Disusun oleh :
SGD 3
Fasilitator:
Dr. Abu Bakar, M.Kep., Ns. Sp.Kep.MB
PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
OKTOBER 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Keperawatan Medikal Bedah (KMB) yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler”.
Makalah ini kami buat dengan tujuan agar pembaca lebih mengerti dan memahami
bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan kepada pasien dewasa yang mengalami
gangguan sistem kardiovasuler.
Dengan demikian, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Makalah ini masih jauh dari kata sempuna, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat
kami butuhkan guna perbaikan dan penyempurnaan makalah berikutnya. Atas kontribusi
tersebut, kami ucapkan terimakasih.
SGD 3
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.1 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Penyakit Infeksi Miokarditis ..................................................................... 3
2.2 Hipertensi .................................................................................................. 12
2.3 Gagal Jantung ............................................................................................ 16
BAB III : KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 30
3.2 Saran .......................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 31
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asuhan keperawatan yaitu proses atau tahap dalam kegiatan praktik keperawatan
yang diberikan langsung kepada pasien dalam berbagai tetenan kesehatan. Asuhan
keperawatan tidak hanya diberikan kepada orang dewasa saja tetapi juga kepada
seluruh kalangan termasuk bayi, anak-anak, remaja, dewasa juga lansia. Tindakan ini
akan memberikan fungsi yang baik bagi pasien yang mendapatkan perawatan karena
dapat membantu pasien dalam menangani kesehatannya. Tahap-tahap dalam
melakukan asuhan keperawatan antara lain : pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
Saat ini banyak masyarakat yang mengalami masalah kesehatan misalnya seperti
gangguan pada sitem kardiovaskuler. Gangguan yang menyerang pada sistem
kardiovaskuler antara lain penyakit infeksi myocarditis yaitu peradangan pada otot
jantung atau miokardium. Pada umumnya miokarditis disebabkan penyakit-penyakit
infeksi tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toksik
bahan-bahan kimia radiasi. Selain itu juga terdapat hipertensi yaitu peningkatan
tekanan systole, yang tingginya tergantung umur individu yang terkena. Tekanan
darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu, tergantung posisi tubuh, umur, dan
tingkat stress yang dialami. Selain kedua penyakit tersebut juga terdapat penyakit
yang banyak menyerang masyarakat yaitu gagal jantung. Gagal jantung yaitu
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrient dan oksigen.
Oleh karena itu beberapa penyakit diatas memerlukan penanganan yang harus
melibatkan tenaga kesehatan salah satunya yaitu perawat. Dalam pelayanan
keperawatan perawat mempunyai peran sebagai tenaga profesional yaitu bertindak
dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. Dengan memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien dapat membantu pasien dalam meningkatkan derajat
kesehatan yang optimal, dapat mengembangkan potensi dalam memelihara
kesehatan secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam memelihara
1
kesehatannya dan juga dapat memberikan kebebasan pasa klien untuk mendapat
pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhan pasien.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyakit Infeksi Miocarditis
Definisi
Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. Pada
umumnya miokarditis disebabkan penyakit-penyakit infeksi tetapi dapat sebagai
akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toksik bahan-bahan kimia
radiasi. Miokarditis dapat disebabkan infeksi, reaksi alergi, dan reaksi toksik.
Pada miokarditis, kerusakan miokardium disebabkan oleh toksin yang
dikeluarkan basil miosit. Toksin akan menghambat sintesis protein dan secara
mikroskopis akan didapatkan miosit dengan infiltrasi lema, serat otot mengalami
nekrosis hialin.
Etiologi
1. Acute isolated myocarditis adalah miokarditis interstitial acute dengan
etiologi tidak diketahui.
2. Bacterial myocarditis adalah miokarditis yang disebabkan oleh infeksi
bakteri.
3. Chronic myocarditis adalah penyakit radang miokardial kronik.
4. Diphtheritic myocarditis adalah mikarditis yang disebabkan oleh toksin
bakteri yang dihasilkan pada difteri : lesi primer bersifat degeneratiff dan
nekrotik dengan respons radang sekunder.
5. Fibras myocarditis adalah fibrosis fokal/difus mikardial yang disebabkan
oleh peradangan kronik.
6. Giant cell myocarditis adalah subtype miokarditis akut terisolasi yang
ditandai dengan adanya sel raksasa multinukleus dan sel-sel radang lain,
termasuk limfosit, sel plasma dan makrofag dan oleh dilatasi ventikel,
trombi mural, dan daerah nekrosis yang tersebar luas.
7. Hypersensitivity myocarditis adalah mikarditis yang disebabkan reaksi
alergi yang disebabkan oleh hipersensitivitas terhadap berbagai obat,
terutama sulfonamide, penicillin, dan metildopa.
8. Infection myocarditis adalah disebabkan oleh agen infeksius ; termasuk
bakteri, virus, riketsia, protozoa, spirochaeta, dan fungus. Agen tersebut
3
dapat merusak miokardium melalui infeksi langsung, produksi toksin, atau
perantara respons immunologis.
9. Interstitial myocarditis adalah mikarditis yang mengenai jaringan ikat
interstitial.
10. Parenchymatus myocarditis adalah miokarditis yang terutama mengenai
substansi ototnya sendiri.
11. Protozoa myocarditis adalah miokarditis yang disebabkan oleh protozoa
terutama terjadi pada penyakit Chagas dan toxoplasmosis.
12. Rheumatic myocarditis adalah gejala sisa yang umum pada demam
reumatik.
13. Rickettsial myocarditis adalah mikarditis yang berhubungan dengan infeksi
riketsia.
14. Toxic myocarditis adalah degenerasi dan necrosis fokal serabut
miokardium yang disebabkan oleh obat, bahan kimia, bahan fisik, seperti
radiasi hewan/toksin serangga atau bahan/keadaan lain yang menyebabkan
trauma pada miokardium.
15. Tuberculosis myocarditis adalah peradangan granulumatosa miokardium
pada tuberkulosa.
16. Viral myocarditis disebabkan oleh infeksi virus terutama oleh enterovirus ;
paling sering terjadi pada bayi, wanita hamil, dan pada pasien dengan
tanggap immune rendah (Dorland, 2002).
4
Patofisiologi
5
Tanda dan Gejala
1. Letih
2. Napas pendek
3. Detak jantung tidak teratur
4. Demam
Gejala-gejala lain karena gangguan yang mendasarinya (Griffith, 1994).
a. Menggigil
b. Demam
c. Anoreksia
d. Nyeri dada
e. Dispnea dan disritmia
f. Tamponade
g. Ferikardial/kompresi (pada efusi perikardial).
Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium : leukosit, LED, limfosit, LDH.
2. Elektrokardiografi. (EKG )
3. Rontgen thorax.
4. Ekokardiografi.
5. Biopsi endomiokardial (FKUI, 1999).
Penatalaksanaan
Pasien diberi pengobatan khusus terhadap penyebab yang mendasarinya,
bila diketahui ( misalnya penisillin untuk streptokokkus hemolitikus ) dan
dibaringkan di tempat tidur untuk mengurangi beban jantung. Berbaring juga
membantu mengurangi kerusakan miokardial residual dan komplikasi
miokarditis. pengobatan pada dasarnya sama dengan yang digunakan untuk
gagal jantung kongestif.
Penatalaksanaan medis umum :
1) Perawatan untuk tindakan observasi.
2) Tirah baring/pembatasan aktivitas.
3) Antibiotik atau kemoterapeutik.
4) Pengobatan sistemik supportif ditujukan pada penyakti infeksi sistemik.
5) Antibiotik.
6
6) Obat kortikosteroid.
7) Jika berkembang menjadi gagal jantung kongestif : diuretik untuk
mnegurangi retensi ciaran ; digitalis untuk merangsang detak jantung ;
obat antibeku untuk mencegah pembentukan bekuan.
8) Terapi komplikasi : alat pacu jantung (blok total)
Asuhan Keperawatan Miokarditis
Pengkajian
A. Identitas pasien
Nama : Ny. S
Umur : 32 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
No.Medrek : 180991
Tgl masuk : 12 Oktober 2014
Tgl pengkajian : 12 Oktober 2014
Alamat : Bandung
Diagnosa Medis : Mikoarditis
B. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. F
Umur : 37 th
Jenis Kelamin : Laki – laki
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Karyawan BUMN
Hubungan dgn klien : Suami
Alamat : Bandung
C. Data
1. Klien mudah lelah dan tidak berenergi sejak satu bulan lalu
2. Klien beberapa kali jatuh pingsan saat beraktivitas
3. Klien sering merasakan nyeri pada dada depan, dan terasa sangat
berat saat batuk bahkan berbaring
7
4. Klien sering mengalami napas pendek di malam hari
5. Klien tampak gelisah
6. Tekanan darah klien: 90/60 mmHg
7. Terdapat suara wheezing saat klien melakukan inspirasi.
Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri dada yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan suplai oksigen ke miokardium.
2. Aktual/ resiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan
pengembangan paru tidak optimal.
3. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan
status kesehatan, situasi kritis, ancaman, atau perubahan kesehatan.
Intervensi
1. Nyeri dada yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan suplai oksigen ke miokardium.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam terdapat penurunan respon nyeri dada.
Kriteria Hasil :
1. Klien mengatakan penurunan rasa nyeri dada
2. TTV dalam batas normal
3. Wajah rileks
4. Tidak terjadi penurunan fungsi perifer
Intervensi Rasional
Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, Variasi penampilan dan perilaku klien
lama dan penyebab. karena nyeri terjadi sebagai temuan
pengkajian.
8
membutuhkan O2 untuk menurunkan
suplai iskemia.
Berikan oksigen tambahan dengan nasal Meningkatkan jumlah oksigen yang ada
kanul atau masker sesuai dengan indikasi. untuk pemakaian miokardium sekaligus
mengurangi ketiaknyamanan akibat
iskemia.
Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri. Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
menurunkan stimulus internal dengan
mekanisme peningkatan produksi
endofrin dan enkefalin yang dapat
memblok reseptor nyeri untuk tidak
dikirimkan ke korteks serebri sehingga
menurunkan persepsi nyeri.
9
2. Aktual/ resiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan
pengembangan paru tidak optimal.
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi perubahan pola napas.
Kriteria hasil :
1. Klien menyatakan tidak sesak napas
2. RR dalam batas normal 16-20 kali/menit
3. Respon untuk batuk berkurang
Intervensi Rasionalisasi
Pertahankan pemasukan total cairan 2000 Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang
ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskular. dewasa, tetapi perlu memerlukan
pembatasan dengan adanya
dekompensasi jantung.
10
Barikan diuretik, contoh : furosemide, Diuretik bertujuan untuk menurunkan
sprinolakton, dan hidronolakton. volume plasma dan retensi cairan di
jaringan sehingga menurunkan resiko
terjadinya edema paru.
3. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status
kesehatan, situasi kritis, ancaman, atau perubahan kesehatan.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam kecemasan berkurang
Kriteria hasil :
1. Klien menyatakan kecemasan berkurang
2. Klien mengenal perasaaanya
3. Dapat megidentifikasi penyebab atau faktor yang memengaruhinya
4. Kooperatif terhadap tindakan
5. Wajah rileks
Intervensi Rasional
Kaji tanda verbal dan non verbal Reaksi verbal/non verbal dapat
kecemasan, dampingi klien, dan lakukan menunjukkan rasa agitasi, marah, dan
tindakan bila menunjukan perilaku gelisah.
merusak.
Mulai melakukan tindakan untuk Mengurangi rangsangan eksternal yang
mengurangi kecemasan. Beri lngkungan tidak perlu.
yang tenang dan suasana penuh istirahat.
Tingkatkan kontrol sensasi klien. Kontrol sensasi klien (dalam
menurunkan ketakutan) dengan cara
memberikan informasi tentang keadaan
11
klien, menekankan pada penghargaan
sumber-sumber koping yang positif,
membantu latihan relaksasi dan teknik-
teknik pengalihan, serta memberikan
respon balik yang positif.
Berikan privasi untuk klien dan orang Memberi waktu untuk mengekspresikan
terdekat perasaan, menghilangkan cemas, dan
perilaku adaptasi.
Evaluasi
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam pasien
mengatakan rasa nyeri di dada berkurang
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3x24 jam pasien
menyatakan bahwa sudah tidak sesak napas
3. Setelah dilakukan tindakan keprawatan dalam waktu 1x24 jam pasien
menyatakan sudah tidak lagi merasa terlalu cemas
2.2 Hipertensi
Definisi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan systole, yang tingginya tergantung
umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas
tertentu, tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stress yang dialami.
Hipertensi juga sering digolongkan sebagai ringan, sedang, atau berat,
berdasarkan tekanan diastole. Hipertensi ringan bila tekanan darah siastole 95-
104, hipertensi sedang tekanan diastole-nya 105-114, sedangkan hipertensi
berat tekanan diastole-nya >115.
12
Hipertensi dengan peningkatan tekanan systole tanpa disertai dengan
peningkatan tekanan diastole lebih sering pada usia lansia, sengakan hipertensi
peningkatan tekanan diastole tanpa disertai peningkatan tekanan systole lebih
sering terdapat pada dewasa muda. Hipertensi dapat pula digolongkan sebagai
essensial atau idiopatik, tanpa etiologi spesifik, yang paling sering dijumpai.
Bila ada penyebabnya disebut sebagai hipertensi sekunder. Ada istilah lain
hipertensi benigna dan maligna, tergantung perjalanan penyakitnya. Bila
timbulnya berangsur, disebut benigna; bila tekanannya naik secara progresif
dan cepat, disebut hipertensi maligna, dengan banyak komplikasi, seperti gagal
ginjal, CVA, hemografi retina dan ensefalopati.
Etiologi Hipertensi
1. Usia
Insidens hipertens makin meningkat dengan meningkatnya usia.
Hipertens pada yang berusia kurang dari 35 tahun dengan jelas menaikkan
insiden penyakit arteri coroner dan kematian premature.
2. Kelamin
Pada umunya insidens pada pria lebih tinggi dari pada wanita, namun
pada usia pertengahan dan lebih tua, insidens pada wanita mulai
meningkat, sehingga pada usia di atas 65 tahun, insidens pada wanita lebih
tinggi.
3. Ras
Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada
yang berkulit putih. Akibat penyakit ini umumya lebih berat pada ras kulit
hitam. Misalnya mortalitas pasien pria hitam dengan diastole 115 atau
lebih 3,3 kali lebihntinggi daripada pria berkulit putih, dan 5,6 kali bagi
wanita putih.
4. Pola hidup
Faktor seperti pendidikan , penghasilan dan faktor pola hidup lain telat
diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, tingkat pendidikan
rendah, dan kehidupan atau pekerjaan yang penuh dengan stress agaknya
berhubungan dengan insidens hipertensi atau lebih tinggi. Obesitas
dipandang sebagau faktor risiko utama. Bila berta bedannya turun, tekanan
13
darahnya sering turun menjadi normal. Merokok dipandang sebagai faktor
risiko tinggi bagi hipertensi dan penyakit arteri coroner.
Hiperkolesterolemia dan hiperglikemia adalah faktor-faktor uta untuk
perkembangan aterosklerosis, yang berhubungan erat dengan hipertensi.
Patofisiologi
14
Asuhan Keperawatan Hipertensi
Intervensi Keperawatan
NANDA Outcomes (NOC)
(NIC)
15
b. Meminimalkan aktivasi
vasokontriksi yang
menyebabkan peningkatan
sakit kepala.
R : aktivitas yang
meningkatkan vasokontriksi
menyebabkan sakit kepala
pada adanya peningkatan
vaskuler serebral.
c. Anjurkan pasien untuk tirah
baring selama fase akut
R : meminimalkan stimulasi /
meningkatkan relaksasi.
d. Jelaskan penyebab nyeri dan
lama nyeri bila diketahui
R : meningkati pengetahuan
pasien.
e. Kolaborasi pemberian
analgesic.
R : analgesic menurunkan
atau mengontrol nyeri dan
menurunkan rangsang system
saraf simpatis.
16
sakit kepala pada adanya
peningkatan vaskuler serebral
3. Anjurkan pasien untuk tirah
baring selama fase akut
R : meminimalkan stimulasi /
meningkatkan relaksasi
4. Jelaskan penyebab nyeri dan
lama nyeri bila di ketahui
R : meningkatkan pengetahuan
5. Kolaborasi pemberian analgetik
R: analgetik menurunkan atau
mengontrol nyeri dan
menurunkan rangsang system
saraf simpatis.
17
b) Gagal jantung kanan : edema tumit dan tungkai bawah, hati membesar,
nyeri tekan, pembesaran vena jungularis, gangguan gastrointestinal, BB
bertambah, penambahan cairan badan, edema kaki, perut membuncit.
Pada gagal jantung kongestif adalah gejala kedua-duanya (Brunner,
2008).
Klasifikasi
Salah satu klasifikasi yang sering digunakan yaitu klasifikasi berdasarkan
abnormalitas struktural jantung yang disusun oleh American Heart
Association/American College of Cardiology (AHA/ACC) atau berdasarkan
gejala berkaitan dengan kapasitas fungsional yang disusun oleh New York
Heart Association (NYHA)
Klasifikasi berdasarkan kelainan
struktural jantung menurut Klasifikasi berdasarkan kapsitas
Association/American College of fungsional (NYHA)
Cardiology (AHA/ACC)
Stadium A Kelas I
Memiliki risiko tinggi untuk berkembang Tidak terdapat batasan dalam melakukan
menjadi gagal jantung. Tidak terdapat aktifitas fisik. Aktifitas fisik sehari-hari
gangguan struktural atau fungsional tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi
jantung, tidak terdapat tanda atau gejala. atau sesak nafas.
Stadium B Kelas II
Telah terbentuk penyakit struktur jantung Terdapat batasan aktifitas ringan. Tidak
yang berhubungan dengan perkembangan terdapat keluhan saat istrahat, namun
gagal jantung, tidak terdapat tanda atau aktifitas fisik sehari-hari menimbulkan
gejala. kelelahan, palpitasi atau sesak nafas.
18
Gagal jantung yang simtomatik aktfitas fisik ringan menyebabkan
berhubungan dengan penyakit structural kelelahan, palpitasi atau sesak.
jantung yang mendasari.
Stadium D Kelas IV
Penyakit jantung struktural lanjut serta Tidak dapat melakukan aktifitasfisik tanpa
gejala gagal jantung yang sangat bermakna keluhan. Terdapat gejala saat istrahat.
saat istrahat walaupun sudah mendapat Keluhan meningkat saat melakukan
terapi medis maksimal (refrakter). aktifitas.
Etiologi
Menurut Hudak dan Gallo (2000) penyebab kegagalan jantung yaitu:
1. Disritmia, seperti: brakikardi, takikardi dan kontraksi premature yang
sering dapat menurunkan curah jantung.
2. Malfungsi katub dapat menimbulkan kegagalan pompa baik oleh
kelebihan beban tekanan (obstruksi pada pengaliran keluar dari pompa
ruang, seperti stenosis katub aortik atau stenosis pulmonal), atau dengan
kelebihan beban volume yang menunjukkan peningkatan volume darah
ke ventrikel kiri.
3. Abnormalitas Otot Jantung: Menyebabkan kegagalan ventrikel meliputi
infark miokard, aneurisma ventrikel, fibrosis miokard luas (biasanya dari
aterosklerosis koroner jantung atau hipertensi lama), fibrosis
endokardium, penyakit miokard primer (kardiomiopati), atau hipertrofi
luas karena hipertensi pulmonal, stenosis aorta atau hipertensi sistemik.
4. Ruptur Miokard: terjadi sebagai awitan dramatik dan sering
membahayakan kegagalan pompa dan dihubungkan dengan mortalitas
tinggi. Ini biasa terjadi selama 8 hari pertama setelah infark.
Penyebab kegagalan jantung yaitu :
Penyebab gagal jantung mencakup apapun yang menyebabkan
peningkatan volume plasma sampai derajat tertentu sehingga volume diastolic
akhir meregangkan erat-serat ventrikel melebihi panjang optimumnya. Penyebab
tersering adalah cedera pada jantung itu sendiri yang memulai siklus kegagalan
19
dengan mengurangi kekuatan kontraksi jantung. Akibat buruk dari menurunnya
kontraktilitas, mulai terjadi akumulasi volume darah di ventrikel. Penyebab gagal
jantung yang terdapat di jantung antara lain :
a. Disfungsi miokard (kegagalan miokardial).
b. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (systolic overload). Beban
sistolik yang berlebihan di luar kemampuan ventrikel (systolic overload)
menyebabkan hambatan pada pengosongan ventrikel sehingga menurunkan
curah ventrikel atau isi sekuncup.
c. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolic (diastolic overload).
Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel (diastolic
overload) akan menyebabkan volume dan tekanan pada akhir diastolic
dalam ventrikel meninggi. Prinsip Frank Starling: curah jantung mula-mula
akan meningkat sesuai dengan besarnya regangan otot jantung, tetapi bila
beban terus bertambah sampai melampaui batas tertentu, maka curah
jantung justru akan menurun kembali.
d. Peningkatan kebutuhan metabolic-peningkatan kebutuhan yang berlebihan
(demand overload). Beban kebutuhan metabolic meningkat melebihi
kemampuan daya kerja jantung di mana jantung sudah bekerja maksimal,
maka akan terjadi keadaan gagal jantung waaupun curah jantung sudah
cukup tinggi tetapi tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sirkulasi
tubuh.
e. Gangguan pengisian (hambatan input). Hambatan pada pengisian ventrikel
karena gangguan aliran masuk ke dalam ventrikel atau pada aliran baik
vena/venous return akan menyebabkan pengeluaran atau output ventrikel
berkurang dan curah jantung menurun.
f. Kelainan otot jantung. Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita
kelainan otot jantung, menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung.
Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup
arterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau
inflamasi.
g. Ateroklerosis koroner. Mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis
20
(akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung)
biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
h. Hipertensi sistemik/pulmonal. Meningkatkan beban kerja jantung dan pada
gilirannya mengakibatkan hipertropi serabut otot jantung.
i. Peradangan dan penyakit miokardium. Berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun.
j. Penyakit jantung. Penyakit jantung lain seperti stenosis katup semilunar,
temponade pericardium, pericarditis konstruktif, stenosis katup AV.
k. Factor sistemik. Factor sistemik seperti hipoksia dan anemia yang
memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan
oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat menurunkan suplai
oksigen ke jantung. Asidosis dan abnormalitas elektrolit juga dapat
menurunkan kontraktilitas jantung.
21
Patofisiologi
22
Asuhan Keperawatan Gagal Jantung
Kasus : Rahmat Kurniawan, Risky. (2015) Asuhan Keperawatan Pada An. N
Dengan Gangguan Kardiovaskuler : Penyakit Jantung Bawaan Di Ruang
Cempaka III RSUD Pandan Arang Boyolali.
Sumber: Naskah Publikasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Pengkajian data :
a. Identitas
Nama : An. N
Usia :-
Jenis kelamin :-
Alamat :-
Pekerjaan :-
b. Riwayat Penyakit Sebelumnya
c. Riwayat Penyakit Sekarang
d. Riwayat Penyakit keluarga
e. Data Bio-psiko-sosial-spiritual
Aktivitas atau istirahat
Sirkulasi
Integritas ego
Nuorosensorik
Rasa nyaman
Pernafasan
Keamanan
Interksi sosial
Pembelajaran
1. Pengkajian Primer yang dilakukan meliputi :
a) Airway
Penilaian akan kepatenan jalan nafas, meliputi pemeriksaan
mengenai adanya obstruksi jalan nafas, adanya benda asing. Pada klien
yang dapat berbicara dapat dianggap jalan nafas bersih . Dilakukan juga
pengkajian adnya suara nafas tambahan seperti snooring.
23
b) Breathing
Frekwensi nafas, apakah ada penggunaan otot bantu pernafasan,
retraksi dinding dada, adanya sesak nafas. Palpasi pengembangan paru,
auskultasi suara nafas, kaji adanya suara nafas tambahan seperti ronchi,
wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
c) Circulation
Dilakukan pengkajian mengenai volume darah dan cardiac output
serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik,
warna kulit, nadi.
d) Disability
Nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.
24
Kronis). Area yang sakit sering berwarna biru/belang karena
peningkatan kongesti vena
6. Haluaran urine biasanya menurun selama sehari karena perpindahan
cairan ke jaringan tetapi dapat meningkat pada malam hari sehingga
cairan berpindah kembali ke sirkulasi bila pasien tidur.
7. Perubahan pada sensori.
8. Keadaan umum : kesadaran, bangun tubuh, postur tubuh, warna kulit,
turgor kulit.
9. Gejala cardinal:
1. Suhu
2. Nadi (frekwensi, irama, ciri denyutan)
3. Tensi
4. Respirasi
4. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
1. EKG (elektrokardiogram): untuk mengukur kecepatan dan keteraturan
denyut jantung
2. Echokardiogram: menggunakan gelombang suara untuk mengetahui
ukuran dan bentuk jantung, serta menilai keadaan ruang jantung dan
fungsi katup jantung. Sangat bermanfaat untuk menegakkan diagnosis
gagal jantung.
3. Foto rontgen dada: untuk mengetahui adanya pembesaran jantung,
penimbunan cairan di paru-paru atau penyakit paru lainnya.
4. Tes darah BNP: untuk mengukur kadar hormon BNP (B-type
natriuretic peptide) yang pada gagal jantung akan meningkat.
Diagnosis
Kriteria Mayor
a) Dispnea nokturnal paroksismal/ortopnea
b) Peningkatan tekana vena jugularis
c) Ronki basah tidak nyaring
d) Kardiomegali
e) Edema Paru Akut
25
f) Irama derap S3
g) Peningkatan tekanan vena > 16 cm H2O
h) Refluks hepatojugular
Kriteria Minor
a) Edema pergelangan kaki
b) Batuk malam hari
c) Dspneu d’effort
d) Hepatomegali
e) Efusi pleura
f) Kapasitas vital berkurang menjadi 1/3 maksimum
g) Takikardi (> 120x/menit)
Kriteria Mayor/Minor
a) Penurunan berat badan > 4,5 kg dalam 3 hari setelah terapi
Analisa Data
1) Data subyektif.
Pasien mengatakan mengalami keterbatasan beraktivitas terhadap diri
sendiri atau orang lain
Pasien mengatakan kesulitan saat bernafas
Pasien mengatakan bahwa dadanya terasa sakit (nyeri)
Pasien mengatakan cepat lelah saat melakukan aktifitas
2) Data obyektif
Pasien tampak sianosis
Dispenea
Pasien mengalami takikardia
Diagnosa Keperawatan
26
c. Gangguan keseimbangan volume cairan berhubungan dengan
pitting edema.
d. Gangguan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia & mual.
e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pitting edema.
Mandiri :
Pantau pemasukan/
pengeluaran. Hitung
Evaluator langsung status cairan. Peubahan
keseimbangan cairan, catat
tiba-tiba pada berat badan dicurigai kehilangan/
kehilangan tak kasat mata.
retensi cairan.
Timbang berat badan sesuai
indikasi.
27
Kaji ulang kebutuhan cairan. Tergantung pada situasi, cairan dibatasi atau
Buat jadwal 24 jam dan rute diberikan terus. Pemberian informasi
yang digunakan. Pastikan melibatkan pasien pada pembuatan jadwal
minuman/ makanan yang dengan kesukaan individu dan meningkatkan
disukai pasien. rasa terkontrol dan kerjasama dalam program.
Kolaborasi :
Pantau pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi,
Mengevaluasi status hidrasi, fungsi ginjal dan
contoh Hb/Ht, BUN/
penyebab/ efek ketidakseimbangan.
kreatinin, protein plasma,
elektrolit.
2. Diagnosa 2
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan akibat
dispnu.
Tujuan : Pasien dapat beraktifitas tanpa bantuan orang lain.
28
Tindakan/ intervensi Rasional
Mandiri :
29
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Simpulan
Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. Pada
umumnya miokarditis disebabkan penyakit-penyakit infeksi tetapi dapat sebagai
akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toksik bahan-bahan kimia radiasi.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan systole, yang tingginya tergantung umur
individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu,
tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stress yang dialami.
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrient dan
oksigen.
3.2 Saran
Dengan tersusunnya makalah ini, diharapkan mahasiswa keperawatan mampu
memahami bagaimana asuhan keperawatan yang dilakukan untuk pasien dengan
miokarditis, hipertensi dan gagal jantung. Selain itu, mahasiswa semakin
berkompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
30
DAFTAR PUSTAKA
Bararah, Taqiyyah., Jauhar, Mohammad. 2016. ASUHAN KEPEAWATAN : Panduan
Lengkap Menjadi Perawat Profesional. Jilid 1. Jakarta : Prestasi Pustaka.
http://eprints.undip.ac.id/46703/3/Feby_Tegar_Ksatria_22010111130101_Lap.KTI_Ba
b_2.pdf
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
31