Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang
sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana
mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai minat yang sama (Riyadi, 2007). Salah
satu kelompok khusus dalam keperawatan komunitas adalah kelompok balita. Menurut
Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3
tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).
Balita merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan. Hal tersebut
dikarenakan sistem imun dan koping yang belum adekuat. ISPA merupakan masalah
komunitas pada balita dengan kasus yang cukup banyak. Dalam data Riskesdas tahun 2013
terhitung penderita ISPA usia 1-4 tahun mencapai 25,8% dengan presentase pasien rawat
inap sebesar 54,18% (5.983 jiwa) merupakan balita laki-laki dan 45,82% (5.060 jiwa)
adalah balita perempuan.
ISPA merupakan salah satu masalah yang masih belum terselesaikan pada saat ini.
Selain ISPA masih ada masalah lain yang beresiko tinggi diderita balita, seperti diare,
malnutrisi, dan pneumonia. Beberapa masalah kesehatan pada komunitas balita juga
sempat beberapa kali menjadi kasus kejadian luar biasa (KLB) seperti campak dan difteri.
Akibat yang ditimbulkan dari masalah kesehatan ini juga beragam, dari efek ringan yang
tidak terlalu serius hingga kematian apabila masalah tersebut terlambat dikenali dan
ditangani.
Berbagai kebijakan telah diciptakan untuk mencegah terjadinya kasus yang lebih
serius. Program Indonesia Sehat menjadi program unggulan yang dicanangkan pemerintah
sejak tahun 2015 hingga 2019. Program ini telah dapat menurunkan prevalensi penderita
penyakit khususnya dalam komunitas balita.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud konsep keperawatan komunitas pada kelompok
balita.?
2. Apakah masalah kesehatan yang pada komunitas balita?
3. Apakah kebijakan pemerintah untuk menangani masalah kesehatan pada
komunitas balita?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep keperawatan komunitas pada kelompok balita.
2. Mengetahui masalah kesehatan yang pada komunitas balita.
3. Mengetahui kebijakan pemerintah untuk menangani masalah kesehatan pada
komunitas balita.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Memberikan wawasan mengenai konsep keperawatan komunitas pada
kelompok balita.
2. Memberikan wawasan masalah kesehatan yang pada komunitas balita.
3. Memberikan wawasan terkait kebijakan pemerintah untuk menangani masalah
kesehatan pada komunitas balita.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Komunitas


Komunitas adalah yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu sama
lain, saling mengenal serta mmpunyai minat yang sama. Pengertian Komunitas menurut
Kontjaraningrat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau saling berinteraksi.
Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu tempat yang sama,
dibawah pemerintahan, area/lokasi, serta minat yang sama (Riyadi, 2007).
Ilmu keperawatan komunitas adalah bidang khusus dalam keperawatan yang
merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat, dan ilmu sosial
yang mana merupakan bagian integral yang diberikan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masayarakat baik sehat maupun sakit secara komprehensif melalui upaya-
upaya preventif, promotive, kuratif, dan rehabilitative dengan melibatkan peran serta aktif
dari masyarakat (Elisabeth, 2007). Pendidikan masyarakat terkait kesehatan dan
perkembangan sosial akan membantu masyarakat dalam mendorong semangat untuk
merawat diri sendiri, hidup mandiri dan menentukan nasibnya dalam menciptakan derajat
kesehatan yang optimal.

2.2 Konsep Balita


2.2.1 Definisi
Salah satu kelompok khusus dalam keperawatan komunitas adalah
kelompok Balita. Anak usia balita anak yang telah menginjak usia diatas satu tahu
atau lebih atau usia anak dibawah lima tahun (Muaris, 2006). Anak usia dibawah
satu tahun tidak bisa disebut dengan balita, karena system fisiologinya berbeda
dengan anak diatas usia 1 tahun. Menurut Sutomo B, dan Anggraeni DY tahun
2010, Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita/Toddler) dan
anak usia 3-5 tahun (prasekolah).
Pada masa Toddler, anak masih bergantung penuh kepada orangtua untuk
melakukan kegiatan penting, seperti makan, mandi, dan buang air besar.
Kemampuan berjalan dan berbicara sudah cukup baik namun kemampuan-
kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan periode penting dalam
proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan dimasa ini
merupakan penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode

3
selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung
cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau
masa keemasan.

2.2.2 Karakteristik
Berdasarkan karakteristiknya, balita dibedakan menjadi dua, yaitu anak-
anak yang berumur 1-3 tahun (Batita/ Toddler) merupakan konsumen pasif
sedangkan usia prasekolah (3-5 tahun) sebagai konsumen aktif (Uripi, 2004).
Konsumen pasif artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya.
Laju pertumbuhan masa Batita lebih besar dari masa usia pra-sekolah sehingga
diperlukan jumlah makanan yang relative besar. Namun perut yang masih lebih
kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan
lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang
diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.
Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat
memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan
lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa
perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar
memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak” terhadap setiap ajakan. Pada
masa ini berat badan anak cenderung mengalami penurunan, akibat dari aktivitas
yang mulai banyak dan pemilihan maupun penolakan terhadap makanan.
Diperkirakan pula bahwa anak perempuan relative lebih banyak mengalami
gangguan status gizi bila dibandingkan dengan anak laki-laki (BPS, 1999).

2.2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Balita


Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun prosesnya
memiliki tiga pola yang sama, yaitu:
1. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian bawah
(sefalokaudal). Pertumbuhan dimulai dari kepala hingga ke ujung kaki, anak
akan berusaha menegakkan tubuhnya lalu dilanjutkan belajar menggunakan
kakinya.

4
2. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar. Misalnya adalah anak
lebih dulu menguasai penggunaan telapak tangan untuk mengenggam sebelum
ia mampu meraih benda dengan jemarinya.
3. Anak akan berusaha mengeksplorasi keterampilan-keterampilan lain, seperti
melempar, menendang, berlari dan kegiatan-kegiatan lain.
Menurut Stigmun Freud tahap perkembangan manusia terdiri dari lima fase,
yaitu fase oral, fase anal, fase phallic, fase laten, dan fase genital. Dari kelima fase
tersebut, tiga fase awal yaitu fase oral, anal dan laten dilalui saat masa balita.
(Wong, 2009)
1. Fase Oral
Fase oral dimulai dari saat dilahirkan sampai dengan 1-2 tahun. Pada fase ini bayi
merasa dipuaskan dengan makan dan menyusui, terjadi kelekatan dan hubungan
yang emosional antara anak dan ibu. Beberapa mengatakan bahwa pada saat anak
yang mengalami gangguan pada fase ini akan sering mengalami stres dengan gejala
gangguan pada lambung seperti maag atau gastritis.
2. Fase Anal
Fase anal berkembang pada saat balita menginjak umur 15 bulan sampai dengan
umur 3 tahun. Pada fase ini balita merasa puas dapat melakukan aktivitas buang air
besar dan buang air kecil. Fase ini merupakan periode “Toilet Training”.
Kegagalan pada fase ini akan membentuk anak dengan kepribadian agresif dan
kompulsif.
3. Fase Phallic
Fase phallic disebut juga sebagai fase erotik, fase ini berkembang pada anak usia 3-
6 tahun. Yang paling menonjol adalah pada anak laki-laki dimana anak ini suka
memegangi penisnya. Kegagalan pada fase ini akan menciptakan kepribadian yang
imoral dan tidak tahu aturan.

Teori perkembangan menurur Erick Erikson pada balita adalah: (Wong, 2009)
1. Trust-Mistrust (usia 0-1tahun)
Pada masa ini, perilaku anak didasari oleh dorongan untuk mempercayai atau tidak
mempercayai orang-orang disekitarnya. Anak sepenuhnya mempercayai
orangtuanya, tetapi tidak akan mempercayai orang yang dianggap asing oleh anak.
Anak akan menangis sebagai respon ketidak percayaan dengan hal-hal yang
dianggap asing.

5
2. Autonomy-Shame, doubt (usia 1-3 tahun)
Pada masa ini anak sudah mampu melakukan kegiatan-kegiatan sendiri dalam batas
tertentu, mislanya duduk, berdiri, berjalan, bermain serta minum dari botol sendiri
tanpa ditolong oleh orangtuanya. Tetapi di pihak lain anak juga memiliki rasa malu
dan keraguan dalam berbuat sesuatu sehingga seringkali meminta pertolongan atau
persetujuan dari orangtuanya.

3. Initiative-Guilty (usia 3-5 tahun)


Pada masa ini anak sudah memiliki berberapa kecakapan, dengan kecakapan-
kecakapan tersebut mereka terdorong melakukan beberapa kegiatan tetapi karena
kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya mereka mengalami
kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan anak memiliki perasaan
bersalah, dan untuk beberapa waktu anka tidak mau berbuat sesuatu atau
berinisiatif.
Pertumbuhan pada Balita merupakan gejala Kuantitatif. Terjadi perubahan
ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler pada tubuh anak. Hal ini ditandai
oleh meningkatnya BB dan TB, bertambahnya ukuran lingkar kepala, muncul dan
bertambahnya gigi dan geraham, menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot.
Cara mudah mengetahui baik tidaknya pertumbuhan bayi dan balita adalah dengan
mengamati grafik pertambahan berat dan tinggi badan yang terdapat pada Kartu
Menuju Sehat (KMS). Dengan bertambahnya usia anak, harusnya bertambah pula
berat dan tinggi badannya.
Perkembangan pada masa balita merupakan gejala kualitatif, artinya pada
diri balita berlangsung proses peningkatan dan pematangan (maturasi) kemampuan
personal dan kemampuan sosial. Kemampuan personal ditandai pendayagunaan
segenap fungsi alatalat pengindraan dan sistem organ tubuh lain yang dimilikinya.
Kemampuan sosial (sosialisasi), sebenarnya efek dari kemampuan personal yang
makin meningkat. Dari situ lalu dihadapkan dengan beragam aspek lingkungan
sekitar, yang membuatnya secara sadar berinterkasi dengan lingkungan itu. Sebagai
contoh pada anak yang telah berusia satu tahun dan mampu berjalan, dia akan
senang jika diajak bermain dengan anak-anak lainnya, meskipun ia belum pandai
dalam berbicara, ia akan merasa senang berkumpul dengan anakanak tersebut.
Dalam proses tumbuh kembang, anak memiliki kebutuhan yang harus
terpenuhi, kebutuhan tersebut yakni Kebutuhan akan gizi (asuh), Kebutuhan emosi

6
dan kasih sayang (asih), dan Kebutuhan stimulasi dini (asah) (PN.Evelin dan
Djamaludin. N. 2010).

2.3 Masalah Kesehatan pada Komunitas Balita


2.3.1 Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
Infeksi saliran pernapasan atas (ISPA) adalah suatu keadaan dimana saluan
pernapasan (hidung, pharing, dan laring) mengalami inflmasi yang menyebabkan
terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada
saat melakukan pernapasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990;450 ).
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus,
Staphylococcus, Pneumococcus Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium.
Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus,
Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.
Faktor pencetus dari ISPA antara lain: usia, status imunisasi, dan
lingkungan. Sedangkan patofisiologi dari penyakit ini dibagi dalam tiga tahap,
yaitu:
1. Tahap prepatogenesis yaitu penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan
reaksi apa-apa
2. Tahap inkubasi dimana virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah terlebih jika keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul gejala
demam dan batuk. Selanjutnya tanda dan gejala dari penyakit ISPA yaitu:
a. Batuk, pilek dengan nafas cepat atau sesak nafas
b. Demam
c. Meningismus
d. Anorexia
e. Vomiting
f. Diare

2.3.2 Campak
Penyakit Campak adalah penyakit menular akut yang disebabkan virus Campak.
Campak adalah penyakit infeksi menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu:

7
1. Stadium Kataral
2. Stadium Erupsi
3. Stadium Konvalesensi.

Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung dengan pasien. Virus
ini terdapat dalam darah, air seni, dan cairan pada tenggorokan. Itulah yang
membuat campak ditularkan melalui pernapasan, percikan cairan hidung ataupun
ludah.
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit campak yaitu
memberikan imunisasi campak. Imunisasi campak untuk bayi diberikan pada umur
9 bulan. Bisa pula imunisasi campuran, misalnya MMR (measles-mump-rubella),
biasanya diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6
tahun. Disuntikkan pada otot paha atau lengan atas.
Komplikasi dari penyakit campak ini :
1. Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah
2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga
penderta mudah memar dan mudah mengalami perdarahan
3. Ensefalitis (radang otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.
4. Bronkopnemonia (infeksi saluran napas)
5. Otitis Media (infeksi telinga) `
6. Laringitis (infeksi laring)
7. Kejang demam (step)
8. Diare

2.3.3 Malaria
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan
oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan
splenomegali (Mansjoer, 2001, hal 406). Malaria sering disebabkan oleh gigitan
nyamuk spesies Anopheles betina yang terinfeksi dengan spesies dari protozoa
genus plasmodium. Terdapat lima spesies paling umum yang memberikan
pengaruh cedera terhadap manusia (Fernandez, 2009), yaitu sebagai berikut :
a. Plasmodium Falcifarum
b. Plasmodium Vivax

8
c. Plasmodium Ovale
d. Plasmodium Malariae
e. Plasmodium Knowlesi
Factor yang dapat mempengaruhi teradinya penyakit malaria yaitu : umur,
jenis kelamin, riwayat malaria sebelumnya, ras, kebiasaan, status gizi, social
ekonomi dan imunitas. Tanda dan gejala dari penyakit malaria yaitu :
1) Meriang
2) Panas dingin menggigil/ demam ( 8 sampai 12 jam, dapat terjadi dua hari
sekali setelah gejala pertama terjadi dapat terjadi selama 2 minggu setelah
infeksi)
3) Keringat dingin
4) Kejang-kejang
5) Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi.

2.4 Ruang Lingkup Asuhan Keperawatan Kelompok Balita


Ruang lingkup kegiatan keperawatan kelompok khusus balita mencakup upaya-
upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan resosilitatif melalui berbagai
kegiatanyang terorganisisasi sebagai berikut:
1. Upaya Promotif
a. Penyuluhan untuk memberikan informasi kepada orangtua, terutama ibutentang
pemenuhan dan peningkatan gizi bayi dan balita sesuai usia tumbuh kembangnya.
Bayi usia usia 1 hingga bulan hanya boleh diberikan ASI, lebih dari 6 bulan
diperbolehkan untuk diberikan makanan pendamping ASI.
b. Memberikan informasi tentang kebersihan diri bayi meliputi caramemandikan
bayi yang benar, cara perawatan tali pusat, cara mengganti popok bayi, dsb.
c. Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi yang meliputi jenis-jenisimunisasi, usia
pada saat dilakukan imunisasi, manfaat, efek samping, danakibat yang akan
timbul jika tidak dilakukan imunisasi.
d. Memberikan informasi tentang pentingnya memeriksakan bayi dan balitayang
sakit ke petugas kesehatan
e. Memberikan informasi tentang pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita.

2. Upaya Preventif
a. Imunisasi terhadap bayi dan balita.

9
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas, maupun
kunjungan rumah.
c. Posyandu untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan balita.
d. Pemberian vitamin A, yodium, dan obat cacing.
e. Skrining untuk deteksi penyakit atau kelainan pada bayi dan balita sejak dini.

3. Upaya Kuratif
a. Melakukan pelayanan kesehatan dan keperawatan.
b. Melakukan rujukan medis dan kesehatan. Bayi atau balita dengan
penyakittertentu perlu diberikan perawatan lebih lanjut.
c. Perawatan lanjutan dari Rumah Sakit, dilakukan oleh orangtua tetapimasih dalam
pengawasan petugas kesehatan untuk memulihkan kondisikesehatan bayi atau
balita.
d. Perawatan tali pusat terkendali pada bayi baru lahir.

4. Upaya Rehabilitatif
Bayi dan balita pasca sakit, perlu waktu untuk masa pemulihan. Upaya pemulihan
yang dapat dilakukan yaitu latihan fisik dan f isioterapi.

5. Resosialitatif
Upaya mengembalikan ke dalam pergaulan masyarakat. Misal: kelompok balita yang
diasingkan karena autis, ADHD

2.5 Peran Perawat Komunitas pada Kelompok Khusus Balita


Perawat komunitas minimal dapat berperan sebagai pemberi pelayanankesehatan
melalui asuhan keperawatan, pendidik atau penyuluh kesehatan, penemukasus,
penghubung dan koordinator, pelaksana konseling keperawatan, dan model peran. Peran
perawat komunitas pada kelompok khusus balita, adalah:
1. Pelaksana Pelayanan Keperawatan (care provider )
Peranan utama perawat komunitas yaitu sebagai pelaksana asuhan keperawatan
kepada balita, baik itu balita dalam kondisi sehat maupun yang sedang sakit.

10
2. Pendidik (health educator )
Perawat sebagai pendidik atau penyuluh, memberikan pendidikan atauinformasi
kepada keluarga yang berhubungan dengan kesehatan balita. Diperlukan pengkajian
tentang kebutuhan klien untuk menentukan kegiatan yang akan dilakukan dalam
penyuluhan atau pendidikan kesehatan balita. Dari hasil pengkajian diharapkan dapat
diketahui tingkat pengetahuan klien dan informasi apa yang dibutuhkan.

3. Konselor
Perawat dapat menjadi tempat bertanya atau konsultasi oleh orang tua yang
mempunyai balita untuk membantu memberikan jalan keluar berbagai permasalahan
kesehatan balita dalam kehidupan sehari-hari.

4. Pemantau Kesehatan (health monitor )


Perawat ikut berperan memantau kesehatan balita melalui posyandu, puskesmas, atau
kunjungan rumah. Pemantauan ini berguna mengetahui dinamika kesehatan balita terutama
pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga jika terjadi masalah kesehatan dapat
dideteksi sejak dini dan diatasisecara tepat dengan segera.

5. Koordinator Pelayanan Kesehatan (coordinator of service)


Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan yang bersifat menyeluruh dantidak terpisah-
pisah. Perawat juga dapat berperan sebagai pionir untukmengkoordinir berbagai kegiatan
pelayanan di masyarakat terutama kesehatan balita dalam mencapai tujuan kesehatan
melalui kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.

6. Pembaharu (inovator)
Tidak seluruhnya masyarakat mempunyai bekal pengetahuan mengenai kesehatan
balita. Perawat disamping memberikan penyuluhan juga dapatmenjadi pembaharu untuk
merubah perilaku atau pola asuh orangtua terhadap balita di suatu wilayah, misalnya
budaya yang tidak sesuai dengan perilaku sehat.

7. Panutan (role model )


Perawat sebagai salah satu tenaga medis dipandang memiliki ilmu kesehatan yang
lebih dari profesi lainnya di luar bidang kesehatan. Oleh sebab itu akan lebih mulia bagi

11
perawat untuk mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat
memberikan contoh baik, misalnya memberi contoh tata cara merawat balita.

8. Fasilitator
Perawat menjadi penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan dan
instansi terkait, melaksanakan rujukan

2.6 Kebijakan Pemerintah


Program Indonesia Sehat merupakan program meningkatkan kualitas hidup
masyarakat indonesia. Program Indonesia Sehat dirumuskan dalam Rencana Strategis
Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri
Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/ 2015.
Dalam 5 tahun terakhir, Angka Kematiab Neonatal (AKN) tetap sama yakni
19/1000 kelahiran. Sementara Angka Kematian Paska Neonatal (AKPN) menurun dari
15/1000 menjadi 13/1000 kelahiran hidup. Angka kematian anak balita juga menurun dari
44/1000 menjadi 40/1000 kelahiran hidup. Penyebab kemartian pada kelompok perionatal
adalah 29,5% akibat intra urine fetal death (IUFD)dan 11,2% oleh Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR). Sedang, usia di atas neonatal sampai satu tahun penyebab utama
kematian adalah infeksi khususnya pneumonia dan diare.
Untuk mengatasi permasalahan kesehatan tersebut, berbagai upaya pendekatan
program dicanangkan, antara lain :
1. Kegiatan untuk balita
a. Melakukan revitalisasi Posyandu
b. Menguatkan kelembagaan Pokja Posyandu
c. Meningkatkan transformasi KMS ke dalam buku KIA
d. Menguatkan kader Posyandu
e. Menyelenggarakan Pemberian Makanan Tambahan (PMI) Balita
2. Upaya pengendalian penyakit menular (PM)
a. HIV-AIDS
1) Meningkatkan konseling dan tes pada ibu hamil
2) Diagnosis dini pada bayi dan balita
3) Intervensi kelompok beresiko
4) Pemberian profilaksis kotrimaksosial pada anak dan ODHA dewasa

12
b. Tuberkulosis
1) Indentifikasi terduga TB diantara anggota keluarga, termasuk anak dan ibu
hamil
2) Memfasilitasi terduga TB atau pasien TB untuk mengakses pelayanan TB TB
yang sesuai standar
3) Memberikan informasi terkait pengendalian infeksi TB kepada anggota keluarga
untuk mencegah penularan TB di dalam keluarga dan masyarakat
4) Pengawasan kepatuhan pengobatan TB melalui Pengawasan Menelan Oba
(PMO)
c. Malaria
1.) Skrining ibu hamil pada daerah berisiko
2.) Pembagian kelambu untuk ibu hamil dan balita
3.) Pemeriksaan balita sakit di wilayah timur Indonesia

3. Upaya pengendalian penyakit tidak menular (PTM)


a. Peningkatan deteksi dini factor risiko PTM melalui Posbindu
b. Peningkatan akses pelayanan terpadu PTM di fasilitas kesehatan tingkat pertama
(FKTP)
c. Penyuluhan tentang dampak buruk merokok
d. Menyelenggarakan layanan upaya berhenti merokok

4. Peran penting keluarga terhadap kesehatan balita


a. Keluarga menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
b. Dalam upaya pencegahan dan penanggualangan penyakit serta pemeliharaan
lingkungan, keluarga harus mempraktikkan cuci tangan dengan sabun,
menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehatm memberantas jentik
nyamuk, tidak merokok di dalam ruangan, dll
c. Di bidang kesehatan ibu dan anak serta keluarga berncana harus dipraktikkan
perilaku meminta pertolongan persalianan di fasilitas kesehatan, menimbang balita
dan pemantauan perkembangannya secara berkala, memberikan imunisasi dasar
lengkap kepada bayi, dll

13
5. Kerjasama lintas sector untuk mewujudkan balita mendapatkan pemantauan
pertumbuhan
a. Kemendagri / Pemda dan jajarannya serta Kemen PDT menyelenggarakan
posyandu yang berfungsi dengan baik regular minimal 1 bulan sekali
b. Kemenkes dan jajarannya mengadakan supervise dan bimbingan yang regular dari
Puskesmas dan Posyandu
c. Kemendikbud dan jajarannya melakukan pemantauan pertumbuhan melalui play
group dan taman kanak-kanak
d. Kemendagri / Pemda dan jajarannya melakukan promosi oleh kader PKK tantang
pemantauan pertumbuhan balita
e. Kemenkes dan jajarannya melakukan promosi oleh Nakes tentang pemantauan
pertumbuhan balita.

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Data Demografi
RT 05 termasuk dalam wilayah Kelurahan Dwikora yang terdiri atas 10
RT. Batas wilayah yang dijadikan target pengkajian, sebelah utara dibatasi oleh RT
04, dan sebelah selatan dibatasi oleh RT 06.
2. Data Lingkungan Fisik
RT 05 memiliki berbagai fasilitas umum yang terdiri dari sebuah Masjid, sebuah
gereja, sebuah Taman sekolah Kanak-Kanak, sebuah balai RT serta lokasi pemakaman
umum. Fasilitas pelayanan kesehatan yang dimiliki oleh RT 05 sementara masih memiliki
satu puskesmas.
Kegiatan rutin yan dilakukan oleh warga di RT 05 meliputi kegiatan PKK yang
diadakan setiap hari selasa, selain itu pengajian Ibu-Ibu yang dilaksanakan pada hari
kamis dan kegiatan remaja. Sepeti kegiatan olahraga sepak bola oleh remaja mesjid dan
gereja serta bapak-bapak di RT 05. Selain itu Puskesmas biasanya mengadakan
penyuluhan 2 x setahun.
3. Kondisi Kesehatan Umum
RT 05 terdiri ats 100 KK dengan 350 jiwa yang terdiri dari 50 anak Usia
Balita, 60 Usia sekolah , 80 orang remaja, 110 orang Usia Produktif, dan 50 orang
lanjut usia. Berdasarkan pengkajian, selama 6 bulan terakhir riwayat penyakit yang
terjadi di RT 05 adalah masalah dengan ISPA.
Hasil pengkajian dengan Questioner disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut :
Tabel 3.1, Persentasi Jumlah Penduduk RT 05 kelurahan Dwikora berdasarkan Usia
No Usia Frekuensi Persentasi
1 0-5 tahun 50 14,28%
2 6-12 tahun 60 17, 14%
3 13-20 tahun 80 22,85 %
4 21-35 80 22,85%
5 35-45 30 8,57 %
6 >45 50 14,28%
Total 350 100%

15
Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk RT 05 berdasarkan usia yaitu 0-5 tahun
sebanyak 14,28 %, 6-12 tahun sebanyak 17,14 %, 13-20 tahun sebanyak 22,85 %, 21-35
tahun sebanyak 22,85 % , 35-45 tahun sebanyak 8,57 % serta >45 sebanyak 14,28 %

Tabel 3.2 : Distribusi Frekuensi Penduduk (usia 13-20 tahun) Berdasarkan


Pendidikan
No Pendidikan Frekwensi Persentasi
1 SMP 30 37,5 %
2 SMU 28 35 %
3 Mahasiswa 12 15 %
4 Tidak Sekolah 5 6,25 %
5 Petani 5 6,25%
Total 80 100%
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar penduduk yang berusia 13-18 tahun pekerjaan
adalah sebagai SMP sebesar 37,5 %

Tabel 3.3 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pembuangan Sampah


No Sistem Pembuangan Frekwensi Persentasi
1 Tempat Pembuangan Umum 2 2%
2 Di Sungai 0 0
3. Ditimbun 30 30%
4. Dibakar 10 10%
5. Disembarang Tempat 58 58%
Total 100 100%
Berdasarkan tabel diatas, frekuensi berdasarkan pembuangan sampah adalah disembarang
tempat sebesar 58%
Tabel 3.4: Keluhan kondisi Kesehatan berdasarkan usia 0-20 tahun
No Keluhan Frekuensi Persentasi
1 Ya 70 36,8 %
2 Tidak 120 63,2%
Total 190 100%
Berdasarkan tabel diatas, maka kebanyakan penduduk usia 0-20 tahun mengalami keluhan
sebesar 36,8%

16
Tabel 3.5: Jenis Penyakit yang dialami penduduk usia 13-20 tahun pada 6 bulan terakhir
No Jenis Penyakit Frekuensi Persentasi
1 Thypoid 6 8,6 %
2 Tbc 5 7,1 %
3 Ispa 50 71,5 %
4 DBD 5 7,1 %
5 Diare 4 5,7 %
Total 70 100%
Berdasarkan tabel diatas, penyakit tertnggi dialami oleh usia 0-20 tahun pada 6 bulan
terakhir adalah ISPA sebesar 71.5 %

3.2 Analisis Data


No Symtomp Etiologi Problem
1 Ds : masyarakat mengatakan Pola /gaya hidup yang Peningkatan angka
bahwa 6 bulan terakhir penyakit buruk kejadian ISPA di RT
yang paling banyak adalah 05
ISPA ( infeksi saluran Kelurahan Dwikora
pernafasan atas) Kec. Medan
DO : Helvetia
1. Berpendidikan SMP
sebanyak 37,5 %
2. Pembuangan sampah
disembarang tempat
sebesar 58%
3. jumlah penduduk dengan
usia 13-20 tahun yang
mengalami ISPA sebesar
71,5%.

17
3.3 Skla Prioritas Masalah Keperawatan
Perhatian Point Tingka Kemungkina
N Masalah Tota
Masyaraka Prevalens t n untuk
o Keperawatan l
t i Bahaya Dikelola
Defisien
kesehatan
komunitas b.d
ketidakcukupa
1 2 2 3 3 36
n sumber daya
(mis: finansial,
sosial,
pengetahuan)
Risiko infeksi
b.d kurang
pengetahuan
2 untuk 2 2 3 3 36
menghindari
pemajanan
patogen

Keterangan:
a. Rendah
b. Sedang
c. Tinggi
d. Sangat tinggi

3.4 Diagnosis Keperawatan


1. Defisiensi kesehatan komunitas
2. Risiko infeksi

18
3.5 Diagnosis dan Intervensi
No. DIAGNOSA NOC NIC
1. Defisien kesehatan Tujuan : Primer:
komunitas (00215) Setelah dilakukan asuhan Pendidikan kesehatan (5510)
keperawatan selama 3x24  Mentargetkan sasaran pada
Domain 1: Promosi jam diharapkan masalah kelompok berisiko tinggi
kesehatan keperawatan defisiensi pada balita dengan ISPA dan
Kelas 2: Manajemen kesehatan komunitas bisa rentang usia yang akan
kesehatan teratasi dengan kriteria hasil mendapat manfaat besar dari
berikut: pendidikan kesehatan tentang
Definisi: pentingngnya pencegahan
Adanya satu atau lebih Primer : penyakit menular (ISPA)
masalah kesehatan atau Promosi Kesehatan (1823)  Mengidentifikasi faktor
faktor yang mengganggu  Perilaku yang internal dan eksternal yang
kesejahteraan atau meningkatkan kesehatan dapat meningkatkan untuk
meningkatkan risiko (5) berperilaku hidup sehat
masalah kesehatan yang  Pemeriksaan kesehatan  Menentukan pengetahuan
dialami oleh suatu yang direkomendasikan kesehatan dan gaya hidup
populasi (5) perilaku saat ini pada
 Praktik gizi yang sehat (5) individu, keluarga, atau
kelompok sasaran
 Menekankan manfaat
kesehatan positif yang
langsung atau jangka pendek
yang bisa diterima oleh
perilaku gaya hidup positif
daripada menekankan pada
manfaat jangka panjang atau
efek negatif dari
ketidakpatuhan
 Melibatkan individu,
keluarga, dan kelompok
dalam perencanaan dan

19
rencana implementasi gaya
hidup atau modifikasi
perilaku kesehatan terkait
dengan pencegahan penyakit
menular (ISPA) pada balita

SEKUNDER Sekunder:
Perilaku Promosi Skrining kesehatan (6520)
Kesehatan (1602)  Mentukan populasi target
 Menggunakan perilaku untuk dilakukannya
yang menghindari risiko pemeriksaan kesehatan
(5) seperti pengukuran
 Menggunakan dukungan antropometri dan kebutuhan
social untuk gizi anak
meningkatan kesehatan  Menjadwalkan pertemuan
(5) untuk meningkatkan efisiensi
 Mendapatkan skrining dan rawatan individual
kesehatan yang terkait masalah ISPA pada
direkomendasikan (5) balita
 Memberikan informasi
pemeriksaan diri yang tepat
selama skrining dengan
mengenali gejala ISPA

20
TERSIER
Kontrol Risiko Komunitas: Tersier :
Tradisi Budaya Yang Identifikasi resiko (6610)
Tidak Sehat  Menjelaskan kepada pasien
 Mobilisasi anggota pentingnya identifikasi yang
komunitas untuk tepat sepanjang pertemuan
mengidentifikasi praktik- kesehatan
praktik budaya yang sehat  Melakukan identifikasi
 Penggunaan perwakilan melalui anggota keluarga
komunitas yang ketika pasien tidak dapat
berpengaruh untuk memberikan informasi
mendorong rekomendasi mengenai masalah Infeksi
perubahan Saluran Pernafasan Atas
 Program pendidikan untuk (ISPA)
penguatan praktik budaya  Mengajarkan pasien
yang sehat mengenai risiko yang
berkaitan dengan identifikasi
yang salah.

21
2. Risiko Infeksi (00004) Tujuan : Primer:
Domain 11: Setelah dilakukan asuhan Kontrol Infeksi (6540)
Keamanan/Perlindungan keperawatan selama 3x24  Melakukan tindskan-
Kelas 1: infeksi jam diharapkan masalah tindakan pencegahan
Definisi: keperawatan defisiensi yang bersifat universal
Rentan mengalami invasi kesehatan komunitas bisa  Ajarkan pasien dan
dan multiplikasi teratasi dengan kriteria hasil keluarga mengenai tanda
organisme patogenik yang berikut: dan gejala infeksi dan
dapat mengganggu kapan harus
keseharan PRIMER : melaporkannya kepada
Kontrol Risiko : Proses penyedia perawatan
Infeksi (1924) kesehatan
 Mencari informasi terkait  Ajarkan pasien dan
control infeksi anggota keluarga
 Mengetahui perilaku mengenai bagaimana
yang berhubungan menghindari infeksi
dengan risiko infeksi
 Memonitor factor di
lingkungan yang
berhubungan dengan
risiko infeki
 Mempertahankan
lingkungan yang bersih

SEKUNDER
Kontrol Risiko Komunitas : Sekunder :
Penyakit Menulaer (2802) Manajemen Penyakit Menular
 Skrining dari semua (8820)
kelompok target yang  Monitor factor-faktor
berisiko tinggi lingkungan yang
 Ketersediaan layanan mempengaruhi
pengobatan untuk orang penyebaran penyakit

22
yang terinfksi menular
 Ketersediaan layanan  Tingkatkan akses pada
kesehatan untuk pendidikan kesehatan
mengobati penyakit yang memadai
menular sehubungan dengan
 Akses ke layanan pencegahan dan
kesehatan pengobatan terhadap
 Pendidikan public sesuai penyakit menular dan
dengan budaya tentang pencegahan berulangnya
penularan penyakit kejadian
 Informasikan masyarakat
mengenai penyakit dan
aktivitas-aktivitas yang
berhubungan
TERSIER denganpengaturan
Pengetahuan: Perilaku [wabah] seperti yang di
Kesehatan (1805) butuhkan.
 Strategi untuk mencegah
penyebaran penyakit
menular
 Layanan peningkatan Tersier:
kesehatan Perlindungan Infeksi (6550)
 Layanan perlindungan  Skrining semua pengunjung
kesehatan terkait penyakit menular
 Ajarkan pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala
infeksi dan kapan harus
melaporkannya kepada
penyedia perawatan
kesehatan
 Ajarkan pasien dan anggota
keluarga cara menghindari
infeksi

23
3.6 Implementasi dan Evaluasi
Hari, Program /
Tanggal Kegiatan
Diagnosa Implementasi Evaluasi
dan
Waktu
Primer: S: hasil wawancara,
Pendidikan masyarakat
kesehatan (5510) mengatakan bahwa
 Mentargetkan balita yang terkana
sasaran pada gangguan ISPA
kelompok berisiko sudah berkurang,
tinggi pada balita masyarakat
dengan ISPA dan memahami akan
rentang usia yang pentingnya
akan mendapat kesehatan pada
Senin, 22 manfaat besar dari anak
Oktober pendidikan O: prevalensi
2018. Penyuluhan Defisiensi kesehatan tentang penyakit ISPA pada
Pukul rutin kesehatan kesehatan pentingngnya balita berkurang,
08.00- balita komunitas pencegahan masyarakat mulai
10.00 penyakit menular menerapkan hidup
WIB (ISPA) sehat
 Mengidentifikasi A: masalah dapat
faktor internal dan teratasi sebagian
eksternal yang P: lanjutkan
dapat intervensi
meningkatkan
untuk berperilaku
hidup sehat
 Menentukan
pengetahuan
kesehatan dan

24
gaya hidup
perilaku saat ini
pada individu,
keluarga, atau
kelompok sasaran
 Menekankan
manfaat kesehatan
positif yang
langsung atau
jangka pendek
yang bisa diterima
oleh perilaku gaya
hidup positif
daripada
menekankan pada
manfaat jangka
panjang atau efek
negatif dari
ketidakpatuhan
 Melibatkan
individu, keluarga,
dan kelompok
dalam
perencanaan dan
rencana
implementasi gaya
hidup atau
modifikasi
perilaku kesehatan
terkait dengan
pencegahan
penyakit menular
(ISPA) pada balita

25
Sekunder:
Skrining kesehatan
(6520)
 Mentukan
populasi target
untuk
dilakukannya
pemeriksaan
kesehatan seperti
pengukuran
antropometri dan
kebutuhan gizi
anak
 Menjadwalkan
pertemuan untuk
meningkatkan
efisiensi dan
rawatan individual
terkait masalah
ISPA pada balita
 Memberikan
informasi
pemeriksaan diri
yang tepat selama
skrining dengan
mengenali gejala
ISPA
Tersier :
Identifikasi resiko
(6610)
 Menjelaskan
kepada pasien

26
pentingnya
identifikasi yang
tepat sepanjang
pertemuan
kesehatan
 Melakukan
identifikasi
melalui anggota
keluarga ketika
pasien tidak dapat
memberikan
informasi
mengenai masalah
Infeksi Saluran
Pernafasan Atas
(ISPA)
 Mengajarkan
pasien mengenai
risiko yang
berkaitan dengan
identifikasi yang
salah.

27
Primer: S: hasil wawancara,
Kontrol Infeksi masyarakat
(6540) mengatakan bahwa
 Melakukan sebagian balita di
tindakan-tindakan lingkungan tersebut
pencegahan yang yang mengalami
bersifat universal sesak nafas akibat
 Mengajarkan gangguan infeksi
pasien dan saluran pernasan
keluarga mengenai atas sudah
tanda dan gejala berkurang
infeksi dan kapan O: balita pada
harus lingkungan tersebut
melaporkannya sudah tidak
Selasa, 23
kepada penyedia terjangkit Infeksi
Oktober
perawatan Saluran Pernafasan
2018. Ceria Skrining Risiko
kesehatan Atas (Ispa)
Pukul Balita (Cerita) infeksi
 Mengajarkan A: sebagian
08.00-
pasien dan masalah gangguan
10.00
anggota keluarga infeksi (ISPA)
mengenai dapat teratasi
bagaimana P: lanjutkan
menghindari intervensi
infeksi

Sekunder :
Manajemen
Penyakit Menular
(8820)
 Melakukan
monitoring
factor-faktor
lingkungan

28
yang
mempengaruhi
penyebaran
penyakit
menular
 Meningkatkan
akses pada
pendidikan
kesehatan yang
memadai
sehubungan
dengan
pencegahan
dan
pengobatan
terhadap
penyakit
menular dan
pencegahan
berulangnya
kejadian
 Memberikan
informasi
kepada
masyarakat
mengenai
penyakit dan
aktivitas-
aktivitas yang
berhubungan
dengan
pengaturan
[wabah]

29
seperti yang di
butuhkan.
Tersier:
Perlindungan Infeksi
(6550)
 Melakukan
skrining semua
pengunjung terkait
penyakit menular
 Mengajarkan
pasien dan
keluarga mengenai
tanda dan gejala
infeksi dan kapan
harus
melaporkannya
kepada penyedia
perawatan
kesehatan
 Mengajarkan
pasien dan
anggota keluarga
cara menghindari
infeksi

30
BAB IV
PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan
1. Anak usia balita anak yang telah menginjak usia diatas satu tahu atau lebih
atau usia anak dibawah lima tahun (Muaris, 2006). Menurut Sutomo B, dan
Anggraeni DY tahun 2010, Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3
tahun (batita/Toddler) dan anak usia 3-5 tahun (prasekolah).
2. Masalah Kesehatan yang beresiko pada komunitas kelompok balita adalah
ISPA, campak dan malaria
3. Kebijakan Pemerintah yang telah terbukti mengurangi prevalensi gangguan
kesehatan pada komunitas kelompok balita adalah Kartu Indonesia Sehat.

4.2 Saran
Menyadari bahwa penulis jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan detail menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak yang tentunya bisa dipertanggungjawabkan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, T., Djaja, S., & Irianto, J. (2003). Kecenderungan penyakit penyebab kematian
bayi dan anak balita di Indonesia: 1992-2001. Buletin Penelitian Kesehatan, 31(2
Jun).
Ernawati, A. (2006). Hubungan Faktor Sosial Ekonomi, Higiene Sanitasi Lingkungan,
Tingkat Konsumsi Dan Infeksi Dengan Status Gizi Anak Usia 2-5 Tahun Di
Kabupaten Semarang Tahun 2003 The Associations Between Socioeconomic
Factor, Hygiene, Level Of Consumptions, And Infections With The Nutritional
Status Of Preschool Children In Semarang District, In 2003 (Doctoral dissertation,
Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro).
Hidajaturrokhmah, Nur Yeny.(2015). Perkembangan Bayi Usia 6 Bulan Ditinjau Dari
Jenis Nutrisi. Jurnal Edu Health, Vol. 5 No. 2, pp. 109-122
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Pedoman Umum Program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Nasution, K., Sjahrullah, M. A. R., Brohet, K. E., Wibisana, K. A., Yassien, M. R., Ishak,
L. M., ... & Endyarni, B. (2016). Infeksi saluran napas akut pada balita di daerah
urban Jakarta. Sari pediatri, 11(4), 223-8.

32

Anda mungkin juga menyukai