Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI


DENGAN GANGGUAN MARASMUS DAN KWARSIORKOR

Disusun Oleh :
1. Anggit Wibowo (171210006)
2. Yunita Lorensa (171210040)
3. Erica Agrisma (171210010)
4. Sri Tutut Purwati (171210036)
5. Fenny Virdianti (171210014)
6. Rika Nurul Latifah (171210032)
7. Nur Ilana Rahmawati (171210028)
8. Nila Sofifelia (171210021)
9. Nur Hasanah (171210027)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2019
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI
DENGAN GANGGUAN MARASMUS DAN KWARSIORKOR

Disusun Oleh :
1. Anggit Wibowo (171210006)
2. Yunita Lorensa (171210040)
3. Erica Agrisma (171210010)
4. Sri Tutut Purwati (171210036)
5. Fenny Virdianti (171210014)
6. Rika Nurul Latifah (171210032)
7. Nur Ilana Rahmawati (171210028)
8. Nila Sofifelia (171210021)
9. Nur Hasanah (171210027)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan susunan makalah ini yang berjudul “Makalah Asuhan
Keperawatan Pada Bayi Dengan Gangguan Marasmus Dan Kwarsiorkor”.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan yang
membuat makalah ini kurang sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran untuk memperbaiki makalah ini supaya pada kesempatan
berikutnya, penulis dapat membuat makalah yang lebih baik.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak. Penulis
berharap makalah ini dapat membantu untuk menjadi inspirasi bagi pembaca.

Jombang, 24 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN TEORI...................................................................................4
2.1 Pengertian....................................................................................................4
2.2 Kwashiorkor................................................................................................7
2.3 Marasmus...................................................................................................11
2.4 Penanggulangan Keperawatan Secara Umum.......................................14
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ANAK....................................................17
3.1 Pengkajian.................................................................................................17
3.2 Pemeriksaan Fisik.....................................................................................18
3.3 Intervensi...................................................................................................19
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................26
4.1 Kesimpulan...............................................................................................26
4.2 Saran.........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak anak daerah tropis yang tinggal dalam kondisi desa atau
perkotaan, menunjukkan pertumbuhan abnormal. Hal ini dari berat
badannya pada tahun-tahun pertama hidupnya. Enam bulan pertama
kehidupannya, pertumbuhannya baik sekali berkat protein, kalori dan
vitamin yang cukup dari aliran ASI yang baik dan bersih bersama
persediaan yang ada pada bayi. Enam bulan berikutnya pertumbuhan
sedang-sedang saja, tetapi ASI tidak mencukupi lagi untuk memasak
protein, kalori, dan zat besi. Kadang perlu penambahan makanan lain yang
biasanya berupa pati dan karbohidrat dengan sedikit protein.
Tahun kedua dan ketiga, pertumbuhannya buruk atau tidak ada
pertumbuhan, bahkan BB menurun untuk waktu lama karena kurang
protein. Kebiasaan makan karbohidrat (makanan berpati, kadang sedikit
ASI, ditambah sedikit protein seperti susu sapi, daging, ikan, atau polong-
polongan) dan seringnya terkena infeksi misal (campak, diare, malaria,
infeksi paru, cacing usus). Kekurangan protein kalori mungkin terjadi pada
setiap saat dari tiga periode tersebut, tetapi pernah ditemukan pada bayi
muda yang mendapat ASI dengan sangat memuaskan. Bentuk klinik yang
paling sering, yaitu kwashiorkor dan merasmus.
Dengan latar belakang tersebut, penulis menyelesaikan makalah
dengan judul Asuhan Keperawatan Anak Dengan Kwashiorkor Dan
Marasmus, selain itu guna memenuhi tugas Keperawatan Anak.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian sebelumnya dapat diambil beberapa pertanyaan masalah,
sebagai berikut :
1. Apakah pengertian kwashiokor dan merasmus ?
2. Apa sajakah etiologi dari kwashiokor dan marasmus ?
3. Bagaimana pacofisiologi dari kwashiokor dan marasmus ?

1
4. Apa tanda dan gejala dari kwashiokor dan marasmus ?
5. Sebutkan komplikasi dari kwashiokor dan marasmus?
6. Bagimana pemeriksaan diagnostik kwashiokor dan marasmus ?
7. Bagaiman penatalaksanaan kwashiokor dan marasmus ?

1.3 Tujuan Penulisan


Penulis mempunyai dua tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus.
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui lebih lanjut tentan kwashiokor dan marasmus pada
anak, penyebab dan penanganannya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian kwashiokor dan marasmus
2. Mengetahui etiologi Kwashiokor dan marasmus
3. Mengetahui patofisiologi kwashiokor dan marasmus
4. Mengetahui tanda dan gejala kwashiokor dan marasmus
5. Mengetahui komplikasi kwashiokor dan marasmus
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik kwashiokor dan marasmus
7. Mengetahui penatalaksanaan kwashiokor dan marasmus

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat yang diharapkan dari hasil penulisan makalah ini adalah :
1.4.1 Manfaat Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan penulis mengenai
Asuhan Keperawatan Anak dengan kwashiokor dan marasmus.
1.4.2 Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan
Dapat digunakan sebagai masukan bagi profesi kesehatan melalui
program peningkatan gizi anak untuk meningkatkan derajat kesehatan
dan kesejahteraan anak.

2
1.4.3 Manfaat Bagi Institusi
Sebagai pemasukan data dan memberikan sumbangan pikiran
perkembangan ilmu pengetahuan untuk penulisan makalah berikutnya
terutama dibidang keperawatan anak.

3
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan
sehari-hari dan atau gangguan penyakit-penyakit tertentu (pedoman
Penanggulangan KEP dan Perunjuk Pelaksanaan PMT pada Balita, 1997.
Dalam buku Kapita Selekta, jilid 2, Kurang Energi Protein (KEP)
adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi
dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi
Kebutuhan Gizi (AKG) (KPS, 2000 : 512).
.1 Klasifikasi dan istilah KEP
Tahun Jenis KEP Istilah & Klasifikasi Dasar Diagnosa
<th 50- Berat Kwasioskor, marasmus, - Klinik
an amofi, cachexia, dsb. - Lab (albumin)

th 50-an Ringan - Malnutrition : Antropometrik


berat - (overmalnutriotion) = Gomez, 1956
- (undermalnutriotion)
- ringan/sedang
- berat (K-M-MK)

th 60-an Ringan- protein Calorie Klinik/lab/antropom


berat Malnutriotion ( PCM) : ets
- ringan/sedang = scoring system
- berat (K-M-MK) MC laren, 1967 =
jeliffe,1966
th 70-an Ringan - Protein Energy
berat Malnutriotion (PEM) : Klinik/lab/antropom
- ringan/sedang et
- berat (K-M-MK) = Wellcome Trust

4
Pai 1970
= Nomogsam Mc
Larei 1975

Dikutip dari Ilmu Gizi Klinis (Pudjiani.S)

.2 Klasifikasi KEP menurut Gomez, 1956


Derajat Malnutriotion BB % terhadap st. BB/U
Derajat I 90-75
Derajat II 75-60
Derajat III < 60
Dikutip dari Ilmu Gizi Klinis (Pudjiani S)

.3 Klasifikasi KEP menurut Waterlow, 1973


Derajat Maltrunition BB % terhadap st. BB/CB
Derajat I 80-90
Derajat II 70-80
Derajat III < 70
Dikutip dari Ilmu Gizi Klinis (Pudjiani S)

.4 Klasifikasi KEP menurut The Wellcome Trust Party, 1970


Derajat Maltrunition BB % terhadap st.BB/U
- 60 < 60
Ederma (-) Undernutriotion Marasmus
Ederma (+) Kwashiokor Marasmus-kwashiorkor

Dikutip dari Ilmu Gizi Klinis (Pudjiani S)

Di Indonesia, klasifikasi dan istilah yang digunakan SSI dengan hasil


lokakarya Antro pomerti Gizi, 29-31 Mei 1975
1. KEP ringan bila berat badan menurut umur (BB/U) = 80-70 % baku
median WHO. NCHS dan atau berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB) = 90-80% baku median WHO-NCHS.

5
2. KEP sedang bila berat badan menurut umur (BB/U)= 70-60 % baku
median WHO-NCHS dan atu berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
= 80-70 % baku median WHO-NCHS.
3. KEP berat bila berat badan menurut umur (BB/U) = < 60 % baku median
WHO-NCHS dan atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) = <70
% baku median WHO-NCHS

Scoring System menurut Mc Laren, 1967


Gejala Klinik Skor
Edema 3
Dermatosis 2
Edema + dermatosis 6
Hair chance 1
Hepatomegali 1
Serum albumin / total protein < 1,00/<3,25 7
1,00 – 1,49 / 3,25 – 3,99 6
1,5 – 1,99 / 4,00 – 4,74 5
4,75 – 2,49 / 4,75 – 5,49 4
2,50 – 2,99 / 5,50 – 6,24 3
3,00 – 3,49 / 6,25 – 6,99 2
3,50 – 3,99 / 7,00 – 7,74 1
> 4,00 / > 7.75 0

Penilaian :
Skor 0-3  marasmus
Skor 4-8  marasmus-kwashiorkor
Skor 9-15 kwashiokor
Dikutip dari Ilmu Gizi Klinis (Pudjiani S)
KEP berat secara klinis tap 3 tipe yaitu kwashiorkor, marasmus dan
marasmik-kwashiorkor.

6
2. 2 Kwashiorkor
.1 Pengertian
Kwashiorkor adalah keadaan dimana protein rendah sekali, kalori normal
atau meningkat (ilmu kesehatan anak, 1992:334). Dalam sumber lain
disebutkan bahwa kwashiorkor merupakan bentuk kekurangan protein
kalori yang berat, yang amat sering terjadi pada anak kecil antara umur
satu dan tiga tahun (kesehatan anak dr daerah tropis, 1994 , 50). Menurut
buku asyhan keperawatan anak dalam kontek keluarga, 1993 : v,
kwashiorkor mempunyai definisi satu keadaan dimana anak menderita
hidroprotein. Dengan demikian kwashiorkor jelas menjadi suatu masalah
kesehatan yang harus mendapat prioritas penanganan.

.2 Etiologi
)a Mengkonsumsi makanan yang sangat sedikit mengandung protein
(terutama protein hewan)
)b Kebiasaan memakan makanan berpati terus menerus, kebiasaan
memakan sayuran yang mengandung karbohidrat.
)c Gangguan penyerapan protein misalnya pada anak diare kronis
)d Kehilangan protein secara tidak normal (misal anak dengan
proteinuria)
)e Infeksi
)f Perdarahan hebat

Sebab lain :
a) Miskin (protein hewani merupakan makanan mahal)
b) Kurang pengetahuan, bahwa anak membutuhkan makana berprotein
tinggi
c) Pendapat yang salah tentang makanan tertentu, misal tidak mau
memberi anak susu, polong dan sebagainya dengan alasan anak bisa
cacingan
d) Kurangnya ASI (Ibu meninggal/anak disapih terlalu muda)
e) Tiba-tiba menghentikan ASI (kebiasaan mengirim anak keneneknya).

7
.3 Patofisiologi
Kekurangan protein dalam makanan

Asam amino 

Produksi albumin oleh hati 

Vitamin A  mineral (Fe, Ca, Zn)  Depigmentasi Hiproteinemia

Daya tahan tubuh  Defisiensi zat besi Kulit sensitif Edema


Gangguan penglihatan
Anemia Mudah gatal Cairan berpindah dari
Pandangan menjadi sayu intravaskuler ke Interstisiel
rongga

.4 Tanda Dan Gejala


Gejala berikut selalu ada dan seluruhnya membutuhkan diagnosa
pada anak umur 1 – 3 tahun karena kemungkinan telah mendapat
makanan mengandung banyak karbohidrat.
a) Kegagalan pertumbuhan, terlihat adanya BB rendah kecuali bila
oedem muncul.
b) Oedema
c) Otot menyusul tetapi lemak di bawah kulit disimpan
d) Kesengsaraan, sukar diukur dengan gejala awal anak menjadi rewel
diikuti dengan perhatian yang kurang.
e) Letarghi
f) Anorexia
Satu atau lebih dari tanda-tanda berikut biasanya muncul, tetapi
tidak satupun yang betul-betul memerlukan diagnosis :

8
a) Perubahan rambut, warnanya lebih muda (cokelat, kemerahan,
mendekati putih, dsb) lurus, jarang, halus, mudah lepas bila ditarik.
b) Warna kulit lebih muda
c) Tinja yang encer, mungkin disebabkan gangguan penyerapan
makanan, terutama gula.
d) Anemia yang tidak berat, biasanya ada kemungkinan infeksi cacing
atau malaria.
Satu atau lebih gejala-gejala berikut kadang-kadang muncul, tetapi
tidak ada satupun yang memerlukan diagnosis.
a) Ruam, bercak-bercak bersepih. Yakni noda warna gelap pada kulit,
yang bila terkelupas meninggalkan warna kulit yang sangat muda atau
bahkan ulkus dibawahnya. Dapat terjadi pada seluruh bagian tubuh,
tapi sering terlihat di belakang tungkai atau panggul.
b) Ulkus dan retakan. Tukak yang kecil seringkali muncul terutama di
daerah yang banyak mendapat tekanan, terutama di belakang telinga.
c) Tanda-tanda vitamin, misal luka di sudut mulut, lidah berwarna merah
terang, karena kekurangan riboflavin.
d) Pembesaran hati, tepi dari hati 4 inci di bawah batas lidah.
Pembesaran ini disebabkan perlemahan hati.

.5 Komplikasi
Diare infeksi, anemia, gangguan tumbuh kembang, hipokalemi dan
hiponatremi.

9
.6 Pemeriksaan Diagnostik
Hampir semua kasus kwarsiorkor, memperlihatkan penurunan
kadar albumin, kolesterol dan glukosa dalam serum. Kadar globulin
dapat normal atau meningkat sehingga perbandingan albumin dan
globulin serum dapat terbalik yaitu < 1. Kadar asam amino esensial
dalam plasma relatif rendah daripada asam amino non esensial.
Umumnya kadar imunoglobulin serum normal, bahkan dapat meningkat.
Meskipun kadar iga serum normal, namun kadar iga sekretori menurun.
Uji toleransi glukosa menunjukkan gambaran diabetik, begitu pula
terdapat penurunan kadar berbagai enzim serum, seperti amilase,
esterase, transaminase dan fosfotase alkali, aktivitas enzim pankreas dan
xanti oksidase berkurang. Pada biopsi hati ditemukan perlamakan ringan
sampai berat, fibrosis, nekrosis dan infiltrasi mononuklear. Pada
perlemakan berat hampir semua sel hati mengandung vakuol lemak yang
besar.

.7 Penatalaksanaan Terapeutik
a) Diet tinggi kalori dan protein
b) Pemberian terapi cairan dan elektrolit
c) Penanganan masalah yang akut, seperti diare yang parah, kegagalan
ginjal dan syock.
d) Pemberian vitamin terutama vitamin A, kalium dan magnesium, besi
dan asam folat biasanya dapat memperbaiki anemia yang terjadi
e) Infeksi harus diobati bersamaan dengan pengobatan makanan,
sedangkan pengobatan infeksi parasit, kalau tidak parah dapat ditunda
sampai kesembuhan mulai berjalan. Bila malaria muncul, berikan
pengobatan tiga hari dengan klorokuin per oral (75 mg atau ½ tablet
sehari), dia daerah yang sering ditemui infeksi cacing tambnag diobati
dengan piperazin.

10
.8 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
)a Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpaparnya
informasi tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi.
)b Resiko infeksi sehubungan dnegan adanya pemasangan selang
pemberian makanan.
)c Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan
perubahan pola makan.

2.3 Marasmus
.1 Pengertian
Marasmus timbul akibat kekurangan energi (kalori) sedangkan kebuthan
protein relatif cukup (ngastiyah, 183). Marasmus adalah suatu bentuk
kekurangan kalori dan protein dalam taraf berat, yang biasanya terjadi
pada tiga tahun pertama kehidupan (kesehatan anak di daerah tropis,
1994 : 58). Dalam ilmu kesehatan anak, 1992 : 334. Marasmus adalah
keadaan dimana kalori rendah sekali, protein rendah semua zat kurang.
Dalam kapita selekta pediatri, 1991 : 106, marasmus adalah suatu bentuk
mal gizi protein energi karena kelaparan.

.2 Etiologi
a) Pemasukan kalori yang tidak mencukupi, sebagai akibat
kekurangan dalam susunan makanan, kebiasaan-kebiasaan makan
yang tidak layak, seperti terdapat pada hubungan orang tua – anak
yang terganggu atau sebagai akibat kelainan metabolisme atau
informasi bawaan
b) Kegagalan memberikan makanan tambahan, dapat terjadi pada
anak yang hanya mendapat ASI secara berkepanjangan. Setelah 6
bulan dibutuhkan makananlain sebagai tambahan ASI.
c) Penyakit infeksi misalnya pada sel pencernaan (misal, cacingan)
d) Kegagalan menyusui, karena ibu meninggal, pembuangan,
pengasingan. Kegagaln menyusui yang sebenarnya (tidak mampu
membeli susu dan tidak tahu cara membuat makanan sesuai dosisnya)

11
e) Kelaparan karena pengobatan, dapat terjadi karena masa puasa
yang terlalu lama pada anak yang menderita diare.

.3 Patofisiologi
Masukan kurang

Cadangan protein menjadi energi

Penghancuran jaringan Pengambilan lemak


berlebih
Protein - Berat badan menurun
- Atropi otot - Badan tampak kurus
- Diare
- Konstipasi

.4 Tanda Dan Gejala


)a Gangguan perkembangan, yang ditunjukkan dengan berat badan yang
sangat rendah bila dibandingkan anak seusianya.
)b Hilangnya lemak di otot dan bawah kulit, karena makanan kurang
mengandung kalori dan protein. Pada kasus yang berat, maka akan
menjadi “seperti orang tua”.
)c Anak cengeng, rewel dan tidak bergairah
)d Vena superficialis mencolok
)e Mata besar dan dalam
)f Akral dingin
)g Suhu badan dibawah normal
)h Danyut nadi lambat
)i Perut cekung

12
.5 Komplikasi
Penyakit yang sering dijumpai adalah enteristis, infestasi cacing
tuberkulosis, defisiensi vitamin a.

.6 Pemeriksaan Diagnostik
Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu
memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa
dan metabolit esensial lainnya, seperti berbagai asam amino yang normal,
sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumin.

.7 Penatalaksanaan
a) Jika anak menyusu, teruskan pemberian ASI dan berikan setengah jam
sekali
b) Lakukan rehidrasi IV (infus) dengan cairan RL /glukosa 5 % dan
NaCl, dengan perbandingan 1 : 1  Kolaborasi
c) Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit
d) Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro. Berikan
tambahan multivitamin, vitamin B Complex dan asam folat 1 mg/hari
(5 mg pada hari pertama). Bila BB mulai naik berikan zat besi dan
vitamin A
e) Berikan makanan yang banyak mengandung energi dan nutrisi

Penatalaksanaan
A. Jangka panjang
Berhubungan dengan berbagai kegiatan luas, seperti :
)a Perbaikan penyadiaan makanan di suatu negara (khususnya
makanan protein hewani : susu, ikan, daging dan tumbuhan yang
kaya protein seperti kacang-kacangan).
)b Memperbaiki keadaan ekonomi negara
)c Perbikan tingkat pendidikan, sehingga para orang tua (khususnya
ibu) mengerti pentingnya makanan bergizi bagi anaknya
)d Perbaikan sarana pelayanan kesehatan

13
B. Jangka menengah
a) Pendidikan kesehatan. Dengan mendidik seluruh lapisan
masyarakat, khususnya orang tua untuk menggunakan sebaik-
baiknya bahan makanan yang tersedia. Untuk memanfaatkan
fasilitas klinik kesejahteraan anak yang ada, dan untuk menanam
tanaman yang banyak mengandung protein
b) Pemberian makanan tambahan untuk bayi. Untuk ini dapat
digunakan protein hewani (misalnya DPS, tepung ikan, tepung
daging, atau berbagai makanan setempat yang mengandung
protein)

2.4 Penanggulangan Keperawatan Secara Umum


1. Kegiatan langsung
Yang dimaksud dengan kegiatan langsung adalah kegiatan mengatasi
KEP pada balita (anak) dalam jangka pendek yang ditujukan untuk
mengatasi penyebab langsung terjadinya KEP :
A. Program makanan tambahan (PMT) balita
a) PMT balita adalah program intervensi bagi balita yang menderita
KEP, yang ditujukan untuk mencukupi kebuthan zat gizi balita agar
meningkat status gizinya sampai mencapai gizi baik (pita hijau
pada KMS balita)
b) PMT balita untuk KEP ringan dapat dilaksanakan oleh ibu balita di
rumah, pengasuh balita di rumah ibu asuh, oleh kader terlatih
(PKK) di rumah kader /POSYANDU. PMT sedang dan berat
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di tempat rujukan
(PUSKESMAS, RSUD)
B. Pemeriksaan dan Pengobatan Penyakit
a) Pemeriksaan dan pengobatan dimaksudkan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit penyerta guna diobati, sehingga
keperawatan tidak menjadi bertambah parah.
b) Pemeriksaan dan pengobatan dilakukan oleh petugas kesehatan di
PUSKESMAS atau bidan desa.

14
c) Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui gejala penyakit yang
biasa diderita oleh penderita KEP
C. Asuhan keperawatan
a) Askep dimaksudkan unutk memberikan bimbingan kepada
keluarga balita KEP agar mampu merawat balita KEP sehingga
dapat mencapai status gizi baik.
b) Askep dilakukan melalui kunjungan rumah, oleh petugas
PUSKESMAS / bidan desa
c) Dalam kunjungan rumah disertakan penyuluhan kesehatan tentang
KEP, gizi anak, cara mengolah makanan dan perawatan anak
dengan KEP.
D. Paket Pertolongan Gizi
.a Pemberian zat besi
Dosis pencegahan :
Usia 6 – 12 bln : ½ sendok takar (2,5 ml)/hari ; selama 60 hari.
Usia 12 – 60 bln : 1 sendok takar (5 ml)/hari, selama 60 hari
Dosis pengobatan :
Usia 6 – 12 bln : 3x½ sendok takar (2,5 ml)/hari, selama 60 hari
Usia 12 – 60 bln : 3 x 1 sendok takar (5 ml)/hri, selama 60 hari
Satu sendok takar (5 ml) sirup besi mengandung 30 gr zat besi.
.b Pemberian kapsul minyak beryodium
.c Pemberian minyak kapsul beryodium dengan dosis tinggi (200 mg
yaodium) untuk menanggulangi GAKS, yang bisa mengganggu
tumbang anak.
.d Dosis yang diberikan :
Bayi 0 – 1 tahun : 100 mg (1/2 kapsul)
Anak balita 1 – 5 tahun : 200 mg (1 kapsul)
.2 Kegiatan tidak langsung
Kegiatan tidak langsung adalah kegiatan yang ditujuakn kepada
penyebab tidak langsung atau mendasar, dengan tujuan menunjang
kegiatan langsung. Kegiatan ini merupakan kegiatan jangka panjang yang
diharapkan dapat mengatasi masalah KEP lebih tuntas dan lestari.

15
A. Penyuluhan gizi
B. Usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera (UPPKS)
UPPKS merupakan suatu upaya pembangunan keluarga sejahtera
dalam rangka penanggulangan kemiskinan berupa pemberdayaan
keluarag untuk mengentaskan diri dari keterbelakangan sosial dan
ekonominya
C. Pemanfaatan pekarangan

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KEP
(MARASMUS DAN KWASHIORKOR)

3.1 Pengkajian
1. Biodata
a. Sering menyerang anak usia 1-3 tahun, bisa laki-laki / perempuan,
yang kebanyakan tinggal di daerah miskin
2. Keluhan Utama
a. Anak rewel, cengeng, anorexia, anak kurus tinggal tulang, suhu badan
di bawah normal, disertai diare kronik
3. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Badan lesu, pandangan mata sayu, tidak bersemangat, tidak mau
makan
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Pernah mengalami diare kronik
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
6. Pola Fungsi Kesehatan
a. Status nutrisi : berat badan menurun, anak tampak kurus atau odem,
sulit makan.
b. Kebutuhan tidur dan istirahat : anak terganggu, cengeng, rewel.
c. Pola eliminasi
BAK : volume urine menurun
BAB : sering konstipasi, dan diare
d. Koping keluarga rendah
7. Pemeriksaan Fisik
TTV :
Suhu : di bawah normal
Nadi : bradikardia
RR : berkurang
TD : berkurang

17
 Kepala dan rambut : Ubun-ubun cekung pada bayi, warna rambut
pirang, tipis dan mudah rontok, muka membulat dan sembab, tulang
pipi dan dagu menonjol, mata tampak besar dan dalam, mulut kering
dan kotor, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
 Ekstremitas : Ujung kaki dan tangan terasa dingin, tampak sianosis,
otot atrofi, jaringan subkutis tipis dan lembut.
8. Rasa Aman dan Nyaman
Anak merasa lemah dan tidak bergairah
9. Interaksi sosial
Anak tidak tertarik untuk bermain dengan teman-temannya
10. Nutrisi
Nutirsi anak sangat kurang ditandai anak tampak kurus kering, cengeng,
rewel, perut cekung, sering diare.

3.2 Pemeriksaan Fisik


.1 Inspeksi
Anak tampak kurus kering, rewel, perut cekung, wajah seperti orang tua,
kulit keriput, tidak odem.
.2 Palpasi
Denyut nadi dan pernafasan lambat, turgor kulit jelek
.3 Auskultasi
Denyut jantung berkurang, tidak ada pembesaran jantung S1 : S2.
Suara nafas tambahan tak ada, terdapat bising usus.
.4 Perkusi
Reflek patela kurang
.5 Dada dan Abdomen
adanya pembesaran hati, perut membuncit atau cekung. Dengan
gambaran usus yang jelas, peristaltik meningkat
.6 Integumen
Turgor kulit jelek, kulit keriput dan bersisik ada bercak merah yang
meluas dan berubah hitam terkelupas.
.7 Genetalia

18
dalam batas normal.

3.3 Intervensi
.1 Dx : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan
perubahan pola makan
Hasil yang diharapkan :
a) BB bertambah
b) Bebas dari tanda malnutrisi
c) BB mencapai normal
INTERVENSI RASIONAL
Umum
1. Kaji status nutrisi secara Memberikan kesempatan untuk
kontinu. Perhatikan mengobservasi penyimpangan dari
tingkat energi; kondisi normal/dasar pasien dan mempengaruhi
kulit, kuku, rambut, pilihan intervensi
rongga mulut, keinginan
untuk makan atau
anoreksia Membuat data dasar membantu dalam
2. Timbang berat badan memantau keefektifan aturan terapeutik
setiap hari dan dan menyadarkan perawat terhadap
bandingkan dengan berat ketidaktepatan kecenderungan dalam
badan saat penerimaan penurunan/penambahan berat badan
Mengidentifikasi ketidakseimbangan
3. Dukumentasikan masukan antara perkiraan kebutuhan nutrisi dan
oral selama 24 jam, masukan aktual
riwayat makanan, jumlah
kalori dengan tepat Ketidakakuratan keseimbangan dapat
4. Jamin penampungan mengubah hasil tes, menimbulkan
akurat dan spesimen ketidaktepatan interprestasi status dan
untuk pemeriksaan kebutuhan pasien saat ini.
keseimbangan nitrogen Mengubah energi/ menurunkan
5. Jadwalkan aktivitas kebutuhan kalori
dengan istirahat.

19
Tingkatkan teknik
relaksasi Keefektifan dari vitamin IV menurun
Parenteral setelah 24 jam.
6. Observasi ketepatan
waktu “penggantungan”
dari larutan perenteral per Kandungan glukosa tinggi dari larutan
protokol dapat menimbulkan kelelahan pankreas,
7. Pantau gula/aseton urine memerlukan penggunaan suplemen
atau glukosa tusuk jari insulin untuk mencegah HHNC
perprotokol
Formula enteral mengandung protein
Enteral yang menghambat selang pemberian
8. Pertahankan potensi makan yang memerlukan
selang pemberian pembuangan/penggantian selang
makanan enteral dengan
membilas dengan air Meskipun pasien memiliki minat atau
hangat, sesuai indikasi hasrat yang sedikit untuk makan,
Transisional transisi pemberian makan oral lebih
9. Tekankan pentingnya disukai mengingat efek samping
transisi pada pemberian potensial dari terapi dukungan nutrisi
makan oral dengan tepat Memerlukan intervensi tambahan misal
latihan oleh ahli disfagia (terapi wicara)
dukungan nutrisi jangka panjang
10. Kaji reflek gag,
kemampuan unutk
mengunyah/menelan, dan
ketrampilan motor bila Membantu dalam identifikasi defisit
pada pemberian makan nutrien dan kebutuhan terhadap
transisi intervensi nutrisi perenteral/enteral
Kolaborasi
11. Rujuk pada tim Mengukur konsumsi O2 pada laju basal
nutrisi/ahli diet atau metabolik istirahat untuk

20
membantu memperkirakan kebutuhan
kalori /protein
12. Tinjau ulang hasil tes Memberikan perkiraan kebutuhan
korimetri tidak langsung kalori dan protein
bila ada

13. Hitung kebutuhan energi


basal dengan
menggunakan formula Vitamin larut air ditambahkan pada
berdasarkan jenis larutan parenteral – vitamin lain
kelamin, tinggi, berat diberikan untuk defisiensi yang
badan, usia dan perkiraan teridentifikasi
kebutuhan energi
14. Berikan obat-obatan
sesuai indikasi misal
preparat multivitamin.

.2 Dx : Resiko tinggi terhadap infeksi sehubungan dengan adanya


pemasangan selang untuk pemberian makan
Hasil yang diharapkan :
a) Tidak mengalami demam atau menggigil
b) Bebas dari drainase dan eritema/edema
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Parenteral
1. Mempertahankan Sepsis kateter dapat diakibatkan dari
lingkungan aseptik entri mikroorganisme patogen melalui
optimal selama saluran pemasangan kulit atau dari
pemasangan dan kateter kontaminasi sentuhan selama
vena sentral di tempat manipulasi NPT
tidur dan selama
penggantian botol NPT

21
dan pemberian selang Transpulasi kateter masuk/keluar sisi
2. Amankan bagian eksternal pemasangan dapat mengakibatkan
dari kateter/pemberian trauma jaringan (lubang) dan potensial
selang pada balutan enteri organisme kecil ke dalam jalur
dengan plester. Perhatikan kateter.
keutuhan jahitan kulit Peningkatan suhu dan kehilangan
3. pantau suhu dan glukosa toleransi glukosa (glikosuria,
hiperglikemia) adalah indikasi diri dari
kemungkinan sepsis akibat kateter.

Enteral Kontaminasi sentuhan pemberi


4. Pertahankan menipulasi perawatan selama pemberian formula
sistem pemberian makan enteral terbukti menyebabkan
enteral minimum dan cuci kontaminasi formula.
tangan sebelum membuka
sistem Menurunkan resiko trauma/infeksi
5. Ganti lubang hidung jaringan paranasal, khususnya penting
untuk pemasangan selang pada trauma/luka bakar wajah.
pada pemberian makan
NGT jangka panjang Sekresi GI yang bocor disekitar selang
6. Berikan perhatian setiap gastrotomi/jejunostomi dapat
hari pada pemasangan menyebabkan kerusakan kulit cukup
selang makan per berat yang memerlukan pelepasan
abdomen selang makan.

Larutan NPT harus disiapkan dibawah


Kolaborasi sinar lampu di bagian farmasi – formula
7. Secara aseptik siapkan enteral harus dicampur di tempat yang
larutan parenteral/formula bersih di departemen diet atau farmsi,
enteral untuk pemberian meski dengan pertambahan formula
kaleng/modular
Untuk mengidentifikasi sumber infeksi

22
dan terapi yang tepat perlu pembuangan
8. Beritahu dokter bila jalur NPT dan kultur ujung kateter.
terjadi infeksi. Ikuti
protokol untuk
mendapatkan spesimen
kultur yang tepat, misal Dapat diberikan dengan profilaktik atau
darah larutan, ganti untuk organisme yang teridentifikasi
botol/selang sesuai secara khusus.
indikasi
9. Berikan antibiotik sesuai
indikasi

.3 Dx : Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpaparnya


informasi tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi
Hasil yang diharapkan :
a) Klien mengerti tentang kondisi atau prognosis penyakit
b) Klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Kaji pengetahuan Memberikan informasi dimana
klien/orang terdekat pasien/orang dapat memilih
tentang status nutrisi. berdasarkan informasi-pengetahuan
Tinjau ulang siatusi tentang interaksi antara malnutrisi dan
individu, tanda/gejala penyakit membantu untuk memenuhi
malnutrisi harapan masa kebutuhan terhadap terapi khusus.
datang, kebutuhan transisi
pemberian makan
2. Diskusikan penggunaan Dapat mengalami ansietas mengenai
dukungan nutrisi ketidakmampuan untuk makan dan
parenteral/enteral tidak memehami nilai nutrisi dari NPT
yang diberikan/pemberian makan
perselang
3. Diskusikan penanganan, Menurunkan resiko komplikasi

23
penyimpangan, persiapan metabolik dan infeksi
yang tepat dari larutan
nutrisi atau makanan yang
diblender. Juga diskusikan
teknik aseptik untuk
perawatan sisi
pemasangan dan
penggunaan balutan Pemahaman pasien dan kerjasama
4. Tinjau ulang adalah kunci untuk pemasangan aman
perawatan/penggunaan dan pemeliharaan alat akses dukungan
alat pendukung nutrisi nutrisi serta pencegahan komplikasi.
Meningkatkan keamanan perawatan diri
5. Tinjau kewaspadaan dan menurunkan resiko komplikasi.
khusus tentang tipe
pemberian makan misal
pemeriksaan penempatan
selang duduk tegak untuk
pemberian makan enteral,
pemeliharaan, potensi
selang. Selang dapat diganti dengan rutin atau
6. Demonstrasikan hanya dipasang selama makan.
pemasangan ulang selang
makan gastrik bila tepat Pemberian makan intermiten
7. Instruksikan klien/orang meningkatkan mobilitas pasien dan
terdekat untuk membantu dalam tarnsisi pada pola
pemantauan glukosa bila pemberian makan reguler.
diindikasikan Pengenalan terhadap perubahan tepat
waktu dalam kadar gula darah
8. Anjurkan latihan/aktivitas menurunkan resiko reaksi hipoglikemi
setiap hari terhadap pasien dengan hiperalimentasi
toleransi. Jadwal periode Meningkatkan mobilitas gaster untuk
istirahat adekuat pemberian makan enteral/transisi,

24
9. Berikan pendidikan meningkatkan perasaan sejahtera umum
kesehatan, dan mencegah kelelahan yang tidak
a. Bahwa penyakit perlu.
anaknya disebabkan Meningkatkan pengetahuan keluarga
karena anak kurang dan membantu penyembuhan lewat
mendapat makanan nutrisi.
yang cukup gizi,
bukan asal diberi
makan saja
b. Jelaskan susunan zat
makanan yang
diperlukan dan
gunanya untuk
tumbuh kembang anak
c. Berikan contoh bahan
makanan yang bergizi
dan bagaimana cara
memilih serta
memasaknya

BAB 4
PENUTUP

25
4.1 Kesimpulan
Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang sering ditemui
pada Balita. Penyebabnya multifaktorial antara lain asupan makanan yang
kurang, faktor penyakit dan faktor lingkungan serta ketidaktahuan untuk
memilih makanan yang bergizi dan keadaan ekonomi yang rendah.
Diagnosis berdasarkan gambaran klinis yaitu untuk menentukan penyebab
dari perlunya anamnesis makanan dan penyakit lain. Pencegahan terhadap
marasmus ditujukan kepada penyebab dan memerlukan pelayanan
kesehatan, serta penyuluhan yang baik. Pengobatan marasmus ialah
pemberian diet tinggi kalori dan tinggi protein. Penatalaksanaan di rumah
sakit yang dibagi atas: tahap awal, tahap penyesuaian dan rehabilitasi.
keseimbangan yang wajar dipertahankan di antara semua jenis
makanan, sehingga semua segmen sistem metabolisme tubuh dapat dipasok
dengan bahan yang dibutuhkan.
Kasus gizi buruk saat ini menjadi masalah yang menjadi perhatian di
Indonesia. Gizi kurang dan gizi buruk merupakan masalah yang perlu
mendapat perhatian, karena dapat menimbulkan the lost generation. Kualitas
bangsa di masa depan akan sangat dipengaruhi keadaan atau status gizi pada
saat ini, terutama balita.

4.2 Saran
Sebagai seorang perawat diharapakan kita mampu memahami konsep
penyakit dan asuhan keperawatan marasmus sehingga dapat memberikan
asuhan keperawatan yang tepat kepada pasien.
keseimbangan yang wajar harus dipertahankan di antara semua jenis
makanan ini sehingga semua segmen sistem metabolisme tubuh dapat
dipasok dengan bahan yang dibutuhkan.Sebaiknya pemerintah segera
mencari cara untuk mencegah dan menekan angka gizi buruk yang melanda
Indonesia, agar kelak bangsa Indonesia tidak mengalami lost generations.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T. Bina Pustaka

26
sarwono Prwirohardjo

Republika.Gizi Buruk, Aib Negara Berkembang.2009. (online)


(http://www.scribd.com/doc/61837243/Gizi-Buruk diakses 12 Agustus
2012)

Satriya Kelana . 2009. Malnutrisi di Indonesia. (online)


(http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1954908-malnutrisi-di-
indonesia/diakses 12 Agustus 2012)

Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


1985. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak . Jakarta: Info Medika

27

Anda mungkin juga menyukai