Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demografi mempelajari tentang besar komposisi dan distribusi penduduk dan
perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya lima komponen yaiut : kelahiran,
kematian, pernikahan dan mobilitas sosial. Pernikahan dini masih menjadi permasalahan
besar di negara berkembang atau berpenghasilan rendah termasuk di Indonesia. Pernikahan
dini didefinisikan sebagai pernikahan yang terjadi ketika salah satu pasangan lebih muda
dari 18 tahun pada saat pernikahan.
Lebih dari 700 juta perempuan yang hidup saat ini menikah sebelum mencapai usia
dewasa yaitu usia 18 tahun, dan sepertiga atau sekitar 250 juta anak menikah sebelum usia
15 tahun. Jika kecenderungan ini berlanjut, diperkirakan 142 juta anak perempuan (atau
14,2 juta per tahun) akan menikah sebelum usia 18 tahun dari tahun 2011 sampai 2020, dan
151 juta anak perempuan atau 15,1 juta per tahun akan menikah sebelum usia 18 tahun dari
tahun 2021 sampai 2030. Dari 10 negara dengan prevalensi 8 Analisis Data Perkawinan
Usia Anak di Indonesia perkawinan usia anak tertinggi, 6 negara diantaranyaberada di
Afrika, termasuk Nigeria, yang memiliki prevalensi tertinggi yaitu 77 persen. Kawasan
Asia Timur dan Pasifik, 16 persen perempuan usia 20-24 tahun diperkirakan akan menikah
sebelum mereka mencapai usia 18 tahun. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang
dilakukan Kementerian Kesehatan RI mengungkapkan bahwa di antara perempuan 10-54
tahun, 2,6% menikah pertama kali pada umur kurang dari 15 tahun, dan 23,9% menikah
pada umur 15-19 tahun. Ini berarti sekitar 26% perempuan di bawah umur telah menikah
sebelum fungsi-fungsi organ reproduksinya berkembang dengan optimal. Konteks regional
ASEAN, angka perkawinan anak di Indonesia adalah tertinggi kedua setelah Kamboja.
Tetapi, pada tahun 2013 Indonesia menduduki peringkat ke103 dari 152 negara di seluruh
dunia dalam Indeks Pembangunan Gender Program Pembangunan PBB. Secara nasional
prevalensi perkawinan remaja perempuan usia 15-19 tahun sebesar 11,5 persen. Angka
prevalensi setiap provinsi berada di antara 3,1 persen sampai 18,2 persen. Prevalensi
perkawinan remaja di perempuan usia 15-19 tahun terendah di DKI Jakarta, Aceh, dan
Kepulauan Riau dengan prevalensi masing-masing sebesar 3,3 persen, 3,3 persen, dan 3,1
persen. Di Jawa Timur, prevalensi provinsi dalam rentang usia ini sebesar 16,7 persen,
1
sedangkan kabupaten-kabupaten ada di antara 5 - 35 persen dan kecamatan berkisar antara
2 – 64 %. Kabupaten-kabupaten dengan prevalensi tertinggi (Bondowoso sebesar 35 persen,
Probolinggo sebesar 35 persen, Situbondo sebesar 34 persen, dan Sumenep sebesar 32
persen) memiliki kecamatan-kecamatan dengan prevalensi yang lebih tinggi, seperti
Sumbermalang di Probolinggo sebesar 64 persen. Akan tetapi, kecamatan tertinggi kedua di
Jawa Timur (Lumbang sebesar 63 persen) berada di Pasuruan, yaitu kabupaten dengan
prevalensi yang jauh lebih rendah,yaitu sebesar 19 persen.
Studi Field dkk (2004) di Bangladesh mengungkapkan beberapa akibat pernikahan
anak: Drop out sekolah yang tinggi, subordinasi dalam keluarga, risiko KDRT, kurangnya
kontrol terhadap kesehatan reproduksi, dan peluang terjadinya kematian ibu tinggi.
Pernikahan dini ini mengakibatkan dampak yang negatif. Penelitian di Ethiopia (2006)
memperlihatkan dampak negatif dari pernikahan anak yaitu : ketidakstabilan perkawinan,
status kesehatan rendah, rendahnya pendidikan dan drop out sekolah, terlalu banyak anak,
ketidaksetaraan status perempuan dan kesejahteraan anak. Dengan kata lain, pernikahan
anak membawa dampak sosial, ekonomi dan kesehatan baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
Selama ini, upaya yang dapat dilakukan adalah 1) meningkatkan intervensi untuk
perlindungan anak perempuan usia 15-17 tahun, dengan fokus utama penyelesaian sekolah
menengah; 2) menangani norma sosial dan budaya yang menerima atau melestarikan
praktik tersebut dengan orang tua, guru, keluarga besar, dan tokoh agama; 3) menangani
kerentanan akibat kemiskinan dengan menciptakan lebih banyak kesempatan bagi anak-
anak perempuan untuk mengakses pendidikan tinggi dan pelatihan keterampilan ekonomi;
4) menargetkan upaya-upaya ke provinsi, kabupaten, dan kecamatan dengan prevalensi dan
angka mutlak perkawinan usia anak paling tinggi dan 5) mendukung riset lebih lanjut
tentang isu perkawinan usia anak di Indonesia. Namun perlu juga diperhatikan bahwa
meskipun kelompok usia 16-17 tahun adalah yang paling berisiko terhadap perkawinan usia
anak, tetapi sebaiknya upaya pencegahan harus dimulai sejak dini dengan para remaja
perempuan dan remaja laki-laki yang lebih muda (15 tahun) dengan menjelaskan apa saja
dampak negatif dari perkawinan usia anak, dimana mencari dukungan, dan bagaimana
mereka dapat mempertimbangkan hubungan berpacaran yang baik dan aman.

2
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana konsep dasar dari demografi?
1.2.2. Bagaimana ukuran dasar demografi?
1.2.3. Bagaimana gambaran pernikahan dini di Indonesia?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami konsep dasar demografi yang meliputi teori
kependudukan, statistik vital, ukuran dasar demografi

1.3.2 Tujuan Khusus


1) Mengetahui pengertian tentang pernikahan dini
2) Mengetahui tentang kasus-kasus pernikahan dini di Indonesia
3) Mengetahui upaya-upaya penanggulangan masalah pernikahan dini di Indonesia

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Demografi


Demografi berasal dari bahasa Yunani, Demos ”Penduduk/masyarakat” Grafein
“menulis”, artinya ”deskripsi dari orang atau populasi”. United Nations Multilingual
Demographic Dictionary “Demography is the scientific study of human populations,
primarily with respect to their size, their structure and their development”. Beberapa
adalah ari demografi menurut para ahli :
- Donald J.Bogue: Ilmu yg mempelajari secara statistik dan matematik tantang besar,
komposisi dan distribusi pendudukdan, perubahannya sepanjang masa melalui
bekerjanya 5 komponen demografi yaitu; Kelahiran (Fertilitas), Kematian (Mortalitas),
Perkawinan, Migrasi dan Mobilitas Sosial.
- George W. Barcley: memberi gambaran yang menarik dari penduduk yang
digambarkan secara statistik dan mempelajari tingkah laku keseluruhan, bukan tingkah
laku perorangan
- Philip M.Hauser & Dudley Duncan: demografi mempelajari tentang jumlah, persebaran
teritorial dan komposisi penduduk serta perubahannya dan sebab perubahan tsb
- D.V Glass: adalah suatu studi yang terbatas pada perilaku kelompok manusia sebagai
pengaruh dari kelahiran, kematian dan migrasi.
- Demografi disebut juga “Tata Buku-Sosial” atau “Social Book-Keeping”(Suszmilch,
Guillard, Wolfe)

Demografi adalah ilmu yang mempelajari persoalan dan keadaan perubahan-


perubahan penduduk atau dengan kata lain segala hal ihwal yang berhubungan dengan
komponen-komponen perubahan tersebut seperti; kelahiran, kematian, migrasi sehingga
menghasilkan suatu kedaan dan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin
tertentu. Kependudukan adalah ilmu yang merupakan penghubung antara penduduk dan
sistem sosial sehingga dapat mencari faktor yang menyebabkan perubahan-perubahan dari
demografi dengan menganalisa determinan-determinan dan konsekwensi-konsekwensi dari
pertambahan penduduk. Tujuan dan Penggunaan Demografi :

4
1. Mempelajari kuantitas & distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu
2. Menjelaskan pertumbuhan masa lampau, penurunan dan persebaran dengan sebaik-
baiknya dengan data yang tersedia
3. Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan
bermacam- macam aspek organisasi social
4. Meramalkan pertumbuhan penduduk di masa datang dan kemungkinan konsekwensinya

Pada akhirnya, keempat tujuan pokok tersebut akan bermanfaat untuk:

1. Perencanaan pembangunan yang berhubungan dengan pendidikan, perpajakan,


kemiliteran, kesejahteraan sosial, perumahan, pertanian dan lain-lain yang dilakukan
pemerintah menjadi lebih tepat sasaran jika mempertimbangkan komposisi penduduk
yang ada sekarang dan yang akan datang.
2. Evaluasi kinerja pembangungan yang dilakukan oleh pemerintah dengan melihat
perubahan komposisi penduduk yang ada sekarang dan yang lalu beserta factor-faktor
yang mempengaruhinya.
3. Melihat peningkatan standar kehidupan melalui tingkat harapan hidup rata-rata
penduduk, sebab tidak ada ukuran yang lebih baik kecuali lamanya hidup seorang di
negara yang bersnagkutan
4. Melihat seberapa cepat perkembangan perekonomian yang dilihat dari ketersediaan
lapangan pekerejaan, presentase penduduk yang ada disektor pertanian, industri dan jasa

Dinamika penduduk adalah pertumbuhan penduduk yang merupakan keseimbangan


yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang
mengurangi jumlah penduduk. Komponen petumbuhan penduduk :
o Kelahiran (fertilitas): faktor penambah
o Kematian (mortalitas): faktor pengurang
o Migrasi masuk (in-migration): faktor penambah
o Migrasi keluar (out-migration): faktor pengurang

5
2.1.1 Komponen Pertumbuhan Penduduk
Pt = Po + (B-D) + (Mi – Mo)

Perubahan reproduktif (reproductive change) Migrasi neto (net migration)


Pertumbuhan Alami (natural increase)

Po = jumlah penduduk pada waktu terdahulu


Pt = jumlah penduduk pada waktu yg akan datang
B = jumlah kelahiran yg terjadi pada jangka waktu kedua kejadian (waktu 0 dan t)
D = jumlah kematian yg terjadi pada jangka waktu kedua kejadian tersebut (waktu 0 dan t)
Mo = migrasi keluar pada jangka waktu kedua kejadian
Mi = migrasi masuk pada jangka waktu kedua kejadian

A. Fertilitas
Ukuran dasar fertilitas Ada 2 macam pendekatan:
I. Yearly performance (current fertility) yaitu; mencerminkan fertilitas dari suatu
kelompok penduduk/berbagai kelompok penduduk untuk jangka waktu satu tahun

1. Angka Kelahiran Kasar (crude birth rate) yaitu: jumlah kelahiran hidup per 1000
penduduk dalam suatu tahun tertentu
Rumus: CBR = B/P x k
CBR : angka kelahiran kasar
B : jumlah kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu
P : jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama
k : konstanta biasanya 1000

CBR Indonesia th 1980 = 35 artinya jumlah kelahiran hidup per 1000 penduduk di
Indonesia pada tahun 1980 adalah 35 kelahiran

Kelebihan dan kekurangan CBR :

6
Kelebihan : Sederhana karena hanya memerlukan keterangan tentang jumlah
kelahiran dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Kekurangannya: tidak
memisahkan penduduk laki-laki dan penduduk perempuan yang masih kecil dan yang
sudah berumur 50 tahun keatas

2. General Fertility Rate (GFR) atau Angka kelahiran Umum yaitu : banyaknya kelahiran
tiap 1000 wanita yang berumur 15-49 tahun atau berumur 15-45 tahun.

Rumus:

K = 1000
B : banyaknya kelahiran selama 1 tahun
P 15-49 : banyaknya penduduk wanita berumur 15 -49 tahun pada pertengahan tahun
yang sama
P 15-45 : banyaknya penduduk wanita berumur 15-45 tahun pada pertengahan tahun
yang sama
Kebaikan: ukuran ini lebih cermat dari pada CBR karena hanya memasukkan
wanita yg berumur 15-49 th atau 15-44 th sebagai penduduk yang terpapar pada resiko
melahirkan (exposed to risk). Kelemahannya: ukuran ini tidak membedakan resiko
melahirkan dari berbagai kelompok umur sehingga wanita yg berumur lebih 40 tahun
dianggap sama resikonya dengan wanita yg berumur 25 tahun.
3. Age Specific Fertility Rate (ASFR) atau Angka Kelahiran menurut kelompok umur
yaitu: banyak nya kelahiran tiap seribu wanita pada kelompok umur tertentu.
Rumus :

7
b = banyaknya kelahiran pada kelompok umur I selama 1 tahun
P = banyaknya wanita kelompok umur I pada pertengahan tahun
k = bilangan konstan, biasanya 1000

Kebaikan:
o Ukurannya lebih cermat dari GFR karena sudah membagi penduduk yg terpapar
ke dalam berbagai kelompok umur.
o Dengan ASFR di mungkinkan pembuatan analisa perbedaan fertilitas (curent
fertility) menurut berbagai karakteristik wanita
o Dengan ASFR dimungkinkan dilakukannya studi fertilitas menurut kohor
o ASFR ini merupakan dasar untuk penghitungan ukuran fertilitas dan reproduksi
selanjutnya (TFR,GRR, dan NRR)
Kelemahan:
o Ukuran ini memerlukan data yang terinci yaitu banyaknya kelahiran untuk tiap
kelompok umur, sedangkan data tersebut belum tentu ada di tiap daerah/negara.
Pada kenyataannya sukar sekali mendapatkan ukuran ASFR ini.
o Tidak menunjukkan ukuran fertilitas untuk keseluruhan wanita umur 15 – 49
tahun

Sedangkan ASNMR untuk penduduk 0-4 tahun dihitung dengan rumus :

dimana :
net M15-49 P = jumlah migran neto perempuan umur 15-49 tahun
P0-4 P = jumlah penduduk perempuan umur 0-4 tahun
P0-4 L = jumlah penduduk laki-laki umur 0-4 tahun

4. Total Fertility Rate (TFR) atau Angka Kelahiran Total yaitu: rata-rata jumlah anak yang
dilahirkan oleh seorang wanita selama masa reproduksinya, jika wanita tersebut
mengikuti angka fertilitas pada tahun yang bersangkutan. Jadi TFR merupakan jumlah
ASFR dengan catatan bahwa umur dinyatakan 1 tahun
8
Rumus :

ASFR = angka kelahiran menurut kelompok umur


i = kelompok umur 5 tahun, dimulai dari 15 – 49

Kebaikannya : TFR merupakan ukuran untuk seluruh wanita usia 15 – 49 tahun, yang
dihitung berdasarkan angka kelahiran menurut kelompok umur
II. Reproductive History (cumulative fertility) yaitu; mencerminkan banyaknya kelahiran
sekelompok atau beberapa kelompok wanita selama masa reproduksinya; dan ini
disebut juga paritas.
Jumlah anak yang pernah dilahirkan (children ever born – CEB) oleh
sekelompok atau beberapa kelompok wanita selama masa reproduksinya dan disebut
juga paritas
Rumus: Rata-rata jumlah anak yang dilahirkan =

CEB = banyaknya bayi yg pernah dilahirkan oleh wanita kelompok i


P = jumlah wanita pada kelompok umur umur i

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fertilitas


1. Struktur umur penduduk
2. Tingkat pendidikan
3. Umur pada waktu perkawinan pertama
4. Banyaknya perkawinan
5. Pekerjaan wanita
6. Penggunaan alat kontrasepsi
7. Tingkat sosial ekonomi (pendapatan)

9
Faktor penentu fertilitas menurut Kingsley Davis & Judith Blake
Tahap hubungan kelamin (intercourse) dengan 6 variabel antara yg mempengaruhi sbb:
1. Umur mulai hubungan kelamin
2. Selibat permanen: proporsi wanita yg tidak pernah mengadakan hubungan kelamin
3. Lamanya berstatus kawin
4. Abstinensi (tidak melakukan hubungan kelamin) sukarela
5. Abstinensi terpaksa (misal: sakit, berpisah sementara)
6. Frekuensi sanggama

Tahap konsepsi (conseption) dengan 3 variabel antara yang mempengaruhi sbb:


1. Fekunditas atau infekunditas yg disebabkan karena hal-hal yang tidak disengaja
2. Pemakaian kontrasepsi
3. Fekunditas atau infekunditas yang disebabkan karena hal-hal yg disengaja mis:
sterilisasi

Tahap kehamilan (gestation) dengan 2 variabel antara yg mempengaruhi:


1. Mortalitas janin karena sebab-sebab yang tidak disengaja
2. Mortalitas janin karena sebab-sebab yang disengaja.

B. Kematian
Ukuran kematian
Ukuran kematian adalah: suatu angka atua indeks yang dipakai sebagai dasar untuk
menentukan tinggi rendahnya tingkat kematian suatu enduduk. Ukuran dasar kematian :
1. Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate): Jumlah kematian pada tahun tertentu per
1000 penduduk:
CDR = D/P x 1000
CDR = angka kematian kasar
D = jumlah kematian pada tahun tertentu
P = jumlak penduduk pada pertengahan tahun itu
2. Age Specific Death Rate (ASDR) atau angka kematian menurut kelompok umur
tertentu: jumlah kematian penduduk pada kelompok umur tertentu (i) per 1000
penduduk berumur yang sama
ASDR = Di/Pi x k (1000)
10
3. Angka Kematian Bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah : jumlah kematian bayi
berumur dibawah 1 tahun selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup. Angka ini sangat
sensitif terhadap perubahan tingkat kesehatan dan kesejahteraan.
Rumus: IMR = Do/B x 1000
IMR = angka kematian bayi
Do = jumlah kematian bayi selama 1 tahun
B = jumlah kelahiran hidup dalam tahun yang sama
4. Angka kematian ibu atau Maternal Mortality Rate (MMR) adalaha; banyaknya wanita
yang meninggal pada masa kehamilan, persalinan atau masa nifas selama 1 tahun per
100.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Kematian ini pada umumnya
disebabkan komplikasi kehamilan atau persalinan.
Rumus: MMR = kematian ibu/kelahiran hidup x 100.000
5. Angka kematian Neonatal: yaitu banyaknya kematian bayi dibawah 1 bulan atau
dibawah 28 hari selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup
6. Angka kematian menurut penyebab yaitu: jumlah kematian yang disebabkan oleh suatu
penyebab tertentu per 100.000 penduduk.
Rumus: Dc/P x 100.000
Dc = jumlah kematian yang disebabkan karena penyebab tertentu dalam 1 tahun
P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama
7. Angka Harapan Hidup rata-rata saat umur tertentu adalah: rata – rata usia yang akan
dijalani oleh setiap penduduk atau sekelompok penduduk setelah mencapai umur
tertentu (setelah mencapai ulang tahun pada umur tertentu). Angka ini sensitif dan dapat
dijadikan indikator keadaan kesehatan. Ukuran harapan hidup yang sering digunakan
adalah harapan hidup waktu lahir (e0)
Contoh: e0 = 42.9 tahun artinya: secara rata-rata seorang pada saat lahir akan dapat
diharapkan hidup selama 42.9 tahun lagi. e0 = 51.9 tahun Artinya: apabila seorang telah
mencapai ulang tahunnya yang ke 5, secara rata-rata ia diharap kan akan hidup 51.9
tahun lagi (ia diperkirakan meninggal pada umur sekitar 56,9 tahun)
Sedangkan untuk mengetahui angka harapan hidup diperoleh rumus :
D = Jumlah umur yang meninggal
Jumlah yang meninggal

11
Berikut adalah piramida expansive, dari piramida tersebut menunjukkan bahwa sebagian
besar berada pada kempokusia muda yaitu 15-30 tahun :

2.2 Teori Kependudukan


A. Teori Kependudukan Menurut Aliran Malthusian (Thomas R. Malthus)

Aliran Malthusian dipelopori oleh Thomas Robert Malthus, Robert Malthus (1766-
1834) terkenal sebagai pelopor Ilmu Kependudukan (Population Studies) sebagai bagian dari
rentetan perkembangan demografi yang telah dimulai sejak pertengahan abad ke-17. Tulisan
monumentalnya An Essay on The Principle of Population as it Affect Future Improvemenet of
Society, with remarkson the speculations of Mr. Godwin, Mr. Condorcet and other Writer atau
lebih populer dengan sebutan Prinsip Kependudukan (The Principle of Population) diterbitkan
pertama kali pada tahun 1798. Meskipun memperoleh banyak kritik, pada dasarnya dia
mendapat pengakuan yang luas di kalangan para ahli. Inti pemikiran dan pendapat Malthus
kemudian dikenal dengan Teori Kependudukan Malthus. Ringkasan dari tulisan-tulisan
Malthus ada dalam A Summary View of the Principle of Population yang dipublikasikan pada
tahun 1830.
Malthus memulai dengan merumuskan dua postulat yaitu:
1. Bahwa pangan dibutuhkan untuk hidup manusia dan
2. Bahwa kebutuhan nafsu seksuil antar jenis kelaminan akan tetap sifatnya sepanjang
masa.
Atas dasar postulat tersebut Malthus menyatakan bahwa, jika tidak ada pengekangan,
kecenderungan pertambahan jumlah manusia akan lebih cepat dari pertambahan subsisten

12
(pangan). Perkembangan penduduk akan mengikuti deret ukur sedangkan perkembangan
subsisten (pangan) mengikuti deret hitung interval waktu 25 tahun.
Ia menyatakan bahwa penduduk itu (seperti juga tumbuh-tumbuhan dan binatang) apabila
tidak ada pembatasan, akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat
beberapa bagian dari permukaan bumi ini. Tinggi pertumbuhan ini disebabkan karena
hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak bisa dihentikan.
Jika kondisi ini dibiarkan maka manusia akan mengalami kekurangan pangan dan
kemiskinan. Untuk keluar dari permasalahan ini menurut Malthus harus ada pengekangan
perkembangan penduduk. Pengekangan tersebut dapat berupa pengekangan segera dan
pengekangan hakiki. Yang dimaksud dengan pengekangan hakiki adalah pangan. Sedangkan
bentuk pengekangan segera adalah bentuk preventive check dan positive check.
1. Preventive check
Preventive check adalah pengurangan penduduk melalui penekanan kelahiran.
Preventive check timbul karena kemampuan penalaran manusia sehingga dapat
meramalkan akibat-akibat yang akan terjadi di kemudian hari. Preventive check dibagi
menjadi 2 yaitu:
a. Moral restraint (Pengekangan diri)
Moral restraint yaitu segala usaha mengekang nafsu seksual.
b. Vice
Vice yaitu pengurangan kelahiran seperti, abortus, penggunaan alat kontrasepsi,
homoseksual, pelacuran.
2. Positive check
Positive check adalah pengurangan penduduk melalui proses kematian. Apabila di suatu
wilayah jumlah penduduk lebih besar daripada jumlah persediaan pangan maka dapat
dipastikan akan terjadi kelaparan, wabah penyakit, dan lain sebagainya. Sehingga dapat
dipastikan tingkat kematian akan semakin meningkat. Positive check dibagi menjadi 2
yaitu:
a. Vice (kejahatan)
Vice yaitu segala jenis pencabutan nyawa sesama manusia seperti pembunuhan
anak-anak (infanticide), pembunuhan orang-orang cacat, dan orang tua.
b. Misery (kemelaratan)

13
Misery yaitu segala keadaan yang menyebabkan kematian seperti berbagai jenis
penyakit dan epidemi, bencana alam, kelaparan, kekurangan pangan dan
peperangan.

B. Teori Kependudukan Menurut Aliran Neo Malthussian (Garreth Hardin & Paul Ehrlich)

Pada akhir abad 19 dan awal abad 20 Teori Malthus diusung kembali oleh Garreth Hardin
dan Paul Ehrlich. Garreth Hardin dan Paul Ehrlich memunculkan Aliran Neo Malhusian. Aliran
ini lebih radikal dari pada Aliran Malthus. Aliran ini tidak sependapat dengan gagasan Malthus
bahwa mengurangi jumlah penduduk cukup dengan moral restraint saja. Akan tetapi mereka
menawarkan bahwa untuk mengurangi jumlah penduduk dapat dilakukan dengan
cara preventive checks, misalnya dengan penggunaan alat kontrasepsi dan aborsi.
Tahun 1871 Ehrlich menulis buku “The Population Bomb” dan kemudian direvisi menjadi
“The Population Explotion” yg berisi:
- Sudah terlalu banyak manusia di bumi ini.
- Keadaan bahan makanan sangat terbatas.
- Lingkungan rusak sebab populasi manusia meningkat.

C. Teori Kependudukan Menurut Aliran Marxist (Karl Max dan Friederich Engels)

Aliran ini dipelopori oleh Karl Marx dan Friederich Engels ketika Malthus meninggal
dunia di Inggris pada tahun 1834. Pada waktu itu teori Malthus sangat berperan di Inggris
maupun di Jerman. Marx dan Engel tidak sependapat dengan Malthus yang menyatakan bahwa
apabila tidak ada pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk, maka manusia akan
kekurangan bahan makanan, tetapi tekanan penduduk terhadap kesempatan kerja. Menurut
Marx, kemelaratan terjadi bukan disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat,
tetapi karena kesalahan masyarakat itu sendiri seperti yang terdapat pada negara-negara
kapitalis. Kaum kapitalis akan mengambil sebagian pendapatan dari buruh sehingga
menyebabkan kemelaratan buruh tersebut. Marx juga mengatakan bahwa kaum kapitalis
membeli mesin-mesin untuk menggantikan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh kaum
buruh.
Menurut Marx dalam sistem sosialis alat-alat produksi dikuasai oleh buruh, sehingga gaji
buruh tidak akan terpotong. Buruh akan menikmati seluruh hasil kerja mereka dan oleh karena
itu masalah kemelaratan akan dapat dihapuskan. Marx juga mengatakan bahwa semakin banyak

14
jumlah manusia, semakin tinggi hasil produktivitasnya, jadi tidak perlu diadakan pembatasan
pertumbuhan penduduk. Marx dan Engels menentang usaha-usaha moral restraint yang
dicetuskan oleh Malthus.
Dalam hal ini pendapat Marx banyak yang menganutnya seperti halnya dengan Malthus.
Setelah Perang Dunia II dunia dibagi menjadi tiga kelompok; pertama, negara-negara kapitalis
yang umumnya cenderung membenarkan teori Malthus seperti Amerika Serikat, Ingris, Prancis,
Australia, Canada, dan Amerika latin; kedua, negara yang menganut sistem sosial, seperti Uni
Soviet, negara-negara Eropa Timur, Republik Rakyat Cina, Korea Utara dan
Vietnam; ketiga, negara-negara nonblok seperti India, Mesir dan Indonesia.

D. Teori Kependudukan Menurut Aliran Kontemporer (Malthus & Marx)

1) Teori Fisiologi dan sosial ekonomi


a. John Stuart Mill
John Stuart Mill, seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan Inggris
dapat menerima pendapat Malthus mengenai laju pertumbuhan penduduk melampaui
laju pertumbuhan bahan makanan sebagai suatu aksioma. Namun demikian dia
berpendapat bahwa pada situasi tertentu manusia dapat mempengaruhi perilaku
demografinya. Selanjutnya ia mengatakan apabila produktivitas seorang tinggi ia
cenderung ingin memiliki keluarga kecil. Dalam situasi seperti ini fertilitas akan
rendah. Jadi taraf hidup (standard of living) merupakan determinan fertilitas. Tidaklah
benar bahwa kemiskinan tidak dapat dihindarkan (seperti dikatakn Malthus) atau
kemiskinan itu disebabkan karena sistem kapitalis (seperti pendapat Marx) dengan
mengatakan “The niggardline of nature, not the injustice of society is the cause of the
penalty attached to everpopulation” (Week, 1992).

b. Arsene Dumont
Arsene Dumont seorang ahli demografi bangsa Perancis yang hidup pada akhir
abad ke-19. Pada tahun 1980 dia menulis sebuah artikel berjudul Depopulation et
Civilization. Ia melancarkan teori penduduk baru yang disebut dengan teori kapilaritas
sosial (theory of social capilarity). Kapilaritas sosial mengacu kepada keinginan
seseorang untuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat, misalnya: seorang
ayah selalu mengharapkan dan berusaha agar anaknya memperoleh kedudukan sosial

15
ekonomi yang tinggi melebihi apa yang dia sendiri telah mencapainya. Untuk dapat
mencapai kedudukan yang tinggi dalam masyarakat, keluarga yang besar merupakan
beban yang berat dan perintang. Konsep ini dibuat berdasarkan atas analogi bahwa
cairan akan naik pada sebuah pipa kapiler.
c. Emili Durkheim
Emile Durkheim adalah seorang ahli sosiologis Perancis yang hidup pada akhir
abad ke-19. Apabila Dumont menekankan perhatiannya pada faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan penduduk, maka Durkheim menekankan perhatiannya
pada keadaan akibat dari adanya pertumbuhan penduduk yang tinggi (Weeks, 1992).
Ia mengatakan, akibat dari tingginya pertumbuhan penduduk, akan timbul persaingan
diantara penduduk untuk dapat mempertahankan hidup. Dalam memenangkan
persaingan, tiap-tiap orang berusaha untuk meningkatkan pendidikan dan
keterampilan, dan mengambil spesialisasi tertentu, keadaan seperti ini jelas terlihat
pada kehidupan masyarakat perkotaan dengan kehidupan yang kompleks.

2) Teori Teknologi
Kelompok ini muncul untuk menolak pandangan Malthus yang pesimis dalam
melihat perkembangan dunia. Teori ini dimotori oleh Herman Khan, ia berpendapat
bahwa kemiskinan yang terjadi di negara berkembang akan dapat diatasi jika negara
maju dapat membantu daerah miskin, sehingga kekayaan dan kemampuan daerah
hidup itu akan didapatkan oleh orang-orang miskin.

3) Teori Transisi Kependudukan


Penerapan Transisi kependudukan yang mencerminkan kenaikan taraf hidup
rakyat di suatu negara adalah besarnya tabungan dan akumulasi kapital dan laju
pertumbuhan penduduknya. Laju pertumbuhan yang sangat cepat di banyak negara
sedang berkembang nampaknya disebabkan oleh fase atau tahap transisi demografi
yang dialaminya. Negara-negara sedang berkembang mengalami fase transisi
demografi di mana angka kelahiran masih tinggi sementara angka kematian telah
menurun. Kedua hal ini disebabkan karena kemajuan pelayanan kesehatan yang
menurun angka kematian balita dan angka tahun harapan hidup. Ini terjadi pada fase
kedua dan ketiga dalam proses kependudukan. Umumnya ada empat tahap dalam
proses transisi, yaitu:

16
 Tahap 1: Masyarakat pra-industri, dimana angka kelahiran tinggi dan
angka kematian tinggi menghasilkan laju pertambahan penduduk rendah
 Tahap 2: Tahap pembangunan awal, dimana kemajuan dan pelayanan kesehatan
yang lebih baik menghasilkan penurunan angka kelahiran tak terpengaruh karena
jumlah penduduk naik
 Tahap 3: Tahap pembangunan lanjut, dimana terjadi penurunan angka kematian
balita, urbanisasi, dan kemajuan pendidikan mendorong banyak pasangan muda
berumah tangga menginginkan jumlah anak lebih sedikit hingga menurunkan
angka kelahiran. Pada tahap ini laju pertambahan penduduk mungkin masih tinggi
tetapi sudah mulai menurun
 Tahap 4: Kemantapan dan stabil, di mana pasangan-pasangan berumah tangga
melaksanakan pembatasan kelahiran dan mereka cenderung bekerja diluar rumah.
Banyaknya anak cenderung hanya 2 atau 3 saja sehingga angka pertambahan neto
penduduk sangat rendah atau bahkan mendekati nol.

2.3 Struktur dan Persebaran Penduduk


Struktur dan persebaran penduduk akan membahas terbatas pada
komposisi penduduk dan persebaran penduduk. Dalam demografi ada tiga fenomena yang
merupakan bagian penting dari penduduk, yaitu: 1) Dinamika kependudukan (change in
population), 2) Komposisi penduduk (population composition), 3) Besar dan persebaran
penduduk (size and population distribution).
Sebagaimana kita ketahui, penduduk dapat dibagi dalam berbagai ciri atau
karakteristik tertentu, baik sosial ekonomi maupun geografis. Pengelompokan penduduk
sanat berguna untuk berbagai maksud dan tujuan sebagai berikut :
- Mengetahui sumber daya manusia yang ada, baik menurut usia maupun jenis kelamin.
- Mengambil suatu kebijaksanaan yang berhubungan dengan kependudukan.
- Membandingkan keadaan suatu penduduk dengan penduduk lainnya.
- Melalui penggambaran piramida penduduk dapat diketahui “proses demografi” yang
telah terjadi pada penduduk tersebut.

17
1) Komposisi Penduduk
Pengelompokkan penduduk berdasarkan ciri-ciri tertentu dapat diklasifikasikan sebagai
berikut : 1) bilogis, meliputi: usia dan jenis kelamin; 2) sosial, meliputi: tingkat
pendidikan, status perkawinan dan sebagainya; 3) ekonomi, meliputi: penduduk yang
aktif secara ekonomi, lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan
sebaginya; 4) geografis berdasarkan tempat tinggal, daerah perkotaan, pedesaan,
provinsi, dan kabupaten.
a) Komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin
Usia dan jenis kelamin merupakan karakter penduduk yang pokok. Struktur ini
mempunyai pengaruh penting, baik terhadap tingkah laku demografis maupun sosial
ekonomi. Distribusi usia dalam demografi penduduk dapat digolongkan menurut
usia satu tahunan juga lima tahunan.
b) Pengelompokan penduduk berdasarkan ciri-ciri sosial
Pengelompokan penduduk berdasarkan ciri-ciri sosial antara lain tingkat pendidikan
penduduk, status perkawinan, dan sebaginya. Komposisi penduduk menurut tingkat
pendidikan tercermin pada kepandaian membaca, menulis (literacy), dan tingkat
pendidikan.
c) Penduduk berdasarkan ciri-ciri ekonomi
Penduduk berdasarkan ciri-ciri ekonomi meliputi: lapangan pkerjaan,
jenis pekerjaan, status pkerjaan, dan sebagainya.
d) Komposisi penduduk Indonesia berdasarkan tempat tinggalnya
Berdasarkan data sensus tahun 1971 komposisi penduduk Indonesia adalah sebagai
berikut :
- Penduduk yang tinggal di daerah perkotaan sebesar 17,4%.
- Penduduk yang tinggal di daerah pedesaan sebesar 72,6%.
Persebaran penduduk
Secara garis besar, persebaran penduduk dapat digolongkan menurut geografis serta
adminiatrasi dan politik.
a) Geografis
Indonesia yang terdiri atas beberapa kepulauan besar dan kecil, penduduknya
tersebar secara tidak merata. Terdapat 922 pulau berpenghunidan 12.675 pulau
tanpa penghuni. Pulau yang terdapat penduduknya adalah pulau Jawa, lebih
18
dari sepuluh (64%) penduduk Indonesia bertempat tinggaldi pulau tersebut, padahal
luasnya hanya 6,6% dari luas wilayah Indonesia.Sedangkan daerah Kalimantan yang
luasnya 27,2% hanya dihuni oleh 4,4% dari seluruh penduduk Indonesia.
Persebaran penduduk yang belum merataini tentu saja menimbulkan masalah
sosial ekonomi yang serius bagi pemerintah. Persebaran penduduk dunia secara
geografis sebagaimana kita ketahui penduduk tersebar di lima benua, yaitu : Asia,
Afrika, Amerika, Eropa, dan Oseania.
b) Administrasi dan politis
Secara administrasi dan politis penduduk Indonesia tersebar di 27 provinsi, namun
menjadi 26 provinsi setelah Timor-Timor menjadi negara merdeka. Setela itu
diadakan pemekaran untuk wilayah administrasi provinsi, sehingga jumlah provinsi
Indonesia saat ini banyak 33 provinsi. Selanjutnya di tiap-tiap provinsi secara
administrasi dibagi dalam Kabupaten, Kecamatan, dan Kelurahan. Dalam sistem
administrasi pemerintahan di Indonesia terdapat tiga daerah khusus atau istimewa
yang setingkat dengan provinsi, yaitu: Daerah Istimewa Aceh (Nanggroe Aceh
Darussalam), Daerah Istimewa Yogyakrta, dan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.

2.4 Statistik Vital

Statistik vital adalah merupakan bagian dari statistik kesehatan yang membicarakan
beberapa ukuran dan tehnik yang digunakan untuk mengevaluasi status kesehatan masyarakat
dari kejadian yang terjadi sehari-hari. Statistik vital umumnya membicarakan beberapa hal
yang meliputi kelahiran, kematian, kesakitan, perkawinan, perceraian dan adopsi. Namun
statistik vital sering dibicarakan dalam kesehatan masyarakat yaitu kelahiran, kesakitan dan
kematian.

A. Kematian (Mortalitas)

Kematian merupakan indikator penting dalam menentukan status kesehatan masyarakat.


Kematian juga merupakan salah satu komponen selain fertilitas dan migrasi yang
mempengaruhi perubahan jumlah dan struktur penduduk. Ada beberapa ukuran
(rate/angka) kematian mortalitas yaitu :
1. Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate/CDR)

19
Angka ini dipakai untuk mengukur mortalitas secara garis besar dan sangat sering
dipakai sebagai indikator status kesehatan masyarakat. Angka CDR yang tinggi di
suatu wilayah menunjukkan bahwa keadaan status kesehatan, ekonomi, lingkungan
fisik, dan biologik masyarakat diwilayah tersebut masih rendah
2. Angka kematian Bayi (Infant Mortality Rate/IMR)

Bayi atau infant adalah anak yang berumur 0 tahun. IMR dianggap indikator tingkat
kesejahteraan dan kesehatan masyarakat dari suatu kelompok masyarakat karena
sangat sensitif terhadap perubahan yang ada. Bila IMR di suatu wilayah tinggi
berarti status kesehatan diwilayah tersebut rendah.
3. Angka Kematian Neonatal (Neonatal Mortality Rate/NMR)

Neonatus adalah bayi yang berumur kurang dari 28 hari. Semakin tinggi angka
kematian neonatal, berarti semakin rendah tingkat pelayanan kesehatan ibu dan
anak.
4. Angka Kematian Post Neonatal (Post Neonatal Mortality Rate/PNMR)

Post neonatal adalah bai yang berumur lebih dari 28 hari. Penyebab kematian
neonatal biasanya berhubungan dengan pengaruh lingkungan baik fisik maupun
nonfisik, faktor internal dari ibu seperti kelainan bawaan, immaturita.
5. Angka lahir Mati (Still Birth Rate)

Keluarnya janin dari rahim ibu tanpa tanda kehidupan sesudah umur kehamilan
mencapai antara 20-28 minggu atau lebih.
6. Angka Kematian Perinatal

Perinatal adalah umur kehamilan 28 minggu sampai kelahiran kurang dari 1 minggu
sesudah lahir
7. Angka Kematian Anak

Kematian anak pada umur 1-4 tahun

8. Angka Kematian Ibu

Angka kematian ibu merupakan angka kematian yang paling lambat atau sukar
diturunkan di Indonesia
20
B. Angka Kelahiran (Fertilitas)

Fertilitas mambicarakan tentang peranan kelahiran dalam perubahan jumlah penduduk,


sedangkan natalitas membicarakan peranan kelahiran dalam perubahan jumlah penduduk
dan reproduksi manusia
1. Angka kelahiran Kasar

2. Angka fertilitas umum

3. Angka fertilitas umur spesifik

4. Angka fertilitas total

5. Angka reproduksi gross

6. Angka reproduksi net

C. Kesakitan

Peristiwa sakit adalah keadaan selain sehat. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pengumpulan data sakit ini yaitu sumber laporan, menentukan sakit tidaknya seseorang,
menentukan diagnosis, umur, jenis kelamin, pekerjaan, tempat terjadinya, jumlah
penderita baru, serta lamanya penyakit berlangsung. Sumber data didapatkan dari
pelayanan kesehatan.
Data statistik vital dapat diperoleh dari beberapa sumber, tergantung dari sumber data,
maka jenis data yang tersedia akan berbeda-beda dan saling melengkapi. sumber-sumber
tersebut antara lain :
1. Kantor Catatan Sipil
2. Rumah Sakit
3. Kantor Kepolisian
4. Kantor Urusan Agama
5. Dinas Pemakaman
6. Kantor Asuransi

21
Sumber data statistik vital juga dapat dari sensus beberapa jenis survei, seperti Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia, Survei Kesehatan Rumah Tangga, Survei Sosial
Ekonomi Nasional, dan lain-lain.
Statistik vital digunakan sebagai dasar memperoleh berbagai ukuran demografi dan
epidemiologi dalam perencanaan nasional di berbagai sektor. Sistem Registrasi Sipil dan
Statistik Vital (Civil Registrations and Vital Statistics/ CRVS) yang baik menjadi dasar
untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi program pembangunan.

2.5 Ukuran Dasar Demografi

1. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)


Rasio Jenis Kelamin adalah perbandingan banyak jumlah penduduk laki-laki dan
jumlah penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑙𝑎𝑘𝑖−𝑙𝑎𝑘𝑖


Sex Ratio = 𝑥𝑘
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛

2. Angka Melek Huruf (Literacy Rate)


Ukuran ini menunjukkan banyaknya penduduk usia 10 tahun ke atas yang melek
huruf per seribu penduduk berumur 10 tahun ke atas. Secara matematis rumus
untuk menghitung AMH dapat ditulis sebagai berikut :
10+(𝑚𝑒𝑙𝑒𝑘 ℎ𝑢𝑟𝑢𝑓)
AMH = 𝑥𝑘
𝑃10+
Dimana:
AMH : 𝑃Angka
10 +
melek huruf
P10+ : Penduduk umur 10 tahun ke atas
K : Konstanta, biasanya 100
3. Rasio Kepadatan Penduduk (Population Density Ratio)
Angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk terhadap luas
wilayah atau berapa banyaknya penduduk per kilometer persegi pada tahun
tertentu. Rasio kepadatan penduduk dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :

22
Rasio Kepadatan Penduduk = h penduduk
Luas wilayah (𝑘𝑚 2)
4. Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate-CBR)
Angka kelahiran kasar (CBR) adalah banyaknya kelahiran dalam satu tahun tertentu
per seribu penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Secara matematis rumus
untuk menghitung CBR adalah sebagai berikut :
CBR = B/P x k
Dimana :
b : Jumlah kelahiran selama 1 tahun
P : Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
K : Bilangan konstan, biasanya 1.000

5. Angka Fertilitas Umum ( General Fertility Rate _GF)

Angka fertilitas umum (GFR) adalah banyaknya kelahiran pada suatu tahun per
1000 penduduk perempuan berumur 15-49 tahun atau 15-44 tahun pada
pertengahan tahun yang sama.

6. Angka Kelahiran menurut Umur (Age-Specific Fertility Rate-ASFR)


Angka kelahiran menurut kelompok umur (ASFR) menunjukkan banyaknya
kelahiran dari perempuan pada suatu kelompok umur pada suatu tahun tertentu
per 1.000 perempuan pada kelompok umur dan pertengahan tahun yang sama.

𝑏𝑖
ASFRi = xk
𝑝𝑓𝑖

Dimana:
Bi : jumlah kelahiran dari perempuan pada kelompok umur pada tahun Pif
: jumlah penduduk perempuan pada kelompok umur 𝑖 pada pertengahan
tahun yang sama
i : kelompok umur (𝑖=1 untuk perempuan kelompok umur 15-19 tahun, 𝑖=2
untuk 20-24 tahun,…, 𝑖=7 untuk 45-49 tahun).
k : bilangan konstanta biasanya 1.000

23
ASFRi = Age Specific Fertility Rate untuk perempuasn pada kelompok umur i,
 i = 1 untuk umur 15-19 tahun
 i = 2 untuk umur 20-24 tahun
 i = 3 untuk umur 25-29 tahun
 i = 4 untuk umur 30-34 tahun
 i = 5 untuk umur 35-39 tahun
 i = 6 untuk umur 40-44 tahun
 i = 7 untuk umur 45-49 tahun
7. Anak Lahir Hidup atau ALH (Children Ever Born-CEB)
Anak lahir hidup (ALH) mencerminkan banyaknya kelahiran hidup sekelompok atau
beberapa kelompok perempuan pada saat mulai memasuki reproduksi hingga pada
saat pengumpulan data dilakukan.

𝐴𝐿𝐻𝑖
Pi =
𝑃𝑓𝑖

Dimana:
Pi : Paritas atau jumlah ALH rata-rata untuk perempuan pada kelompok umur i
ALHi : Banyaknya anak yang dilahirkan hidup oleh perempuan pada kelompok
umur i
Pif : Banyaknya anak wanita pada kelompok umur i

8. Angka Reproduksi Bruto (Gross Reproduction Rate-GRR)


Adalah banyaknya bayi perempuan yang akan dilahirkan oleh suatu kohor
perempuan selama usia reproduksi mereka. Kohor kelahiran adalah kelompok
perempuan yang mulai melahirkan pada usia yang sama dan bersama-sama
mengikuti perjalanan reproduksi sampai masa usia subur selesai. Ukuran GRR dapat
diperoleh dengan dua cara yaitu dengan menggunakan angka fertilitas total (TFR)
atau menggunakan angka fertilitas menurut umur (ASFR). Perhitungan langsung
dari TFR dengan menggunakan rasio jenis kelamin pada saat lahir.

Jika diketahui TFR dan rasio jenis kelamin pada saat lahir adalah 105 (terdapat 105
bayi laki-laki dibanding 100 bayi perempuan maka rumus GRR adalah sebagai
berikut:
100
GRR= xTFR
205
24
Perhitungan menggunakan ASFR bagi perempuan.
Jika diketahui ASFR dan rasio jenis kelamin pada saat lahir adalah 105 (terdapat 105 bagi laki-laki
disbanding 100 bagi perempuan) maka rumur GRR adalah :

GRR = 5 7 i=1 𝐴𝑆𝐹𝑅 𝑖𝑓

ASFRi f : Angka kelahiran menurut umur untuk bayi perempuan untuk perempuan pada kelompok
umur i,

9. Angka Reproduksi Neto (Net Reproduction Rate-NRR)


Angka reproduksi neto (NRR) adalah angka fertilitas yang telah memperhitungkan faktor mortalitas, yaitu
kemungkinan bayi perempuan meninggal sebelum mencapai akhir masa reproduksinya. Asumsi yang
dipakai adalah bayi perempuan tersebut mengikuti pola fertilitas dan pola mortalitas ibunya.

10. Angka kematian kasar (Crude DeathRate-CDR)


Jumlah kematian per 1000 penduduk pada tahun tertentu. Secara matematis rumus menghitung CDR
adalah sebagai berikut :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑢𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢 x k atau M = 𝐷 x 1.000


CDR =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑡𝑎 ℎ𝑢𝑛 𝑃
𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
Dimana :
M : Angka kelahiran kasar
D : Jumlah kematian pada tahun tertentu
P : Jumlah penduduk pada pertengahan tahun tertentu K :
Konstanta umumnya 1.000

11. Angka kematian menurut umur (Age Specific Death Rate –ASDR)
Jumlah kematian yang terjadi pada kelompok umur tertentu per 1.000 penduduk kelompok umur
tersebut pada tahun tertentu. Rumus menghitung ASDR adalah

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝐼 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢


ASDR = 𝑥𝑘
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝐼 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢

atau
𝐷𝑖
ASDR = 𝑥 1000
𝑃𝑖
25
Dimana:
ASDR : Angka kematian kelompok umur tertentu pada tahun tertentu
Di : Jumlah kematian orang-orang pada kelompok umur I pada tahun tertentu
Pi : Jumlah penduduk pada kelompok umur I pada pertengahan tertentu
K : Konstanta, umurnya 1.000
12. Rasio kematian perinatal (Perinatal Mortality Ratio)
Kematian perinatal adalah kematian pada perinatal, yaitu periode sesaat sebelum
kelahiran, saat kelahiran dan beberapa saat setelah kelahiran.
Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
𝐷𝑧+𝐷𝑗 𝐷𝑧+𝐷𝑗
Rasio KP = x 1.000 Angka KP = 𝑥 1.000
𝐵 𝐵+𝐷𝑗
Dimana:
Rasio KP : Rasio kematian perinatal
Angka KP : Angka kematian perinatal
Dz : Jumlah kematian bayi maksimal umur 7 hari
Dj : Jumlah kematian janin minimal umur 28 minggu
B : Jumlah kelahiran hidup
13. Angka Kematian baru lahir (Neo-Natal Death Rate)
Kematian yang terjadi sebelum bayi berumur 1 bulan atau 28 hari per 1.000 kelahiran pada
periode tertentu.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑢𝑚𝑢𝑟 <1 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛


NNDR = x 1000
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛

14. Angka kematian Lepas Baru Lahir (Post Neo-Natal Death Rate)
Kematian yang terjadi pada bayi yang berumur antara 1 bulan sampai dengan kurang 1 tahun per
1.000 kelahiran pada periode tertentu :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟 1 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑠.𝑑 <1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
PNNDR = x 1000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛

15. Angka kematian Anak (Child Mortality Rate)


Jumlah kematian anak berumur 1-4 tahun selama 1 tahun tertentu per 1.000 anak
umur yang sama pada pertengahan tahun itu. Dengan demikian angka kematian
anak tidak menyertakan angka kematian bayi.

26
Jumlah kematian anak umur 1 − 4 tahun selama 1 tahun pada tahun tertentu
𝑥𝑘
Jumlah anak umur 1 − 4 tahun pada pertengahan tahun

16. Angka kematian Anak di bawah lima tahun (Childhood Mortality Rate)
Adalah jumlah kematian anak usia di bawah lima tahun (AKABA) didefinisikan
sebagai jumlah kematian anak usia di bawah lima tahun selama satu tahun per
1.000 anak usia yang sama pada pertengahan tahun tersebut.
Rumus AKABA adalah sebagai berikut:
Jumlah kematian anak berumur < 5 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
𝑥𝑘
Jumlah anak berumur < 5 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

17. Proporsi kematian anak di bawah lima tahun (Proportion of Children Dead Under
5) Adalah jumlah kematian anak usia di bawah 5 tahun selama 1 tahun tertentu
terhadap jumlah seluruh kematian selama tahun ini dengan rumus sbb:

Jumlah kematian anak umur < 5 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
x 100
Jumlah kematian selama tahun tersebut

18. Angka kematian Maternal (Maternal Mortality Rate – MMR)


Adalah jumlah kematian wanita yang disebabkan oleh komplikasi kehamilan dan
kelahiran anak per 100.000 kelahiran hidup pada tahun tertentu. Secara
matematiks dapat dituliskan sebagai berikut:
Jumlah kematian maternal
MMR = 𝑥𝑘
Jumlah kelahiran hidup

19. Angka kematian menurut penyebab (Cause Specific Death Rate)


Setiap kematian tertentu sebabnya dan perlu dicatat untuk kepentingan penanggulangannya
disamping untuk kepentingan statistik. Angka kematian menurut penyebab ini dinyatakan dalam
banyaknya kematian untuk suatu sebab tertentu per 100.000 penduduk. Rumusnya sebagai berikut:
Jumlah kematian karena kanker
CSDR kanker = 𝑥𝑘
Jumlah penduduk

20. Case Fatality Rate (CFR)


Banyaknya kematian penderita selama satu periode karena penyakit terte3ntu per
jumlah penderita penyakit tersebut yang mempunyai risiko mati pada periode yang
sama. Secara matematis CFR dapat dituliskan sebagai berikut:
Jumlah kematian karena kanker
CFR =
Jumlah penderita kanker

27
21. Proporsi Kematian karena sebab tertentu (Proportion dying of a Specific Cause-
PDSC)
Adalah jumlah kematian yang disebabkan oleh penyebab atau penyakit tertentu
disbanding dengan jumlah seluruh kematian.
Persamaannya adalah sebagai berikut:
Jumlah kematian karena sebab tertentu pada tahun tertentu
PDSC = xk
Jumlah seluruh kematian pada tahun tertentu

2.6 Konsep Migrasi

Komponen yang juga mempengaruhi besaran penduduk adalah migrasi, ada dua
jenis migrasi; pertama, migrasi internasional yaitu perpindahan penduduk yang
melintasi batas negara dan kedua, migrasi internal yaitu perpindahan penduduk yang
melintasi batas provinsi. Pola, arah, dan besaran migrasi sangat dinamis sehingga dalam
menentukan rate migrasi saat ini dan masa yang akan datang perlu kehati-hatian.
Terdapat dua pendekatan untuk menghitung migrasi internasioal; pertama, metode
langsung dengan menggunakan data sekunder yang dikumpulkan oleh Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Dirjen Imigrasi Kementrian Hukum dan Hak Asasi
Manusia; kedua, metode tidak langsung yaitu reverse survival ratio yang bersumber dari
dua data sensus penduduk. Sementara untuk menghitung migrasi internal atau antar
provinsi menggunakan data SP2010.

A. Migrasi Internasional

Kendala keterbatasan sumber data untuk menghitung migrasi internasional


menyebabkan tidak diketahuinya secara pasti berapa besarnya migrasi internasional.
Pendekatan pertama untuk memperoleh angka migrasi internasional neto
menghasilkan nilai negatif yaitu -1,1 dan pendekatan kedua menunjukkan angka
migrasi internasional neto sebesar -0,1. Angka ini memperlihatkan penduduk
Indonesia yang keluar lebih banyak daripada penduduk yang masuk di wilayah
teritorial Indonesia. Namun, rendahnya kualitas data migrasi internasional, tidak
diketahuinya secara pasti tentang pola dan arah migrasi internasional, dan sangat
dinamisnya perubahan dunia menjadi penentu bagi para pakar untuk menyepakati
bahwa migrasi internasional dapat diabaikan dalam pengaruhnya terhadap proyeksi
penduduk saat ini. Kehati-hatian dalam menentukan asumsi migrasi internasional
dipandang sebagai hal yang wajar dimana tren migrasi sewaktu-waktu dapat berubah
dengan cepat. Perubahan politik dan ekonomi pada negara asal dan penerima sangat
mempengaruhi arus migrasi, sehingga sulit memperkirakan bahwa keadaan akan
selalu konstan (tidak berfluktuasi) selama masa tahun proyeksi berlangsung. Krisis

28
politik, ekonomi, dan iklim yang sedang terjadi pada negara-negara penerima migran
tentunya akan merubah pola yang telah berlangsung selama sepuluh tahun terakhir,
hal ini mempersulit prediksi migrasi dimasa akan datang. Keadaan ini menunjukkan
asumsi migrasi internasional memerlukan pertimbangan nilai yang lebih stabil.

B. Migrasi Antarprovinsi

Pola migrasi provinsi merujuk pada pola migrasi data dasar yaitu pola migrasi
risen data SP2010, pola ini memperlihatkan kejadian migrasi tahun 2005-2010 dan
dihitung dengan metode Age Specific Net Migration Rate (ASNMR) menurut umur
dan jenis kelamin.
Perhitungan proyeksi penduduk untuk daerah perkotaan dan daerah perdesaan
menggunakan rumus Urban Rural Growth Difference (URGD), yaitu proyeksi
penduduk perkotaan berdasarkan perbedaan laju pertumbuhan penduduk antara
daerah perkotaan dan perdesaan. Penentuan asumsi URGD untuk provinsi
dikelompokkan menjadi tiga: a. URGD Tinggi, untuk provinsi yang perbedaan laju
pertumbuhan antara penduduk daerah perkotaan dan daerah perdesaan lebih dari 30
persen. Untuk kelompok provinsi dengan URGD tinggi diasumsikan terjadi
penurunan URGD sebesar 10 persen setiap 5 tahun. b. URGD Sedang, untuk provinsi
yang perbedaan laju pertumbuhan penduduk daerah perkotaan dan daerah perdesaan
antara 20-30 persen. Untuk kelompok provinsi dengan URGD sedang diasumsikan
terjadi penurunan URGD sebesar 7 persen setiap 5 tahun. c. URGD Rendah, untuk
provinsi yang perbedaan laju pertumbuhan penduduk daerah perkotaan dan daerah
perdesaan di bawah 20 persen. Untuk kelompok provinsi dengan URGD rendah
diasumsikan terjadi kenaikan URGD sebesar 5 persen setiap 5 tahun.

29
BAB III

TELAAH JURNAL

3.1 Hubungan Antara Perilaku Pacaran Remaja dan Pernikahan di Bawah Usia
20 Tahun Terhadap Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur 15-19 Tahun
Di Indonesia

Jurnal tersebut kami dapatkan dari hasil pencarian melalui database


Google Schoolar dengan keyword “Pernikahan Dini di Indonesia”. Oleh Hana
Sahab et al.

3.1.1 Latar Belakang

World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja adalah


penduduk dengan rentang usia 10-19 tahun. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 menyebutkan,
remaja adalah penduduk dengan kelompok usia 10 tahun sampai
berusia 18 tahun. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
(BKKBN) mendefinisikan rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan
belum menikah. Adanya peningkatan remaja Indonesia yang telah
mulai berpacaran sebelum berumur 15 tahun. Pacaran menjadi awal
mula terjadinya perilaku seksual remaja. Bentuk tingkah laku seksual
bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah
laku KNPI yaitu kissing, necking, petting, dan intercourse. Berpacaran
atau mempunyai hubungan romantis biasanya melibatkan proses
mencari orang spesial yang akan menemani dan kelak menjadi
pasangan dalam pernikahan. Lebih dari 20% masyarakat Indonesia
menikahkan anak-anaknya dalam usia muda. Menikah pada usia dini
merupakan masalah kesehatan reproduksi karena semakin muda umur
menikah semakin panjang rentang waktu untuk bereproduksi.

3.1.2 Metode Penelitian


Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan
pendekatan cross sectional Penelitian menggunakan analisis data
sekunder SDKI 2012. Populasi penelitian adalah wanita usia 15-19

30
tahun (menggunakan usia 15-19 tahun karena termasuk pada
kuesioner wanita usia subur pada SDKI 2012, sementara usia 15-24
tahun termasuk di dalam kelompok umur tersebut) dan belum
menikah dengan unit analisis per provinsi Indonesia. Besar sampel
pada penelitian ini ditentukan secara total sampling yaitu dengan
memasukkan seluruh populasi menjadi sampel penelitian.Analisis data
yang dilakukan yaitu analisis univariat dan Bivariat dengan
menggunakan uji korelasi pearson product moment, rank spearman,
dan parsial.

3.1.3 Hasil
Mean Usia Menikah di Bawah 20 Tahun Berdasarkan
menunjukkan bahwa menikah di bawah 20 tahun urutan tertinggi pada
provinsi Sulawesi Utara (17, terendah pada provinsi Kalimantan
Timur (13,61).

Berdasarkan grafik tersebut bahwa ASFR 15-19 tahun urutan


tertinggi pada provinsi Kalimantan Barat (104) sedangkan terendah
pada provinsi DKI Jakarta(20).
Hasil penelitian-penelitian terdahulu menyebutkan factor-faktor
yang berhubungan dengan pernikahan di bawah usia 20 tahun di
antaranya penelitian oleh Stang, terdapat hubungan bermakna antara
pengetahuan, pendidikan, pendapatan dan jumlah anggota keluarga
terhadap pernikahan dini. Penelitian oleh Friska Augustina Zai,
terdapat hubungan antara tempat tinggal, pendidikan remaja,

31
pekerjaan remaja, pendidikan orang tua, status ekonomi keluarga,
umur menarche dan penyuluhan kesehatan reproduksi dengan
pernikahan dini. Penelitian oleh Priska Pandaleke, ada hubungan nilai
signifikansi virginitas dengan pernikahan usia dini. Penelitian oleh
Nina Sopiyana, ada hubungan adat istiadat dan kepercayaan dengan
pernikahan dini. Penelitian oleh Astri Yunita, ada hubungan yang
signifikan antara kebudayaan masyarakat dengan kejadian pernikahan
usia muda. Dengan demikian dapat diketahui dari beberapa penelitian
tersebut, pernikahan di bawah usia 20 tahun lebih mengarah kepada
aspek sosial, ekonomi, budaya dan bukan mengarah kepada aspek
perilaku seksual pada remaja.

3.2 Penyuluhan dan Pengetahuan Tentang Pernikahan Usia Muda

Jurnal tersebut kami dapatkan dari hasil pencarian melalui database


Google Scholar dengan keyword “Pernikahan dini di Indonesia tahun 2013”.
Rentang waktu yang digunakan dalam pencarian ini adalah tahun 2013
sampai 2018.

3.2.1 Latar belakang


Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia.
Badan Pusat Statistik memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia
tahun 2010 sekitar 234,2 juta jiwa. Namun, hasil Sensus Penduduk
(SP) 2010 menunjukkan sekitar 3,5 juta lebih besar dari proyeksi. Laju
pertumbuhan penduduk yang diproyeksikan terus menurun menjadi
sekitar 1,27% tetapi pada SP 2010 tercatat sebesar 1,49%. Sasaran
pengendalian kuantitas penduduk yang tidak memenuhi harapan ini
tidak terlepas dari melemahnya Program Keluarga Berencana
Nasional. Usia perkawinan pertama (UKP) adalah indikator
dimulainya seorang perempuan berpeluang untuk hamil dan
melahirkan. Permasalahan kesehatan pada perempuan di Indonesia
berawal dari masih tingginya usia perkawinan pertama di bawah usia
20 tahun, yaitu 41,9% pada usia 15-19 tahun dan 4,8% pada usia 10-
14 tahun.

32
3.2.2 Metode
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan pre-
posttest dengan kelompok kontrol dilakukan di SMPN 1 Patuk pada
tanggal 11 Mei 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas VIII SMPN 1 Patuk. Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling, dan didapatkan sampel minimal
dengan menggunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis terhadap
rerata dua populasi yaitu sejumlah 25 orang untuk masing-masing
kelompok.

3.2.3 Analisis dan hasil

Hasil uji homogenitas untuk karakteristik usia responden,


didapatkan nilai p sebesar 0,412 (nilai p> 0,05) yang berarti bahwa
kedua kelompok memiliki karakteristik usia yang sama sehingga
karakteristik yang sudah dimiliki responden sebelumnya tidak akan
memengaruhi hasil penelitian. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kedua kelompok tersebut homogen. Sebagian besar responden berusia
14 tahun yaitu 48% pada kelompok eksperimen dan 52% pada
kelompok kontrol. Berdasarkan uji normalitas data, diketahui bahwa
nilai p> 0,05 maka data berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas
nilai pretest kedua kelompok, diketahui bahwa nilai p sebesar 0,803
(nilai p> 0,05) yang berarti nilai pretest kedua kelompok tersebut
homogen. Uji hipotesis dengan tingkat kepercayaan 95% bertujuan
untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan
pengetahuan tentang pernikahan usia muda. Terdapat perbedaan yang
signifikan antara nilai pretest dengan posttest (nilai p< 0,05),
menunjukkan peningkatan pengetahuan kelompok eksperimen dan
kontrol. Hasil uji beda dua kelompok saling bebas menyatakan
perbedaan peningkatan pengetahuan yang signifikan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dengan nilai p sebesar 0,000 (nilai
p< 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan tentang pernikahan
usia muda pada siswa kelas VIII SMPN 1 Patuk tahun 2013. Rerata

33
peningkatan nilai pada kelompok eksperimen adalah 20,48, sedangkan
pada kelompok kontrol adalah 7,20. Selisih rerata peningkatan
pengetahuan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
adalah 13,28

3.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan Terhadap Pernikahan Dini Pada


Pasangan Usia Subur di Kecamatan Mapanget Kota Manado

Jurnal tersebut kami dapatkan dari hasil pencarian melalui database


Google schoolar dengan keyword “Pernikahan dini di Indonesia”. Rentang
waktu yang di gunakan dalam pencarian ini adalah tahun 2013 sampai 2018.

3.3.1 Latar Belakang


Pernikahan dini early marriage merupakan suatu pernikahan
formal atau tidak formal yang dilakukan dibawah usia 18 tahun
(UNICEF, 2014). Suatu ikatan yang dilakukan oleh seseorang yang
masih dalam usia muda atau pubertas disebut pula pernikahan dini
(Sarwono, 2007). Dalam hal ini, yang dimaksud dengan remaja
adalah antara usia 10 – 19 tahun dan belum kawin. Sehingga seorang
remaja yang berusia antara 10-19 tahun yang telah melakukan ikatan
lahir batin sebagai seorang suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga dikatakan sebagai pernikahan dini atau pernikahan muda.
Salah satu faktor terjadinya pernikahan dini lainnya adalah
pendidikan remaja dan pendidikan orang tua. Tingkat pendidikan
maupun pengetahuan anak yang rendah dapat menyebabkan adanya
kecenderungan melakukan pernikahan di usia dini (Alfiyah, 2010).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nandang, dkk
(2009) yang menunjukkan bahwa remaja muda yang berpendidikan
rendah memiliki resiko (ods ratio) 4,259 kali untuk menikah dini
daripada remaja muda yang berpendidikan tinggi. Pendidikan orang
tua juga memiliki peranan dalam keputusan buat anaknya, karena di
dalam lingkungan keluarga ini, pendidikan anak yang pertama dan
utama (Nandang, 2009). Peran orang tua juga menentukan remaja
untuk menjalani pernikahan di usia muda. Orang tua juga memiliki

34
peran yang besar untuk penundaan usia perkawinan anak (Algifari,
2002). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nurhajati, dkk (2013) yang mengungkapkan bahwa keputusan
menikah di usia muda sangat ditentukan oleh peran oang tua.
Selain itu faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini
adalah pekerjaan pelaku pernikahan dini. Pekerjaan dapat mengukur
status sosial ekonomi serta masalah kesehatan dan kondisi tempat
seseorang bekerja (Guttmacher dalam Yunita, 2014).
Pernikahan dini di lingkungan remaja cenderung berdampak
negatif baik dari segi sosial ekonomi, mental/psikologis, fisik,
terutama bagi kesehatan reproduksi sang remaja tersebut (Nad,2014).
Dampak dari pernikahan usia dini kesehatan reproduksi salah
satunya yaitu perempuan usia 15-19 tahun memiliki kemungkinan
dua kali lebih besar meninggal
Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan yang akan
dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan terhadap pernikahan dini pada remaja di
Kecamatan Mapanget Kota Manado.

3.3.2 Metode
Dalam penelitian ini rancangan yang digunakan adalah analitik
kuantitatif. Variabel bebas (x) berkaitan dengan orang tua dan
respodennya, sedangkan variabel tergantungnya (y) berkaitan dengan
pernikahan dii

3.3.3 Analisis dan Hasil


1. Hubungan Antara Peran Orang Tua Dalam Komunikasi Keluarga
dengan Status Pernikahan Dini

Peran orang tua sangat menentukan remaja untuk menjalani


pernikahan di usia muda (Al Ghifari, 2002). Nurhajati (2013) juga
mengungkapkan bahwa orang tua yang memiliki keterbatasan
pemahaman khususnya tentang kesehatan reproduksi, hak anak
maka kecenderungan yang terjadi adalah menikahkan anaknya.

35
Orang tua memiliki peran yang besar terhadap kejadian
pernikahan dini.
Ada tiga elemen penting dalam penentu keputusan seseorang
untuk menikah usia remaja ditinjau dari perspektif komunikasi
keluarga yaitu peran orang tua sebagai pemegang kekuasaan
dalam keluarga, peran keluarga sebagai sebuah komponen
komunikasi dan peran keluarga dalam membangun relasi intim
dengan anggota keluarga (Nurhajati, 2013).
2. Hubungan Antara Pendidikan Orang Tua dengan Status
Pernikahan Dini
Peran orang tua terhadap kelangsungan pernikahan dini pada
dasarnya tidak terlepas dari tingkat pengetahuan orang tua yang
dihubungkan pula dengan tingkat pendidikan orang tua (Juspin,
2012). Selain itu, Juspin (2012) juga mengungkapkan bahwa
tingkat pendidikan keluarga ini akan mempengaruhi pemahaman
keluarga tentang tentang kehidupan berkeluarga yang lebih baik.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pihak
orang tua terhadap anaknya adalah faktor pendidikan keluarga.
Remaja yang memiliki latar belakang orang tua berpendidikan
rendah maka memiliki resiko lebih besar untuk menikah dini
daripada remaja yang memiliki latar belakang orang tua
berpendidikan tinggi.
3. Hubungan Antara Pendidikan Responden dengan Status
Pernikahan Dini
Notoatmojo (2003) mengungkapkan bahwa semakin tinggi
pendidikan maka akan semakin besar pengetahuan yang
didapatkan. Remaja yang berlatarbelakang pendidikan tinggi
memiliki resiko lebih kecil untuk melakukan penikahan dini
dibandingkan responden yang berlatarbelakang pendidikan
rendah. Hal ini dikarenakan pengetahuan yang mereka dapatkan
lebih banyak

36
4. Hubungan Antara Pekerjaan Responden dengan Status
Pernikahan Dini
Hal yang mempengaruhi kejadian pernikahan usia muda
bukan dari sudut pandang pekerjaan remaja melainkan lebih ke
pekerjaan orang tua. Dengan pekerjaan orang tua maka akan
mencerminkan status sosial ekonomi dari keluarga remaja
tersebut (Yunita, 2014). Kehidupan seseorang sangat ditunjang
oleh kemampuan ekonomi keluarga, sebuah keluarga yang berada
di garis kemiskinan akan mengambil keputusan bahwa untuk
meringankan beban orang tuanya maka anak wanita dikawinkan
dengan orang-orang yang dianggap mampu.
5. Variabel yang Dominan Berpengaruh Terhadap Pernikahan Dini
Ada tiga elemen penting dalam penentu keputusan seseorang
untuk menikah usia remaja ditinjau dari perspektif komunikasi
keluarga yaitu peran orang tua sebagai pemegang kekuasaan
dalam keluarga, peran keluarga sebagai sebuah komponen
komunikasi dan peran keluarga dalam membangun relasi intim
dengan anggota keluarga (Nurhajati, 2013). Dalam hal ini peran
orang tua sangat berpengaruh, serta bagaimana komunikasi
keluarga ini terjalin serta cara mendidik orang tua kepada anak
remaja ini juga menjadi faktor terjadinya pernikahan dini.

3.4 Child Marriage and Associated Outcomes in Northern Ghana : A Cross-


Sectional Study

Jurnal tersebut kami dapatkan dari scopus.com dengan keyword


“number of married”.

3.4.1 Latar Belakang


Pernikahan anak usia dini merupakan kejahatan hak asasi
manusia yang sangat berdampak pada anak (sebagian besar
perempuan) yang terpaksa menikah, dan anak yang dilahirkannya
kelak. Pernikahan anak usia dini adalah ketika salah seorang
pasangan usianya dibawah 18 tahun pada saat pernikahan. Tingkat

37
pernikahan anak usia dini sangat tinggi di negara berpendapatan
rendah. Faktor pencetus pernikahan anak usia dini adalah kebutuhan
ekonomi, dengan menikahkan anak gadis akan mengurangi beban
finansial rumah tangga dan keluarga juga akan menerima mahar.
Faktor lainnya adalah norma sosial dan keinginan memperkuat
hubungan sosial dan merasa terlindungi, serta meningkatkan status
sosial mereka. Ada orangtua yang berasalan dengan menikahkan
anak gadis mereka agar terhindar dari kejahatan seksual, kehamilan
pranikah dan penularan infeksi seksual. Banyak dampak negatif pada
pernikahan anak usia dini, dampak pada kesehatan reproduksi,
kehamilan buruk, risiko HIV dan penularan penyakit seksual,
kematian anak dan juga kejahatan yang bisa saja dilakukan
pasangannya.
Ghana, negara dengan pendapatan rendah-menengah,
pernikahan anak usia dini dilarang oleh hukum. Berdasarkan
konstitusi Ghana 1992, setiap orang yang berusia dibawah 18 tahun
tidak boleh menikah atau dinikahi, hal ini diperjelas oleh Children
act’s 1998 yang mengatur usia legal untuk menikah adalah 18 tahun
untuk laki-laki dan perempuan. Prevalensi pernikahan anak di Ghana
tetap tinggi, satu dari lima anak perempuan menikah sebelum
ulangtahun ke 18nya (20,7%) dan satu dari 20 gadis (4,9%) menikah
dibawah umur 15 tahun. Walaupun hal ini dapat terjadi pada anak
laki-laki, tetapi prevalensinya lebih kecil daripada anak perempuan :
hanya 2,3% pria yang menikah pada usia 18 tahun. Prevalensi
tertinggi terjadi di tiga wilayah utara Ghana, banyak di wilayah
pedesaan dengan banyak warga miskin dan tertinggal. Prevalensinya
menurun dari 35% pada tahun 1990 menjadi 28% tahun 2003 dan
25% pada 2008, tetapi stabil pada tahun 2011 and 2014, akan tetapi
data dari hasil survey terbaru menunjukkan adanya peningkatan di
tiga wilayah utara Ghana (dari 26.4% pada tahun 2011 menjadi
33.6% pada 2014) dan menurun pada wilayah yang lainnya (dari

38
20,9 menjadi 18,5% dan dari 19,2 menjadi 18,5% di bagian sentral
dan selatan Ghana).
Meskipun basis bukti global pada konsekuensi pernikahan anak
cukup besar, studi mendalam yang mempelajari dinamisme dan
konsekuensi pernikahan anak di Ghana secara khusus masih
langka. Pemahaman yang baik tentang dinamika perkawinan anak
sangat penting untuk memotivasi lebih banyak tindakan untuk
mengurangi tingkat pernikahan anak, terutama mengingat bahwa
tidak ada penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu,
dataset yang sudah biasa digunakan untuk mempelajari dampak iklan
dari perkawinan anak, termasuk Demografi dan Survei Kesehatan
(DHS) dan Beberapa Indikator Survei Kelompok (MICS), bertujuan
untuk dapat dibandingkan di seluruh negara. Menggunakan dataset
yang unik dari rumah tangga yang sangat miskin di dua wilayah di
Ghana Utara, wilayah yang diidentifikasi memiliki tingkat
pernikahan anak tertinggi, makalah ini menggambarkan hubungan
antara pernikahan anak dan dampak hasil antara perempuan dan
anak-anak mereka dan juga berkontribusi terhadap literatur dengan
menerapkan langkah-langkah inovatif yang berkaitan dengan
pemberdayaan perempuan, konsep minat yang luas dalam
pengembangan untuk mengukur dalam semua dimensi.

3.4.2 Metode
Data penelitian diambil dari survey dasar dari dampak evaluasi
longitudinal Livelihood for Empowerment Against Poverty (LEAP),
dimana pemerintah memberikan bantuan finansial kepada wanita
hamil dan keluarga yang memiliki anak usia dibawah 15 bulan,
bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki gizi anak.
Sampelnya terdiri dari 1349 wanita yang sudah menikah usia 20-29
tahun dari 2497 rumah tangga di sebelah utara dan timur atas Ghana.
Dengan memperkirakan serangkaian kuadrat terkecil untuk menguji
perkumpulan pernikahan anak usia dini dengan kesehatan,
kesuburan, kontrasepsi, kematian anak, dukungan sosial, dan stress.

39
3.4.3 Analisis dan hasil
Kontrol yang digunakan dalam analisis ini karakteristik individu
(usia dan pencapaian pendidikan tertinggi), faktor tingkat rumah
tangga (ukuran rumah tangga; jumlah anggota di masing-masing
kelompok usia berikut: 0 hingga 5 tahun, 6 hingga 12 tahun, 13
hingga 17 tahun, 18 hingga 24 tahun, 25 hingga 34 tahun, 35 hingga
44 tahun, 45 hingga 54 tahun, dan 55 hingga 64 tahun, jenis kelamin
kepala rumah tangga, apakah kepala rumah tangga pernah
bersekolah, log konsumsi setara bulanan rumah tangga perorangan di
Ghana cedi) dan variabel dikotomis untuk masing-masing distrik
Karaga, Yendi, Bongo dan Garu-Tempane.
Table 1 Sample characteristics, Women aged 20–29 years, Ghana LEAP 1000
Baseline
Ever-married women 20 to Ever-married women 20 to
24 years old 29 years old

N % N %

Age
20 to 24 years 594 100.0 594 44.0
25 to 29 years 755 56.0
Educational achievement
No schooling 407 68.5 1000 74.1
Some primary 50 8.4 117 8.7
Primary completed or higher 137 23.1 232 17.2
Region of residence
Northern 414 69.7 976 72.4
Upper East 180 30.3 373 27.7
Marital status
Married/Union –
Monogamous 441 74.2 913 67.7
Married/Union –
Polygamous 148 24.9 418 31.0
Separated/Divorced/Widow
ed 5 0.8 18 1.3
Child marriage status
Married after 18th birthday 416 70.0 1018 75.5
Married between 15 – 18th
birthday 154 25.9 284 21.1
Married before 15th
birthday 24 4.0 47 3.5

40
Table 2 Means and standard deviations of outcome variables, Women aged 20–29
years, Ghana LEAP 1000 Baseline
Ever-married women 20 to Ever-married women 20 to
24 years old 29 years old

N Mean SD N Mean SD

Health outcomes
Illness in last 2 weeks 594 0.24 0.43 1349 0.30 0.46
No valid NHIS card 594 0.46 0.50 1348 0.44 0.50
Fair/poor self-rated health 516 0.18 0.38 1174 0.21 0.41
Believes health is not better than a year
ago 516 0.52 0.50 1174 0.54 0.50
Has difficulty with ADL 516 0.48 0.50 1174 0.50 0.50
Fertility, contraception, and child mortality
Age of first birth 493 18.93 2.25 1150 19.32 2.71
Adolescence childbearing 594 0.47 0.50 1349 0.45 0.50
First born child died 495 0.08 0.27 1152 0.10 0.30
Use any contraceptive 447 0.12 0.32 1025 0.15 0.36
Use modern contraceptive 447 0.12 0.32 1025 0.14 0.34
Unmet need for contraception 447 0.03 0.17 1025 0.03 0.17
Empowerment, agency, support & stress
Currently saving money 516 0.04 0.20 1174 0.06 0.24
Believes life determined by own actions 516 0.21 0.41 1174 0.22 0.41
Believes have power to make decisions -
life course 516 0.21 0.40 1174 0.22 0.41
Believes have power to make decisions -
children’s wellbeing 516 0.14 0.35 1174 0.16 0.37
Believes have power to make decisions -
household wellbeing 516 0.09 0.29 1174 0.11 0.32
Believes capable protecting own interests
within family 516 0.10 0.30 1174 0.12 0.32
Believes capable protecting own interests
outside family 516 0.11 0.31 1174 0.15 0.36
MOS-Social Support score 516 53.34 23.25 1174 51.99 22.74
Cohen perceived stress scale 516 21.00 4.70 1174 21.64 4.94

Tabel 1 memberikan statistik deskriptif berdasarkan kelompok


usia. Tingkat pendidikan para wanita di sample rendah, hampir 70%
tidak mendapat pendidikan sama sekali dalam kelompok usia 20
hingga 24 tahun (75% dalam kelompok usia 20 hingga 29 tahun).
Tingkat pernikahan anak dalam kelompok usia 20 hingga 24 tahun
adalah 30%. Sekitar 4% dari 20 hingga 24 tahun menikah sebelum

41
usia 15 tahun. Pada kelompok usia 20 hingga 29 tahun, kira-kira satu
dari empat wanita menikah sebelum usia 18 dan 3,5% sebelum usia
15 tahun.
Tabel 2 menggambarkan sarana dan standar deviasi dari hasil
penelitian ini. Sekitar sepertiga dari sampel (24% dari mereka yang
berusia 20 sampai 24 tahun) mengalami sakit dalam 2 minggu
terakhir, dan 21% dari sampel (18%) melaporkan diri dalam
kesehatan yang baik atau buruk. Selanjutnya, 44% (46%)
melaporkan tidak memiliki kartu NHIS yang valid. Sehubungan
dengan kesuburan dan kontrasepsi, usia rata-rata kelahiran pertama
dalam sampel adalah 19 tahun, dan 45% (47%) melaporkan memiliki
kelahiran pertama mereka saat masa remaja. Tingkat penggunaan
kontrasepsi modern adalah 14% (12%). Angka ini rendah
(dibandingkan dengan 21 hingga 24% wanita berusia 20 hingga
29 tahun secara nasional dengan menggunakan metode modern )
cenderung mencerminkan barrier akses kontrasepsi terkait
kemiskinan serta kriteria kelayakan studi (kehamilan dan pasca-
kehamilan), ketika perempuan cenderung menggunakan
kontrasepsi. Sangat sedikit wanita yang melaporkan saat ini
menyimpan uang dalam bentuk tunai (6% dari sampel penuh dan 4%
dari 20 hingga 24 tahun), yang mencerminkan kondisi umum
kemiskinan dalam sampel ini. Selanjutnya, di agensi (pemberdayaan)
skala, persentase pelaporan menunjukkan bahwa mereka memiliki
kekuatan untuk membuat keputusan terkait dengan berbagai item
berkisar dari 11% (kesejahteraan rumah tangga (9%)) hingga 22%
(perjalanan hidup (21%)).Rata-rata pada MOS-SS dan Cohen yang
dirasakan skala stres adalah 51,99 (53,34) dan 21,64 (21), masing-
masing.

a. Hubungan antara perkawinan anak dan kesehatan


Gambar 1 menyajikan hasil yang terkait dengan kesehatan
umum. Pernikahan anak dikaitkan dengan peningkatan
kemungkinan mengalami kesulitan ADL (OR = 2,08; CI 1,28 -

42
3,38 di antara wanita 20 hingga 24 tahun dan OR = 1,58; CI
1,19 - 2,12 di antara wanita 20 hingga 29 tahun). Tidak ada
hubungan antara perkawinan anak dan penyakit, memiliki kartu
NHIS yang valid, penilaian kesehatan mandiri, pelaporan
kesehatan mandiri yang tidak terbukti dibandingkan dengan satu
tahun sebelumnya.

b. Hubungan antara pernikahan anak usia dini hasil kesuburan,


kontrasepsi dan kematian anak
Hasil yang terkait dengan kesuburan dilaporkan pada
Gambar. 2A (hasil dikotil-omous) dan Gambar. 2B (hasil
berkelanjutan). Pernikahan anak dikaitkan dengan proses
melahirkan anak sebelumnya; usia rata-rata pada kelahiran anak
pertama mereka adalah sekitar dua tahun lebih muda untuk wanita
yang menikah sebagai dibawah umur dibandingkan dengan
wanita yang menikah sebagai orang dewasa (Koefisien Regresi
(RC) = - 1,98; CI -2,36 - -1,59 di antara sampel berusia 20 hingga
24 tahun; RC = - 2,14; CI -2,44 - -1,83 di antara sampel berusia
20 hingga 29 tahun). Hal ini juga tercermin dalam kemungkinan
remaja , yang jauh lebih tinggi di antara wanita yang menikah
sebelum usia 18 (OR = 4,97; CI 3,15 - 7,86 di antara wanita 20
sampai 24 tahun dan OR = 5,71; CI 4,06 - 8,05 di antara wanita
20 sampai 29 tahun). Selanjutnya, anak pertama lahir dari wanita
yang menikah sebelum usia 18 memiliki peluang kematian anak,
dibandingkan dengan perempuan yang menikah setelah 18 tahun
(OR = 2,03; CI 1,09-3,77 antara perempuan 20 sampai 24; tidak
secara statistik signifikan di antara wanita 20 hingga 29
tahun). Pernikahan anak tidak terkait dengan perbedaan dalam
penggunaan kontrasepsi saat ini, baik tradisional atau modern,
atau kebutuhan yang tidak terpenuhi untuk kontrasepsi.

c. Hubungan antara pernikahan anak dan pemberdayaan, dukungan


sosial dan stres

43
Pada Gambar 3A (hasil dikotomi) dan Gambar. 3B (hasil
berkelanjutan) menyajikan temuan yang berkaitan dengan
tabungan, dukungan, persepsi yang dirasakan sendiri dan agensi.
Pernikahan anak dikaitkan dengan tingkat stres yang dilaporkan
lebih rendah pada 20 sampai umur 29 tahun (Koefisien = - 1,18;
CI -1,84 - -0,51). Sebaliknya, wanita yang menikah sebagai anak-
anak memiliki peluang lebih rendah untuk percaya bahwa hidup
mereka ditentukan oleh tindakan mereka sendiri (OR = 0,42; CI
0,25 - 0,72 di antara wanita 20 hingga 24 tahun dan OR = 0,54;
CI 0,39 - 0,75 di antara wanita 20 hingga 29 tahun). Tidak ada
hubungan yang signifikan antara pernikahan anak dan tabungan,
dukungan sosial, atau pernyataan agen yang tersisa dalam sampel
ini.

44
BAB IV
PEMBAHASAN

Tingginya angka pernikahan dini di Tanah Air dinilai bakal mengancam


bonus demografi yang bakal dinikmati negeri ini. Pasalnya, menurut laporan
United Nations Children's Fund (Unicef) dan Badan Pusat Statistik (BPS),
sekitar 1.000 anak perempuan di bawah 18 tahun menikah setiap harinya.
Pernikahan dini juga berdampak buruk bagi masyarakat dan pemerintah. Ini
berkaitan dengan demografi usia produktif. Akibat pernikahan, anak menjadi
terputus akses pendidikan dan kesehatannya. Jika tren perkawinan dini terus
berlanjut dapat mempengaruhi kualitas bonus demografi, khususnya
pertumbuhan sosial dan ekonomi. Pasalnya, usia produktif berusia 15 tahun
ke atas pada 2020-2030 mencapai 70%. Bonus kependudukan itu bisa
mempercepat roda pertumbuhan ekonomi kalau saja generasi muda memiliki
kualitas baik secara pendidikan, pekerjaan, dan kesehatan. Kalau tidak,
negara merugi karena ada tentu ada cost-nya. Tantangan mencegah
pernikahan dini tidak hanya dari sisi kebijakan, namun juga diperlukan
perspektif dari kaum muda yang sadar akan dampak buruk tersebut.

Pernikahan dini adalah pelanggaran hak asasi manusia dan memiliki efek
buruk pada anak-anak (sebagian besar perempuan) yang masuk ke dalam
pernikahan ini, dan pada masa depan anak-anak mereka, menciptakan siklus
antargenerasi yang merugikan. Pernikahan anak disebut juga sebagai
pernikahan dini, pernikahan anak didefinisikan sebagai pernikahan yang
terjadi ketika salah satu pasangan lebih muda dari 18 tahun pada saat
pernikahan. Tingkat pernikahan dini yang tertinggi kebanyakan berada di
negara-negara berpenghasilan rendah. Menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) usia menikah ideal untuk perempuan adalah
20-35 tahun dan 25-40 tahun untuk pria. Karena pada umur 20 tahun ke atas,
organ reproduksi perempuan sudah siap mengandung dan melahirkan.
Sedangkan pada usia 35 tahun mulai terjadi proses regeneratif.

45
Demografi merupakan ilmu yang mempelajari persoalan dan keadaan
perubahan-perubahan penduduk atau dengan kata lain segala hal yang
berhubungan dengan komponen-komponen perubahan tersebut seperti;
kelahiran, kematian, perkawinan, migrasi sehingga menghasilkan suatu
kedaan dan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin tertentu.
Kali ini kasus yang kami ambil yaitu status demografi berhubungan dengan
maraknya pernikahan dini.
Status demografi di Indonesia tidak berbanding jauh dengan negara-
negara lain di Asia. Dari data sosio demografi didapatkan bahwa penyebab
pernikahan dini adalah tingkat pendidikan dan ekonomi yang yang rendah.
Jika dibandingan dengan negara Kamboja, Indonesia menempati urutan kedua
tertinggi di Asia Tenggara setelah Kamboja dengan faktor sosio demografi
yang sama.

46
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Demografi merupakan ilmu yang mempelajari persoalan dan keadaan


perubahan-perubahan penduduk atau dengan kata lain segala hal yang
berhubungan dengan komponen-komponen perubahan tersebut seperti;
kelahiran, kematian, perkawinan, migrasi sehingga menghasilkan suatu
kedaan dan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin tertentu.
Dinamika penduduk adalah pertumbuhan penduduk yang merupakan
keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan
kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk.
Struktur dan persebaran penduduk akan membahas terbatas pada
komposisi penduduk dan persebaran penduduk. Dalam demografi ada tiga
fenomena yang merupakan bagian penting dari penduduk, yaitu: 1) Dinamika
kependudukan (change in population), 2) Komposisi penduduk (population
composition), 3) Besar dan persebaran penduduk (size and poplation
distribution). Statistik vital adalah merupakan bagian dari statistik kesehatan
yang membicarakan beberapa ukuran dan tehnik yang digunakan untuk
mengevaluasi status kesehatan masyarakat dari kejadian yang terjadi sehari-
hari. Misalnya kelahiran, kematian, kesakitan, perkawinan, perceraian dan
adopsi.
Berdasarkan analisis keempat jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa
demografi memberikan sedikit banyak pengaruh kepada struktur penduduk di
suatu wilayah. Korelasi antara kasus yang dianalisis dengan status demografi
berbeda-beda. Demografi pasien secara holistik perlu diperhatikan untuk
memperoleh asuhan keperawatan maksimal dan memberikan kenyaman pada
pasien.

47
5.2 Saran

Menyadari bahwa penulis jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis


akan lebih fokus dan detail menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya bisa
dipertanggungjawabkan.

48
DAFTAR PUSTAKA

Danardono. 2012. DEMOGRAFI.


http://danardono.staff.ugm.ac.id/matakuliah/demografi/Demografi-2012-
part1.pdf.

Nurianti, Irma. KONSEP DASAR DEOGRAFI.


http://danardono.staff.ugm.ac.id/matakuliah/demografi/Demografi-2012-
part1.pdf.

Drg. Pangemanan, Donny SKM, Felix Kaim, dr,M Kes. “Metedologi Penelitian
Biomedis”. Halaman 131-132.
http://repository.maranatha.edu/2522/11/Metlit%20BAB%20X.pdf. Diakses
pada tanggal 13 April 2018.

Sulistiyowati Ning, et al. 2016. “Akurasi Sistem Registrasi Kematian dan


Penyebab Kematian (Studi Tipikal Sejumlah Daerah di Indonesia) Masih
Perlu Banyak Peningkatan: Sistem Registrasi Kematian dan Penyebab
Kematian di Beberapa Daerah, Indonesia 2014”.
https://media.neliti.com/media/publications/179253-ID-akurasi-sistem-
registrasi-kematian-dan-p.pdf. Diakses pada tanggal 13 April 2018.

Efendi, Fery. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Setianingtyas, Pradipta. 2011. Konsep Dasar Demografi. ty


https://www.scribd.com/doc/80890273/Konep-Dasar-Demografi-Edit.
Diakses pada 12 April 2018.

Soemantri, dkk. 2007. KEMATIAN ANAK DAN UMUR HARAPAN HIDUP DI


NANGGROE ACEH DARUSSALAM.
https://media.neliti.com/media/publications/154991-ID-kematian-anak-dan-
umur-harapan-hidup-di.pdf
Djamilah, dkk. 2014. Dampak Perkawinan Anak di Indonesia.
https://journal.ugm.ac.id/jurnalpemuda/article/viewFile/32033/19357
Naibaho, Natalya. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERNIKAHAN USIA MUDA (STUDI KASUS DI DUSUN IX SEROJA

49
PASAR VII TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN
KABUPATEN DELI SERDANG).
https://media.neliti.com/media/publications/222063-faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-pernikah.pdf
Arimurti, Intan, dkk. 2017. ANALISIS PENGETAHUAN PEREMPUAN
TERHADAP PERILAKU MELAKUKAN PERNIKAHAN USIA DINI DI
KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN BONDOWOSO.
file:///C:/Users/User/Downloads/7599-23884-1-SM%20(2).pdf
Zahab Hana, Yudhy Dharmawan, Sri Winarni. Juli 2017. “Hubungan Antara
Perilaku Pacaran Remaja Dan Pernikahan Di Bawah Usia 20 Tahun
Terhadap Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur 15-19 Tahun Di
Indonesia”. http://eprints.undip.ac.id/60420/. Diakses pada tanggal 23 April
2018.

Nurjanah, Rufaida, Dwiana Estiwidani, dan Yuliasti Eka Purnamaningrum. 2013.


Penyuluhan dan Pengetahuan Tentang Pernikahan Usia Muda. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional. 8(2).

Desiyanti, I. W. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan terhadap pernikahan dini


pada pasangan usia subur di Kecamatan Mapanget Kota
Manado. JIKMU, 5(3).

50

Anda mungkin juga menyukai