Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas nikmat dan karunia-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan
Pasien Miokarditis”. Makalah ini telah saya susun dengan sebaik-
baiknya.Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi redaksi kata maupun tata bahasa yang digunakan.
Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata saya
berharap semoga makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pasien
Endokarditis” ini dapat memberikan manfaat ataupun inspirasi bagi pembaca.

Tangerang, 25 Januari 2020

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i


DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ..................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH ..............................................................................2
C. TUJUAN .......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI MIOKARDIUM ..........................................3
B. PENGERTIAN MIOKARDITIS ..................................................................3
C. ETIOLOGI MIOKARDITIS ..........................................................................4
D. KLASIFIKASI MIOKARDITIS ....................................................................5
E. PATIFISIOLOGI MIOKARDITIS ................................................................7
F. MANIFESTASI KLINIS ...............................................................................8
G. PEMERIKSAAN MIOKARDITIS ................................................................9
H. ASUHAN KEPERAWATAN MIOKARDITIS ............................................11
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN .............................................................................................24
B. SARAN .........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

LATAR BELAKANG

A. Pendahuluan

Myocarditis adalah cadangan pada otot jantung atau miokardium. pada


umumnya akibat oleh penyakit- infeksi, tetapi dapat menyebabkan reaksi
terhadap obat-obatan da efek toksin bahan-bahan kimia dan radiasi.

Miokarditis merupakan salah satu penyakit jantung yang didapat non-


reaktif yang sering dijumpai selain miokarditis bakterialis dan difterika. Pada
saat infeksi terjadi, infiltrasi sel-sel peradangan dapat terjadi. Inflamasi pada
miokard ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia, Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO), sebagai miokarditis. Sedangkan miokard inflamasi yang
terkait dengan ikan disfungsi jantung sebagai kardiomiopati inflamatoris.

Dari data terbaru (2011) perubahan epidemiologi miokarditis infektif pada


saat sekarang yang menyangkut tingkat kesehatan umum yang baik, tingkat
kesehatan gigi yang baik, pengobatan yang lebih dini dan penggunaan
antibiotik. Insidens miokarditis 10-60 kasus per 1.000.000 penduduk per
tahun diseluruh dunia dan meningkat pada zaman lanjut.

Salah satu miokarditis yang penting adalah miokarditis karena kuman


difteria, yang disebut miokarditis difterika. Komplikasi jantung yang terjadi
pada anak dengan difteri sekitar 10-20 persen dan 50 persen dari anak yang
diakibatkan difteria karena komplikasi jantung.

Komplikasi penyakit yang sangat parah pada minggu pertama. kolaps


sirkulasi yang terjadi sementara miokarditis muncul pada minggu kedua dan
ketiga. Penyakit ini perlu penanganan dan pengobatan yang tepat dan
sesegera mungkin karena memerlukan tidak disegerkan akan meminta
dampak yang fatal.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi miokardium?
2. Apa pengertian miokarditis?
3. Bagaimana etiologi miokarditis?
4. Bagaimana klasifikasi miokarditis?
5. Bagaimana patofisiologi miokarditis ?
6. Bagaimana manifestasi klinis miokarditis?
7. Bagaimana pemeriksaan miokarditis?
8. Bagaimana poses keperawatan miokarditis ?

C. Tujuan
1. Mengetahui anatomi dan fisiologi miokarditis
2. Memahami apa yang dimaksud dengan miokarditis
3. Mengetahui etiologi miokarditis
4. Mengetahui klasifikasi miokarditis
5. Mengetahui patofisiologi miokarditis
6. Mengetahui manifestasi klinis miokarditis
7. Mengetahui pemeriksaan miokarditis
8. Mengetahui proses keperawatan miokarditis
BAB II

PEMBAHASAN

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI MIOKARDIUM

B. PENGERTIAN MIOKARDITIS
Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium.
Pada umumnya miokarditis disebabkan penyakit-penyakit infeksi
tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek
toksik bahan-bahan kimia radiasi. Miokarditis dapat disebabkan
infeksi, reaksi alergi, dan reaksi toksik. Pada miokarditis, kerusakan
miokardium disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan basil miosit.
Toksin akan menghambat sintesis protein dan secara mikroskopis akan
didapatkan miosit dengan infiltrasi lema, serat otot mengalami
nekrosis hialin. Beberapa organisme dapat menyerang dinding arteri
kecil, terutama arteri koronaintramuskular yang akan memberikan
reaksi radang perivaskular miokardium. Keadaan ini dapat disebabkan
oleh pseudomonas dan beberapa jenis jamur seperti aspergilus dan
kandida. Sebagian kecil mikroorganisme menyerang langsung sel-sel
miokardium yang menyebaban reaksi radang. Hal ini dapat terjadi
pada Toksoplasmosis gondii. Pada trikinosis, sel-sel radang yang

3
4

ditemukan terutama eusinofil (Elly Nurachmach, 2009). Myocardium


lapisan medial dinding jantung yang terdiri atas jaringan otot jantung
yang sangat khusus (Brooker, 2001).
Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium.
pada umumnya disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat
sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toxin bahan-
bahan kimia dan radiasi (FKUI, 1999). Myocarditis adalah peradangan
dinding otot jantung yang disebabkan oleh infeksi atau penyebab lain
sampai yang tidak diketahui (idiopatik) (Dorland, 2002). Miokarditis
adalah inflamasi fokal atau menyebar dari otot jantung, tepatnya
miokardium. (Doenges, 1999).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa myocarditis
adalah peradangan/ inflamasi otot jantung oleh berbagai penyebab
terutama agen-agen infeksi. Selain itu, dapat juga di sebabkan oleh
alergi dan penyebab lain yang belum diketahui (idiopatik)

C. ETIOLOGI MIOKARDITIS

Penyebab miokarditis dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Infeksi
a. Virus (coxsackievirus, echo virus, HIV, virus epsteinbarr,
influenza, cytomegalovirus, adenovirus, hepatitis A dan B,
MUMPs, folio virus, rabies, respiratori syincitial virus,
rubella, vaccinea, varicella zoster, arbovirus)
b. Bakteri (corynebacterio diphteriae, streptococuspyogenis,
staphilococcus aureus, haemophilus pneumoniae,
salmonella, nieserria gonorrhoeae, leptospira, treponema
pallidum, mycobacterium tuberkulosis,mycoplasma
pneumonia, riketsia.
c. Jamur (candida, aspergilus)
5

d. Parasit (tripanosoma cruzii, toxoplasma, schistosoma,


trichina)
2. Non infeksi
a. Obat-obatan yang menyebabkan reaksi hypersensitifitas
 Antibiotik (sulfonamida, penisilin, cloramfenicol,
tetrasiklin, streptomicyn)
 Anti Tuberculosis (isoniazin, paraaminosalisilik
acid)
 Anti konfulsan (phenindion, phenitoin,
carbamazepin)
 Anti inflamasi (indometasin, sulfonilurea)
 Diuretik (acetazolamid, klortalidon, spironolacton)
b. Obat-obatan yang tidak reaksi hypersensitifitas, seperti
Kokain, Siklofosfamid, Litium, Interferon alfa.
c. Penyebab lain selain obat-obatan adalah : Radiasi dan
Giant cell
D. KLASIFIKASI MIOKARDITIS
Dorland (2002) mengklasifikasikan miokarditis sebagai berikut :

a. Acute isolated myocarditis adalah miokarditis interstitial acute


dengan etiologi yang tidak diketahui.
b. Bacterial myocarditis adalah miokarditis yang disebabkan oleh
infeksi bakteri.
c. Chronic myocarditis adalah penyakit radang miokardial kronik.
d. Diphtheritic myocarditis adalah mikarditis yang disebabkan oleh
toksin bakteri yang dihasilkan pada difteri : lesi primer bersifat
degeneratiff dan nekrotik dengan respons radang sekunder.
e. Fibras myocarditis adalah fibrosis fokal/ difus mikardial yang
disebabkan oleh peradangan kronik.
f. Giant cell myocarditis adalah subtype miokarditis akut terisolasi
yang ditandai dengan adanya sel raksasa multinukleus dan sel-sel
6

radang lain, termasuk limfosit, sel plasma dan makrofag dan oleh
dilatasi ventikel, trombi mural, dan daerah nekrosis yang tersebar
luas.
g. Hypersensitivity myocarditis adalah mikarditis yang disebabkan
reaksi alergi yang disebabkan oleh hipersensitivitas terhadap
berbagai obat, terutama sulfonamide, penicillin, dan metildopa.
h. Infection myocarditis adalah disebabkan oleh agen infeksius ;
termasuk bakteri, virus, riketsia, protozoa, spirochaeta, dan fungus.
Agen tersebut dapat merusak miokardium melalui infeksi
langsung, produksi toksin, atau perantara respons immunologis.
i. Interstitial myocarditis adalah mikarditis yang mengenai jaringan
ikat interstitial.
j. Parenchymatus myocarditis adalah miokarditis yang terutama
mengenai substansi ototnya sendiri. K.Protozoa myocarditis adalah
miokarditis yang disebabkan oleh protozoa terutama terjadi pada
penyakit Chagas dan toxoplasmosis.
k. Rheumatic myocarditis adalah gejala sisa yang umum pada
demam reumatik.
l. Rickettsial myocarditis adalah mikarditis yang berhubungan
dengan infeksi riketsia.
m. Toxic myocarditis adalah degenerasi dan necrosis fokal serabut
miokardium yang disebabkan oleh obat, bahan kimia, bahan fisik,
seperti radiasi hewan/ toksin serangga atau bahan/ keadaan lain
yang menyebabkan trauma pada miokardium.
n. Tuberculosis myocarditis adalah peradangan granulumatosa
miokardium pada tuberkulosa.
o. Viral myocarditis disebabkan oleh infeksi virus terutama oleh
enterovirus; paling sering terjadi pada bayi, wanita hamil, dan pada
pasien dengan tanggap immune rendah.
7

E. PATOFISIOLOGI MIOKARDITIS

Kerusakan miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui tiga


mekanisme dasar :

1) Invasi langsung ke miokard.


2) Proses immunologis terhadap miokard.
3) Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium.

Proses miokarditis viral ada dua tahap, yaitu :

1) Fase pertama (akut) berangsung kira-kira 1 minggu (pada tikus) di


mana terjadi invasi virus ke miokardium, replikasi virus dan lisis
sel. Kemudian terbentuk neutralizing antibody dan virus akan
dibersihkan atau dikurangi jumlahnya dengan bantuan makrofag
dan neutral killer cell (sel NK).
2) Fase kedua miokardium akan diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan
sistem imun akan diaktifkan antara lain dengan terbentuknya
antibodi terhadap miokardium, akibat perubahan permukaan sel
yang terpajan oleh virus. Fase ini berlangsung beberapa minggu
sampai beberapa bulan dan diikuti kerusakan miokardium dan yang
minimal sampai yang berat.

Enterovirus sebagai penyebab miokarditis viral juga merusakkan


sel-sel endotel dan terbentuknya antibodi endotel, diduga sebagai
penyebab spasme mikrovaskular. Walaupun etiologi kelainan
mikrovaskular belum pasti, tetapi sangat mungkin berasal dari respon
imun atau kerusakan endotel akibat infeksi virus.

Jadi pada dasarnya terjadi spasme sirkulasi mikro yang


menyebabkan proses berulang antara obstruksi dan reperfusi yang
mengakibatkan larutnya matriks miokardium dan habisnya otot
8

jantung secara fokal menyebabkan rontoknya serabut otot, dilatasi


jantung, dan hipertrofi miosit yang tersisa. Akhirnya proses ini
mengakibatkan habisnya kompensasi mekanis dan biokimiawi yang
berakhir dengan payah jantung (Elly Nurachmach, 2009).

F. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis miokarditis bervariasi, mulai dari


asimtomatik sampai terjadi syok kardiogenik. Tergantung pada tipe
infeksi, derajat kerusakan miokardium, kemampuan miokardium
memulihkan diri. Gejala bisa ringan atau tidak ada sama sekali. Gejala
bisa ringan atau tidak sama sekali, biasanya :

1. Kelelahan dan dispneu


2. Demam
3. Nyeri dada
4. Palpitasi

Gejala klinis mungkin memperlihatkan :

a. Gejala klinis tidak khas, kelainan ECG pada segmen ST


dan gelombang T.
b. Takikardia, peningkatan suhu akibat infeksi menyebabkan
frekuensi denyut nadi akan meningkat lebih tinggi
c. Bunyi jantung melemah, disebabkan penurunan kontraksi
otot jantung Katub-katub mitral dan trikuspid tidak dapat
ditutup dengan keras
d. Auskultasi: gallop, gangguan irama supraventrikular dan
ventrikular.
e. Gagal jantung (Dekompensasi jantung) terutama mengenai
jantung sebelah kanan.
9

G. PEMERIKSAAN MIOKARDITIS
1. MRI

Modalitas pencitraan yang dianjurkan adalah MRI jantung karena


dapat memberikan informasi tentang adanya edema, inflammatory
hyperemia dan irreversible inflammatory injury sesuai kriteria Lake
Louise. Memang hingga kini penelitian masih berlanjut dengan
menyertakan biopsi endomiokardium sebagai standart emas. Penggunaan
CMR untuk evaluasi miokarditis ini mempunyai spesifitas dan PPV yang
tingi tapi sensitivitas sekitar 67%.

(MRI pada miokarditis)


2. Laboratorium
a. Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan etiologi. Biakan
darah dapat menemukan sebagian besar organisme pathogen.Pada
infeksi parasit terdapat eosinofilia sebagai laju endapan meningkat.
Enzim keratin kinase atau laktat dehidroginase (LDH) dapat
meningkat sesuai luasnya nekrosis miokard.
b. Dijumpai leukositosis dengan poli morfonuklear atau limfosit yang
dominan tergantung penyebabnya.Pada infeksi parasit ditemukan
eosinofilia.Laju endap darah meningkat. Enzim jantung dan
kreatinkinase atau LDH (Lactat Dehidrogenase) meningkat
tergantung luas nekrose.Peningkatan CKMB ditemukan pada
10

kurang 10% pasien,namun pemeriksaan Troponin lebih sensitif


untuk mendeteksi kerusakan miokard.
3. Elektrocardiograf
a. Muncul kelainan sinus takikardia, perubahan segmen ST dan
gelembung T serta low voltage. Kadang ditemukan aritmia arial
atau ventrikuler, AV block, intra ventrikulerconduction defek dan
QT memanjang.
b. Pada pemeriksaan EKG yang sering ditemukan adalah sinus
takikardia, perubahan segmen ST dan/ atau gelombang T, serta low
voltage.Kadang-kadang ditemukan aritmia atrial atau ventrikuler.
AV blok total yang sifatnya sementara dan hilang tanpa bekas,
tetapi kandang-kadang menyebabkan kematian mendadak pada
miokarditis.
4. Foto thorak
a. Ukuran jantung sering membesar kadang disertai kongesti paru.
b. Biasanya normal pada fase awal.Fungsi vebtrikel kiri yang
menurun progresif mengakibatkan kardiomegali.Dapat ditemukan
gagal jantung kongestif dan edema paru.
5. Ekokardiograf
a. Sering didapatkan hipokinasis kedua ventrikel,ditemukan juga
penebalan ventrikel, trombus ventrikel kiri, pengisian diastolik
yang abnormal atau efusi perikardial.
b. Pada kedua ventrikel sering didapat hipokinesis, bersifat regional
terutama di apeks.
c. Adanya penebalan dinding ventrikel, trombi ventrikel kiri,
pengisian diastolic yang abnormal dan efusi pericardial.
6. Radio Nuclide Scaning dan Magnetic Resonance Imaging.

Ditemukan adanya perubahan inflamasi dan kronis yang khas pada


miokarditis.
11

7. Biopsy endomiokardial

Melalui biopsy tranvernous dapat diambil endomiokardium


ventrikel kanan kiri. Hasil biopsy yang positif memiliki nilai diagnostic
sedang negative tidak dapat menyingkirkan miokarditis. Diagnosis
ditegakkan bila pada biopsy endomiokardial didapatkan nekrosis atau
degenerasi parasit yang dikelilingi infiltrasi sel sel radang.

H. ASUHAN KEPERAWATAN MIOKARDITIS


1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses


keperawatan secara menyeluruh

a. Keluhan utama, keluhan utama yang sering muncul pada pasien


dengan gangguan jantung miokarditis bervariasi, antara lain :

 Demam
 Nyeri dada mirip angina pectoris dan perikarditis
 Palpitasi
 Sesak napas

b. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breathing) à Sesak nafas.
2) B2 (Blood) à Demam, takikardia, nyeri dada.
3) B3 (Brain) à Kesadaran compos mentis, pasien mengalami sakit
kepala, pusing karena suplai O2 dan darah ke otak menurun.
4) B4 (Bladder) à Penurunan jumlah/frekuensi urine.
5) B5 (Bowel) à Mual muntah, anoreksia, tidak nafsu makan, dan
penurunan berat badan.
12

6) B6 (Bone) à Tidak ada kelainan tulang, kelamahan pada otot saat


aktivitas, tidak dapat tidur, kelamahan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.
c. Tanda Penting

 Takikardi
 Kardomegali (cepat terjadi)
 Bunyi jantung melemah
 Irama gallopTanda-tanda gagal jantung, terutama gagal jantung
kanan.

d. Pengkajian Pola
Pengkajian pola pada pasien myocarditis (Marilynn E. Doenges, 1999)
meliputi :
1. Aktivitas / istirahat
 Gejala : kelelahan, kelemahan.
 Tanda : takikardia, penurunan tekanan darah, dispnea dengan
aktivitas.
2. Pernapasan
 Gejala : napas pendek (napas pendek kronis memburuk pada
malam hari).
 Tanda : DNP (dispnea nocturnal paroxismal) ; batuk, inspirasi
mengi ; takipnea, krekels, dan ronkhi ; pernapasan dangkal.
3. Sirkulasi
 Gejala : riwayat demam rematik, penyakit jantung congenital,
bedah jantung, palpitasi, jatuh pingsan.
 Tanda : takikardia, disritmia, perpindaha titik impuls maksimal,
kardiomegali, frivtion rub, murmur, irama gallop (S3 dan S4),
edema, DVJ, petekie, hemoragi splinter, nodus osler, lesi Janeway.
4. Eliminasi
13

 Gejala : riwayat penyakit ginjal/ gagal ginjal ; penurunan


frekuensi/ jumlsh urine.
 Tanda : urin pekat gelap.
5. Nyeri
 Gejala : nyeri seperti tertimpa beban bert dan terasa terbakar
 Tanda : perilaku distraksi, misalnya gelisah.
6. Keamanan
 Gejala :riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis ; trauma
dada ; penyakit keganasan/ iradiasi thorakal ; dalam penanganan
gigi ; pemeriksaan endoskopik terhadap sitem GI/ GU), penurunan
system immune, SLE atau penyakit kolagen lainnya.
 Tanda :demam.

e. Pemeriksaan Khusus
1. Pemeriksaa EKG : Tidak khas

 ST-T changes inferior


 Gangguan konduksi jantung

2. Foto Toraks : Tidak khas

 Pembesaran jantung dengan efusi perikard atau pleura.

3. Ekokardiografi :

 Pembesaran jantung kiri


 Dapat di bedakan dengan kardiomiopati hipertrofi dan mitral
stenosis.

2. Diagnosa Keperawatan
14

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien


yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah
dikumpulkan.

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan


myocarditis (Doenges, 1999) adalah :

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium, efek-efek


sistemik dari infeksi, iskemia jaringan.
2. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penrunan
cardiac output.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenerasi
sel-sel otot miokard, penurunan curah jantung.
4. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan degenerasi otot jantung, penurunan/ kontriksi fungsi
ventrikel.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penyebaran agen
infeksius
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi,
rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/
daya ingat, mis-intepretasi informasi, keterbatasan kognitif,
menyangkal diagnosa.

3. Intervensi

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang


akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan
diagnosa keperawatan.

Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien


dengan myocarditis (Doenges, 1999).
15

a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium, efek-efek


sistemik dari infeksi, iskemia jaringan.
1) Tujuan : Nyeri hilang atau terkontrol.
2) Kriteria Hasil : Nyeri berkurang atau hilang dan klien
tampak tenang.
3) Intervensi :

 Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (agen nonsteroid


: aspirin, indocin ; antipiretik ; steroid).

Rasional : dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons


inflamasi, menurunkan demam ; steroid diberikan untuk gejala yang
lebih berat.

 Kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.

Rasonal : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan


beban kerja jantung

 Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan


misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung, penggunaan
kompres hangat/ dingin, dukungan emosional.

Rasional : tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan


emosional pasien.

 Berikan teknik distraksi yang tepat.

Rasional : mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi


dalam tingkat aktivitas individu.

 Menitoring keluhan nyeri dada dan faktor pemberat atau penurun.


Perhatikan petunjuk nonverbal dari ketidaknyamanan, misalnya ;
berbaring dengan diam/ gelisah, tegangan otot, menangis.
16

Rasional : pada nyeri ini memburuk pada inspirasi dalam, gerakkan


atau berbaring dan hilang dengan duduk tegak/ membungkuk.

b. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penrunan


cardiac output.
1) Tujuan : Gangguan perfusi jaringan teratasi dalam waktu
3x24 jam.
2) Kriteria Hasil : RR 30-60 x/ menit, Nadi 120-140 x/ menit, Suhu
36,5-37 oC, Sianosis (-), Ekstremitas hangat.
3) Intervensi:

 Beri oksigen sesuai kebutuhan

Rasional : Membantu meningkatkan cardiac output

 Observasi frekuensi dan bunyi jantung

Rasional : Frekuensi dan bunyi jantung yang normal mengindikasikan


aliran darah lancar yang berarti perfusi jaringan kembali normal.

 Observasi adanya sianosis.

Rasional : adanya sianosis atau kebiruan menunjukkan adanya


gangguan perfusi jaringan.

 Observasi TTV.

Rasional : Memantau perkembangan kondisi pasien

 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.

Rasional: Meningkatkan cardiac output


17

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenerasi


sel-sel otot miokard, penurunan curah jantung.
1) Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
2) Kriteria hasil : Perilaku menampakan kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan diri, Pasien mengungkapkan mampu untuk
melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu, Koordinasi otot, tulang
dan anggota gerak lainya baik.
3) Intervensi :

 Bantu pasien dalam program latihan progresif bertahap sesegera


mungkin untuk turun dari tempat tidur, mencatat respons tanda vital
dan toleransi pasien pada peningkatan aktivitas.

Rasional : saat inflamasi/ kondisi dasar teratasi, pasien mungkin


mampu melakukan aktivitas yang diinginkan, kecuali kerusakan
miokard permanen/ terjadi komplikasi.

 Mengkaji respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan adanya


perubahan dan keluhan kelemahan, keletiahan, dan dispnea berkenaan
dengan aktivitas.

Rasional : miokarditis menyebabkan inflamasi dan kemungkinan


kerusakan fungsi sel-sel miokardial.

 Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai


indikasi.

Rasional : meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut.

 Kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.


18

Rasional : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk


menmgimbangi konsumsi oksigen yang terjadi dengan aktifitas

 Memantau frekuensi/ irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan


sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan.

Rasional : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan


pulmonal.Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah
indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas.

d. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan


dengan degenerasi otot jantung, penurunan/ kontriksi fungsi ventrikel.
1) Tujuan : Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan
beban kerja jantung.
2) Kriteria Hasil : Melaporkan/ menunjukkan penurunan periode
dispnea, angina, dan disritmia dan memperlihatkan irama dan
frekuensi jantung stabil.
3) Intervensi :

 Pertahankan tirah baring dalam posisi semi-Fowler.

Rasional : menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah


jantung.

 Memberikan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi,


gosokkan punggung, dan aktivitas hiburan dalam tolerransi jantung.

Rasional : meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali


perhatian.

 Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, seperti digitalis,


diuretik.
19

Rasional : dapat diberikan untuk meningkatkan kontraktilitas miokard


dan meurunkan beban kerja jantung.

 Kolaborasi pemberian antibiotik/ antimikrobial intervena.

Rasional : diberikan untuk mengatasi patogen yang teridentifikasi dan


mencegah kerusakan jantung yang lebih lanjut.

 Memantau frekuensi/ irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan


sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan.

Rasional : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan


pulmonal. Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah
indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas.

 Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan jarak/ muffled tonus jantung,


murmur, gallop S3 dan S4.

Rasional : memberikan deteksi dini dari terjadinya komplikasi


misalnya : GJK, tamponade jantung.

e. Resiko infeksi b.d penyebaran agen infeksius


1) Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi
2) Kriteria hasil : Suhu tubuh normal (36,5-37o C), Nilai WBC
normal 3800–9800/ mcl.
3) Intervensi:

 Kolaborasi pemberian antibiotic

Rasional : Antibiotik untuk mengurangi agen infeksius

 Melakukan tes darah lengkap memantau nilai granulosit dan WBC


20

Rasional : untuk mengetahui nilai WBC dan granlosit sebagai


indikator adanya infeksi

 Observasi tanda-tanda vital

Rasional : Memantau perkembangan kondisi pasien dan melakukan


tindakan selanjutnya

f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi,


rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/ daya
ingat, mis-intepretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal
diagnosa.
1) Tujuan : menyatakan pemahaman tentang proses penyakit
dan regimen pengobatan.
2) Kriteria hasil : Mengidentifikasi efek samping obat dan
kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan, Memperlihatan
perubahan perilaku untuk mencegah komplikasi.
3) Intervensi :

 Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang


terdekat.

Rasional : Perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati


mempengaruhi minat pasien/ orang terdekat untuk mempelajari
penyakit.

 Jelaskan efek inflamasi pada jantung, secara individual pada


pasien. Ajarkan untuk memperhatikan gejala sehubungan dengan
komplikasi/ berulangnya dan gejala yang dilaporkan dengan segera
pada pemberi perawatan, contoh ; demam, peningkatan nyeri dada
21

yang tak biasanya, peningkatan berat badan, peningkatan toleransi


terhadap aktivitas.

Rasional : untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan sendiri,


pasien perlu memahami penyebab khusus, pengobatan dan efek
jangka panjang yang diharapkan dari kondisi inflamasi, sesuai dengan
tanda/ gejala yang menunjukan kekambuhan/ komplikasi.

 Anjurkan pasien/ orang terdekat tentang dosis, tujuan dan efek


samping obat; kebutuhan diet ; pertimbangan khusus ; aktivitas yang
diijinkan/ dibatasi.

Rasional : informasi perlu untuk meningkatkan perawatan diri,


peningkatan keterlibatan pada program terapeutik, mencegah
komplikasi.

 Kaji ulang perlunya antibiotic jangka panjang/ terapy


antimicrobial.

Rasional : perawatan di rumah sakit lama/ pemberian antibiotic IV/


antimicrobial perlu sampai kultur darah negative/ hasil darah lain
menunjukkan tak ada infeksi.

4. Implementasi Keperawatan

Menurut Patricia A. Potter (2005), Implementasi merupakan


pelaksanaan dari rencana tindakan keperawatan yang telah disusun/
ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara
optimal dapat terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu sendiri
ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat bekerjasama dengan
anggota tim kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis.
22

Perawat memilih intervensi keperawatan yang akan diberikan kepada


pasien.

Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan


asuhan keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat :

1. Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan


2. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
3. Menyiapkan lingkungan terapeutik
4. Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
5. Memberikan asuhan keperawatan langsung
6. Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan
keluarganya.

Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan


klien, menelaah, dan memodifikasi rencana keperawatn yang sudah
ada, mengidentifikasi area dimana bantuan dibutuhkan untuk
mengimple-mentasikan, mengkomunikasikan intervensi keperawatan.

Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan


pengetahuan tambahan keterampilan dan personal. Setelah
implementasi, perawat menuliskan dalam catatan klien deskripsi
singkat dari pengkajian keperawatan, Prosedur spesifik dan respon
klien terhadap asuhan keperawatan atau juga perawat bisa
mendelegasikan implementasi pada tenaga kesehatan lain termasuk
memastikan bahwa orang yang didelegasikan terampil dalam tugas
dan dapat menjelaskan tugas sesuai dengan standar keperawatan.

5. Evaluasi

Menurut Patricia A. Potter (2005), Evaluasi merupakan proses yang


dilakukan untuk menilai pencapaian tujuan atau menilai respon klien
23

terhadap tindakan leperawatan seberapa jauh tujuan keperawatan telah


terpenuhi.

Pada umumnya evaluasi dibedakan menjadi dua yaitu evaluasi


kuantitatif dan evaluasi kualitatif. Dalam evalusi kuantitatif yang
dinilai adalah kuatitas atau jumlah kegiatan keperawatan yang telah
ditentukan sedangkan evaluasi kualitatif difokoskan pada masalah satu
dari tiga dimensi struktur atau sumber, dimensi proses dan dimensi
hasil tindakan yang dilakukan.

Adapun langkah-langkah evaluasi keperawatan adalah sebagai


berikut:

1. Mengumpulkan data keperawatan pasien


2. Menafsirkan (menginterpretasikan) perkembangan pasien
3. Membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan dengan menggunakan kriteria pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan
4. Mengukur dan membandingkan perkembangan pasien dengan
standar normal yang berlaku.

Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges,


1999) adalah :

1. Nyeri hilang atau terkontrol


2. Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
3. Tidak ada infeksi sistemik
4. Perfusi jaringan perifer kembali normal
5. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
6. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen
pengobatan.
24

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Miokarditis jarang didapat pada saat puncak penyakit infeksinya karena


akan tertutup oleh manifestasi sistemis penyakit infeksi tersebut dan baru jelas
pada fase pemulihan. Bentuk ini umumnya sembuh dengan sendirinya, tetapi
sebagian berlanjut menjadi bentuk kardiomiopati dan ada juga yang menjadi
penyebab aritmia, gangguan konduksi atau payah jantung yang secara
struktural dianggap normal.

Sebagian besar keluhan klien tidak khas, mungkin didapatkan rasa lemah,
berdebar-debar, sesak napas, dan rasa tidak enak di dada. Nyeri dada biasanya
ada bila disertai perikarditis. Kadang-kadang didapatkan rasa nyeri yang
menyerupai angina pektoris. Gejala yang paling sering ditemukan adalah
takikardia yang tidak sesuai dengan kenaikan suhu. Kadang-kadang didapatkan
hipotensi dengan nadi yang kecil atau dengan gangguan pulsasi.

B. Saran

Sebagai perawat dan teknisi kardiovaskuler harus selalu sigap dalam


penanganan penyakit myocarditis karena akan menjadi fatal jika terlambat
menanganinya. Selain itu perawat dan teknisi kardiovaskuler juga memberi
health education kepada klien dan keluarga agar mereka faham dengan
myocarditis dan bagaimana pengobatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth, (2001), Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 2,


Jakarta : EGC. Diakses pada 24 Januari 2020 pada pukul 19.10 WIB.

Corwin E, (2008). Patofisiologi (Buku Saku), Jakarta : EGC. Diakses pada 24


Januari 2020 pada pukul 19.20 WIB.

DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. (1992). Pedoman Pemberantasan
Penyakit miokarditis. Jakarta. Diakses pada 24 Januari 2020 pada pukul
19.35 WIB.

Doenges, E. Marilynn. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.


Diakses pada 24 Januari 2020 pada pukul 19.50 WIB.

Fatheemah, Ismi. (2010). Miokarditis. Diakses pada 24 Januari 2020 pada pukul
19.34 WIB.

Patriani. (2008). Askep Miokasrditis. Diakses dari : www.asuhan-keperawatan-


patriani.blogspot.com. Pada 24 Januari 2020 pukul 19.15 WIB.

Udjianti, Wajan Juni. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba


Medika. Diakses pada 24 Januari 2020 pada pukul 18.50 WIB.

Wicaksana, Bagas. (2019). Makalah Askep Miokarditis. Diakses pada 24 Januari


2020 pukul 19.30 WIB.

25

Anda mungkin juga menyukai