Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS PADA KASUS MENINGITIS

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3

1. ETI JUNIA ASTUTI 6. ANGGI WIDYA


2. JUWITA PUSPITA SARI 7. FITRIA FEBRIANTI
3. ANNISA YULIANA P. 8. IMELDA S
4. M. BUSYAIRI PUTRA 9. IWAN SUSANTO
5. DIYAH AHADIYATUNNISA
6. CRISTY DIANA D

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami boleh menyelesaikan
sebuah karya tulis dengan tepat waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan
sebuah makalah dengan judul “MAKALAH MENINGITIS”, yang memenurut
saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajarinya.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan
yang saya buat kurang tepat atau tidak berkenandihati para pembaca. Dengan ini
saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga
Tuhan memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Lingsar, 22, September,


2020.

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................2
1. Konsep dasar penyakit...............................................................................2
C. TUJUAN......................................................................................................2
1. Konsep dasar penyakit...............................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. KONSEP DASAR TEORI.........................................................................3
1. Definisi meningitis...................................................................................3
2. Etiologi......................................................................................................3
3. Anatomi....................................................................................................4
4. Woc...........................................................................................................7
5. Patofisiologi..............................................................................................9
6. Manifestasi klinis...................................................................................10
7. Pencegahan............................................................................................11
8. Komplikasi.............................................................................................13
9. Pemeriksaan penunjang.......................................................................14
10. Penatalaksanaan................................................................................15
11. Therapy………………………………………………………………....16
B. Asuhan keperawatan pada kasus meningitis.........................................17
BAB III..................................................................................................................52
PENUTUP.............................................................................................................52
A. KESIMPULAN.........................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................53

iii
iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Meningitis merupakan radang pada meningen (membran yang
mengelilingi otak dan medulla spinalis) yang disebabkan oleh virus,
bakteri, atau jamur. (Smeltzer dan Bare, 2002 dalam Buku Panduan Ilmu
Penyakit Dalam : Sholeh Naga, 2013)
Disamping angka kematiannya yang masih tinggi. Banyak
penderita yang menjadi cacat akibat keterlambatan dalam diagnosis dan
pengobatan. Meningitis purulenta merupakan keadaan gawat darurat.
Pemberian antibiotika yang cepat dan tepat serta dengan dosis yang
memadai penting untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah terjadinya
cacat.
Biarpun kuman mikrobakterium tuberkulosa paling sering
menyebabkan infeksi paru-paru, tetapi infeksi pada susunan saraf pusat
adalah yang paling berbahaya. Kekerapan meningitis tuberkulosa
sebanding dengan prevalensi infeksi dengan mikrobakterium tuberkulosa
pada umumnya, jadi bergantung pada keadaan sosial ekonomi dan
kesehatan masyarakat.
Penyakit ini dapat terjadi pada segala umur, tetapi jarang dibawah
6 bulan. Yang tersering adalah pada anak-anak umur 6 bulan sampai 5
tahun. Pada anak, meningitis tuberkulosa biasanya merupakan komplikasi
infeksi primer dengan atau tanpa penyebaran milier. Pada orang dewasa
penyakit ini dapat merupakan bentuk tersendiri atau bersamaan dengan
tuberkulosis ditempat lain. Penyakit ini juga dapat menyebabkan kematian
dan cacat bila pengobatan terlambat.
Dalam bukunya Brunner & Sudart, Meningitis selanjutnya
diklasifikasikan sebagai asepsis, sepsis dan tuberkulosa. Meningitis
aseptik mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi
meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis limfoma, leukemia,
atau darah diruang subarakhnoid. Meningitis sepsis menunjukkan

1
meningitis yang disebabkan oleh organisme bakteri seperti meningokokus,
stafilokokus atau basilus influenza. Meningitis tuberkulosa disebabkan
oleh basilus tuberkel. Infeksi meningeal umunya dihubungkan dengan satu
atau dua jalan, melalui salah satu aliran darah sebagai konsekuensi dari
infeksi-infeksi bagian lain, seperti selulitis, atau penekanan langsung
seperti didapat setelah cedera traumatik tulang wajah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Konsep dasar penyakit
1) Apa definisi meningitis ?
2) Apa saja klasifikasi meningitis ?
3) Apa saja etiologi meningitis ?
4) Bagaimana anatomi dan fisiologi meningen ?
5) Bagaimana patofisiologi meningitis ?
6) Apa saja manifestasi klinis meningitis?
7) Bagaimana cara pencegahan penyakit meningitis?
8) Apa saja komplikasi meningitis ?
9) Apa saja pemeriksaan penunjang pada meningitis ?
10) Bagaimana penatalaksanaan meningitis ?
2. Asuhan keperawatan pada kasus meningitis?
C. TUJUAN
1. Konsep dasar penyakit
1) Untuk mengetahui definisi meningitis
2) Untuk mengetahui saja klasifikasi meningitis
3) Untuk mengetahui saja etiologi meningitis
4) Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi meningen
5) Untuk megetahui patofisiologi meningitis
6) Untuk mengetahui manifestasi klinis meningitis
7) Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit meningitis
8) Untuk mengetahui komplikasi meningitis
9) Untukmengetahui pemeriksaan penunjang pada meningitis
10) Untuk mengetahui penatalaksanaan meningitis
2. Asuhan keperawatan pada kasus meningitis

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR TEORI


1. Definisi meningitis
Meningitis merupakan radang pada meningen (membran yang
mengelilingi otak dan medulla spinalis) yang disebabkan oleh virus,
bakteri, atau jamur. (Smeltzer dan Bare, 2002 dalam Buku Panduan
Ilmu Penyakit Dalam : Sholeh Naga, 2013)
Meningitis merupakan keadaan ketika meningen otak dan jaringan
saraf tulang belakang menjadi terinflamasi, biasanya disebabkan oleh
infeksi bakteri. Inflamasi semacam ini bisa melibatkan ketiga
membran meningeal, yaitu : dura mater, araknoid, dan pia mater.
(Williams dan Wilkins, 2011)
Meningitis adalah infeksi akut yang mengenai selaput mengineal
yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme dengan ditandai
adanya gejala spesifik dari sistem saraf pusat yaitu gangguan
kesadaran, gejala rangsang meningkat, gejala peningkatan tekanan
intrakranial, dan gejala defisit neurologi. (Arif Muttaqin. 2011)
Jadi, meningitis adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan
atau radang atau infeksi pada meningen otak yang disebabkan oleh
virus, bakteri, atau jamur.
2. Etiologi
Menurut Sholeh Naga tahun 2013 dalam Buku Panduan Ilmu
Penyakit Dalam ; Meningitis disebabkan oleh berbagai macam
organisme, tetapi kebanyakan pasien mempunyai faktor predisposisi,
seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sumsum
tulang belakang, sepsis, kelainan yang berhubungan dengan penekanan
reaksi imunologi, shunting ventrikel, dan pungsi lumbal. Seperti
disebutkan sebelumnya bahwa meningitis disebabkan oleh virus dan
bakteri, maka meningitis dapat dibagi menjadi dua golongan

3
berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu meningitis
serosa dan meningitis purulenta.
Meningitis serosa adalah radang selaput otak arachnoid dan
piameter yang sertai dengan adanya cairan otak yang jernih. Penyebab
tersering dari meningitis serosa adalah Mycobacterium tuberculosa.
Penyebab lainnya adalah virus Toksoplasma gondhii. Eksudat yang
biasanya terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme
pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh korteks
serebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon jaringan otak
terhadap virus bervariasi, tergantung pada jenis sel yang terlibat.
Meningitis purulenta adalah radang bernanah arachnoid dan
piameter yang meliputi Neisseria meningitides, Streptococcus
haemolyticus, Staphylococcus aureus,Haemophylusi influenza,
Eschericia coli, Klebsiella pneumonia, dan Pseodomonas aeruginosa.
Tubuh akan berspons terhadap bakteri sebagai benda asing dan
berspon dengan terjadinya peradangan, yaitu dengan adanya
neutrophil, monosit, dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari
bakteri, fibrin, dan leukosit dan berbentuk di ruangan subarachnoid ini
akan terkumpul di dalam cairan otak, sehingga dapat menyebabkan
lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan, pengumpulan cairan ini
akan menyebabkan peningkatan intracranial. Hal inilah yang akan
menyebabkan jaringan otak mengalami infark.
3. Anatomi (Saputra Lyndon dan Dwisang Luvina. 2013)

1) Otak
Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena
merupakan pusat komputer dari semua alat tubuh, bagian dari

4
saraf sentral yang terletak di dalam rongga tengkorak (kranium)
yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat
2) Perkembangan Otak
Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak) berkembang
dari sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan tiga gejala
pembesaran otak awal (1) Otak depan menjadi hemister serebri,
korpus striatum, talamus serta Hipotalamus, (2) Otak tengah,
tegmentum, krus serebrium, korpus kuadrigeminus (3) Otak
belakang, menjadi pons varol, mediula oblongata dan serebellum
3) Meninges (Selaput Otak)
Selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang,
melindungi struktur saraf halus yang membawa pembuluh darah
dan cairan sekresi (Cairan Serebro spinalis), memperkecil
benturan atau getaran yang terdiri dari 3 lapisan
a. Duramater (Lapisan sebelah luar)
Selaput keras pembungkus otak yang berasal dari
jaringan ikat tebal dan kuat, dibagian tengkorak terdiri dari
selaput tulang tengkorak dan duramater propia di bagian
dalam. Di dalam kanalis vertebralis kedua lapisan ini terpisah.
Duramater pada tempat tertentu mengandung rongga
yang mengalirkan darah vena dari otak, rongga ini dinamakan
sinus longitudinal superior, terletak diantara kedua hemisfer
otak.
b. Arakhnoid (Lapisan Tengah)
Merupakan selaput halus yang memisahkan duramater
dengan piamater membentuk sebuah kantong atau balon berisi
cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf sentral.
Medula spinalis terhenti setinggi dibawah Lumbal I – II
terdapat sebuah kantong berisi cairan, berisi saraf perifer yang
keluar dari medula spinalis dapat dimanfaatkan untuk
mengambil cairan otak yang disebut lumbal.
c. Piamater (Lapisan Sebelah Dalam)

5
Merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan
jaringan otak, piamater berhubungan dengan arakhnoid
melalui struktur-struktur jaringan ikat yang disebut trabekel.
Tepi falks serebri membentuk sinus longitudinal
inferior dan sinus sagitalis inferior yang mengeluarkan darah
dari flaks serebri. Tentorium, memisahkan serebri dengan
serebulum.
Diafragma sellae, lipatan berupa cincin dalam
duramater dan menutupi sela tursika sebuah lekukan pada
tulang stenoid yang berisi hipofiser.
4) Cairan Serebro Spinal
Sistem Ventrikel. Terdiri dari beberapa bagian rongga dalam
otak yang berhubungan satu sama lainnya ke dalam rongga itu,
fleksus koroid mengalirkan cairan (liquor serebro spinalis).
Fleksus koroid dibentuk oleh jaringan pembuluh darah kapiler
otak tepi, bagian paimater membelok kedalam ventrikel dan
menyalurkan serebro spinalis. Cairan serebro spinalis adalah
hasil sekresi fleksus koroid. Cairan ini bersifat alkali bening
mirip plasma.
Sirkulasi Cairan Serebro Spinalis. Cairan ini disalurkan oleh
fleksus koroid kedalam ventrikel yang ada dalam otak,
kemudaian cairan masuk ke dalam kanalis sumsum tulang
belakang adn ke dalam ruang subaraknoid melalui ventrikularis.
Setelah melintasi ruangan seluruh otak dan sumsum tulang
belakang maka kembali ke sirkulasi melaluigranulasi arakhnoid
pada sinus (sagitalis superior).
Setelah meninggalkan ventrikel lateralis (ventrikel I dan II)
cairan otak dan sumsum tulang belakang menuju ventrikel III
melalui foramen monroi dan terus ke ventrikel IV melalui
aquaduktus silvi cairan di alirkan ke bagian medial foramen
magendi selanjutnya ke sisterna magma dan ke kanalis spinalis.
Dari sisterna magma cairan akan membasahi bagian-bagian dari

6
otak, selanjutnya, cairan ini akan di absorpsi oleh vili-vili yang
terdapat pada arakhnoid, cairan ini jumlahnya tiodak tetap
biasanya berkisar antara 80 – 200 cm mempunyai reaksi alkalis.
Fungsi cairan serebro spinalis :
a. Kelembaban otak dan medula spinalis.
b. Melindungi alat-alat dalam medula spinalis dan otak dari
tekanan.
c. Melicinkan alat-alat dalam medula spinalis dan otak.

Komposisi cairan serebro spinalis terdiri dari air, protein,


glukosa, garam, dan sedikit limfosit dan CO2.

4. Woc

7
Faktor faktor predisposisi mencakup, infeksi jalan nafas bagian atas,otitis
media , mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur
bedah syaraf baru, trauma kepala, dan pengaruh imunologis.

Infasi kuman ke jaringan serebral via saluran vena nasofaring posterior,


telinga bagian tengah dan saluran mastoid

Reaksi peradangan jaringan serebral

Eksudat moningen Gangguan metabolism serebral hipoperfusi

Thrombus daerah korteks dan aliran darah serebral

Kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi, kerusakan endotel, dan


nekrosis pembuluh darah

Iritasi meningen

Sakit kepala dan


Perubahan fisiologis intrakranial
demam

Hipertermi
Peningkatan permeabilitas
Edema serebral dan peningkatan TIK
Nyeri darah otak

Penekanan area Perubahan Bradikardi


Adhesi Perubahan Perubahan
vocal vertikal system a
tingkat gastrointestinal
Kelumpuhan saraf pernafasan
kesadaran,
perubahan Mual, muntah Perubaha
perilaku, Ketidakefek n perfusi
Rigiditas nukal, Koma
disorientasi tifan jaringan
tanda kernig (+), Resiko defisit
fotofobia, sekresi bersihan otak
tanda Brudzinski cairan
Kematian ADH jalan nafas

Kejang Prosedur infasis Kelemahan fisik Permeabilitas kapiler


Takut lumbal fungsi dan retensi cairan
Kecemasan
8
Risiko injuri Gangguan ADL Resiko volume cairan berlebih
5. Patofisiologi
Patofisiologi meningitis menurut Arif Muttaqin tahun 2011 :
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di
organ atau jaringan tubuh yang lain. Virus/bakteri menyebar secara
hematogen sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit Faringitis,
Tonsilitis, Pneumonia, Bronchopneumonia dan Endokarditis.
Penyebaran bakteri/virus dapat pula secara perkontinuitatum dari
peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput otak,
misalnya Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus
kavernosus dan Sinusitis. Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat
trauma kepala dengan fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak.
Invasi kuman-kuman ke dalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi
radang pada pia dan araknoid, CSS (Cairan Serebrospinal) dan sistem
ventrikulus.
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan
diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan
medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis
media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain,
prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis.
Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah
dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena
meningen semuanya ini penghubung  yang  menyokong 
perkembangan  bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi
radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat
menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan
serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen,
vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai
dasar otak dan medula spinalis.
Radang juga menyebar ke dinding membrane ventrikel serebral .
meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis

9
intracranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah,
daerah pertahanan otak (barier otak), edema serebral dan peningkatan
tekanan intracranial.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum
terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan
adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi
(pada sindrom Waterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya
kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh
meningokokus.
6. Manifestasi klinis
Menurut Sholeh Naga tahun 2013 dalam Buku Panduan Ilmu
Penyakit Dalam ; Berikut beberapa gejala meningitis yang diakibatkan
adanya infeksi dan peningkatan TIK:
1) Munculnya sakit kepala dan demam (gejala awal yang paling
sering terjadi)
2) Adanya perubahan pada tingkat kesadaran yang terjadi letargik,
tidak responsive, dan koma.
3) Munculnya iritasi meningen, sehingga terdapat sejumlah tanda
berikut:
a. Rigiditas nukal (kaku leher), sehingga kepala megalami
kesukaran saat melakukan fleksi karena adanya spasme otot-
otot leher,
b. Tanda kernik positif sehingga ketika pasien dibaringkan
dengan paha dalam keadaan fleksi kea rah abdomen, kaki tidak
diekstensikan sempurna,
c. Tanda brudzinki, sehingga ketika leher pasien difleksikan,
maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi
pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi, maka
gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas yang
berlawanan.
5) Mengalami foto fobia atau sensitive yang berlebihan pada cahaya

10
6) Terjadi kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan
peningkatan TIK akibat eksudat purulent dan edema serebral,
dengan tanda-tanda perubahan karakteristik, tanda-tanda vital
(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernapasan tidak
teratur, sakit kepala, muntah, dan penurunan tingkat kesadaran.
7) Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis
meningokokal.
8) Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septicemia, yaitu demam
tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, shock, dan
tanda koagulopati intravaskuler diseminata
7. Pencegahan
1) Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya
faktor resiko meningitis bagi individu yang belum mempunyai
faktor resiko dengan melaksanakan pola hidup sehat.
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi
meningitis pada bayi agar dapat membentuk kekebalan tubuh.
Vaksin yang dapat diberikan seperti Haemophilus influenzae type
b (Hib), Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7), Pneumococcal
polysaccaharide vaccine (PPV), Meningococcal conjugate vaccine
(MCV4), dan MMR (Measles dan Rubella).
Imunisasi Hib Conjugate vaccine (Hb- OC atau PRP-
OMP) dimulai sejak usia 2 bulan dan dapat digunakan bersamaan
dengan jadwal imunisasi lain seperti DPT, Polio dan
MMR.20 Vaksinasi Hib dapat melindungi bayi dari kemungkinan
terkena meningitis Hib hingga 97%. Pemberian imunisasi vaksin
Hib yang telah direkomendasikan oleh WHO, pada bayi 2-6 bulan
sebanyak 3 dosis dengan interval satu bulan, bayi 7-12 bulan di
berikan 2 dosis dengan interval waktu satu bulan, anak 1-5 tahun
cukup diberikan satu dosis. Jenis imunisasi ini tidak dianjurkan
diberikan pada bayi di bawah 2 bulan karena dinilai belum dapat
membentuk antibodi.

11
Meningitis Meningococcus dapat dicegah dengan
pemberian kemoprofilaksis (antibiotik) kepada orang yang kontak
dekat atau hidup serumah dengan penderita.
Vaksin yang dianjurkan adalah jenis vaksin tetravalen A, C,
W135 dan Y.35meningitis TBC dapat dicegah dengan
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara memenuhi
kebutuhan gizi dan pemberian imunisasi BCG. Hunian sebaiknya
memenuhi syarat kesehatan, seperti tidak over crowded (luas lantai
> 4,5 m2 /orang), ventilasi 10 – 20% dari luas lantai dan
pencahayaan yang cukup.
Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara mengurangi
kontak langsung dengan penderita dan mengurangi tingkat
kepadatan di lingkungan perumahan dan di lingkungan seperti
barak, sekolah, tenda dan kapal. Meningitis juga dapat dicegah
dengan cara meningkatkan personal hygiene seperti mencuci
tangan yang bersih sebelum makan dan setelah dari toilet.
2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit
sejak awal, saat masih tanpa gejala (asimptomatik) dan saat
pengobatan awal dapat menghentikan perjalanan penyakit.
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan
pengobatan segera. Deteksi dini juga dapat ditingkatan dengan
mendidik petugas kesehatan serta keluarga untuk mengenali gejala
awal meningitis.
Dalam mendiagnosa penyakit dapat dilakukan dengan
pemeriksaan fisik, pemeriksaan cairan otak, pemeriksaan
laboratorium yang meliputi test darah dan pemeriksaan X-
ray (rontgen) paru .
Selain itu juga dapat dilakukan surveilans ketat terhadap
anggota keluarga penderita, rumah penitipan anak dan kontak
dekat lainnya untuk menemukan penderita secara dini.10 Penderita

12
juga diberikan pengobatan dengan memberikan antibiotik yang
sesuai dengan jenis penyebab meningitis yaitu : 

a. Meningitis Purulenta

a) Haemophilus influenzae b: ampisilin, kloramfenikol,


setofaksim, seftriakson.

b) Streptococcus pneumoni: kloramfenikol, sefuroksim,


penisilin, seftriakson.

c) Neisseria meningitidies: penisilin, kloramfenikol,


serufoksim dan seftriakson.

b. Meningitis Tuberkulosa (Meningitis Serosa)

Kombinasi INH, rifampisin, dan pyrazinamide dan pada


kasus yang berat dapat ditambahkan etambutol atau
streptomisin. Kortikosteroid berupa prednison digunakan
sebagai anti inflamasi yang dapat menurunkan tekanan
intrakranial dan mengobati edema otak.

3) Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier merupakan aktifitas klinik yang


mencegah kerusakan lanjut atau mengurangi komplikasi setelah
penyakit berhenti. Pada tingkat pencegahan ini bertujuan untuk
menurunkan kelemahan dan kecacatan akibat meningitis, dan
membantu penderita untuk melakukan penyesuaian terhadap
kondisi- kondisi yang tidak diobati lagi, dan mengurangi
kemungkinan untuk mengalami dampak neurologis jangka
panjang misalnya tuli atau ketidakmampuan untuk belajar.
Fisioterapi dan rehabilitasi juga diberikan untuk mencegah dan
mengurangi cacat.
8. Komplikasi
1) Kehilangan pendengaran, bisa parsial atau total. Ini adalah salah
satu komplikasi paling umum dari meningitis. Pengidap meningitis

13
biasanya disarankan untuk lakukan tes pendengaran untuk
memeriksa apa terjadi masalah.
2) Masalah ingatan atau konsentrasi.
3) Rasa lelah bisa muncul beberapa bulan atau beberapa tahun setelah
terjadinya infeksi.
4) Kesulitan belajar, bisa bersifat sementara atau permanen
5) Masalah dengan koordinasi dan keseimbangan
6) Masalah dalam berbicara
7) Penglihatan hilang, bisa sebagian atau total
8) Munculnya gangren. Gangren adalah jaringan rusak yang akan
mati. Jaringan ini dirusak oleh racun yang dihasilkan bakteri yang
masuk ke dalam darah. Jika kerusakan jaringan sangat parah, maka
mungkin diperlukan prosedur amputasi.
9) Epilepsi
10) Lumpuh otak atau cerebral palsy, istilah umum untuk kondisi yang
memengaruhi gerakan dan koordinasi tubuh
11) Syok dan bahkan kematian
9. Pemeriksaan penunjang
1) Pungsi lumbar yang menunjukan temuan khas dalam cairan
serebrospinal (cerebrospinal fluid- CSF) tanda Bruduzinski dan
kernig positifnya membentuk diagnosis. Pungsi lumbar biasanya
mengindikasikan kenaikan CSF akibat obstruksi aliran CSF keluar
di araknoid villi.cairan bisa terlihat keruh atau berwarna putih
susu,tergantung pada banyaknya sel darah putih yang ada. Kadar
protein CSF cenderung tinggi; kadar glukosa bisa rendah.(pada
pasien menginitis subakut,temuan CSF bisabervariasi)
2) Kultur CSF dan uji sensitivitas biasanya mengidentifikasi
organisme penyebab infeksi,kecuali jika penyebabnya adalah virus.
3) Kultur darah, urin, dan hidung dan sekresi tenggorokan; sinar x
dada, elektrokardiografi; dan pemeriksaan fisik, dengan pengertian
khusus pada kulit, telinga, sinus, bisa memperhatikan tempat
infeksi primer.

14
4) Uji darah umumnya memperhatikan leukositosis dan
keabnormalan elektrolit serum
5) Computed tomography scan : Menyingkirkan hematoma serebral,
hemoragi atau tumor.
6) Dua tanda petunjuk meningitis
a. Tanda Bruduzinski
Untuk menguji tanda Bruduzinzki tempatkan pasien pada
posisi recumben doesal,kemudian letakan tangan anda di
belakang kehernya dan tekuk lehernya depan.Nyeri dan
resistensi bisa mengindikasikan inflamasi meningeal, cedera
leher,atau artritis, akan tetapi pasien juga melenturkan pinggul
dan lututnya sebagai respons pada manipulasi ini, ada
kemungkinan ia menderita menginitis.
b. Tanda Kernig
Untuk menguji tanda kernig,tempatkan pasien dalam posisi
terlentang.Lenturkan kakinya di pinggul dan lutut kemudian
luruskan lututnya.Nyeri atau resistensi menunjukan menginitis
10. Penatalaksanaan
1) Antibiotik sesuai agen penyebab
2) Steroid untuk mengatasi inflamasi
3) Anti piretik untuk mengatasi demam
4) Antikonfulsanuntuk mencegah kejang
5) Neuroteprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih
bisa di pertahankan
6) Pembedahan: seperti dilakukan pembedahan VP shunt (ventrikel
peritoneal shunut) adalah prosedur pembedahan yang dilakukan
untuk membeaskan tekanan intracranial yang diakibatkan oleh
terlalu banyaknya cairan serebrospinal. Cairan di alirkan dari
ventrikel di otakmenuju rongga peritoneum. Prosedur
pembedahan ini di lakukan di dalam kamar operasi dengan
anastesi umum selama sekitar 90 menit. Rambut di belakang
telinga dicukur, lalu dibuat insisi tapal kuda di belakang telinga

15
dan insisi kecil lainnya di belakang abdomen. Lubang kecil dibuat
pada tulang kepala, lalu selang kateter dimasukan ke dalam
ventrikel otak. Kateter lain dimasukan ke bawah kulit melalui
insisi di belakang telinga, menuju ke rongga peritoneum. Sebuah
katup diletakkan di bawah kulit di belakang telinga yang
menempel pada kedua kateter. Bila terdapat tekanan intracranial
meningkat, maka CSS akan mengalir melalui katup rongga
peritoneum.
Selain pemasangan shnut alternative lain:
1) Choroid pleksotomi atau kougulasi plektus choroid
2) Membuka stenois akuaduktus
3) Eksisi tumor
4) Fenestrasi endoskopi
11. Therapy
1) Medis (Naga Sholeh. 2013)
a. Antibiotik
Berikut beberapa antibiotik yang bisa di berikan kepada
penderita :

Organisme Antibiotik Dosis


Pneumokok atau Ampisilin 8-12 g/hari
meningokok (dibagi 4 kali)
Haemophylus influenza Kombinasi 8-12g/hari
- Ampisilin (di bagi 4 kali)
- Kloramfenikol di (4-8 g/hari
berikan 30 menit (dibagi 4 kali)
setelah ampisilin
Enterobactericeae Sefotaksim 1-2 g tiap 8 jam
Stapbuylococcus aerus Sefotaksim atau seftiakson 6-12 g
yang resisten terhadap
penicilin

Antibiotik lain yang bisa di gunakan adalah :

16
a) Gentamisin,dengan dosis 5mg/kg/BB/hari yang dibagi
dalam 3 kali pemberian
b) Sefalosporin ,yang dibagi menjadi dau :
Sefotaksim dengan dosis 2 gram tiap 4-6 jam,
Sefuroksim dengan dosis 2 gram tiap 6 jam.
b. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan
a) Bila masih menunggu hasil pemeriksaan terhadap kasus
penderita dapat diberikan obat-obat berikut :
 Kombinasi ampisilin 12-18 gram dan kloramfenikol 4
g, dengan dosis di bagi 4 kali per hari.
 Dapat ditambahkan campuran trimetoprim 80 mg dan
sulfametoksazol 400 mg
 Dapat pula ditambah seftriakson 4-6 g.
b) Bila etiologi tidak diketahui, maka pada orang dewasa
berikan ampisilin 12-18 g dengan dosis yang di bagi 4 dan
dikombinasikan dengan kloramfenikol 4 g per hari.
B. Asuhan keperawatan pada kasus meningitis
1. Pengkajian

a. Identitas
Nama : Sdr. A
Umur : 23 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Agama : Islam
Alamat : .....
Tgl / Jam masuk : 17 Februari 2020, Jam : 22.30 WIB
Tgl / Jam Pengkajian : 02 Maret 2020, Jam: 08.00 WIB
Diagnosa Medis : Meningitis
Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny.W
Umur : 56 Tahun

17
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : …….
Hubungan Dengan Pasien : Bibi
b. Keluhan utama
Penurunan tingkat kesadaran
c. Riwayat penyakit sekarang
1) Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh nyeri kepala sejak 1 bulan yang lalu, terasa
di seluruh kepala, seperti tertekan, pasien demam, mual,
muntah. Pasien lalu dirawat di RS ….. pada tanggal 1 Februari
2020, selama 5 hari dan didiagnosa saat itu mangalami penyakit
typhoid. setelah pulang selama 2 hari, pasien masih mengeluh
sakit kepala, dan demam. Kemudian pasien dibawa ke RS…
pada tanggal 8 Februari 2015. Selama perawatan klien masih
demam terus menerus selama 3 minggu perawatan. Karena tidak
ada perubahan pasien kemudian dirujuk ke RSUD ….. pada
tanggal 17 Februari 2020. Kondisi pasien ketika masuk RSUD
…. klien masih mengeluh nyeri kepala, demam, kesadaran
Compos Mentis, GCS : 15, terdapat kaku kuduk, tanda lasique
(+), tanda Kernig (+), Tanda bruzinski I-II (+), pasien dirawat di
ruang ….., setelah perawatan selama 1 minggu, di
ruang….Pasien mengalami penurunan kesadaran, kemudian
pasien dirawat di ruang ICU pada tanggal 21 Februari 2015.
Keadaan pasien saat ini lemah, kesadaran Sopor Coma GCS: 4
E1V1M2. Pasien terpasang ventilator mekanik. Tanda Vital :
TD : 135/84 mmHg, HR : 120 x/menit, RR: 25 x/mnt T: 38,5°C,
SPO2 : 100%.
2) Riwayat penyakit dahulu
Keluarga mengatakan sejak kecil pasien sering dirawat di
Rumah Sakit karena demam, tidak ada riwayat kejang. Pasien

18
tidak memiliki riwayat trauma kepala, hipertensi, DM, penyakit
menular seperti TBC, dan hepatitis.

3) Riwayat penyakit keluarga


Klien mengatakan dalam anggota keluarga tidak ada yang
menderita penyakit yang sama seperti pasien, tidak mempunyai
riwayat penyakit keturunan seperti DM, hipertensi dan asma.
Genogram

23 th

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien Sdr. A (23 th)

: Tinggal 1 rumah

2. Pengkajian Awal
a. Airway
Terdapat produksi sekret di jalan nafas, klien terpasang
Endotrakheal tube dan ventilator, poduksi sekret banyak, warna
putih, terdapat suara napas tambahan ronkhi.
b. Breathing

19
Klien terpasang Endotrakheal tube dan ventilator dengan mode
SIMV-PC, FIO2: 50%, RR setting ventilator: 12, Pressure
Inspiration: 15, Volume tidal: 345, RR: 25 x/mnt. Tampak retraksi
dinding dada, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan.
c. Circulation
Nadi perifer dan karotis teraba kuat, akral panas, capilary refill
kembali 4 detik, TD 135/84 mmHg, N: 120 x/mnt, S: 38,5 oC, tidak
ada sianosis, tidak ada edema, Hasil pemeriksaan EKG : Sinus
Takikardi.
d. Disability
Keadaan umum lemah, pasien Sopor Coma GCS: 4, E 1 M2 V1,
pasien tidak berespon dengan rangsangan suara, tidak berespons
terhadap rangsang nyeri, reaksi pupil terhadap cahaya (+/+), ukuran
pupil (4/4).
e. Exposure/Event
Kulit teraba panas, T: 38,5°C, tidak terdapat oedema, turgor kulit
baik kembali < 3 detik. Pasien dirawat di RS ….selama 5 hari dan
didiagnosa saat itu mangalami penyakit typhoid. setelah pulang
selama 2 hari, pasien masih mengeluh sakit kepala, dan demam.
Kemudian pasien dirawat di RS Kasih Ibu Solo. Selama perawatan
masih demam 3 minggu. Pasien dirujuk ke RSUD ….. pada tanggal
17 Februari 2015. Pasien mengalami penurunan kesadaran sejak 1
minggu setelah masuk RS, kemudian pasien dirawat di ruang ICU.
Keadaan pasien saat ini lemah, kesadaran Sopor Coma GCS : 4
E1V1M2. Pasien terpasang ventilator mekanik.
Tanda Vital : TD : 135/84 mmHg, HR : 120 x/menit, RR: 25 x/mnt
T: 38,5°C, SPO2 : 100%.
3. Pengkajian dasar
a. AMPEL
1) Alergi
Keluarga mengatakan klien tidak memiliki riwayat alergi
makanan dan tidak ada alergi cuaca/ suhu dingin.

20
2) Medikasi
Keluaga mengatakan sebelum masuk RS klien tidak sedang
mengonsumsi obat-obatan tertentu.

3) Past Illness
Keluarga mengatakan sebelumnya pasien merasakan nyeri
kepala, demam tidak turun-turun selama 3 minggu.
4) Environment
Klien seorang pegawai swasta, pasien tidak merokok. Keluarga
mengatakan pasien merupakan seorang pekerja keras, ketika
bekerja klien sering lupa makan, dan istirahat kurang.
Sebelumnya klien sering mengalami pusing tetapi sembuh
dengan istirahat. Kemudian 1 bulan yang lalu nyeri kepala
muncul dan disertai dengan demam.
5) Last Meal
Klien mengatakan sebelum dibawa ke RSDM sore harinya
pasien makan nasi dan sayur sop serta lauk. BB : 60 Kg, TB :
178 cm, IMT : 18,9 (Normal)
b. Pemeriksaan head to toe

Kepala Bentuk mesochepal, rambut hitam, tidak


terdapat trauma kepala, tidak ada oedema, dan
tidak ada lesi pada kepala.
Mata Bentuk simetris kanan kiri, Konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, ukuran pupil 4
mm kanan kiri, reaksi terhadap cahaya (+/+),
pupil isokor.
Telinga Bentuk simetris kanan kiri, telinga bersih
tidak ada bekas luka, tidak terdapat serumen.
Hidung Bentuk simetris kanan kiri, tidak terdapat
polip, tidak ada cuping hidung dan terdapat
penumpukan sekret, klien terpasang NGT.
Mulut Bentuk simetris, tidak ada lesi pada mulut,
mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis,
lidah kotor, klien terpasang ET dan
Ventilator.
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak

21
ada bekas luka, tidak terdapat peningkatan
JVP. Terdapat kaku kuduk.
Dada Inspeksi: pergerakan dada simetris kanan
kiri, tampak retraksi dinding dada, tidak ada
bekas luka, terdapat sputum.
Klien terpasang ventilator mekanik dengan
Palasi: vokal fremitus kanan kiri teraba sama,
tidak ada nyeri tekan, pengembangan dada
kanan kiri sama.
Perkusi: sonor.
Auskultasi: terdapat suara napas tambahan
ronkhi.
Jantung Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi: Ictus cordis tak kuat angkat, ictus
cordis teraba dari ICS 4 & 5 mid klavikula
sinistra. Nadi: 120 x/menit.
Perkusi: Pekak, tidak terdapat kadiomegali
Auskultasi: suara jantung I & II reguler, tidak
terdapat bising jantung,
Abdomen Inspeksi: Bentuk simetris, tidak ada benjolan,
tidak ada lesi/ bekas luka, tidak ada distensi
pada abdomen.
Auskultasi: Peristaltik usus terdengar
12X/menit.
Perkusi: tympani pada kuadran II, III, dan
IV, redup pada kuadran I kanan atas.
Palpasi: tidak ada asites, lien dan hepar tidak
teraba, tidak ada nyeri tekan.
Genitourinaria Pasien terpasang dower cateter, alat kelamin
pasien tampak bersih.
Muskuloskeleta Tidak terkaji karena Pasien mengalami
l penurunan kesadaran
Neurologis Keadaan Umum: Lemah, tingkat kesadaran
Sopor Coma dengan total GCS: 4 (E1V1M2),
terdapat kaku kuduk, tanda laseque (+), tanda
brudzinski I-II positif

Kulit Kulit teraba panas, tidak ada oedema,


integritas kulit baik, tidak ada lesi, akral
teraba panas, kulit tampak kemerahan.
Ekstremitas Tidak ada edema pada ektremitas atas
maupun ekstremitas bawah, terpasang infus
pada tangan kiri dan terhubung dengan infus
pump dan syringe pump.

22
Kemampuan Daily Living/ ADL Kurtz

Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan
Diri
Makan/Minu V
m
Toileting V
Berpakaian V
Mandi V
Mobilisasi di V
tempat tidur
Ambulasi V
ROM
Keterangan:

0 : Mandiri 3 : dibantu orang lain dan alat


1 : Menggunakan alat bantu 4 : Tergantung total
2 : Dibantu orang lain
4. Pengkajian terus-menerus
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 27 Februari 2015

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Kimia Klinik
Elektrolit
Natrium darah 128 Mmol/L 136-145
Kalium darah 3.7 Mmol/L 3.3 – 5.1
Calsium ion 1.15 Mmol/L 1.17-1.29
Analisa Gas Darah
PH 7.450 7.350-7450
BE 2.2 Mmol/L -2 - +3
PCO2 40.0 mmHg 27.0-41.0
PO2 139.0 mmHg 83.0-108.0
Hematokrit 43 % 37-50
HCO3 27.2 Mmol/L 21.0-28.0
Total CO2 28.6 Mmol/L 19.0-24.0
O2 Saturasi 99.0 % 94.0-98.0
Pemeriksaan Laboratorium imunoserologi tanggal 20-2-2015
IMUNO
SEROLOGI

23
Anti-Toxoplasma Positif IU/ml Negatif
IgG Indeks : 174
Anti-Toxoplasma Negatif Negatif
IgM
Anti-Toxoplasma High avidity Negatif
IgG Avidity # Indeks 0,541
Anti-CMV IgG Positif AU/ml Negatif
Kons: 21
Anti-CMV IgM Negatif Negatif
Anti-CMV IgG High Avidity
avidity #
Anti-HSV1 IgG # Negatif Negatif
Anti-HSV1 IgM # Neagtif Negatif
Tanggal 28 februari 2015
Sekresi
Makroskopis
Warna Yellow
Kejernihan Slight
Cloudy
Kimia Urin
Berat jenis 1.023 1.015-1.025
PH 7.5 4.5-8.0
Leukosit Negatif /uL Negatif
Nitrit Negatif Negatif
protein Negatif mg/dl Negatif
Glukosa Normal mg/dl Normal
Keton Negatif mg/dl Negatif
Urobilinogen Normal mg/dl Normal
Bilirubin Negatif mg/dl Negatif
Eritrosit 25 /uL Negatif
Mikroskopis
Epitel
Epitel Squamous 1-2 /LPB Negatif
Epitel Transisional - /LPB Negatif
Epitel bulat - /LPB Negatif
Silinder
Hyline 0 /LPK Negatif
Granulated - /LPK Negatif
Lekosit - /LPK Negatif
Bakteri 28.5 /uL 0.0-2150
Kristal 2.9 /uL 0.0-0.0
Tanggal 2 Maret 2015
Analisa Gas Darah
PH 7.408 7.350-7450

24
BE -4.7 Mmol/L -2 - +3
PCO2 30.6 mmHg 27.0-41.0
PO2 171.2 mmHg 83.0-108.0
Hematokrit 43 % 37-50
HCO3 20.6 Mmol/L 21.0-28.0
Total CO2 16.8 Mmol/L 19.0-24.0
O2 Saturasi 99.5 % 94.0-98.0
Laboratorium tanggal 1 Maret 2015
Hematologi rutin
Hemoglobin 14.0 g/dl 13.5-17.5
Hematokrit 40 % 33-45
Lekosit 12.1 Ribu/ul 4.5-11.0
Trombosit 329 Ribu/ul 150-450
Eritrosit 4.66 Juta/ul 4.50-5.90
Kimia klinik
SGOT 49 u/l <35
SGPT 62 u/l <45
Albumin 3.2 g/dl 3.5-5.2
Keatinin 0.4 Mg/dl 0.9-1.3
Ureum 21 Mg/dl <50
Elektrolit
Natrium Darah 128 Mmol/L 136-145
Kalium Darah 3.2 Mmol/L 3.3-5.3
Chlorida Darah 97 Mmol/L 98-106

Hasil pemeriksaan Rontgen Thorak tanggal 28 Februari 2020


Cor : CTR tidak valid dinilai
Pulmo : tampak perselubungan dengan air bronchogram (+) di
paracardial kanan, corakan bronkovaskuler normal
Sinus costophrenicus kanan kiri tajam
Hemidiapraghma kanan kiri normal
Trakhea di tengah
Sistema tulang baik
Kesimpulan : Pneumonia
5. Therapy
Diet RS: Sonde TKTP 1700 Kkal
Terapi Farmakologi:

Nama Obat Rute Dosis Indikasi

25
Cairan Parenteral
RL IV 60 cc/jam Asupan elektrolit
dan nutrisi
Asering IV 60 cc/ jam Pengganti ion
alkali dari tubuh
Kabiven IV 60 cc/ jam Nutrisi parenteral
jika tidak mampu
makan melalui oral
Terapi injeksi
Mannitol IV 100 cc/8 jam Menurunkan TIK
dan edema serebral
Metronidazol IV 500 mg/8 jam Antibiotik,
pencegahan infeksi
anaerob
Ciprofloxacin IV 200 mg/12 jam Antibiotik
Ceftazidim IV 1 gr/12 jam Antibiotik untuk
septikimia,
meningitis.
Omeprazole IV 40 mg/24 jam Tukak duodenal,
tukak gasrik,
refluks esofagitis,
ulseratif
Kalnex IV 500 mg/8 jam Hemostatik
Metylprednisolon IV 62.5 mg/8 jam Kortikosteroid,
eksaserbasi akut
dari multiple
sklerosis,
meningitis
tuberkulosa
Citicolin IV 250 mg/8 jam Ketidaksadaran
karena trauma
serebral,
vasodilator
Cymeven IV 250 mg/12 jam Antibiotik, infeksi
citomegalovirus
(CMV)
Bisolvon IV 1 ap/8 jam Mukolitik dan
expektoran,
Terapi oral
Sucralfat Oral 3x1 Gangguan saluran
cerna
Sistenol Oral 4x1 Antipiretik dan
mukolitik
Imunoz Oral 1x1 Meningkatkan daya
tahan tubuh
Ambroxol Oral 3x1 Ekspektoran
Gloucon Oral 3x½

26
6. Analisa Data

No Data Fokus Problem Etiologi


.

1. DS : - Perubahan Inflamasi jaringan


perfusi jaringan serebral
DO : serebral
Simple Pathway :
- Keadaan Umum: Lemah,
- tingkat kesadaran Sopor Reaksi peradangan
Coma dengan total GCS: jaringan serebral
4 (E1V1M2),
- terdapat kaku kuduk, Trombus daerah
reflek laseque > 60°, korteks
reflek brudzinski I-II
positif. Infeksi/septikimia
- Tanda vital : jaringan otak
TD : 135/84 mmHg,
HR : 120 x/menit, Perubahan
RR: 25 x/mnt, fisiologis
T: 38,5°C,
intrakranial
SPO2 : 100%
Gambaran EKG sinus Peningkatan
takikardi
permeabilitas darah
serebral

Perubahan
perfusi jaringan
serebral

2. DS : - Risiko infeksi Ketidakadekuatan


pertahanan
DO : sekunder (infeksi
- Lekosit : 12.1 meningokokus)
- Tanda vital :
TD : 135/84 mmHg, Simple Pathway :
HR : 120 x/menit,
Bakteri masuk ke
RR: 25 x/mnt,
T: 38,5°C meningen

Infeksi/septikimia
jaringan serebral

Peningkatan
komponen darah di

27
serebral

Bakteri masuk ke
aliran balik vena ke
jantung

Penurunan daya
tahan tubuh

Risiko infeksi

Sepsis

3. DS : Ketidakefektifa Penurunan tingkat


n pola napas kesadaran
DO :
Simple Pathway
- Tampak retraksi
dinding dada Peningkatan
- Terdengar suara permeabilitas darah
ronkhi otak
- Klien sopor coma
dengan GCS: 4
E1V1M2
- Tampak Perubahan sistem
penumpukan sekret pernafasan
pada ET
- Klien terpasang ET
dan ventilator
mekanik dengan Ketidakefektifan
mode SIMV-PC, pola napas
FIO2: 50%, RR
setting ventilator:
12, Pressure
Inspiration: 15,
Volume tidal: 345,
RR: 25 x/mnt.
4. DS : - Defisit Kelemahan fisik
perawatan diri umum
DO :
Simple Pathway:
Kesimpulan :
Kemampuan Skor
klien dibantu Reaksi peradangan
Perawatan
Diri total dalam jaringan serebral
Makan/Minu 4 pemenuhan
ADL (Total Infeksi/septikimia
m
Toileting 4 Care) jaringan otak
Berpakaian 4
Perubahan
Mandi 4
Mobilisasi di 4
tempat tidur 28
Ambulasi 4
ROM
- Kesadaran klien sopor fisiologis
coma intrakranial
- GCS : 4, E1M2V1
- Klien terpasang ET dan Peningkatan
ventilator mekanik permeabilitas darah
serebral

Penurunan tingkat
kesadaran

Kelemahan fisik
umum

Defisit ADL

5. DS : Hipertermi Inflamasi pada


meninges
DO :
Simple Pathway
- Kulit teraba panas, akral
teraba panas Reaksi peradangan
- Kulit tampak kemerahan jaringan serebral
- Tanda vital :
TD : 135/84 mmHg, Infeksi/septikimia
HR : 120 x/menit, jaringan otak
RR: 25 x/mnt,
T: 38,5°C Perubahan
fisiologis
intrakranial

Hipertermi

7. Diagnose keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d inflamasi jaringan serebral
b. Ketidakefektifan pola napas b.d penumpukan sekret pada saluran
nafas
c. Risiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan sekunder (infeksi
meningokokus)
d. Hipertermi b.d inflamasi pada meninges
8. Intervensi

Diagnose Tujuan dan Kriteria Intervensi

29
hasil SIKI
Gangguan perfusi Setelah diberi Observasi
serebra tindakan perawatan 1. Kaji keadaan umum klien
berhubungan selama 1x24 jam 2. Posisikan semi fowler
dengan inflamasi Tujuan : 3. Monitortanda-tanda
serebral Pasien kembali pada status neurologis dengan
keadaan status GCS
neurologis sebelum 4. Kaji tanda-tanda vital
sakit 5. Kaji output dan input
6. Anjurkan pasien untuk
Meningkatnya
mengeluarkan napas
kesadaran pasien dan
apabila bergerak atau
fungsi sensoris
berbalik di tempat tidur.
Kriteria hasil :
7. Kolaborasi pemberian
 Tanda – tanda obat
vital dalam batas
normal
 Rasa sakit kepala
berkurang
 Kesadaran
meningkat
 Adanya
peningkatan
kognitif dan tidak
ada atau
hilangnya tanda –
tanda tekanan
intrakranial yang
meningkat
Ketidakefektifa Setelah diberi Manajemen pola nafas
n bersihan jalan tindakan perawatan 1. Monitor pola nafas
nafas selama 1x24 jam pola 2. Monitor bunyi nafas
berhubungan nafas pasien efektif, tambahan

30
dengan dengan KE: 3. Monitor sputum
penumpukan -Tanda-tanda vital 4. Pertahankankepatenan
sekret pada dalam batas normal jalan nafas
saluran nafas -Tidak terjadi sianosis 5. Posisikan semi-fowler
dan tanda hipoksia atau fowler
-Bunyi nafas bersih 6. Berikan minum
hangat
7. Lakukan fisoterapi
dada bila perlu
8. Lakukan pengisapan
lender
9. Berikan oksigen jika
perlu
10. Anjrkan batuk efektif
11. Kolaborasi pemberian
obat eksfektoran
Pemantauan respirasi
1. Monitor frekuensi
irama kedalaman dan
upaya nafas
2. Monitor pola nafas
3. Monitor adanya
sumbatan jalan nafas
4. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru.
5. Auskultasi bunyi
nafas.
Hipertermi b.d Setelah diberi Obeservasi
inflamasi pada tindakan perawatan 1. Kaji keadaan umum
meninges selama 1x24 jam pola klien
nafas pasien efektif, 2. Kaji tanda dan gejala
dengan KE: infeksi
Terapeutik

31
3. Batasi jumlah
pengunjung
4. Berikan perawatan kulit
pada area edema
5. Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan klien dan
lingkungan klien
6. Pertahankan aseptic
pada pasien beresiko
tinggi
7. Edukasi
8. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
9. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
10. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
11. Anjurkan meningkatkan
cairan
Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian
imunisasi
Setelah diberi Manajmen hipotermia
tindakan perawatan 1. Observasi tanda dan
selama 1x24 jam pola gejala hipotermi (mis,
nafas pasien efektif, dehidrasi, terpapar
dengan KE: lingkungan panas, suhu
Kriteria Hasil : incubator)
1. Suhu tubuh
2. Monitor suhu tubuh
dalam rentang
normal 3. Monitor kadar elektralit
2. Nadi dan RR
4. Monitor kadar urine
dalam rentang
normal 5. Longgarkan pakaian

32
3. Tidak ada 6. Basahi permukaan tubuh
perubahan warna
7. Berikan cairan oral
kulit dan tidak
ada pusing anjurkan tirah baring
8. Kolaborasi pemberian
cairan dan eletrolit
intervena
Regulasi temperatur
9. Monitor suhu tubuh
10. Monitor tekanan darah,
frekuensi pernafasan nadi
11. Monitor warna dan suhu
kulit
12. Pasang alat pemantau
suhu kontinu
13. Tingkatkn asuan cairan
dan nutrisi adekuat
14. Kolaborasi pemberian
antipiretik.
Defisit perawatan Setelah dilakukan Observasi
diri b.d kelemahan tindakan keperawatan 1. Identifikasi aktivitas
fisik umum selama 1x24 jam perawatan diri sesuai
kebutuhan ADL klien usia
terpenuhi dengan 2. Kaji tingkat kemandirian
kriteria hasil: 3. Identifikasi kebutuhan
alat bantu kebersihan
- Klien bersih
diri, berpakaian, berhias,
dan terbebas
dan makan
dari bau
Terapeutik
- Menyatakan
4. Sediakan lingkungan
kenyamanan
yang terapeutik
setelah
5. Damping dalam
dilakukan
melakukan perawatan
perawatan
diri sampai mandiri

33
ADLs Edukasi
- Dapat 6. Anjurkan melakukan
melakukan perawatan diri secara
ADLs dengan konsisten sesuai
bantuan kemampuan

8. Implementasi

Tanggal No. Implementasi Respon


/jam dx

2-3-2020 1,2,3, - Memberikan terapi S:-


4 sesuai program : O:
08.00 Mannitol 50 cc - Obat masuk melalui
Metronidazol 500 mg IV
Ciprofloxacim 200 mg - Tidak ada alergi
Ceftazidim 1 gr - Tidak ada odema
Omeprazole 40 mg - Tidak ada plebitis
Kalnex 500 mg
Metylprednisolon 62.5 mg
Citicolin 250 mg
Cymeven 250 mg
Bisolvon 1 ap
09.00 5 Memberikan perawatan S:-
total care kepada pasien : O:
- Memandikan pasien - Klien tampak bersih
- Melakukan oral - Tidak ada bau
hygiene badan
- Klien sudah BAB
- BAK : 1300 cc
09.30 5 Memberikan sonde TKTP S : -
melalui NGT O:
- Sonde masuk 350 cc
- Mukosa bibir kering
10.00 1,2,3, Memonitor TTV dan status S : -
4 respirasi O:
- Tanda vital :
TD : 135/84 mmHg,
HR : 120 x/menit,
RR: 25 x/mnt,
T: 38,5°C
- Klien terpasang ET

34
dan ventilator
mekanik dengan
mode SIMV-PC,
FIO2: 50%, RR
setting ventilator:
12, Pressure
Inspiration: 15,
Volume tidal: 345,
RR: 25 x/mnt.
11.00 1 Memberikan terapi S :
bronkhodilator dengan O :
nebulizer - Produksi sekret
banyak
- Sekret berwarna
putih dan kental
11.30 1 Melakukan suction pada ET S:-
O:
- Sekret kental dan
banyak
- Berwarna putih
- Tidak ada bercak
darah
12.00 1,2,3, Memonitor TTV dan status S : -
4 respirasi O:
- Tanda vital :
TD : 115/64 mmHg,
HR : 117 x/menit,
RR: 22 x/mnt,
T: 38,5°C
- Klien terpasang ET
dan ventilator
mekanik dengan
mode SIMV-PC,
FIO2: 50%, RR
setting ventilator:
12, Pressure
Inspiration: 15,
Volume tidal: 265,
RR: 22 x/mnt.
12.30 4 Memberikan kompres S : -
hangat pada aksila, leher, O :
dan lipatan paha - Suhu : 38,5
- Akral teraba panas
- Ekstremitas teraba
dingin
- Kulit tampak

35
kemerahan
- Klien tidak
menggigil
13.00 1,2 Meninggikan kepala 15° S : -
dan menilai status kesadaran O :
- Kesadaran sopor
coma
- GCS : 4 E1M2V1
- Ukuran Pupil : 4
mm
13.30 2,4 Memonitor balance cairan S:-
O:
- Input :
Infus : 1440 cc
Sonde : 600 cc
Obat : + 500 cc
- Output :
Urin : 1800 cc
IWL 24 jam : 15 x
BB
15 x 60 = 900
Balance : 2540-
2700 = -160 cc
3-3-2020 1,2,3, - Memberikan terapi S : -
4 sesuai program : O:
08.00 Mannitol 50 cc - Obat masuk melalui
Metronidazol 500 mg IV
Ciprofloxacim 200 mg - Tidak ada alergi
Ceftazidim 1 gr - Tidak ada odema
Omeprazole 40 mg - Tidak ada plebitis
Kalnex 500 mg
Metylprednisolon 62.5 mg
Citicolin 250 mg
Cymeven 250 mg
Bisolvon 1 ap
09.00 5 Memberikan perawatan S : -
total care kepada pasien : O:
- Memandikan pasien - Klien tampak bersih
- Melakukan oral - Tidak ada bau
hygiene badan
- Klien sudah BAB
- BAK : 1300 cc
09.30 5 Memberikan sonde TKTP S : -
melalui NGT O:
- Sonde masuk 400 cc
- Mukosa bibir kering

36
10.00 1,2,3, Memonitor TTV dan status S : -
4 respirasi O:
- Tanda vital :
TD : 100/62 mmHg,
HR : 125 x/menit,
RR: 20 x/mnt,
T: 38,8°C
- Klien terpasang ET
dan ventilator
mekanik dengan
mode SIMV-PC,
FIO2: 50%, RR
setting ventilator:
12, Pressure
Inspiration: 15,
Volume tidal: 410,
RR: 20 x/mnt.
11.00 1 Memberikan terapi S :
bronkhodilator dengan O :
nebulizer - Produksi sekret
banyak
- Sekret berwarna
putih dan kental
11.30 1 Melakukan suction pada ET S:-
O:
- Sekret kental dan
banyak
- Berwarna putih
- Tidak ada bercak
darah
12.00 1,2,3, Memonitor TTV dan status S : -
4 respirasi O:
- Tanda vital :
TD : 97/56 mmHg,
HR : 121 x/menit,
RR: 22 x/mnt,
T: 38,8°C
- Klien terpasang ET
dan ventilator
mekanik dengan
mode SIMV-PC,
FIO2: 50%, RR
setting ventilator:
12, Pressure
Inspiration: 15,
Volume tidal: 315,

37
RR: 22 x/mnt.
12.30 3 Memberikan kompres S : -
hangat pada aksila, leher, O :
dan lipatan paha - Suhu : 38,8
- Akral teraba panas
- Ekstremitas teraba
dingin
- Kulit tampak
kemerahan
- Klien tidak
menggigil
13.00 1,2 Meninggikan kepala 15° S : -
dan menilai status kesadaran O :
- Kesadaran sopor
coma
- GCS : 4 E1M2V1
- Ukuran Pupil : 4
mm
13.30 2,4 Memonitor balance cairan S:-
O:
- Input :
Infus : 1440 cc
Sonde : 600 cc
Obat : + 500 cc
- Output :
Urin : 1700 cc
IWL 24 jam : 15 x
BB
15 x 60 = 900
Balance : 2540-
2600 = -60 cc
13.40 1,2 Memonitor hasil lab analisa S : -
gas darah O:
PH : 7.420
BE : -6,3 mmol/L
(Low)
PCO2 : 26.0 mmHg
(Low)
PO2 : 227.0 mmHg
(High)
Hematokrit : 31 %
(Low)
HCO3 : 16.6 mmol/L
(Low)
Total CO2 : 17.4
mmol/L (Low)

38
O2 saturasi : 100.0 %
(high)
4-3-2020 5 Memberikan sonde TKTP S : -
melalui NGT O:
21.00 - Sonde masuk 400 cc
- Mukosa bibir kering
22.00 1,2,3, Memonitor TTV dan status S : -
4 respirasi O:
- Tanda vital :
TD : 92/52 mmHg,
HR : 130 x/menit,
RR: 18 x/mnt,
T: 38.3°C
- Klien terpasang ET
dan ventilator
mekanik dengan
mode SIMV-PC,
FIO2: 50%, RR
setting ventilator:
12, Pressure
Inspiration: 15,
Volume tidal: 250,
RR: 18 x/mnt.
24.00 1,2,3, - Memberikan terapi S:-
4 sesuai program : O:
Mannitol 50 cc - Obat masuk melalui
Metronidazol 500 mg IV
Kalnex 500 mg - Tidak ada alergi
Metylprednisolon 62.5 mg - Tidak ada odema
Citicolin 250 mg - Tidak ada plebitis
Bisolvon 1 ap
01.00 1 Melakukan suction pada ET S:-
O:
- Sekret kental dan
banyak
- Berwarna putih
- Tidak ada bercak
darah
02.00 1,2,3, Memonitor TTV dan status S : -
4 respirasi O:
- Tanda vital :
TD : 97/56 mmHg,
HR : 121 x/menit,
RR: 20 x/mnt,
T: 38,3°C
- Klien terpasang ET

39
dan ventilator
mekanik dengan
mode SIMV-PC,
FIO2: 50%, RR
setting ventilator:
12, Pressure
Inspiration: 15,
Volume tidal: 325,
RR: 20 x/mnt.
04.30 4 Memberikan kompres S : -
hangat pada aksila, leher, O :
dan lipatan paha - Suhu : 38,3
- Akral teraba panas
- Ekstremitas teraba
dingin
- Kulit tampak
kemerahan
- Klien tidak
menggigil
05.00 1,2 Meninggikan kepala 15° S : -
dan menilai status kesadaran O :
- Kesadaran sopor
coma
- GCS : 4 E1M2V1
- Ukuran Pupil : 4
mm
05.30 2,4 Memonitor balance cairan S:-
O:
- Input :
Infus : 1440 cc
Sonde : 600 cc
Obat : + 500 cc
- Output :
Urin : 1700 cc
IWL 24 jam : 15 x
BB
15 x 60 = 900
Balance : 2540-
2600 = -60 cc
06.00 1,2 Memonitor hasil lab analisa S : -
gas darah O:
PH : 7.417
BE : -3.5 mmol/L
(Low)
PCO2 : 32.1 mmHg
PO2 : 173.5 mmHg

40
(High)
Hematokrit : 36 %
(Low)
HCO3 : 21.5 mmol/L
Total CO2 : 18.3
mmol/L (Low)
O2 saturasi : 99.5 %
(high)

9. Evaluasi

Tanggal No. Evaluasi


/ Jam
Dx

2-3-2020 1 S:
13.00 O:
- Tanda vital :
TD : 115/64 mmHg, HR : 117 x/menit, RR: 22
x/mnt,
T: 38,5°C
- Klien terpasang ET dan ventilator mekanik dengan
mode SIMV-PC, FIO2: 50%, RR setting ventilator:
12, Pressure Inspiration: 15, Volume tidal: 265,
RR: 22 x/mnt.
- Produksi sekret banyak, kental, dan berwarna putih
- Tampak retraksi dinding dada
A : Masalah ketidakefektifan pola napas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV dan status respirasi
- Lakukan suction pada ET
- Posisikan klien semi fowler untuk
memksimalkan ventilasi
- Berikan terapi bronkhodilator sesuai program
- Monitor hasil Lab Analisa Gas Darah
13.20 2 S:-
O:
- Keadaan Umum: Lemah,
- Tingkat kesadaran Sopor Coma dengan total GCS:
4 (E1V1M2),
- Tanda vital :
TD : 115/64 mmHg, HR : 117 x/menit, RR: 22
x/mnt, T: 38,5°C

41
- pupil isokor, ukuran pupil: 4 mm
- Input cairan total : 2540
- Output cairan total : 2700
A : Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor tanda vital dan status neurologis
- Pantau input dan output cairan
- Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK
- Berikan terapi sesuai program :
Mannitol 50 cc/8 jam IV
Omeprazole 40 mg/24 jam IV
Kalnex 500 mg/8 Jam IV
Metylprednisolon 62.5 mg/8 jam IV
Citicolin 250 mg/8 Jam IV
Cymeven 250 mg/12 jam IV
Bisolvon 1 ap/8 jam IV
13.40 3 S:-
O:
- Lekosit : 12.1
- Tanda vital :
TD : 135/84 mmHg,
HR : 120 x/menit,
RR: 25 x/mnt,
T: 38,5°C
A : masalah risiko infeksi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor tanda vital
- Monitor tanda dan gejala infeksi
- Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
- Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
Metronidazol 500 mg/8 jam IV
Ciprofloxacim 200 mg/12 jam IV
Ceftazidim 1 gr/12 jam IV
13.50 4 S:-
O:
- Kulit teraba panas, akral teraba panas
- Kulit tampak kemerahan
- Tanda vital :
TD : 135/84 mmHg,
HR : 120 x/menit,
RR: 25 x/mnt,

42
T: 38,5°C
- Input :
Infus : 1440 cc
Sonde : 600 cc
Obat : + 500 cc
- Output :
Urin : 1800 cc
IWL 24 jam : 15 x BB
15 x 60 = 900
Balance : 2540-2700 = -160 cc
A : masalah hipertermi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor suhu tubuh
- Lakukan kompres hangat pada aksila, lipat
paha, dan leher
- Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai
indikasi
14.00 5 S:-
O:
- Klien tampak bersih
- Mulut klien bersih
- Klien makan diet sonde 200 cc
- Klien sudah BAB
- BAK 1800 cc
- Kesadaran klien Sopor coma
- GCS : 4, E1V1M2
A : masalah defisit perawatan diri belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan
ADLs
- Lakukan perawatan oral hygiene
- Monitor status defekasi
- Kolaborasi pemberian obat laksatif ketika
terjadi konstipasi
3-3-2015 1 S:
13.00 O:
- Tanda vital :
TD : 97/56 mmHg, HR : 121 x/menit, RR: 22
x/mnt,
T: 38,8°C
- Klien terpasang ET dan ventilator mekanik dengan
mode SIMV-PC, FIO2: 50%, RR setting ventilator:

43
12, Pressure Inspiration: 15, Volume tidal: 315,
RR: 22 x/mnt.
- Produksi sekret banyak, kental, dan berwarna putih
- Tampak retraksi dinding dada
- Hasil AGD
PH : 7.420
BE : -6,3 mmol/L (Low)
PCO2 : 26.0 mmHg (Low)
PO2 : 227.0 mmHg (High)
Hematokrit : 31 % (Low)
HCO3 : 16.6 mmol/L (Low)
Total CO2 : 17.4 mmol/L (Low)
O2 saturasi : 100.0 % (high)
A : Masalah ketidakefektifan pola napas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV dan status respirasi
- Lakukan suction pada ET
- Posisikan klien semi fowler untuk
memksimalkan ventilasi
- Berikan terapi bronkhodilator sesuai program
- Monitor hasil Lab Analisa Gas Darah
13.20 2 S:-
O:
- Keadaan Umum: Lemah,
- Tingkat kesadaran Sopor Coma dengan total GCS:
4 (E1V1M2),
- Tanda vital :
TD : 97/56 mmHg, HR : 121 x/menit, RR: 22
x/mnt,
T: 38,8°C
- pupil isokor, ukuran pupil: 4 mm
- Input :
Infus : 1440 cc
Sonde : 600 cc
Obat : + 500 cc
- Output :
Urin : 1700 cc
IWL 24 jam : 15 x BB
15 x 60 = 900
- Balance : 2540-2600 = -60 cc
A : Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor tanda vital dan status neurologis

44
- Pantau input dan output cairan
- Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK
- Berikan terapi sesuai program :
Mannitol 50 cc/8 jam IV
Omeprazole 40 mg/24 jam IV
Kalnex 500 mg/8 Jam IV
Metylprednisolon 62.5 mg/8 jam IV
Citicolin 250 mg/8 Jam IV
Cymeven 250 mg/12 jam IV
Bisolvon 1 ap/8 jam IV
13.40 3 S:-
O:
- Tanda vital :
TD : 97/56 mmHg, HR : 121 x/menit, RR: 22
x/mnt,
T: 38,8°C
- Hasil EKG sinus takikardi
- Kesadaran sopor coma, GCS : 4, E1M2V1
A : masalah risiko infeksi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor tanda vital
- Monitor tanda dan gejala infeksi
- Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
- Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
Metronidazol 500 mg/8 jam IV
Ciprofloxacim 200 mg/12 jam IV
Ceftazidim 1 gr/12 jam IV
13.50 4 S:-
O:
- Kulit teraba panas, akral teraba panas
- Kulit tampak kemerahan
- Tanda vital :
TD : 97/56 mmHg, HR : 121 x/menit, RR: 22
x/mnt,
T: 38,8°C
- Tidak ada kejang, klien tidak menggigil
A : masalah hipertermi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor suhu tubuh
- Lakukan kompres hangat pada aksila, lipat
paha, dan leher
- Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai

45
indikasi
14.00 5 S:-
O:
- Klien tampak bersih
- Mulut klien bersih
- Klien sudah BAB
- BAK 1700 cc
- Kesadaran klien Sopor coma
- GCS : 4, E1V1M2
- Klien dibantu dalam pemenuhan kebutuhan
ADLs
A : masalah defisit perawatan diri belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan
ADLs
- Lakukan perawatan oral hygiene
- Monitor status defekasi
- Kolaborasi pemberian obat laksatif ketika
terjadi konstipasi
4-3-2015 1 S:
06.00 O:
- Tanda vital :
TD : 97/56 mmHg, HR : 121 x/menit, RR: 20
x/mnt,
T: 38,3°C
- Klien terpasang ET dan ventilator mekanik dengan
mode SIMV-PC, FIO2: 50%, RR setting ventilator:
12, Pressure Inspiration: 15, Volume tidal: 325,
RR: 20 x/mnt.
- Produksi sekret banyak, kental, dan berwarna putih
- Tampak retraksi dinding dada
- Hasil AGD
PH : 7.417
BE : -3.5 mmol/L (Low)
PCO2 : 32.1 mmHg
PO2 : 173.5 mmHg (High)
Hematokrit : 36 % (Low)
HCO3 : 21.5 mmol/L
Total CO2 : 18.3 mmol/L (Low)
O2 saturasi : 99.5 % (high)
A : Masalah ketidakefektifan pola napas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

46
- Monitor TTV dan status respirasi
- Lakukan suction pada ET
- Posisikan klien semi fowler untuk
memksimalkan ventilasi
- Berikan terapi bronkhodilator sesuai program
- Monitor hasil Lab Analisa Gas Darah
06.20 2 S:-
O:
- Keadaan Umum: Lemah,
- Tingkat kesadaran Sopor Coma dengan total GCS:
4 (E1V1M2),
- Tanda vital :
TD : 97/56 mmHg, HR : 121 x/menit, RR: 20
x/mnt,
T: 38,3°C
- pupil isokor, ukuran pupil: 4 mm
- Input :
Infus : 1440 cc
Sonde : 600 cc
Obat : + 500 cc
- Output :
Urin : 1700 cc
IWL 24 jam : 15 x BB
15 x 60 = 900
- Balance : 2540-2600 = -60 cc
A : Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor tanda vital dan status neurologis
- Pantau input dan output cairan
- Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK
- Berikan terapi sesuai program :
Mannitol 50 cc/8 jam IV
Omeprazole 40 mg/24 jam IV
Kalnex 500 mg/8 Jam IV
Metylprednisolon 62.5 mg/8 jam IV
Citicolin 250 mg/8 Jam IV
Cymeven 250 mg/12 jam IV
Bisolvon 1 ap/8 jam IV
06.40 3 S:-
O:
- Tanda vital :
TD : 97/56 mmHg, HR : 121 x/menit, RR: 20
x/mnt,

47
T: 38,3°C
- Hasil EKG sinus takikardi
- Kesadaran sopor coma, GCS : 4, E1M2V1
A : masalah risiko infeksi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor tanda vital
- Monitor tanda dan gejala infeksi
- Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
- Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
Metronidazol 500 mg/8 jam IV
Ciprofloxacim 200 mg/12 jam IV
Ceftazidim 1 gr/12 jam IV
06.50 4 S:-
O:
- Kulit teraba panas, akral teraba panas
- Kulit tampak kemerahan
- Tanda vital :
TD : 97/56 mmHg, HR : 121 x/menit, RR: 20
x/mnt,
T: 38,3°C
- Tidak ada kejang, klien tidak menggigil
A : masalah hipertermi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor suhu tubuh
- Lakukan kompres hangat pada aksila, lipat
paha, dan leher
- Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai
indikasi
07.00 5 S:-
O:
- Klien tampak bersih
- Mulut klien bersih
- Klien sudah BAB
- BAK 1700 cc
- Kesadaran klien Sopor coma
- GCS : 4, E1V1M2
- Klien dibantu dalam pemenuhan kebutuhan
ADLs
A : masalah defisit perawatan diri belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan

48
ADLs
- Lakukan perawatan oral hygiene
- Monitor status defekasi
- Kolaborasi pemberian obat laksatif ketika
terjadi konstipasi

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
meningitis adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan atau radang
pada selaput otak meniges diakibatkan invasi dari virus atau bakteri.
Dimana berdasarkan penyebabnya Meningitis terdir dari Meningitis Virus,
Meningitis Bakterial dan Meningitis Tuberkulosis, sedangkan berdasarkan
jenis cairannya dibagi menjadi Meningitis Serosa dan Meningitis Purulen.
Meningitis dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi
penyakit lainnya yang berbahaya dan mengancam nyawa. Untuk itu
penanganan yang tepat baik secara medis maupun keperawatan sangatlah
diperlukan

49
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. (2018). Standart intervensi keperawatan indonesia: definisi dan tindakan


keperawatan . jakarta: edisi 1. DPP PPNI.

Muttaqin Arif. 2011. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Naga Sholeh. 2013. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta:
DIVA Press

Saputra Lyndon dan Dwisang Luvina. 2013. Anatomi dan Fisiologi untuk
Perawat dan Para Medis. Jogjakarta: BINA RUPA AKSARA Publisher

Williams dan Wilkins. 2011. Nursing The Series For Clinical Excellence :
Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta Barat : Indeks
Muttaqin, arif. 2008. Buku ajar keperawatan dengan gangguan sistem
persyarafan. Jakarta: salemba medika
Herdman, T. 2009. Nursing diagnoses: definition and classification 2012-2014.
Jakarta: EGC.

50

Anda mungkin juga menyukai