Disusun Oleh :
1. Anggit Wibowo (171210006)
2. Yunita Lorensa (171210040)
3. Erica Agrisma (171210010)
4. Sri Tutut Purwati (171210036)
5. Fenny Virdianti (171210014)
6. Rika Nurul Latifah (171210032)
7. Nur Ilana Rahmawati (171210028)
8. Nila Sofifelia (171210021)
9. Nur Hasanah (171210027)
Disusun Oleh :
1. Anggit Wibowo (171210006)
2. Yunita Lorensa (171210040)
3. Erica Agrisma (171210010)
4. Sri Tutut Purwati (171210036)
5. Fenny Virdianti (171210014)
6. Rika Nurul Latifah (171210032)
7. Nur Ilana Rahmawati (171210028)
8. Nila Sofifelia (171210021)
9. Nur Hasanah (171210027)
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan susunan makalah ini yang berjudul “Makalah Asuhan
Keperawatan Pada Bayi Dengan Gangguan Marasmus Dan Kwarsiorkor”.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan yang
membuat makalah ini kurang sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran untuk memperbaiki makalah ini supaya pada kesempatan
berikutnya, penulis dapat membuat makalah yang lebih baik.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak. Penulis
berharap makalah ini dapat membantu untuk menjadi inspirasi bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN TEORI...................................................................................4
2.1 Pengertian....................................................................................................4
2.2 Kwashiorkor................................................................................................7
2.3 Marasmus...................................................................................................11
2.4 Penanggulangan Keperawatan Secara Umum.......................................14
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ANAK....................................................17
3.1 Pengkajian.................................................................................................17
3.2 Pemeriksaan Fisik.....................................................................................18
3.3 Intervensi...................................................................................................19
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................26
4.1 Kesimpulan...............................................................................................26
4.2 Saran.........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Apa tanda dan gejala dari kwashiokor dan marasmus ?
5. Sebutkan komplikasi dari kwashiokor dan marasmus?
6. Bagimana pemeriksaan diagnostik kwashiokor dan marasmus ?
7. Bagaiman penatalaksanaan kwashiokor dan marasmus ?
2
1.4.3 Manfaat Bagi Institusi
Sebagai pemasukan data dan memberikan sumbangan pikiran
perkembangan ilmu pengetahuan untuk penulisan makalah berikutnya
terutama dibidang keperawatan anak.
3
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan
sehari-hari dan atau gangguan penyakit-penyakit tertentu (pedoman
Penanggulangan KEP dan Perunjuk Pelaksanaan PMT pada Balita, 1997.
Dalam buku Kapita Selekta, jilid 2, Kurang Energi Protein (KEP)
adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi
dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi
Kebutuhan Gizi (AKG) (KPS, 2000 : 512).
.1 Klasifikasi dan istilah KEP
Tahun Jenis KEP Istilah & Klasifikasi Dasar Diagnosa
<th 50- Berat Kwasioskor, marasmus, - Klinik
an amofi, cachexia, dsb. - Lab (albumin)
4
Pai 1970
= Nomogsam Mc
Larei 1975
5
2. KEP sedang bila berat badan menurut umur (BB/U)= 70-60 % baku
median WHO-NCHS dan atu berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
= 80-70 % baku median WHO-NCHS.
3. KEP berat bila berat badan menurut umur (BB/U) = < 60 % baku median
WHO-NCHS dan atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) = <70
% baku median WHO-NCHS
Penilaian :
Skor 0-3 marasmus
Skor 4-8 marasmus-kwashiorkor
Skor 9-15 kwashiokor
Dikutip dari Ilmu Gizi Klinis (Pudjiani S)
KEP berat secara klinis tap 3 tipe yaitu kwashiorkor, marasmus dan
marasmik-kwashiorkor.
6
2. 2 Kwashiorkor
.1 Pengertian
Kwashiorkor adalah keadaan dimana protein rendah sekali, kalori normal
atau meningkat (ilmu kesehatan anak, 1992:334). Dalam sumber lain
disebutkan bahwa kwashiorkor merupakan bentuk kekurangan protein
kalori yang berat, yang amat sering terjadi pada anak kecil antara umur
satu dan tiga tahun (kesehatan anak dr daerah tropis, 1994 , 50). Menurut
buku asyhan keperawatan anak dalam kontek keluarga, 1993 : v,
kwashiorkor mempunyai definisi satu keadaan dimana anak menderita
hidroprotein. Dengan demikian kwashiorkor jelas menjadi suatu masalah
kesehatan yang harus mendapat prioritas penanganan.
.2 Etiologi
)a Mengkonsumsi makanan yang sangat sedikit mengandung protein
(terutama protein hewan)
)b Kebiasaan memakan makanan berpati terus menerus, kebiasaan
memakan sayuran yang mengandung karbohidrat.
)c Gangguan penyerapan protein misalnya pada anak diare kronis
)d Kehilangan protein secara tidak normal (misal anak dengan
proteinuria)
)e Infeksi
)f Perdarahan hebat
Sebab lain :
a) Miskin (protein hewani merupakan makanan mahal)
b) Kurang pengetahuan, bahwa anak membutuhkan makana berprotein
tinggi
c) Pendapat yang salah tentang makanan tertentu, misal tidak mau
memberi anak susu, polong dan sebagainya dengan alasan anak bisa
cacingan
d) Kurangnya ASI (Ibu meninggal/anak disapih terlalu muda)
e) Tiba-tiba menghentikan ASI (kebiasaan mengirim anak keneneknya).
7
.3 Patofisiologi
Kekurangan protein dalam makanan
Asam amino
8
a) Perubahan rambut, warnanya lebih muda (cokelat, kemerahan,
mendekati putih, dsb) lurus, jarang, halus, mudah lepas bila ditarik.
b) Warna kulit lebih muda
c) Tinja yang encer, mungkin disebabkan gangguan penyerapan
makanan, terutama gula.
d) Anemia yang tidak berat, biasanya ada kemungkinan infeksi cacing
atau malaria.
Satu atau lebih gejala-gejala berikut kadang-kadang muncul, tetapi
tidak ada satupun yang memerlukan diagnosis.
a) Ruam, bercak-bercak bersepih. Yakni noda warna gelap pada kulit,
yang bila terkelupas meninggalkan warna kulit yang sangat muda atau
bahkan ulkus dibawahnya. Dapat terjadi pada seluruh bagian tubuh,
tapi sering terlihat di belakang tungkai atau panggul.
b) Ulkus dan retakan. Tukak yang kecil seringkali muncul terutama di
daerah yang banyak mendapat tekanan, terutama di belakang telinga.
c) Tanda-tanda vitamin, misal luka di sudut mulut, lidah berwarna merah
terang, karena kekurangan riboflavin.
d) Pembesaran hati, tepi dari hati 4 inci di bawah batas lidah.
Pembesaran ini disebabkan perlemahan hati.
.5 Komplikasi
Diare infeksi, anemia, gangguan tumbuh kembang, hipokalemi dan
hiponatremi.
9
.6 Pemeriksaan Diagnostik
Hampir semua kasus kwarsiorkor, memperlihatkan penurunan
kadar albumin, kolesterol dan glukosa dalam serum. Kadar globulin
dapat normal atau meningkat sehingga perbandingan albumin dan
globulin serum dapat terbalik yaitu < 1. Kadar asam amino esensial
dalam plasma relatif rendah daripada asam amino non esensial.
Umumnya kadar imunoglobulin serum normal, bahkan dapat meningkat.
Meskipun kadar iga serum normal, namun kadar iga sekretori menurun.
Uji toleransi glukosa menunjukkan gambaran diabetik, begitu pula
terdapat penurunan kadar berbagai enzim serum, seperti amilase,
esterase, transaminase dan fosfotase alkali, aktivitas enzim pankreas dan
xanti oksidase berkurang. Pada biopsi hati ditemukan perlamakan ringan
sampai berat, fibrosis, nekrosis dan infiltrasi mononuklear. Pada
perlemakan berat hampir semua sel hati mengandung vakuol lemak yang
besar.
.7 Penatalaksanaan Terapeutik
a) Diet tinggi kalori dan protein
b) Pemberian terapi cairan dan elektrolit
c) Penanganan masalah yang akut, seperti diare yang parah, kegagalan
ginjal dan syock.
d) Pemberian vitamin terutama vitamin A, kalium dan magnesium, besi
dan asam folat biasanya dapat memperbaiki anemia yang terjadi
e) Infeksi harus diobati bersamaan dengan pengobatan makanan,
sedangkan pengobatan infeksi parasit, kalau tidak parah dapat ditunda
sampai kesembuhan mulai berjalan. Bila malaria muncul, berikan
pengobatan tiga hari dengan klorokuin per oral (75 mg atau ½ tablet
sehari), dia daerah yang sering ditemui infeksi cacing tambnag diobati
dengan piperazin.
10
.8 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
)a Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpaparnya
informasi tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi.
)b Resiko infeksi sehubungan dnegan adanya pemasangan selang
pemberian makanan.
)c Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan
perubahan pola makan.
2.3 Marasmus
.1 Pengertian
Marasmus timbul akibat kekurangan energi (kalori) sedangkan kebuthan
protein relatif cukup (ngastiyah, 183). Marasmus adalah suatu bentuk
kekurangan kalori dan protein dalam taraf berat, yang biasanya terjadi
pada tiga tahun pertama kehidupan (kesehatan anak di daerah tropis,
1994 : 58). Dalam ilmu kesehatan anak, 1992 : 334. Marasmus adalah
keadaan dimana kalori rendah sekali, protein rendah semua zat kurang.
Dalam kapita selekta pediatri, 1991 : 106, marasmus adalah suatu bentuk
mal gizi protein energi karena kelaparan.
.2 Etiologi
a) Pemasukan kalori yang tidak mencukupi, sebagai akibat
kekurangan dalam susunan makanan, kebiasaan-kebiasaan makan
yang tidak layak, seperti terdapat pada hubungan orang tua – anak
yang terganggu atau sebagai akibat kelainan metabolisme atau
informasi bawaan
b) Kegagalan memberikan makanan tambahan, dapat terjadi pada
anak yang hanya mendapat ASI secara berkepanjangan. Setelah 6
bulan dibutuhkan makananlain sebagai tambahan ASI.
c) Penyakit infeksi misalnya pada sel pencernaan (misal, cacingan)
d) Kegagalan menyusui, karena ibu meninggal, pembuangan,
pengasingan. Kegagaln menyusui yang sebenarnya (tidak mampu
membeli susu dan tidak tahu cara membuat makanan sesuai dosisnya)
11
e) Kelaparan karena pengobatan, dapat terjadi karena masa puasa
yang terlalu lama pada anak yang menderita diare.
.3 Patofisiologi
Masukan kurang
12
.5 Komplikasi
Penyakit yang sering dijumpai adalah enteristis, infestasi cacing
tuberkulosis, defisiensi vitamin a.
.6 Pemeriksaan Diagnostik
Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu
memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa
dan metabolit esensial lainnya, seperti berbagai asam amino yang normal,
sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumin.
.7 Penatalaksanaan
a) Jika anak menyusu, teruskan pemberian ASI dan berikan setengah jam
sekali
b) Lakukan rehidrasi IV (infus) dengan cairan RL /glukosa 5 % dan
NaCl, dengan perbandingan 1 : 1 Kolaborasi
c) Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit
d) Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro. Berikan
tambahan multivitamin, vitamin B Complex dan asam folat 1 mg/hari
(5 mg pada hari pertama). Bila BB mulai naik berikan zat besi dan
vitamin A
e) Berikan makanan yang banyak mengandung energi dan nutrisi
Penatalaksanaan
A. Jangka panjang
Berhubungan dengan berbagai kegiatan luas, seperti :
)a Perbaikan penyadiaan makanan di suatu negara (khususnya
makanan protein hewani : susu, ikan, daging dan tumbuhan yang
kaya protein seperti kacang-kacangan).
)b Memperbaiki keadaan ekonomi negara
)c Perbikan tingkat pendidikan, sehingga para orang tua (khususnya
ibu) mengerti pentingnya makanan bergizi bagi anaknya
)d Perbaikan sarana pelayanan kesehatan
13
B. Jangka menengah
a) Pendidikan kesehatan. Dengan mendidik seluruh lapisan
masyarakat, khususnya orang tua untuk menggunakan sebaik-
baiknya bahan makanan yang tersedia. Untuk memanfaatkan
fasilitas klinik kesejahteraan anak yang ada, dan untuk menanam
tanaman yang banyak mengandung protein
b) Pemberian makanan tambahan untuk bayi. Untuk ini dapat
digunakan protein hewani (misalnya DPS, tepung ikan, tepung
daging, atau berbagai makanan setempat yang mengandung
protein)
14
c) Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui gejala penyakit yang
biasa diderita oleh penderita KEP
C. Asuhan keperawatan
a) Askep dimaksudkan unutk memberikan bimbingan kepada
keluarga balita KEP agar mampu merawat balita KEP sehingga
dapat mencapai status gizi baik.
b) Askep dilakukan melalui kunjungan rumah, oleh petugas
PUSKESMAS / bidan desa
c) Dalam kunjungan rumah disertakan penyuluhan kesehatan tentang
KEP, gizi anak, cara mengolah makanan dan perawatan anak
dengan KEP.
D. Paket Pertolongan Gizi
.a Pemberian zat besi
Dosis pencegahan :
Usia 6 – 12 bln : ½ sendok takar (2,5 ml)/hari ; selama 60 hari.
Usia 12 – 60 bln : 1 sendok takar (5 ml)/hari, selama 60 hari
Dosis pengobatan :
Usia 6 – 12 bln : 3x½ sendok takar (2,5 ml)/hari, selama 60 hari
Usia 12 – 60 bln : 3 x 1 sendok takar (5 ml)/hri, selama 60 hari
Satu sendok takar (5 ml) sirup besi mengandung 30 gr zat besi.
.b Pemberian kapsul minyak beryodium
.c Pemberian minyak kapsul beryodium dengan dosis tinggi (200 mg
yaodium) untuk menanggulangi GAKS, yang bisa mengganggu
tumbang anak.
.d Dosis yang diberikan :
Bayi 0 – 1 tahun : 100 mg (1/2 kapsul)
Anak balita 1 – 5 tahun : 200 mg (1 kapsul)
.2 Kegiatan tidak langsung
Kegiatan tidak langsung adalah kegiatan yang ditujuakn kepada
penyebab tidak langsung atau mendasar, dengan tujuan menunjang
kegiatan langsung. Kegiatan ini merupakan kegiatan jangka panjang yang
diharapkan dapat mengatasi masalah KEP lebih tuntas dan lestari.
15
A. Penyuluhan gizi
B. Usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera (UPPKS)
UPPKS merupakan suatu upaya pembangunan keluarga sejahtera
dalam rangka penanggulangan kemiskinan berupa pemberdayaan
keluarag untuk mengentaskan diri dari keterbelakangan sosial dan
ekonominya
C. Pemanfaatan pekarangan
16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KEP
(MARASMUS DAN KWASHIORKOR)
3.1 Pengkajian
1. Biodata
a. Sering menyerang anak usia 1-3 tahun, bisa laki-laki / perempuan,
yang kebanyakan tinggal di daerah miskin
2. Keluhan Utama
a. Anak rewel, cengeng, anorexia, anak kurus tinggal tulang, suhu badan
di bawah normal, disertai diare kronik
3. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Badan lesu, pandangan mata sayu, tidak bersemangat, tidak mau
makan
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Pernah mengalami diare kronik
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
6. Pola Fungsi Kesehatan
a. Status nutrisi : berat badan menurun, anak tampak kurus atau odem,
sulit makan.
b. Kebutuhan tidur dan istirahat : anak terganggu, cengeng, rewel.
c. Pola eliminasi
BAK : volume urine menurun
BAB : sering konstipasi, dan diare
d. Koping keluarga rendah
7. Pemeriksaan Fisik
TTV :
Suhu : di bawah normal
Nadi : bradikardia
RR : berkurang
TD : berkurang
17
Kepala dan rambut : Ubun-ubun cekung pada bayi, warna rambut
pirang, tipis dan mudah rontok, muka membulat dan sembab, tulang
pipi dan dagu menonjol, mata tampak besar dan dalam, mulut kering
dan kotor, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Ekstremitas : Ujung kaki dan tangan terasa dingin, tampak sianosis,
otot atrofi, jaringan subkutis tipis dan lembut.
8. Rasa Aman dan Nyaman
Anak merasa lemah dan tidak bergairah
9. Interaksi sosial
Anak tidak tertarik untuk bermain dengan teman-temannya
10. Nutrisi
Nutirsi anak sangat kurang ditandai anak tampak kurus kering, cengeng,
rewel, perut cekung, sering diare.
18
dalam batas normal.
3.3 Intervensi
.1 Dx : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan
perubahan pola makan
Hasil yang diharapkan :
a) BB bertambah
b) Bebas dari tanda malnutrisi
c) BB mencapai normal
INTERVENSI RASIONAL
Umum
1. Kaji status nutrisi secara Memberikan kesempatan untuk
kontinu. Perhatikan mengobservasi penyimpangan dari
tingkat energi; kondisi normal/dasar pasien dan mempengaruhi
kulit, kuku, rambut, pilihan intervensi
rongga mulut, keinginan
untuk makan atau
anoreksia Membuat data dasar membantu dalam
2. Timbang berat badan memantau keefektifan aturan terapeutik
setiap hari dan dan menyadarkan perawat terhadap
bandingkan dengan berat ketidaktepatan kecenderungan dalam
badan saat penerimaan penurunan/penambahan berat badan
Mengidentifikasi ketidakseimbangan
3. Dukumentasikan masukan antara perkiraan kebutuhan nutrisi dan
oral selama 24 jam, masukan aktual
riwayat makanan, jumlah
kalori dengan tepat Ketidakakuratan keseimbangan dapat
4. Jamin penampungan mengubah hasil tes, menimbulkan
akurat dan spesimen ketidaktepatan interprestasi status dan
untuk pemeriksaan kebutuhan pasien saat ini.
keseimbangan nitrogen Mengubah energi/ menurunkan
5. Jadwalkan aktivitas kebutuhan kalori
dengan istirahat.
19
Tingkatkan teknik
relaksasi Keefektifan dari vitamin IV menurun
Parenteral setelah 24 jam.
6. Observasi ketepatan
waktu “penggantungan”
dari larutan perenteral per Kandungan glukosa tinggi dari larutan
protokol dapat menimbulkan kelelahan pankreas,
7. Pantau gula/aseton urine memerlukan penggunaan suplemen
atau glukosa tusuk jari insulin untuk mencegah HHNC
perprotokol
Formula enteral mengandung protein
Enteral yang menghambat selang pemberian
8. Pertahankan potensi makan yang memerlukan
selang pemberian pembuangan/penggantian selang
makanan enteral dengan
membilas dengan air Meskipun pasien memiliki minat atau
hangat, sesuai indikasi hasrat yang sedikit untuk makan,
Transisional transisi pemberian makan oral lebih
9. Tekankan pentingnya disukai mengingat efek samping
transisi pada pemberian potensial dari terapi dukungan nutrisi
makan oral dengan tepat Memerlukan intervensi tambahan misal
latihan oleh ahli disfagia (terapi wicara)
dukungan nutrisi jangka panjang
10. Kaji reflek gag,
kemampuan unutk
mengunyah/menelan, dan
ketrampilan motor bila Membantu dalam identifikasi defisit
pada pemberian makan nutrien dan kebutuhan terhadap
transisi intervensi nutrisi perenteral/enteral
Kolaborasi
11. Rujuk pada tim Mengukur konsumsi O2 pada laju basal
nutrisi/ahli diet atau metabolik istirahat untuk
20
membantu memperkirakan kebutuhan
kalori /protein
12. Tinjau ulang hasil tes Memberikan perkiraan kebutuhan
korimetri tidak langsung kalori dan protein
bila ada
21
dan pemberian selang Transpulasi kateter masuk/keluar sisi
2. Amankan bagian eksternal pemasangan dapat mengakibatkan
dari kateter/pemberian trauma jaringan (lubang) dan potensial
selang pada balutan enteri organisme kecil ke dalam jalur
dengan plester. Perhatikan kateter.
keutuhan jahitan kulit Peningkatan suhu dan kehilangan
3. pantau suhu dan glukosa toleransi glukosa (glikosuria,
hiperglikemia) adalah indikasi diri dari
kemungkinan sepsis akibat kateter.
22
dan terapi yang tepat perlu pembuangan
8. Beritahu dokter bila jalur NPT dan kultur ujung kateter.
terjadi infeksi. Ikuti
protokol untuk
mendapatkan spesimen
kultur yang tepat, misal Dapat diberikan dengan profilaktik atau
darah larutan, ganti untuk organisme yang teridentifikasi
botol/selang sesuai secara khusus.
indikasi
9. Berikan antibiotik sesuai
indikasi
23
penyimpangan, persiapan metabolik dan infeksi
yang tepat dari larutan
nutrisi atau makanan yang
diblender. Juga diskusikan
teknik aseptik untuk
perawatan sisi
pemasangan dan
penggunaan balutan Pemahaman pasien dan kerjasama
4. Tinjau ulang adalah kunci untuk pemasangan aman
perawatan/penggunaan dan pemeliharaan alat akses dukungan
alat pendukung nutrisi nutrisi serta pencegahan komplikasi.
Meningkatkan keamanan perawatan diri
5. Tinjau kewaspadaan dan menurunkan resiko komplikasi.
khusus tentang tipe
pemberian makan misal
pemeriksaan penempatan
selang duduk tegak untuk
pemberian makan enteral,
pemeliharaan, potensi
selang. Selang dapat diganti dengan rutin atau
6. Demonstrasikan hanya dipasang selama makan.
pemasangan ulang selang
makan gastrik bila tepat Pemberian makan intermiten
7. Instruksikan klien/orang meningkatkan mobilitas pasien dan
terdekat untuk membantu dalam tarnsisi pada pola
pemantauan glukosa bila pemberian makan reguler.
diindikasikan Pengenalan terhadap perubahan tepat
waktu dalam kadar gula darah
8. Anjurkan latihan/aktivitas menurunkan resiko reaksi hipoglikemi
setiap hari terhadap pasien dengan hiperalimentasi
toleransi. Jadwal periode Meningkatkan mobilitas gaster untuk
istirahat adekuat pemberian makan enteral/transisi,
24
9. Berikan pendidikan meningkatkan perasaan sejahtera umum
kesehatan, dan mencegah kelelahan yang tidak
a. Bahwa penyakit perlu.
anaknya disebabkan Meningkatkan pengetahuan keluarga
karena anak kurang dan membantu penyembuhan lewat
mendapat makanan nutrisi.
yang cukup gizi,
bukan asal diberi
makan saja
b. Jelaskan susunan zat
makanan yang
diperlukan dan
gunanya untuk
tumbuh kembang anak
c. Berikan contoh bahan
makanan yang bergizi
dan bagaimana cara
memilih serta
memasaknya
BAB 4
PENUTUP
25
4.1 Kesimpulan
Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang sering ditemui
pada Balita. Penyebabnya multifaktorial antara lain asupan makanan yang
kurang, faktor penyakit dan faktor lingkungan serta ketidaktahuan untuk
memilih makanan yang bergizi dan keadaan ekonomi yang rendah.
Diagnosis berdasarkan gambaran klinis yaitu untuk menentukan penyebab
dari perlunya anamnesis makanan dan penyakit lain. Pencegahan terhadap
marasmus ditujukan kepada penyebab dan memerlukan pelayanan
kesehatan, serta penyuluhan yang baik. Pengobatan marasmus ialah
pemberian diet tinggi kalori dan tinggi protein. Penatalaksanaan di rumah
sakit yang dibagi atas: tahap awal, tahap penyesuaian dan rehabilitasi.
keseimbangan yang wajar dipertahankan di antara semua jenis
makanan, sehingga semua segmen sistem metabolisme tubuh dapat dipasok
dengan bahan yang dibutuhkan.
Kasus gizi buruk saat ini menjadi masalah yang menjadi perhatian di
Indonesia. Gizi kurang dan gizi buruk merupakan masalah yang perlu
mendapat perhatian, karena dapat menimbulkan the lost generation. Kualitas
bangsa di masa depan akan sangat dipengaruhi keadaan atau status gizi pada
saat ini, terutama balita.
4.2 Saran
Sebagai seorang perawat diharapakan kita mampu memahami konsep
penyakit dan asuhan keperawatan marasmus sehingga dapat memberikan
asuhan keperawatan yang tepat kepada pasien.
keseimbangan yang wajar harus dipertahankan di antara semua jenis
makanan ini sehingga semua segmen sistem metabolisme tubuh dapat
dipasok dengan bahan yang dibutuhkan.Sebaiknya pemerintah segera
mencari cara untuk mencegah dan menekan angka gizi buruk yang melanda
Indonesia, agar kelak bangsa Indonesia tidak mengalami lost generations.
DAFTAR PUSTAKA
26
sarwono Prwirohardjo
27