MIOKARDITIS
Disusun Oleh :
Kelompok VII
Nurvika 01.2018.016
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktu nya. Makalah ini penulis buat untuk
melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II dengan judul “Asuhan Keperawatan
Mikoraditis”. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca, demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi........................................................................................................................
B. Etiologi........................................................................................................................
C. Patofisiologi.................................................................................................................
D. Manifestasi Klinis........................................................................................................
E. Patoflowdiagram.........................................................................................................
F. Klasifikasi....................................................................................................................
G. Komplikasi..................................................................................................................
H. Dampak Penyakit Dalam Konteks Keluarga...............................................................
I. Penanganan..................................................................................................................
J. Diagnosa Penunjang....................................................................................................
A. Pengkajian...................................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan................................................................................................
C. Intervensi Keperawatan...............................................................................................
D. Implementasi Keperawatan.........................................................................................
E. Evaluasi Keperawatan.................................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................................
B. Saran............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Jantung merupakan salah satu organ vital yang sangat penting bagi tubuh. Jantung
berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Organ ini sangat penting bagi tubuh,
jika terjadi kerusakan didalamnya akan sangat berbahaya, dan harus dilakukan
pengobatan atau penatalaksanaan lebih lanjut. Ada beberapa penyakit yang menyerang
organ vital ini, diantaranya Endokarditis, Miokarditis dan Perikarditis. Endokarditis yaitu
penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme pada endokard atau katub
jantung. Sedangkan Miokarditis yaitu radang otot jantung atau miokard. Dan Perikarditis
adalah peradangan perikard parietal, viseral atau keduanya. Dalam penanganan penyakit
Miokarditis dan Perikarditis, seorang perawat dapat melakukan pemberian asuhan
keperawatan dalam pemeriksaan penunjang pasien Miokarditis dan Perikarditis serta
pemulihan dan penunjang kualitas kesehatan pasien. Seperti pada pasien Miokarditis,
perawat dapat melakukan sebagai Fasilitator Perawat tidak mengoperasikan alat secara
langsung,tetapi perawat hanya sebagai fasilitator ketika pasien akan dilakukan
pemeriksaan dengan alat diagnostik (tahap persiapan).
B. Rumusan masalah
a. Apa definisi dari miokard?
b. Apa etiologi dari miokard?
c. Bagaimana patofisiologi dari miokard?
d. Apa manifestasi klinis dari miokard?
e. Bagaimana patoflowdiagram dari miokard?
f. Apa saja klasifikasi dari miokard?
g. Apa saja komplikasi dari miokard?
h. Bagaimana dampak penyakit dalam konteks keluarga?
i. Bagaimana penanganan dari miokard?
j. Apa saja diagnose penunjang dari miokard?
k. Bagiamana Asuhan Keperawatan pada pasien miokard?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi dari miokard.
b. Untuk mengetahui etiologi dari dari miokard.
c. Untuk mengetahui patofisiologi dari miokard.
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari miokard.
e. Untuk mengetahui patoflowdiagram dari miokard.
f. Untuk mengetahui klasifikasi dari dari miokard.
g. Untuk mengetahui komplikasi dari miokard.
h. Untuk mengetahui dampak penyakit dalam konteks keluarga.
i. Untuk mengetahui penanganan dari miokard.
j. Untuk mengetahui diagnose penunjang dari miokard.
k. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pesien miokard.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Myocardium lapisan medial dinding jantung yang terdiri atas jaringan otot
jantung yang sangat khusus (Brooker, 2001). Menurut Corwin (2009:64) miokarditis
adalah peradangan jantung yang tidak berkaitan dengan penyakit arteri koroner atau
infark miokard. Miokarditis merupakan inflamasi lokal atau difus pada otot jantung
(miokardium). Miokarditis paling sering terjadi akibat infeksi virus pada miokardium,
tetapi tetapi dapat juga disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur, yaitu karena infeksi
coxsackievirus.
Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. Pada
umumnya miokarditis disebabkan penyakit-penyakit infeksi tetapi dapat sebagai akibat
reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toksik bahan-bahan kimia radiasi. Miokarditis
dapat disebabkan infeksi, reaksi alergi, dan reaksi toksik. Pada miokarditis, kerusakan
miokardium disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan basil miosit. Toksin akan
menghambat sintesis protein dan secara mikroskopis akan didapatkan miosit dengan
infiltrasi lema, serat otot mengalami nekrosis hialin. Beberapa organisme dapat
menyerang dinding arteri kecil, terutama arteri koronaintramuskular yang akan
memberikan reaksi radang perivaskular miokardium. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
pseudomonas dan beberapa jenis jamur seperti aspergilus dan kandida. Sebagian kecil
mikroorganisme menyerang langsung sel-sel miokardium ysng menyebaban reaksi
radang. Hal ini dapat terjadi pada Toksoplasmosis gondii. Pada trikinosis, sel-sel radang
yang ditemukan terutama eusinofil (Elly Nurachmach, 2009).
B. ETIOLOGI
Miokarditis dapat disebabkan oleh infeksi, reaksi alergi dan reaksi toksik.
1. Infeksi
Infeksi bacterial : streptokokus, stafilokokus, meningokokus, hemofilus,
salmonelosis.
Infeksi spiroketa: sifilis, leptospirosis
Infeksi jamur: aspergitosis, kandidiasis, kriptokokis.
Infeksi virus: coxsackie b virus, arbovirus, hepatitis, cytomegalo virus, influenza,
mumps, poliomyelitis, rabies, varicella, dan HIV.
Infeksi rickettsia: rocky mountain spotted fever, scrub typhus.
2. Reaksi alergi
Antibiotic: amfoterisin B, penicillin, kloramfenikol, streptomisin,
Sulfonamid: sulfadiostin, sulfasoksazol
Anti konvulsan: fenitoin, karbamazepin,
Anti tuberculosis: isoniazid, paraminosasilat
Anti inflamasi: indometazin, fenibutazol
Diuretic: asetazoiamid, klortalidon, spirolonakton, hidroklorotiazid.
3. Reaksi toksik karena bahan-bahan tertentu seperti:
Bahan-bahan kimia: arsenic, timah
Anti neoplastik: interferon alfa, interleukin-2, siklofosfamid
Bias ular, laba-laba, kalajengking
Lain-lain: radiasi kokain
C. PATOFISIOLOGI
Kerusakan miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui tiga mekanisme
dasar :
1. Invasi oleh virus
a. Ekspresi cytokine
b. Respon imun
c. inflamasi
2. Respons imun
a. Kematian sel
b. Disrupsi ECM
c. Disfungsi myocite
d. Fibrosis myokardial
3. Dilatasi kardiomiopati
a. Aktivasi RAS
b. Aktivasi beta-Ar
Proses miokarditis viral ada dua tahap, fase pertama (akut). Fase akut berlangsung
kira-kira satu minggu, dimana terjadi invasi virus kemiokard, replikasi virus dan lisis sel.
Kemudian terbentuk neutralizing antibody dan virus akan dibersihkan atau dikurangi
jumlahnya dengan bantuan makrofag dan natural killer cell (selNK).
Pada fase berikutnya miokard diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan sistem imun
akan diaktifkan antara lain dengan terbentuknya antibody terhadap miokard, akibat
perubahan permukaan sel yang terpajan oleh virus. Fase ini berlangsung beberapa
minggu sampai beberapa bulan dan diikuti kerusakan miokard dari yang minimal sampai
yang berat (FKUI, 1999).
Enterovirus sebagai penyebab miokarditis viral juga merusak sel-sel endotel juga
antibody endotel, diduga menjadi penyebab spasme mikrovaskular. Walaupun kelainan
mikrovaskular belum pasti, tapi sangat mungkin berasal dari respon imun atau kerusakan
endotel akibat infeksi virus. Jadi pada dasarnya terjadi spasme sirkulasi mikro yang
menyebabkan proses berulang antara obstruksi dan reperfusi yang mengakibatkan
larutnya matriks miokardium dan habisnya otot jantung secara fokal menyebabkan
rontoknya serabut otot, dilatasi jantung, dan hipertrofi miosit yang tersisa. Akibatnya
proses ini mengakibatkan habisnya kompensasi mekanis dan biokimiawi yang berakhir
dengan payah jantung.
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis miokarditis sangat bervariasi dari yang tanpa keluhan sampai
bentuk berat berupa payah jantung kongestif yang fatal. Pada miokarditis viral variasi
keadaan ini disuga sehubungan dengan kerentanan secara genetic yang berbeda pada tiap
pasien. Sebagian besar keluhan pasien tidak khas, mungkindidapatkan rasa lemah,
berdebar-debar, sesak nafas, dan rasa tidak enak di dada. Nyeri dada biasanya ada bila
disertai perikarditis.
Jantung biasanya membesar, terutama bila sudah terjadi jantung kongestif.
Tekanan vena jugularis meningkat dan pada auskultasi didapatkan bunyi jantung pertama
yang melemah, kadang-kadang ditemukan aritmia dan irama derap ventricular atau atrial
serta sistolik di apeks.
Miokarditis pada anak dan bayi tidak memiliki gejala yang spesifik. Gejala
miokarditis yang umumnya muncul pada anak-anak dan bayi adalah:
Lemas
Kehilangan nafsu makan
Batuk kronis
Sakit pada perut
Mengalami kesulitan bernapas
Demam
Diare
Sianosis
Nyeri dada
Nyeri sendi
E. PATOFLOWDIAGAM
Eliminasi miosit
terinfeksi
Inflamasi/kerusakan miokard
Inhibasi replikasi
virus
Suplai darah ke paru-paru menurun Suplai darah ke miokard menurun Suplai darah ke otak menurun
Iskemik miokard
Hipoksia di sel parenkim Hipoksia sel otak
Gagal Jantung
Nyeri Infark sel otak
Akut
Stroke
Penurunan kesadaran
Intoleransi Aktivitas
Suplai darah ke ginjal menururn Suplai darah ke usus menururn Suplai darah ke jaringan tubuh
menururn
Diare
Sianosis
Akral dingin
F. KLASIFIKASI
Klasifikasi miokarditis diketahui berdasarkan etiologi. Hampir tiap infeksi
(bakteri, virus, jamur, protozoa, dan lain-lain) dapat menyebabkan menyebabkan
miokarditis akut, meskipun infeksi virus Coxsackie, sering didapatkan di Eropa dan
Amerika Serikat, sedangkan tripanosomiasis (penyakit Chagas) sering ditemukan di
Amerika Serikat. Menurut Dorland (2002) menjelaskan bahwa klasifikasi miokarditis
antara lain ;
1. Acute Isolated Myocarditis adalah miokarditis interstitial acute dengan etiologi
tidakdiketahui.
2. Bacterial Myocarditis adalah miokarditis yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
3. Chronic Myocarditis adalah penyakit radang miokardial kronik.
4. Diphtheritic Myocarditis adalah mikarditis yang disebabkan oleh toksin bakteri
yangdihasilkan pada difteri : lesi primer bersifat degeneratiff dan nekrotik dengan
respons radangsekunder
5. Fibras Myocarditis adalah fibrosis fokal/difus mikardial yang disebabkan
olehperadangan kronik.
6. Giant Cell Myocarditis adalah subtype miokarditis akut terisolasi yang ditandai
dengan adanya sel raksasa multinukleus dan sel-sel radang lain, termasuk limfosit, sel
plasma dan makrofag dan oleh dilatasi ventikel, trombi mural, dan daerah nekrosis
yang tersebar luas.
7. Hypersensitivity Myocarditis adalah mikarditis yang disebabkan reaksi alergi yang
disebabkan oleh hipersensitivitas terhadap berbagai obat, terutama sulfonamide,
penicillin,danmetildopa.
8. Infection Myocarditis adalah disebabkan oleh agen infeksius ; termasuk
bakteri,virus,riketsia, protozoa, spirochaeta, dan fungus. Agen tersebut dapat merusak
miokardium melalui infeksi langsung, produksi toksin, atau perantara respons
immunologis.
9. Interstitial Myocarditis adalah mikarditis yang mengenai jaringan ikat interstitial.
10. Parenchymatus Myocarditis adalah miokarditis yang terutama mengenai substansi
ototnya sendiri.
11. Protozoa Myocarditis adalah miokarditis yang disebabkan oleh protozoa terutama
terjadi pada penyakit Chagas dan toxoplasmosis.
12. Rheumatic Myocarditis adalah gejala sisa yang umum pada demam reumatik.
13. Rickettsial Myocarditis adalah mikarditis yang berhubungan dengan infeksiriketsia.
14. Toxic Myocarditis adalah degenerasi dan necrosis fokal serabut miokardium yang
disebabkan oleh obat, bahan kimia, bahan fisik, seperti radiasi hewan/toksin serangga
atau bahan/keadaan lain yang menyebabkan trauma pada miokardium.
15. Tuberculosis Myocarditis adalah peradangan granulumatosa miokardium pada
tuberkulosa.
16. Viral Myocarditis disebabkan oleh infeksi virus terutama oleh enterovirus ; paling
sering terjadi pada bayi, wanita hamil, dan pada pasien dengan tanggap immune
rendah
G. KOMPLIKASI
1. Kardiomiopati Kongestif / dilatasi.
Brunner & Suddarth (2009 ) menjelaskan bahwa ini dapat terjadi jika miokarditis
menyerang miokardium jantung, jika pengobatan yang dilakukan gagal dan prognosis
pasien buruk. Kardiomiopati kongestif atau dilatasi ditandai dengan adanya dilatasi
atau pembesaran rongga ventrikel bersama dengan penipisan dinding otot,
pembesaran atrium kiri, dan statis darah dalam ventrikel.Pada pemeriksaan diagnostik
mikroskopis otot ditemukan berkurangnya jumlah elemen kontraktil serat otot atau
miokardium.
2. Efusi Perikardial.
Salah satu reaksi radang pada miokardium yang dapat berkembang luas adalah
perikarditis yaitu penumpukan cairan (eksudasi) di dalam rongga perikardium yang
disebut dengan efusi perikardial. Efusi perikardial ditentukan oleh jumlah dan
kecepatan pembentukan cairan perikard. Efusi yang banyak atau timbul cepat akan
menghambatpengisian ventrikel, penurunan volume akhir diastolic sehingga curah
jantung sekuncup dan semenit berkurang.
Kompensasinya adalah takhikardia, tetapi pada tahap berat atau kritis akan
menyebabkan gangguan sirkulasi dengan penurunan tekanan darah serta gangguan
perfusi organ dengan segala akibatnya yang disebut tamponade jantung. Bila reaksi
radang ini berlanjut terus, perikard mengalami fibrosis jaringan parut luas,
penebalan,kalsifikasi dan juga terisi eksudat yang akan menghambat proses diastolik
ventrikel,mengurangi isi sekuncup dan semenit serta mengakibatkan kongesti
sistemik (perikarditiskonstriktiva).
3. AV block total.
Dapat terjadi ketika miokarditis kronis telah menyebabkan kematian jaringan di
sekitar jantung terutama pada daerah ventrikel sehingga terjadi penyumbatan aliran
listrik jantung dan jantung tidak dapat memompa darah dengan maksimal.
I. PENANGANAN
Menurut (Muttaqin, 2009) penanganan penderita miokarditis sebagai berikut.
a. Perawatan untuk tindakan observasi
b. Tirah baring/pembatasan aktivitas.
c. Antibiotik atau kemoterapeutik.
d. Pengobatan sistemik supportif ditujukan pada penyakit infeksi sistemik.
e. Obat kortikosteroid.
f. Terapi komplikasi menggunakan alat pacu jantung
Jika berkembang menjadi gagal jantung kongestif akan diberikan diuretik untuk
mengurangi retensi ciaran, digitalis untuk merangsang detak jantung, obat anti beku
untuk mencegah pembentukan bekuan. Selain itu pasien diberi pengobatan khusus
terhadap penyebab yang mendasari miokarditis misalnya pennisilin untuk kuman
steptokokushemolitikus, kemudian lakukan bed rest total atau tirah baring untuk
mengurangi beban jantung. Tirah baring juga dapat mengurangi kerusakan miokardial
residual dan komplikasi miokarditis. Kemudian perawat dapat melakukan evaluasi fungsi
jantung dan fungsi tubuh untuk menentukan apakah telah terjadi gagal jantung kongestif.
Pasien dengan miokarditis sangat sensitif dengan digitalis maka pasien harus di pantau
dengan ketat terutama toksisitas digitalis yang ditandai dengan adanya disritmia,
anoreksia, nausea, muntah, bradikardi, sakit kepala dan malaise (Brunner&Suddarth ,
2002).
J. DIAGNOSA PENUNJANG
1. MRI
Modalitas pencitraan yang dianjurkan adalah MRI jantung karena dapat
memberikan informasi tentangadanya edema, inflammatory hyperemia dan
irreversibleinflammatory injury sesuai kriteria Lake Louise. Memanghingga kini
penelitian masih berlanjut dengan menyertakanbiopsi endomiokardium sebagai
standart emas.Penggunaan CMR untuk evaluasi miokarditis inimempunyai spesifitas
dan PPV yang tingi tapi sensitivitassekitar 67%.
2. Laboratorium
a. Pemeriksaan laboratorium untuk menentuk anetiologi. Biakan darah dapat
menemukan sebagian besar organisme pathogen. Pada infeksi parasit terdapat
eosinofilia sebagai laju endapan meningkat. Enzim keratin kinase atau laktat
dehidroginase (LDH) dapat meningkat sesuai luasnya nekrosis miokard
b. Dijumpai leukositosis dengan poli morfonuklear atau limfosit yang dominan
tergantung penyebabnya. Pada infeksi parasit ditemukan eosinofilia. Laju endap
darahmeningkat. Enzim jantung dan kreatinkinase atau LDH (Lactat
Dehidrogenase) meningkat tergantung luasnekrose. Peningkatan CKMB
ditemukan pada kurang 10% pasien, namun pemeriksaan Troponin lebih sensitif
untuk mendeteksi kerusakan miokard.
3. Elektrocardiograf
a. Muncul kelainan sinus takikardia, perubahan segmen ST dan gelembung T serta
low voltage. Kadang ditemukan aritmia arial atau ventrikuler, AV block,
intraventrikulerconduction defek dan QT memanjang.
b. Pada pemeriksaan EKG yang sering ditemukanadalah sinus takikardia, perubahan
segmen ST dan/atau gelombang T, serta low voltage. Kadang-kadang ditemukan
aritmia atrial atau ventrikuler. AV blok totalyang sifatnya sementara dan hilang
tanpa bekas, tetapi kandang-kadang menyebabkan kematian mendadak pada
miokarditis
4. Foto Thoraks
a. Ukuran jantung sering membesar kadang disertai kongesti paru.
b. Biasanya normal pada fase awal. Fungsi ventrikel kiri yang menurun progresif
mengakibatkan kardiomegali. Dapat ditemukan gagal jantung kongestif dan
edema paru.
5. Ekokardiograf
Sering didapatkan hipokinasis kedua ventrikel bersifat regional terutama di apeks,
ditemukan juga penebalan ventrikel, thrombus ventrikel kiri, pengisian diastolik yang
abnormal atau efusi pericardial.
6. Radio Nuclide Scaning dan Magnetic ResonanceImaging
Ditemukan adanya perubahan inflamasi dan kronisyang khas pada miokarditis
7. Biopsy Endomiokardial
Melalui biopsy tranvernous dapat diambil endomiokardium ventrikel kanan kiri.
Hasil biopsy yang positif memiliki nilai diagnostic sedang negative tidak dapat
menyingkirkan miokarditis. Diagnosis ditegakkan bila pada biopsy endomiokardial
didapatkan nekrosis atau degenerasi parasit yang dikelilingi infiltrasi sel sel radang
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Meliputi : nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. MR.
2. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada, sesak nafas, dan cepat lelah dalam
beraktivitas.
3. Riwayat kesehatan sekarang.
4. Riwayat kesehatan dahulu
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Pemeriksaan fisik
a. B1 (breathing)
Gejala : Nafas pendek; nafas pendek kronis memburuk pada malam hari
(miokarditis)
Tanda : Dispneu nokturnal, batuk, inspirasi mengi, takipnea, krekels dan
ronki, pernafasan dangkal
b. B2 (blood)
Gejala : Riwayat demam rematik, penyakit jantung kongenital, Infark
miokard, bedah jantung (CABG / penggantian katup / by pass kardiopulmonal
lama), palpitasi, jatuh pingsan
Tanda : Takikardia, disritmia , perpindahan TIM (Titik influks Maksimal) kiri
dan inferior (pembesaran jantung) Friction Rub perikardial biasanya
intermitten (terdengar di batas sternal kiri) murmur aortik, mitral ,stenosis /
insufisiensi trikuspid, perubahan dalam murmur yang mendahului, disfungsi
otot papilar, irama gallop (S3 dan S4), bunyi jantung normal pada awal
perikarditis akut , edema, DVJ (GJK) petekie (konjungtiva, membran mukosa)
hemoragi splinter (punggung kuku) nodus osler (jari/ ibu jari) lesi janiwae
(telapak tangan/ telapak kaki)
c. B3 (Brain)
Kesadaran klien biasanya compos mentis. Sering ditemukan sianosis
perifer apabila terjadi gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif klien
meliputi wajah meringis, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat.
d. B4 (bladder)
Gejala : Riwayat penyakit ginjal / gagal ginjal. Penurunan frekuensi/ jumlah
urine.
Tanda : urine pekat dan gelap
e. B5 (bowel)
Gejala : nyeri pada dada anterior ( sedang sampai berat/ tajam ) diperberat
oleh inspirasi, batuk, gerakan menelan, berbaring, hilang dengan duduk
bersandar ke depan ( perikarditis )tidak hilang dengan nitrogliserin. Nyeri
dada /punggung/ sendi ( endokarditis )
Tanda : perilaku distraksi misal gelisah
f. B6 (bone)
Gejala : kelelahan dan kelemahan
Tanda : Takikardi, penurunan TD, Dispnea dengan aktifitas
7. Psikososial & Perkembangan Anak
a. Tingkat perkembangan, mekanisme koping, rutinitas anak/keluarga pengalaman
b. Persiapan anak sesuai dengan tingkat tumbuh kembang :
Infant (lahir-12 bulan)
Anak mengembangkan hubungan yang dekat dengan pengasuh utama,
merespon dengan lingkungan eksternal, mulai mengeksplorasi lingkungan.
- Libatkan orang tua dalam prosedur bila memungkinkan
- Gunakan terapi sentuhan
Todler (1-3 tahun)
Anak belajar ketrampilan baru, komunikasi untuk mengembangakan
keluarga dan pengasuh, eksplorasi lingkungan, mulai menyempurnakan
gerakan motorik halus.
- Jelaskan prosedur sesuai dengan yang didengar, dirasa, dan dilihat
- Gunakan teknik distraksi
- Berikan alternatif bila memungkinkan
Pra Sekolah (3-6 tahun)
- Anjurkan anak mengatakan perasaan
- Tentukan bagian yang akan dilakukan prosedur pada boneka
- Libatkan anak dalam prosedur bila memungkinkan
Usia Sekolah (6-12 tahun)
Anak mengambangkan kemampuan, memecahkan masalah, belajar
mengendalikan emosi, mengembangkan ketrampilan motorik dan sosial lebih
baik, belajar bekerja sama denga anggota kelompok
- Jelaskan prosedur dengan menggunakan diagram yang sederhana
- Berikan tanggung jawab untuk tugas sederhana
- Kembangkan hubungan dengan teman
Remaja (13-19 tahun)
Anak mengembangkan cara baru berinteraksi dengan keluarga dan teman
sebaya, belajar peran sesuai gender dan bekerja mempertahankan peran sosial
baru, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, belajar fungsi
mandiri
- Berikan tambahan penjelasan (alasan prosedur dilakukan)
- Perhatikan penampilan
- Libatkan dalam pengambilan keputusan
- Kembangkan hubungan dengan teman
B. DIAGNOSA
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
4. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan metabolic
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
C. INTERVENSI
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
a. Auskultasi nadi apikal, kaji frekuensi dan irama jantung.
Rasional : biasanya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk
mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel.
b. Catat bunyi jantung.
Rasional : S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama
Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah ke serambi yang
distensi. Murmur dapat menunjukkan inkompetensi/ stenosis katup.
c. Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis.
Rasional : pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer sekunder terhadap
tidak adekuatnya curah jantung, vasokontriksi dan anemia. Sianosis dapat terjadi
sebagai refraktori GJK. Area yang sakit sering berwarna biru atau belang karena
peningkatan kongesti vena.
d. Berikan obat sesuai indikasi : diuretik, vasodilator, antikoagulan.
Rasional : tipe dan dosis diuretik tergantung pada derajat gagal jantung dan status
fungsi ginjal. Penurunan preload paling banyak digunakan dalam mengobati
pasien dengan curah jantung relative normal ditambah dengan gejala kongesti.
Diuretik mempengaruhi reabsorpsi natrium dan air. Vasodilator digunakan untuk
meningkatkan curah jantung, menurunkan volume sirkulasi dan tahanan vaskuler
sistemik, juga kerja ventrikel. Antikoagulan digunakan untuk mencegah
pembentukan thrombus/emboli pada adanya faktor risiko seperti statis vena, tirah
baring, disritmia jantung.
e. Pantau seri EKG dan perubahan foto dada.
Rasional : depresi segmen ST dan datarnya gelombang T dapat terjadi karena
peningkatan kebutuhan oksigen miokard, meskipun tak ada penyakit arteri
koroner. Foto dada dapat menunjukan pembesaran jantung.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi
a. Evaluasi frekuensi pernapasan dan kedalaman. Catat upaya pernapasan, contoh
adanya dispnea, penggunaan otot bantu nafas, pelebaran nasal.
Rasional : Respon pasien bervariasi. Kecepatan dan upaya mungkin meningkat
karena nyeri, takut, demam, penurunan volume sirkulasi (kehilangan darah atau
cairan), akumulasi secret, hipoksia atau distensi gaster.
b. Auskultasi bunyi nafas. Catat area yang menurun/tak ada bunyi nafas dan adanya
bunyi tambahan, contoh : krekels atau ronki.
Rasional : Kehilangan bunyi nafas aktif pada area ventilasi sebelumnya dapat
menunjukan kolaps segmen paru, khususnya bila selang dada telah dilepaskan.
c. Observasi penyimpanan dada. Selidiki penurunan ekspansi atau ketidaksimetrisan
gerakan dada.
Rasional : Udara atau cairan pada area pleural mencegah ekspansi lengkap dan
memerlukan pengkajian lanjut status ventilasi.
d. Lihat kulit dan adanya membran mukosa untuk adanya sianosis.
Rasional : Sianosis bibir, kuku, atau daun telinga atau keabu-abuan umum
menunjukkan kondisi hipoksia sehubungan dengan gagal jantung.
e. Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi atau semi
fowler.
Rasional : Merangsang fungsi pernapasan.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
a. Kaji tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien.
Rasional : untuk mengetahui adanya takikardia, dispnea, atau hipotensi dapat
mengindikasikan kekurangan volume cairan atau ketidakseimbangan elektrolit.
b. Kaji intake dan output cairan pasien.
Rasional : untuk memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk
menetapkan kebutuhan cairan pengganti.
c. Kaji pola eliminasi pasien, BAB dan BAK pasien.
Rasional : untuk mengetahui frekuensi, jumlah, konsistensi, bau dan karena
populasi feses yang cepat melalui usus mengurangi absorbsi air volume sirkulasi
yang rendah menyebabkan kekeringan membran mukosa dan rasa haus.
d. Hitung balance cairan.
Rasional : untuk mengetahui jumlah cairan kekurangan atau kelebihan cairan.
e. Kolaborasi pemberian resusitasi cairan, berikan
interzinc sirup ½ sendok teh.
Rasional : untuk memenuhi dan mengganti cairan yang hilang dan zinc
merupakan mikronutrien yang penting untuk kesehatan dan perkembangan anak,
melalui efeknya pada sistem imun dan fungsi intestinal, pemberian zinc selama
periode diare akan menurunkan durasi dan parahnya diare
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor
pencetus.
Rasional : melakukan observasi akan membantu untuk menceritakan pengalaman
nyeri yang dirasakan.
b. Observasi reaksi ketidaknyaman secara nonverbal.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketidaknyamanan dirasakan oleh pasien.
c. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri.
Rasional : Untuk mengalihkan perhatian pasien dari rasa nyeri
d. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi respon ketidaknyamanan klien
(suhu ruangan, cahaya dan suara).
Rasional : Untuk mengurangi tingkat ketidaknyamanan yang dirasakan klien.
e. Kolaborasi pemberian analgesic
Rasional : Pemberian analgetik dapat mengurangi rasa nyeri pasien
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
a. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien
menggunakan vasodilator, diuretik dan penyekat beta.
Rasional : hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat
(vasodilasi), perpindahan cairan (diuretik) atau pengaruh fungsi jantung.
b. Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia,
dispnea berkeringat dan pucat.
Rasional : penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume
sekuncup selama aktivitas dapat menyebabkan peningkatan segera frekuensi
jantung dan kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
c. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
Rasional : dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung dari pada
kelebihan aktivitas.
d. Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi).
Rasional : peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja
jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung
dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat membaik kembali.
e. Dukung pasien untuk meningkatkan aktivitas secara bertahap.
Rasional : memenuhi kebutuhan pasien tanpa mempengaruhi kebutuhan oksigen
yang berlebih.
D. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan atau
intervensi.
E. EVALUASI
No.
Diagnosa kep. Kriteria Hasil Evaluasi
dx
1. Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan S: Orang tua klien
jantung b/d keperawatan selama 1x24 jam, mengatakan bahwa sesak
perubahan penurunan curah jantung pasien pada anak mulai berkurang
kontraktilitas teratasi dengan kriteria :
1. Melaporkan atau O: Klien tampak tenang
menunjukkan penurunan
episode dispnea, angina dan A: Masalah penurunan curah
disritmia jantung belum teratasi
2. Mengidentifikasi perilaku
untuk menurunkan beban P: Intervensi dilanjutkan
kerja jantung .
2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan S : Orang tua klien
efektif b/d keperawatan selama 1x24 jam, mengatakan nafas pada anak
sindrom pola nafas tidak efektif pasien masih sesak namun sudah
hipoventilasi teratasi dengan kriteria : tidak seperti pertama datang
1. Mempertahankan pola nafas
normal/efektif O : Klien masih
2. Bebas sianosis dan menggunakan otot bantu
tanda/gejala lain dari pernapasan
hipoksia dengan bunyi nafas
sama secara bilateral, area A : Pola nafas tidak efektif
paru bersih. teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
P : Lakukan intervensi
kembali
P : Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. Pada
umumnya miokarditis disebabkan penyakit-penyakit infeksi tetapi dapat sebagai akibat
reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toksik bahan-bahan kimia radiasi. Miokarditis
dapat disebabkan infeksi, reaksi alergi, dan reaksi toksik. Pada miokarditis, kerusakan
miokardium disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan basil miosit. Manifestasi klinis
miokarditis sangat bervariasi dari yang tanpa keluhan sampai bentuk berat berupa payah
jantung kongestif yang fatal. Pada miokarditis viral variasi keadaan ini disuga
sehubungan dengan kerentanan secara genetic yang berbeda pada tiap pasien. Sebagian
besar keluhan pasien tidak khas, mungkindidapatkan rasa lemah, berdebar-debar, sesak
nafas, dan rasa tidak enak di dada. Nyeri dada biasanya ada bila disertai perikarditis.
Patofisiologi pada miokarditis terbagi menjadi 3 fase, yaitu : invasi oleh virus,
respons imun, dilatasi kardiomiopati.
Menurut Dorland (2002) menjelaskan bahwa klasifikasi miokarditis antara lain ;
Acute Isolated Myocarditis, Bacterial Myocarditis, Chronic Myocarditis, Diphtheritic
Myocarditis, Fibras Myocarditis, Giant Cell Myocarditis, Hypersensitivity Myocarditis,
Infection Myocarditis, Interstitial Myocarditis, Parenchymatus Myocarditis, Protozoa
Myocarditis, Rheumatic Myocarditis, Rickettsial Myocarditis, Toxic Myocarditis,
Tuberculosis Myocarditis dan Viral Myocarditis.
Adapaun komplikasi dari miokarditis yakni Kardiomiopati Kongestif / dilatasi,
Efusi Perikardial dan AV block total.
B. SARAN
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit myocarditis
karena akan menjadi fatal jika terlambat menanganinya. Selain itu perawat juga memberi
health education kepada klien dan keluarga agar mereka paham dengan myocarditis dan
bagaimana pengobatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges. E, Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Hidayat, AAA. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika
Potter and Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Vol. 1. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
EGC
Latief, Lutfi. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Moorhead Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi kelima.
Singapura: Elsevier
Elva Sujana. 2017. Kebutuhan Spiritual Keluarga Dengan Anak Penderita Penyakit
Padjadjaran. https://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI/article/view/7480