PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep keperawatan komunitas pada kelompok balita.
2. Mengetahui masalah kesehatan yang pada komunitas balita.
3. Mengetahui kebijakan pemerintah untuk menangani masalah kesehatan pada
komunitas balita.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung
cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau
masa keemasan.
2.2.2 Karakteristik
Berdasarkan karakteristiknya, balita dibedakan menjadi dua, yaitu anak-
anak yang berumur 1-3 tahun (Batita/ Toddler) merupakan konsumen pasif
sedangkan usia prasekolah (3-5 tahun) sebagai konsumen aktif (Uripi, 2004).
Konsumen pasif artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya.
Laju pertumbuhan masa Batita lebih besar dari masa usia pra-sekolah sehingga
diperlukan jumlah makanan yang relative besar. Namun perut yang masih lebih
kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan
lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang
diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.
Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat
memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan
lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa
perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar
memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak” terhadap setiap ajakan. Pada
masa ini berat badan anak cenderung mengalami penurunan, akibat dari aktivitas
yang mulai banyak dan pemilihan maupun penolakan terhadap makanan.
Diperkirakan pula bahwa anak perempuan relative lebih banyak mengalami
gangguan status gizi bila dibandingkan dengan anak laki-laki (BPS, 1999).
4
2. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar. Misalnya adalah anak
lebih dulu menguasai penggunaan telapak tangan untuk mengenggam sebelum
ia mampu meraih benda dengan jemarinya.
3. Anak akan berusaha mengeksplorasi keterampilan-keterampilan lain, seperti
melempar, menendang, berlari dan kegiatan-kegiatan lain.
Menurut Stigmun Freud tahap perkembangan manusia terdiri dari lima fase,
yaitu fase oral, fase anal, fase phallic, fase laten, dan fase genital. Dari kelima fase
tersebut, tiga fase awal yaitu fase oral, anal dan laten dilalui saat masa balita.
(Wong, 2009)
1. Fase Oral
Fase oral dimulai dari saat dilahirkan sampai dengan 1-2 tahun. Pada fase ini bayi
merasa dipuaskan dengan makan dan menyusui, terjadi kelekatan dan hubungan
yang emosional antara anak dan ibu. Beberapa mengatakan bahwa pada saat anak
yang mengalami gangguan pada fase ini akan sering mengalami stres dengan gejala
gangguan pada lambung seperti maag atau gastritis.
2. Fase Anal
Fase anal berkembang pada saat balita menginjak umur 15 bulan sampai dengan
umur 3 tahun. Pada fase ini balita merasa puas dapat melakukan aktivitas buang air
besar dan buang air kecil. Fase ini merupakan periode “Toilet Training”.
Kegagalan pada fase ini akan membentuk anak dengan kepribadian agresif dan
kompulsif.
3. Fase Phallic
Fase phallic disebut juga sebagai fase erotik, fase ini berkembang pada anak usia 3-
6 tahun. Yang paling menonjol adalah pada anak laki-laki dimana anak ini suka
memegangi penisnya. Kegagalan pada fase ini akan menciptakan kepribadian yang
imoral dan tidak tahu aturan.
Teori perkembangan menurur Erick Erikson pada balita adalah: (Wong, 2009)
1. Trust-Mistrust (usia 0-1tahun)
Pada masa ini, perilaku anak didasari oleh dorongan untuk mempercayai atau tidak
mempercayai orang-orang disekitarnya. Anak sepenuhnya mempercayai
orangtuanya, tetapi tidak akan mempercayai orang yang dianggap asing oleh anak.
Anak akan menangis sebagai respon ketidak percayaan dengan hal-hal yang
dianggap asing.
5
2. Autonomy-Shame, doubt (usia 1-3 tahun)
Pada masa ini anak sudah mampu melakukan kegiatan-kegiatan sendiri dalam batas
tertentu, mislanya duduk, berdiri, berjalan, bermain serta minum dari botol sendiri
tanpa ditolong oleh orangtuanya. Tetapi di pihak lain anak juga memiliki rasa malu
dan keraguan dalam berbuat sesuatu sehingga seringkali meminta pertolongan atau
persetujuan dari orangtuanya.
6
dan kasih sayang (asih), dan Kebutuhan stimulasi dini (asah) (PN.Evelin dan
Djamaludin. N. 2010).
2.3.2 Campak
Penyakit Campak adalah penyakit menular akut yang disebabkan virus Campak.
Campak adalah penyakit infeksi menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu:
7
1. Stadium Kataral
2. Stadium Erupsi
3. Stadium Konvalesensi.
Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung dengan pasien. Virus
ini terdapat dalam darah, air seni, dan cairan pada tenggorokan. Itulah yang
membuat campak ditularkan melalui pernapasan, percikan cairan hidung ataupun
ludah.
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit campak yaitu
memberikan imunisasi campak. Imunisasi campak untuk bayi diberikan pada umur
9 bulan. Bisa pula imunisasi campuran, misalnya MMR (measles-mump-rubella),
biasanya diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6
tahun. Disuntikkan pada otot paha atau lengan atas.
Komplikasi dari penyakit campak ini :
1. Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah
2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga
penderta mudah memar dan mudah mengalami perdarahan
3. Ensefalitis (radang otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.
4. Bronkopnemonia (infeksi saluran napas)
5. Otitis Media (infeksi telinga) `
6. Laringitis (infeksi laring)
7. Kejang demam (step)
8. Diare
2.3.3 Malaria
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan
oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan
splenomegali (Mansjoer, 2001, hal 406). Malaria sering disebabkan oleh gigitan
nyamuk spesies Anopheles betina yang terinfeksi dengan spesies dari protozoa
genus plasmodium. Terdapat lima spesies paling umum yang memberikan
pengaruh cedera terhadap manusia (Fernandez, 2009), yaitu sebagai berikut :
a. Plasmodium Falcifarum
b. Plasmodium Vivax
8
c. Plasmodium Ovale
d. Plasmodium Malariae
e. Plasmodium Knowlesi
Factor yang dapat mempengaruhi teradinya penyakit malaria yaitu : umur,
jenis kelamin, riwayat malaria sebelumnya, ras, kebiasaan, status gizi, social
ekonomi dan imunitas. Tanda dan gejala dari penyakit malaria yaitu :
1) Meriang
2) Panas dingin menggigil/ demam ( 8 sampai 12 jam, dapat terjadi dua hari
sekali setelah gejala pertama terjadi dapat terjadi selama 2 minggu setelah
infeksi)
3) Keringat dingin
4) Kejang-kejang
5) Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi.
2. Upaya Preventif
a. Imunisasi terhadap bayi dan balita.
9
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas, maupun
kunjungan rumah.
c. Posyandu untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan balita.
d. Pemberian vitamin A, yodium, dan obat cacing.
e. Skrining untuk deteksi penyakit atau kelainan pada bayi dan balita sejak dini.
3. Upaya Kuratif
a. Melakukan pelayanan kesehatan dan keperawatan.
b. Melakukan rujukan medis dan kesehatan. Bayi atau balita dengan
penyakittertentu perlu diberikan perawatan lebih lanjut.
c. Perawatan lanjutan dari Rumah Sakit, dilakukan oleh orangtua tetapimasih dalam
pengawasan petugas kesehatan untuk memulihkan kondisikesehatan bayi atau
balita.
d. Perawatan tali pusat terkendali pada bayi baru lahir.
4. Upaya Rehabilitatif
Bayi dan balita pasca sakit, perlu waktu untuk masa pemulihan. Upaya pemulihan
yang dapat dilakukan yaitu latihan fisik dan f isioterapi.
5. Resosialitatif
Upaya mengembalikan ke dalam pergaulan masyarakat. Misal: kelompok balita yang
diasingkan karena autis, ADHD
10
2. Pendidik (health educator )
Perawat sebagai pendidik atau penyuluh, memberikan pendidikan atauinformasi
kepada keluarga yang berhubungan dengan kesehatan balita. Diperlukan pengkajian
tentang kebutuhan klien untuk menentukan kegiatan yang akan dilakukan dalam
penyuluhan atau pendidikan kesehatan balita. Dari hasil pengkajian diharapkan dapat
diketahui tingkat pengetahuan klien dan informasi apa yang dibutuhkan.
3. Konselor
Perawat dapat menjadi tempat bertanya atau konsultasi oleh orang tua yang
mempunyai balita untuk membantu memberikan jalan keluar berbagai permasalahan
kesehatan balita dalam kehidupan sehari-hari.
6. Pembaharu (inovator)
Tidak seluruhnya masyarakat mempunyai bekal pengetahuan mengenai kesehatan
balita. Perawat disamping memberikan penyuluhan juga dapatmenjadi pembaharu untuk
merubah perilaku atau pola asuh orangtua terhadap balita di suatu wilayah, misalnya
budaya yang tidak sesuai dengan perilaku sehat.
11
perawat untuk mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat
memberikan contoh baik, misalnya memberi contoh tata cara merawat balita.
8. Fasilitator
Perawat menjadi penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan dan
instansi terkait, melaksanakan rujukan
12
b. Tuberkulosis
1) Indentifikasi terduga TB diantara anggota keluarga, termasuk anak dan ibu
hamil
2) Memfasilitasi terduga TB atau pasien TB untuk mengakses pelayanan TB TB
yang sesuai standar
3) Memberikan informasi terkait pengendalian infeksi TB kepada anggota keluarga
untuk mencegah penularan TB di dalam keluarga dan masyarakat
4) Pengawasan kepatuhan pengobatan TB melalui Pengawasan Menelan Oba
(PMO)
c. Malaria
1.) Skrining ibu hamil pada daerah berisiko
2.) Pembagian kelambu untuk ibu hamil dan balita
3.) Pemeriksaan balita sakit di wilayah timur Indonesia
13
5. Kerjasama lintas sector untuk mewujudkan balita mendapatkan pemantauan
pertumbuhan
a. Kemendagri / Pemda dan jajarannya serta Kemen PDT menyelenggarakan
posyandu yang berfungsi dengan baik regular minimal 1 bulan sekali
b. Kemenkes dan jajarannya mengadakan supervise dan bimbingan yang regular dari
Puskesmas dan Posyandu
c. Kemendikbud dan jajarannya melakukan pemantauan pertumbuhan melalui play
group dan taman kanak-kanak
d. Kemendagri / Pemda dan jajarannya melakukan promosi oleh kader PKK tantang
pemantauan pertumbuhan balita
e. Kemenkes dan jajarannya melakukan promosi oleh Nakes tentang pemantauan
pertumbuhan balita.
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Data Demografi
RT 05 termasuk dalam wilayah Kelurahan Dwikora yang terdiri atas 10
RT. Batas wilayah yang dijadikan target pengkajian, sebelah utara dibatasi oleh RT
04, dan sebelah selatan dibatasi oleh RT 06.
2. Data Lingkungan Fisik
RT 05 memiliki berbagai fasilitas umum yang terdiri dari sebuah Masjid, sebuah
gereja, sebuah Taman sekolah Kanak-Kanak, sebuah balai RT serta lokasi pemakaman
umum. Fasilitas pelayanan kesehatan yang dimiliki oleh RT 05 sementara masih memiliki
satu puskesmas.
Kegiatan rutin yan dilakukan oleh warga di RT 05 meliputi kegiatan PKK yang
diadakan setiap hari selasa, selain itu pengajian Ibu-Ibu yang dilaksanakan pada hari
kamis dan kegiatan remaja. Sepeti kegiatan olahraga sepak bola oleh remaja mesjid dan
gereja serta bapak-bapak di RT 05. Selain itu Puskesmas biasanya mengadakan
penyuluhan 2 x setahun.
3. Kondisi Kesehatan Umum
RT 05 terdiri ats 100 KK dengan 350 jiwa yang terdiri dari 50 anak Usia
Balita, 60 Usia sekolah , 80 orang remaja, 110 orang Usia Produktif, dan 50 orang
lanjut usia. Berdasarkan pengkajian, selama 6 bulan terakhir riwayat penyakit yang
terjadi di RT 05 adalah masalah dengan ISPA.
Hasil pengkajian dengan Questioner disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut :
Tabel 3.1, Persentasi Jumlah Penduduk RT 05 kelurahan Dwikora berdasarkan Usia
No Usia Frekuensi Persentasi
1 0-5 tahun 50 14,28%
2 6-12 tahun 60 17, 14%
3 13-20 tahun 80 22,85 %
4 21-35 80 22,85%
5 35-45 30 8,57 %
6 >45 50 14,28%
Total 350 100%
15
Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk RT 05 berdasarkan usia yaitu 0-5 tahun
sebanyak 14,28 %, 6-12 tahun sebanyak 17,14 %, 13-20 tahun sebanyak 22,85 %, 21-35
tahun sebanyak 22,85 % , 35-45 tahun sebanyak 8,57 % serta >45 sebanyak 14,28 %
16
Tabel 3.5: Jenis Penyakit yang dialami penduduk usia 13-20 tahun pada 6 bulan terakhir
No Jenis Penyakit Frekuensi Persentasi
1 Thypoid 6 8,6 %
2 Tbc 5 7,1 %
3 Ispa 50 71,5 %
4 DBD 5 7,1 %
5 Diare 4 5,7 %
Total 70 100%
Berdasarkan tabel diatas, penyakit tertnggi dialami oleh usia 0-20 tahun pada 6 bulan
terakhir adalah ISPA sebesar 71.5 %
17
3.3 Skla Prioritas Masalah Keperawatan
Perhatian Point Tingka Kemungkina
N Masalah Tota
Masyaraka Prevalens t n untuk
o Keperawatan l
t i Bahaya Dikelola
Defisien
kesehatan
komunitas b.d
ketidakcukupa
1 2 2 3 3 36
n sumber daya
(mis: finansial,
sosial,
pengetahuan)
Risiko infeksi
b.d kurang
pengetahuan
2 untuk 2 2 3 3 36
menghindari
pemajanan
patogen
Keterangan:
a. Rendah
b. Sedang
c. Tinggi
d. Sangat tinggi
18
3.5 Diagnosis dan Intervensi
No. DIAGNOSA NOC NIC
1. Defisien kesehatan Tujuan : Primer:
komunitas (00215) Setelah dilakukan asuhan Pendidikan kesehatan (5510)
keperawatan selama 3x24 Mentargetkan sasaran pada
Domain 1: Promosi jam diharapkan masalah kelompok berisiko tinggi
kesehatan keperawatan defisiensi pada balita dengan ISPA dan
Kelas 2: Manajemen kesehatan komunitas bisa rentang usia yang akan
kesehatan teratasi dengan kriteria hasil mendapat manfaat besar dari
berikut: pendidikan kesehatan tentang
Definisi: pentingngnya pencegahan
Adanya satu atau lebih Primer : penyakit menular (ISPA)
masalah kesehatan atau Promosi Kesehatan (1823) Mengidentifikasi faktor
faktor yang mengganggu Perilaku yang internal dan eksternal yang
kesejahteraan atau meningkatkan kesehatan dapat meningkatkan untuk
meningkatkan risiko (5) berperilaku hidup sehat
masalah kesehatan yang Pemeriksaan kesehatan Menentukan pengetahuan
dialami oleh suatu yang direkomendasikan kesehatan dan gaya hidup
populasi (5) perilaku saat ini pada
Praktik gizi yang sehat (5) individu, keluarga, atau
kelompok sasaran
Menekankan manfaat
kesehatan positif yang
langsung atau jangka pendek
yang bisa diterima oleh
perilaku gaya hidup positif
daripada menekankan pada
manfaat jangka panjang atau
efek negatif dari
ketidakpatuhan
Melibatkan individu,
keluarga, dan kelompok
dalam perencanaan dan
19
rencana implementasi gaya
hidup atau modifikasi
perilaku kesehatan terkait
dengan pencegahan penyakit
menular (ISPA) pada balita
SEKUNDER Sekunder:
Perilaku Promosi Skrining kesehatan (6520)
Kesehatan (1602) Mentukan populasi target
Menggunakan perilaku untuk dilakukannya
yang menghindari risiko pemeriksaan kesehatan
(5) seperti pengukuran
Menggunakan dukungan antropometri dan kebutuhan
social untuk gizi anak
meningkatan kesehatan Menjadwalkan pertemuan
(5) untuk meningkatkan efisiensi
Mendapatkan skrining dan rawatan individual
kesehatan yang terkait masalah ISPA pada
direkomendasikan (5) balita
Memberikan informasi
pemeriksaan diri yang tepat
selama skrining dengan
mengenali gejala ISPA
20
TERSIER
Kontrol Risiko Komunitas: Tersier :
Tradisi Budaya Yang Identifikasi resiko (6610)
Tidak Sehat Menjelaskan kepada pasien
Mobilisasi anggota pentingnya identifikasi yang
komunitas untuk tepat sepanjang pertemuan
mengidentifikasi praktik- kesehatan
praktik budaya yang sehat Melakukan identifikasi
Penggunaan perwakilan melalui anggota keluarga
komunitas yang ketika pasien tidak dapat
berpengaruh untuk memberikan informasi
mendorong rekomendasi mengenai masalah Infeksi
perubahan Saluran Pernafasan Atas
Program pendidikan untuk (ISPA)
penguatan praktik budaya Mengajarkan pasien
yang sehat mengenai risiko yang
berkaitan dengan identifikasi
yang salah.
21
2. Risiko Infeksi (00004) Tujuan : Primer:
Domain 11: Setelah dilakukan asuhan Kontrol Infeksi (6540)
Keamanan/Perlindungan keperawatan selama 3x24 Melakukan tindskan-
Kelas 1: infeksi jam diharapkan masalah tindakan pencegahan
Definisi: keperawatan defisiensi yang bersifat universal
Rentan mengalami invasi kesehatan komunitas bisa Ajarkan pasien dan
dan multiplikasi teratasi dengan kriteria hasil keluarga mengenai tanda
organisme patogenik yang berikut: dan gejala infeksi dan
dapat mengganggu kapan harus
keseharan PRIMER : melaporkannya kepada
Kontrol Risiko : Proses penyedia perawatan
Infeksi (1924) kesehatan
Mencari informasi terkait Ajarkan pasien dan
control infeksi anggota keluarga
Mengetahui perilaku mengenai bagaimana
yang berhubungan menghindari infeksi
dengan risiko infeksi
Memonitor factor di
lingkungan yang
berhubungan dengan
risiko infeki
Mempertahankan
lingkungan yang bersih
SEKUNDER
Kontrol Risiko Komunitas : Sekunder :
Penyakit Menulaer (2802) Manajemen Penyakit Menular
Skrining dari semua (8820)
kelompok target yang Monitor factor-faktor
berisiko tinggi lingkungan yang
Ketersediaan layanan mempengaruhi
pengobatan untuk orang penyebaran penyakit
22
yang terinfksi menular
Ketersediaan layanan Tingkatkan akses pada
kesehatan untuk pendidikan kesehatan
mengobati penyakit yang memadai
menular sehubungan dengan
Akses ke layanan pencegahan dan
kesehatan pengobatan terhadap
Pendidikan public sesuai penyakit menular dan
dengan budaya tentang pencegahan berulangnya
penularan penyakit kejadian
Informasikan masyarakat
mengenai penyakit dan
aktivitas-aktivitas yang
berhubungan
TERSIER denganpengaturan
Pengetahuan: Perilaku [wabah] seperti yang di
Kesehatan (1805) butuhkan.
Strategi untuk mencegah
penyebaran penyakit
menular
Layanan peningkatan Tersier:
kesehatan Perlindungan Infeksi (6550)
Layanan perlindungan Skrining semua pengunjung
kesehatan terkait penyakit menular
Ajarkan pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala
infeksi dan kapan harus
melaporkannya kepada
penyedia perawatan
kesehatan
Ajarkan pasien dan anggota
keluarga cara menghindari
infeksi
23
3.6 Implementasi dan Evaluasi
Hari, Program /
Tanggal Kegiatan
Diagnosa Implementasi Evaluasi
dan
Waktu
Primer: S: hasil wawancara,
Pendidikan masyarakat
kesehatan (5510) mengatakan bahwa
Mentargetkan balita yang terkana
sasaran pada gangguan ISPA
kelompok berisiko sudah berkurang,
tinggi pada balita masyarakat
dengan ISPA dan memahami akan
rentang usia yang pentingnya
akan mendapat kesehatan pada
Senin, 22 manfaat besar dari anak
Oktober pendidikan O: prevalensi
2018. Penyuluhan Defisiensi kesehatan tentang penyakit ISPA pada
Pukul rutin kesehatan kesehatan pentingngnya balita berkurang,
08.00- balita komunitas pencegahan masyarakat mulai
10.00 penyakit menular menerapkan hidup
WIB (ISPA) sehat
Mengidentifikasi A: masalah dapat
faktor internal dan teratasi sebagian
eksternal yang P: lanjutkan
dapat intervensi
meningkatkan
untuk berperilaku
hidup sehat
Menentukan
pengetahuan
kesehatan dan
24
gaya hidup
perilaku saat ini
pada individu,
keluarga, atau
kelompok sasaran
Menekankan
manfaat kesehatan
positif yang
langsung atau
jangka pendek
yang bisa diterima
oleh perilaku gaya
hidup positif
daripada
menekankan pada
manfaat jangka
panjang atau efek
negatif dari
ketidakpatuhan
Melibatkan
individu, keluarga,
dan kelompok
dalam
perencanaan dan
rencana
implementasi gaya
hidup atau
modifikasi
perilaku kesehatan
terkait dengan
pencegahan
penyakit menular
(ISPA) pada balita
25
Sekunder:
Skrining kesehatan
(6520)
Mentukan
populasi target
untuk
dilakukannya
pemeriksaan
kesehatan seperti
pengukuran
antropometri dan
kebutuhan gizi
anak
Menjadwalkan
pertemuan untuk
meningkatkan
efisiensi dan
rawatan individual
terkait masalah
ISPA pada balita
Memberikan
informasi
pemeriksaan diri
yang tepat selama
skrining dengan
mengenali gejala
ISPA
Tersier :
Identifikasi resiko
(6610)
Menjelaskan
kepada pasien
26
pentingnya
identifikasi yang
tepat sepanjang
pertemuan
kesehatan
Melakukan
identifikasi
melalui anggota
keluarga ketika
pasien tidak dapat
memberikan
informasi
mengenai masalah
Infeksi Saluran
Pernafasan Atas
(ISPA)
Mengajarkan
pasien mengenai
risiko yang
berkaitan dengan
identifikasi yang
salah.
27
Primer: S: hasil wawancara,
Kontrol Infeksi masyarakat
(6540) mengatakan bahwa
Melakukan sebagian balita di
tindakan-tindakan lingkungan tersebut
pencegahan yang yang mengalami
bersifat universal sesak nafas akibat
Mengajarkan gangguan infeksi
pasien dan saluran pernasan
keluarga mengenai atas sudah
tanda dan gejala berkurang
infeksi dan kapan O: balita pada
harus lingkungan tersebut
melaporkannya sudah tidak
Selasa, 23
kepada penyedia terjangkit Infeksi
Oktober
perawatan Saluran Pernafasan
2018. Ceria Skrining Risiko
kesehatan Atas (Ispa)
Pukul Balita (Cerita) infeksi
Mengajarkan A: sebagian
08.00-
pasien dan masalah gangguan
10.00
anggota keluarga infeksi (ISPA)
mengenai dapat teratasi
bagaimana P: lanjutkan
menghindari intervensi
infeksi
Sekunder :
Manajemen
Penyakit Menular
(8820)
Melakukan
monitoring
factor-faktor
lingkungan
28
yang
mempengaruhi
penyebaran
penyakit
menular
Meningkatkan
akses pada
pendidikan
kesehatan yang
memadai
sehubungan
dengan
pencegahan
dan
pengobatan
terhadap
penyakit
menular dan
pencegahan
berulangnya
kejadian
Memberikan
informasi
kepada
masyarakat
mengenai
penyakit dan
aktivitas-
aktivitas yang
berhubungan
dengan
pengaturan
[wabah]
29
seperti yang di
butuhkan.
Tersier:
Perlindungan Infeksi
(6550)
Melakukan
skrining semua
pengunjung terkait
penyakit menular
Mengajarkan
pasien dan
keluarga mengenai
tanda dan gejala
infeksi dan kapan
harus
melaporkannya
kepada penyedia
perawatan
kesehatan
Mengajarkan
pasien dan
anggota keluarga
cara menghindari
infeksi
30
BAB IV
PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan
1. Anak usia balita anak yang telah menginjak usia diatas satu tahu atau lebih
atau usia anak dibawah lima tahun (Muaris, 2006). Menurut Sutomo B, dan
Anggraeni DY tahun 2010, Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3
tahun (batita/Toddler) dan anak usia 3-5 tahun (prasekolah).
2. Masalah Kesehatan yang beresiko pada komunitas kelompok balita adalah
ISPA, campak dan malaria
3. Kebijakan Pemerintah yang telah terbukti mengurangi prevalensi gangguan
kesehatan pada komunitas kelompok balita adalah Kartu Indonesia Sehat.
4.2 Saran
Menyadari bahwa penulis jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan detail menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak yang tentunya bisa dipertanggungjawabkan.
31
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, T., Djaja, S., & Irianto, J. (2003). Kecenderungan penyakit penyebab kematian
bayi dan anak balita di Indonesia: 1992-2001. Buletin Penelitian Kesehatan, 31(2
Jun).
Ernawati, A. (2006). Hubungan Faktor Sosial Ekonomi, Higiene Sanitasi Lingkungan,
Tingkat Konsumsi Dan Infeksi Dengan Status Gizi Anak Usia 2-5 Tahun Di
Kabupaten Semarang Tahun 2003 The Associations Between Socioeconomic
Factor, Hygiene, Level Of Consumptions, And Infections With The Nutritional
Status Of Preschool Children In Semarang District, In 2003 (Doctoral dissertation,
Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro).
Hidajaturrokhmah, Nur Yeny.(2015). Perkembangan Bayi Usia 6 Bulan Ditinjau Dari
Jenis Nutrisi. Jurnal Edu Health, Vol. 5 No. 2, pp. 109-122
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Pedoman Umum Program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Nasution, K., Sjahrullah, M. A. R., Brohet, K. E., Wibisana, K. A., Yassien, M. R., Ishak,
L. M., ... & Endyarni, B. (2016). Infeksi saluran napas akut pada balita di daerah
urban Jakarta. Sari pediatri, 11(4), 223-8.
32