anak terjadi di negara kawasan Asia Tenggara dan Pasifik
Barat.
Ada tiga bakteri penyebab meningitis, yaitu Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae tipe b, dan Niesseria meningitides. Dari ketiga bakteri
itu, Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) adalah bakteri yang paling sering
menyerang bayi di bawah usia 2 tahun. Masa inkubasi kuman tersebut sangat
pendek yakni sekitar 24 jam. Bakteri pneumokokus adalah salah satu penyebab
meningitis terparah. Penelitian yang diungkapkan konsultan penyakit menular
dari Leicester Royal Infirmary, Inggris, Dr Martin Wiselka, menunjukkan bahwa
20-30 persen pasien meninggal dunia akibat penyakit tersebut, hanya dalam
waktu 48 jam. Angka kematian terbanyak pada bayi dan orang lanjut usia. Pasien
yang terlanjur koma ketika dibawa ke rumah sakit, sulit untuk bisa bertahan
hidup. Infeksi pneumokokus lebih sering terjadi pada anak dibanding orang
dewasa karena tubuh anak belum bisa memproduksi antibodi yang dapat
melawan bakteri tersebut.
Sebanyak 50 persen pasien meningitis yang berhasil sembuh biasanya
menderita kerusakan otak permanen yang berdampak pada kehilangan
pendengaran, kelumpuhan, atau keterbelakangan mental. Komplikasi penyakit
tersebut akan timbul secara perlahan dan semakin parah setelah beberapa bulan.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari Meningitis?
b. Apa etiologi dari meningitis?
c. Bagaimanakah patofisiologi meningitis?
d. Bagaimanakah tanda dan gejala meningitis?
e. Apasaja komplikasi yang timbul dari meningitis?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Dapat memahami definisi dari meningitis
b. Dapat memahami etiologi dari meningitis
c. Dapat memahami patofisiologi meningitis
d. Dapat memahami tanda dan gejala meningitis
e. Dapat memahami komplikasi yang dapat timbul dari meningitis

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Meningitis


Meningitis adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai sebagian atau
seluruh selaput otak (meningen) yang ditandai dengan adanya sel darah putih
dalam cairan serebrospinal. Meningitis pada anak-anak masih sering di jumpai,
meskipun sudah ada kemoterapeutik, yang secara in vitro mampu membunuh
mikroorganisme penyebab infeksi tersebut. WHO (2003), mendefinisikan anak-
anak antara usia 0-14 tahun karena di usia inilah risiko cenderung menjadi lebih
besar. Ini akibat infeksi dengan Haemophilus influenzae maupun pneumococcus,
karena anak-anak biasanya tidak kebal terhadap bakteri.
Adapun menurut Widagdo (2011), Meningitis adalah infeksi akut yang
mengenai selaput mengineal yang dapat disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme dengan ditandai adanya gejala spesifik dari sistem saraf pusat
yaitu gangguan kesadaran, gejala rangsang meningkat, gejala peningkatan
tekanan intrakranial, dan gejala defisit neurologi.
Meningitis atau radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater)
merupakan kondisi serius yang menyebabkan lapisan disekitar otak dan sumsum
tulang belakang mengalami peradangan.
2.2 Etiologi Meningitis
Penyebab tersering meningitis adalah microorganism seperti bakteri,
virus, parasit, dan jamur. Meningitis juga dapat disebabkan oleh penyebab lain,
seperti pada penyakit AIDS, DM, Cidera fisik atau obat-obatan tertentu yang
dapat melemahkan system imun.
a. Meningitis Virus

Meningitis Virus tidak melibatkan jaringan otak pada proses


peradangannya. Gejalanya ringan, sehingga diagnosanya luput dibuat.

3
Ada juga kasus meningitis virus disebabkan oleh enterovirus. Enterovirus
ini merupakan penyebab utama meningitis virus, sedangkan sebagian dari
enterovirus mengakibatkan ensefalis. Walaupun demikian, hanya sedikit
saja kasus Enterovirus yang berkembang menjadi meningitis. Infeksi
virus lain yang menyebabkan meningitis, yaitu:

1. Virus Mumps

2. Virus Herpes

3. Virus yang menyebar melalui nyamuk dan serangga


lainnya.

b. Meningitis Bakterialis

Salah satu penyebab utama meningitis pada anak adalah Neisseria


meningitidis yang dikenal sebagai meningokokus. Meningitis pada
kelompok ini sangat serius dan dapat mematikan. Kematian dapat terjadi
hanya dalam beberapa jam. Namun banyak juga pasien yang sembuh, tapi
cacat permanen seperti hilangnya pendengaran, kerusakan otak, dan
ketidakmampuan belajar. Ada beberapa jenis bakteri yang dapat
menyebabkan meningitis, seperti:

1. Streptococcus pneumonie

2. Hemophilus influenza

3. Listeria monocetytogesnes

4. Straptococcus aureus

c. Meningitis Jamur

Jamur yang menginfeksi manusia terdiri dari dua kelompok yaitu,


jamur patogenik dan opportunistic. Jamur patogenik mengineksi manusia

4
normal setelah inhalasi dan inflantasi spora. Sedangkan jamur
opportunistic tidak menginfeksi orang dengan system imun yang normal,
tetapi menyerang system imun yang buruk.

d. Meningitis Parasit

Penyebab dari meningitis parasir yaitu seperti Angiotrongylus


cantonensis dan Baylisascaris procyonis, yang tidak disebarkan melalui
kontak langsung. Parasit ini umumnya terdapat pada hasil bumi, serta
kotoran, makanan, dan hewan seperti siput, ikan, unggas, memakan
makanan yang berbahan dasar hewan tersebut atau melakukan aktivitas
seperti berenang berpotensi tertular parasit penyebab meningitis.
Meningitis juga dapat di picu oleh kondisi yang diderita pasien, seperti
cedera kepala, kanker, dan lupus, penggunaan obat-obatan tertentu atau
pernah menjalani tindakan medis seperti operasi otak juga dapat memicu
meningitis.

2.3 Patofisiologi Meningitis


Patosifologi meningitis disebabkan oleh infeksi berawal dari aliran
subarachnoid yang kemudian menyebabkan reaksi imun, gangguan aliran cairan
serebrospinal dan kerusakan neuron.
a. Invasi pathogen
Patogen penyebab meningitis dapat masuk dan menginvasi aliran
subarachnoid dalam berbagai cara yaitu melalui penyebaran hematogen, dari
struktur sekitar meningkatkan, menginvasinervous perifer dan kranial atau
secara iatrogenik koperasi pada daerah Tanjung atau spinal. Adanya invasi
patogen ke subarachnoid akan mengaktivasi sistem imun sel darah putih
komplemen dan immunoglobulin akan bereaksi dan menyebabkan produksi
sitokin.
b. Pengaruh sitokin pada meningitis

5
Adanya peningkatan produksi sitokin dapat menyebabkan beberapa
perubahan fisiologis, yaitu peningkatan permeabililitas Blood Brain Barrier
(BBB), perubahan aliran darah serebral, Peningkatan perlekatan leukosit ke
endothelium kapiler, serta peningkatan reactivep oxygen species (ROS).
Adanya peningkatan permeabililitas BBB serta perubahan aliran darah
several dapat menyebabkan tekanan perfusi aliran darah turun dan terjadi
iskemia. Hal ini dapat membuat perubahan pada komposisi serta aliran cairan
serebral sehingga menggangu aliran dan absorpsi cairan serebral Inal.
Gangguan pada serebral, perlekatan, leukosit ke endothelium kapiler,
serta peningkatan ROS dapat menyebabkan kerusakan neuron, Peningkatan
tekanan intrakranial, dan edama. Kerusakan neuron Al terutama disebabkan
oleh metabolik yang bersifat sitotoksik dan adannya iskemia neuronal.
Akibatnya terjadinya manifestasi klinis berupa deman, kaku kuduk,
perubahan status mental, kejang atau defisit neurologis fokal.
2.4 Penatalksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis leih bersifat mengatasi etiologi dan perawat
perlu menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang
berguna sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas
penatalaksanaan pengobatan meningitis meliputi pemebrian antibiotic yang
mampu melewati barrier darah otak ke ruang cubarachnoid dalam konsentrasi
yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri. Biasanya
menggunakan sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji
resistensi antibiotic agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan.
a. Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):
1) Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam oral 2x sehari maksimal 500 mg
selama 1 setengah tahun
2) Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam oral 1X sehari sealam 1 tahun
3) Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM 1-2 x sehari selama 3
bulan
6
b. Obat anti infeksi (meningitis bacterial)
1) Sefalosporin generasi ketiga
2) Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
3) Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV, 4 x sehari
c. Pengobatan simtomatis
1) Antikonvulsi, Diazepam IV: 0,2-0,5 mg/kgBB/dosis atau rektal: 0,4-
0,6 mg/kgBBatau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam3 x sehari atau
fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam 3 x sehari
2) Antipiretik: paracetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis
3) Antiedema serebri: Diuretik osmotic (manitol) dapat digunakan untuk
mengobati edema serebri
4) Pemenuhan oksigenasi dengan O2
5) Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian
tambahan volume cairan intravena
2. Penatalaksanaan keperawatan
Prognosis sangat bergantung pada asuhan suportif yang diberikan
intervensi keperawatan yang terkait mencakup:
a. Kaji status neurologi dan tanda-tanda vital secara kontinu dan tetukan
oksigenasi dari nilai gas darah arteri dan oksimetri denyut jantung.
b. Masukan selang endotrakea bermanset (trakeostomi) dan posisikan pasien
pada ventilasi mekanisme sesuai program.
c. Kaji tekanan darah (biasanya dipantau dengan menggunakan aelang
arterial) untuk mendeteksis syok insipient, yang terjadi sebelum gagal
jantung atau pernafasan.
d. Penggantian cepat cairan IV dapat diprogramkan tetapi hati-hati jangan
sampai menghidrasi pasien secara berlebihan karena pasien beresiko
mengalami edema serebral.

7
e. Turunkan demam yang tinggi untuk mengurangi beban kebutuhan oksigen
pada jantung dan otak.
f. Lindungi pasien dari cedera sekunder akibat aktivitas kejang atau
perubahan tingkat kesadaran (LOC).
g. Pantau berat badan setiap hari, elektrolit serum dan volume, berat jenis dan
osmolalitas urin, terutama jika pasien diduga mengalami sindrom ketidak
tepatan hormone antidiuretic (SIAHDH).
h. Cegah komplikasi yang disebabkan oleh imobilitas seperti tekan dan
pneumoni.
i. Lakukan upaya pengendalian infeksi sampai 24 jam setelah dimulainya
terapi antibiotic (rabs oral dan nasal dianggap menular).
j. Informasikan keluarga mengenai kondisi pasien dan izinkan keluarga
melihat pasien pada interval waktu yang tepat.
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisis CSS dari fungsi lumbal
a. Meningitis bacterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel
darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positif
terhadap beberapa jenis bakteri.
b. Meningitis virus: tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah
putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya
negative, kultur virus biasanya dengan procedure khusus.
2. Glukosa serum: meningkat (menngitis)
3. LDH serum: meningkat (meningitis bakteri)
4. Sel darah putih: sedikit meningkat dengan peningkatan neutrophil (infeksi
bakteri)
5. Elektrolit darah: Abnormal
6. ESR/LED: meningkat pada meningitis
7. Kultur darah, hidung, tenggorokan dan urine: dapat mengindikasikan darah
pusat infeksi atau mengindinkasikan tipe penyebab infeksi

8
8. MRI/CT Scan: dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran atau
letak ventrikel (hematom daerha serebral, hemoragik atau tumor).
9. Ronsen dada/kepala/sinus: mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.
2.6 Tanda dan gejala
Pada anak manifestasi klinis yang adalah timbul sakit secara tiba-tiba,
adanya deman, sakit kepala, panas dingin, muntah dan kejang-kejang, anak
menjadi cepat rewel dan agitasi serta dapat berkembang menjadi fotobia,
delirium, halusinasi, tingkah laku yang agresif atau mengantuk, supir, dan koma.
Gejala dan gangguan pada pernapasan atau gastrointestinal seperti sesak nafas,
muntah, dan diare.
Tanda yang khas adalah adanya tahanan pada perfusi yang tidak optimal
biasanya memberikan tanda klinis seperti kulit dingin dan sianosi. Gejala lainnya
yang lebih spesifik seperti petenis/pura pura pada kulit sering didapatkan apabila
anak mengalami infeksi meningokokus (meningokossemia), keluarnya cairan
dari telinga merupakan gejala khas pada anak yang mengalami meningitis
peneumokokus dan sinus dermal kongenitasl terutama disebabkan oleh infeksi E.
Collins.
Pada bayi, manifestasi klinis biasanya tampak pada umur 3 bulan
sampai 2 tahun dan sering ditemukan adanya deman, nafsu makan menurun,
muntah, rewel, mudah Lelah kejang-kejang dan menangis meraung-raung, tanda
khas di kepala adalah fontanel menonjol. Kaku kuduk merupakan tanda
meningitis pada anak, sedangkan tanda tanda brudzinski dan kerning dapat
terjadi namun lambat atau ada pada kasus meningitis tahap lanjut.
Pada neunatus,biasanya masih sukar untuk diketahui karena manifestasi
klinis yang tidak jelas dan tidak spesifik, Namun pada beberapa keadaan
gejalanya mempunyai kemiripan dengan anak yang lebih besar, neunatus
biasanya menolak untuk makan, gangguan gastrointestinal berupa muntah dan
kadang kadang ada diare, tomus otot lemah, penggerakan dan kekuatan menangis
melemah padan kasus lanjut terjadi hipotermia/deman, ikterus, rawel,
mengantuk, kejang kejang, frekuensi napas tidak teratur/apnea, sianosi,
9
penurunan berat badan, tanda fontanel menonjol mungkin ada atau lebih berat
terjadi kolaps kardiovaskular, kejang-kejang, dan apnea biasanya terjadi bila
tidak diobati atau tidak dilakukan tindakan yang tepat.
2.7 Komplikasi
a. Hidrosefalus obstruktif
Hidrosefalus adalah penumpukan cairan pada rongga otak atau
ventrikel. Sedangkan meningitis adalah penyakit yang menyerang beberapa
saluran dari otak, termasuk saluran serebrospinal. jika saluran tersebut
terganggu dan terjadi penyumbatan, hal ini akan menjadi penyebab
hidrosefalus pada seseorang.
Kondisi pada penderita, hidrosefalus dan meningitis memiliki
keterkaitan yang sama. menyerang bagian vital dari tubuh manusia. rasa sakit
dibagian kepala membuat gejala yang ditumbulkan sama. Selain itu,
hidrisefalus adalah salah satu komplikasi meningitis tuberculosis (TBM)
yang sering terjadi pada 85% anak-anak.
b. Septikemia
Septicemia adalah penyakit yang berbahaya dan mematikan yang
disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis. Ketika seseorang mengidap
penyakit meningococcal septicemia, bakteri masuk kedalam aliran darah dan
berkembang biak, merusak dinding pembuluh darah dan menyebabkan
pendarahan sampai kulit dan organ.
c. Serebral Palsy
Selebral palsy atau lumpuh otak adalah penyakit yang menyebabkan
gangguan pada gerakan atau koordinasi tubuh. Orang yang menderita
meningitis, lapisan disekitar otak dan sumsum tulang belakang mengalami
peradangan. Hal ini bisa menyebabkan saraf terganggu dan menyebabkan
lumpuh otak.
d. Gangguan Mental

10
Setiap orang yang menderita meninges akan mengalami peradangan
dan kerusakan system saraf sehingga mempengaruhi emosi, pola pikir dan
perilaku penderitanya.

e. Herniasi Otak
Herniasi otak adalah kondisi ketika jaringan otak dan cairan otak
bergeser dari posisi normalnya, kondisi ini di picu oleh pembengkakan otak.
f. Subdural Hematona
Subdural hematoma atau pendarahan subdural adalah kondisi dimana
darah menumpuk antara lapisan acarachoidal dan lapisan meninggal.

11
2.8 Pathway

12
BAB III
13
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Biodata klien

b. Riwayat kesehatan yang lalu


1. Apakah pernah menderita ISPA atau TBC?
2. Apakah pernah jatuh atau trauma kepala?
3. Pernahkah operasi daerah kepala?

c. Riwayat kesehatan sekarang


1. Aktivitas, gejala: perasaan tidak enak. Tanda: ataksia, kelumpuhan,
gerakan involunter.
2. Sirkulasi, gejala: adanya riwayat cardiopatologi: endokarditis dan PJK.
Tanda: tekanan darah meningkat, nadi menurun dan tekanan nadi berat,
taikardi, disritma.
3. Eliminasi, tanda: inkontenensia dan atau retensi.
4. Makanan/cairan: gejala: kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda:
anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membrane mukosa kering.
5. Hiegiene, tanda: ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan
diri.
6. Persarafan, gejala: sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan
yang terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia,
fotophobia, ketulian dan halusinasi penciuman. Tanda: letargi sampai
kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi, kehilangan
memori, afasia, anisokor, nistagmus,
7. Nyeri, Gejala: sakit kepala (berdenyut hebat, frontal). Tanda: gelisah,
meningis

14
8. Pernapasan, gelaja: riwayat infeksi sinus dan paru. Tanda, Peningkatan
kerja pernapasan.

3.2 Diagnosa Keperawatan


a. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehhubungan dengan deseminata
hematogen dan pathogen.
b. Resiko tinggi terhadap perubahan selebral dan perfusi jaringan sehubungan
dengan edema serebral, hipovolemia.
c. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kejang umum/fokal,
kelemahan umum dan vertigo.
d. Nyeri akut sehubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi.
e. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuscular dan
penurunan kekuatan.
f. Axientas berhubungan dengan krisis situasi dan ancaman kematian

3.3 Intervensi Keperawatan


a. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan desiminata
hematogen dari pathogen.
1. Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan.
2. Pantau suhu secara teratur.
3. Kaji nadi yang tidak teratur dan demam yang terus menerus.
4. Auskultasi suara napas.
5. Catat karakteristik urin
6. kolaborasikan pemberian antibiotic

b. Resiko tinggi perubahan cerebral dan perfusi jarigan sehubunan dengan


edema serebral, hipovolemia.
1. Tirah baring dengan posisi kepala datar.
2. Pantau status neurologis.
3. Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang.
4. Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, pernapasan, dan suhu.

15
5. Membatasi batuk, muntah, dan mengejan.
6. kolaborasikan pemberian antibiotic

c. Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/vocal,


kelemahan umum vertigo
1. Pantau adanya kejang.
2. Pertahankan penghalang tempat tidir tetap terpasang dan pasang jalan
napas buatan.
3. Kolaborasikan obat tirah baring selama fase akut.

d. Nyeri akut sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.


1. Letakkan kantung es batu pada kepala.
2. Berikan posisi yang nyaman.
3. Latihan rentang gerak aktif atau paif serta massage leher.
4. Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul.
5. kolaborasikan pemberian antibiotic

e. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler.


1. Kaji derajat imobilisasi pasien.
2. bantu latihan rentang gerak.
3. Berikan perawatan kulit, massege dengan pelembab.
4. Perhatikan kesejajaran tubuh secara fungsional.

f. Ansientas berhubungan dengan krisis situasi dan ancaman kematian


1. Kaji Ansietas dan tingkat ansiennya.
2. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
3. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan.
4. Beri dukungan serta petunjuk sumber penyokong.

16
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Meningitis adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai sebagian atau
seluruh selaput otak (meningen) yang ditandai dengan adanya sel darah putih
dalam cairan serebrospinal. Penyebab tersering meningitis adalah
microorganism seperti bakteri, virus, parasit, dan jamur. Meningitis juga dapat
disebabkan oleh penyebab lain, seperti pada penyakit AIDS, DM, Cidera fisik
atau obat-obatan tertentu yang dapat melemahkan system imun. Patosifologi
meningitis disebabkan oleh infeksi berawal dari aliran subarachnoid yang
kemudian menyebabkan reaksi imun, gangguan aliran cairan serebrospinal dan
kerusakan neuron.
Pada anak manifestasi klinis yang adalah timbul sakit secara tiba-tiba,
adanya deman, sakit kepala, panas dingin, muntah, dan kejang-kejang. Anak
menjadi cepat rewel dan agitasi serta dapat berkembang menjadi fotobia,
delirium, halusinasi, tingkah laku yang agresif atau mengantuk, supir, dan
koma. Gejala dan gangguan pada pernapasan atau gastrointestinal seperti sesak
nafas, muntah dan diare. Adapun komplikasi yang timbul karena meningitis
adalah Hidrosefalus obstruktif, septicemia, selebral palsy, gangguan mental,
herniasi otak, dan subdural hematoma.

17
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E, ddk (1999) Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien ( ed.3). Jakarta :
EGC.

Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asukan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Santosa, Z. 2019. Mendeteksi Infeksi Pada Anak. Yogyakarta: CV Alaf Medika

Wahab, S. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson (ed.15). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.

Widagdo. 2011. Masalah dan Tata Laksana Penyakit Infeksi pada Anak. Jakarta: CV
Sagung Seto

Aprilia, S. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gnagguan Sistem


Persarafan Pada Kasus Meningitis.

Abbas, H 2015. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Meningitis.

Oktafiani, F 2017. Asuhan Keperawatan Meningitis

18

Anda mungkin juga menyukai