BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penulisan.
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Kritik dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
C. Tujuan Penulisan.
Tujuan penulisan makalah ini untuk lebih mengenal beragam budaya Indonesia,
khususnya “Suku Dayak Kenyah dan Madura”. Begitu pentinya suatu kebudayaan
maka kita sebagai generasi penerus haruslah menjaga kebudayaan kita sendiri,
mafaatnya bukan hanya untuk diri kita saja namun kebudayaannya adalah harta yang
paling berharga dan harus tetap dijaga keberadaannya agar tidak termakan era
globalisasi dan menjadikan kita lupa suatu budaya bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hak atas informasi pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib
dan peraturan yang berlaku di rumah sakit
2. Hak mendapat informasi yang meliputi antara lain : penyakit yang di
deritannya, tindakan medik apa yang hendak di lakukannya alternatif lain
beserta resiko.
3. Konselor tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola
interakisi client terhadap keadaan sehat sakitnya.
4. Edukator sebagai pendidik client perawat membantu client meningkatkan
kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan
keperawatan dan tindakan medik yang di terima sehingga client / keluarga
dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang di ketahuinya
5. Collabolator perawt bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga
dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna
memenuhi kebutuhan kesehatan client
6. Coordinatordalam menjalankan peran sebagai coordinator perawat dapat
melakukan hal berikut :
Mengkoordinasi seluruh pelayanan keperawatan
Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas
Mengembangkan sistem keperawatan
Memberikan informsi
7. Change Agent sebagai pembaru, perawat mengdakan inovasi dalam cara
berfikir, bersikap, bertiangkah laku dan menningkatkan keterampilan client
atau keluarga agar menjadi sehat
8. Consultan untuk menghadapi fenomen yang ada dalam masyarakat, maka
perawat dalam menjalankan perannya harus dapat memahami tahapan
pengembangan kompetensi budaya yaitu :
Pertama :
Ilmu kesehatan barat yang dibangun dengan paradigma ilmu modern memiliki
seperangkat metode yang sangat berbeda dengan ilmu kesehatan tradisional,
sekalipun tujuannya sama yaitu mencapai hidup sehat. Ilmu kesehatan masyarakat
(modern) tentu tidak mengenal atau memasukkan unsur-unsur tradisional dalam
menganalisis suatu penyebab terjadinya penyakit (etiologi). Ilmu kesehatan
masyarakat (modern) tidak akan sampai pada kesimpulan bahwa dunia gaib yang
berupa setan, jin dan mahluk halus berpartisipasi sebagai penyebab terjadinya
gangguan kesehatan. Sebaliknya ilmu kesehatan tradisional menjangkau masalah ini.
Tradisi yang merupakan sekumpulan pengetahuan masyarakat (endegenous
knowledge) mengakui keberadan dunia mistis, dunia yang tidak kasat mata yang
dapat mempengaruhi derajat kesehatan seseorang. Kenyataan ini hampir dapat
ditemukan di semua kelompok masyarakat.
Dalam hal upacara selamatan, tentu ilmu kesehatan modern steril dari masalah
ini. Dunia kesehatan modern tidak mengenal sama sekali metode pencegahan suatu
wabah penyakit melalui ritual selamatan. Ritual selamatan walaupun secara isi
memiliki harapan akan kehidupan seseorang atau sekelompok orang yang sehat
tetapi proses pemerolehannya tidak dikenal sebagai cara atau metode operasional
kesehatan modern. Sementara itu ilmu kesehatan tradisional dengan mudah dapat
menjabarkan secara leluasa fungsi dan manfaan ritual sebagai sarana pencegahan
suatu penyakit.
Satu hal yang relevan dan memiliki alasan yang masuk akal menurut kesehatan
modern adalah promosi kesehatan dengan menggunakan perawatan tubuh dan
ramuan tradisional. Pemakaian unsur-unsur alam berupa mineral, hewan maupun
tumbuhan dikenal oleh ilmu kesehatan modern sebagai cara untuk memperoleh
kesehatan. Bahkan ilmu pengobatan modern sampai saat ini banyak yang
mendasarkan pada penggunaan unsur alam sebagai cara memperoleh kesehatan.
Karena unsur alam diketahui mengandung senyawa tertentu yang berkhasiat untuk
penyembuhan atau peningkatan derajat kesehatan.
Pada masyarakat Madura tidak terlalu mengenal masalah budaya makan, akan
tetapi mereka memiliki keyakinan bahawa satu hari harus makan 3 kali. Namun
seiring dengan berjalannya waktu, kepercayaan itu lama-lama memudar. Selain itu,
masyarakat madura memiliki kebiasaan yang unik, karena setiap mereka makan
porsi nasi dan lauk berbeda, porsi nasi sangat banyak sedangkan lauknya sangatlah
sedikit. Apabila waktu makan harus bersama-sama, yang mencirikan kebersamaan.
Cara masyarakat Madura makan juga hampir sama dengan masyarakat Jawa lainnya.
Diantaranya, apabila waktu makan tidak boleh didepan pintu, tidak boleh sambil
bicara, waktu makan tidak boleh terdengar suara (yang istilah orang maduranya
kecap). Makanan sampingan masyarakat Madura adalah nasi jagung dan ketela
pohon, jadi apabila setelah makan nasi mereka biasanya memakan makanan
sampingan tersebut. (Agoes Azwar, 2000).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Bagi suku Dayak di pedalaman Kalimantan, penyakit beserta pengobatannya,
sangat erat kaitannya dengan alam Relegios mereka. Masyarakat Dayak cenderung
melihat penyebab dari suatu penyakit dengan cara metafisik. Suku Dayak
mempercayai balian sebagai pnyembuh mereka. Masyarakat Dayak biasa
menggunakan ritual tertentu yang dipimpin oleh seorang balian dalam pengobatan
suatu penyakit.
bagi suku Madura dalam kehidupannya hanya mengenal dua kelompok
manusia yaitu, Same dan Bagai. Dari sisi kehidupan sosial, mereka sangat
menghormati nilai – nilai sosial budaya masyarakat Bagai.mereka menggunakan
pahat yang berfungsi untuk menggantikan gunting, 2 buah buah hansap plas sebagai
pengganti plester.
B. Saran.
Hendaknya Perawat memiliki pengetahuan dan skill tentang latar belakang suku yang
ingin dibina yang cukup agar dapat bersosialisasi dan membantu mengubah kebiasaan
jelek dari budayanya untuk meningkat kualitas kesehatan para penduduk.
DAFTAR PUSTAKA
http://syamsulhudaa.blogspot.//2013/11/keperawatan-transkultural-
makalah.html?m=1
http://ifablogpsikunik.blogspot.in/2011/02/keperawatan-
transkultural.html?m=1
http://chandrawiguna.com/biografi-madeleine-leininger//