Anda di halaman 1dari 8

Nama : Silvia Farhanidiah

NIM : 131611133072
Kelas : A2
Tugas :Discovery Learning 5 “Hal-hal yang melanggar etis yang dilakukan oleh mahasiswa
keperawatan”

Pelanggaran Kode Etik dalam Praktik Pemberian Asuhan Keperawatan yang


Profesional

Tugas tenaga kesehatan berdasarkan ketentuan Pasal 50 UU 23/1992 adalah


menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang
keahliannya dan atau kewenangannya masing-masing. Agar tugas terlaksana dengan
baik, Pasal 3 PP 32/1996 menentukan ”setiap tenaga kesehatan wajib memiliki keahlian
dan keterampilan sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikannya yang dibuktikan dengan
ijazah.” Ketentuan Pasal 53 ayat (2) UU 23/1992 jo. Pasal 21 ayat (1) PP 32/1996 tenaga
kesehatan dalam melaksanakan tugas diwajibkan untuk memenuhi stadar profesi dan
menghormati hak pasien.

Salah satu tenaga kesehatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan adalah tenaga profesi perawat. Perawat merupakan tenaga profesional yang
memiliki body of knowledge yang khusus dan spesifik dan dalam menjalankan praktik
profesinya memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat, sehingga perawat juga sangat
terikat oleh atauran-aturan hukum yang mengatur praktik tenaga kesehatan.

Aspek hukum praktik keperawatan merupakan perangkat hukum atau aturan-


aturan hukum yang secara khusus menentukan hal-hal yang seharusnya dilakukan atau
larangan perbuatan sesuatu bagi profesi perawat dalam menjalankan profesinya. Aspek
hukum yang terkait langsung dengan praktik keperawatan diantaranya adalah UU 23/1992
tentang kesehatan; PP 32/1996 tentang tenaga kesehatan; Kep.Men.Pan/II/2001 tentang
jabatan fungsional perawat dan angka kreditnya; Kep.Men.Kes 1239/XI/2001 tentang
registrasi dan praktik perawat; Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik No.
Y.M.00.03.2.6.956 tentang hak dan kewajiban perawat. Sampai saat ini profesi
keperawatan di Indonesia belum memiliki aturan hukum khusus tentang praktik perawat
setingkat Undang-Undang.

Pemahaman perawat tentang aspek hukum tersebut akan menuntun perawat


untuk melaksanakan praktiknya secara profesional, bertangung jawab dan tanggung
gugat. Kondisi tersebut nampaknya sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh
Green, (1980) yaitu perilaku seseorang dipengaruhi dan ditentukan oleh pengetahuan,
sikap, dan kepercayaannya. Dengan demikian faktor pengetahuan akan sangat
mempengaruhi perawat dalam pemenuhan hak-hak pasien.

Pada perkembangannya dalam melayani pasien di rumah sakit, perawat


nampaknya belum begitu terpapar dengan pemahaman tentang aspek hukum kesehatan
khususnya yang menyangkut aturan-aturan hukum yang mengatur praktik keperawatan.
Kondisi tersebut bisa dilihat dari hasil penelitian Hariyati (1999) di rumah sakit Bhakti
Yudha Depok, menyatakan bahwa 64,29 % perawat yang disurvei memiliki tingkat
pengetahuan yang rendah tentang aspek hukum praktik perawat.

Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap hak untuk mendapatkan pelayanan


keperawatan yang bermutu, mendorong profesi perawat untuk lebih meningkatkan
kualitas pelayanannya. Perkembangan masyarakat terhadap pemahaman hukum harus
diikuti oleh pemahaman perawat terhadap konsekuensi hukum dari semua tindakan
keperawatan. Perawat harus menyadari perubahan yang terjadi pada masyarakat saat ini
terkait kesadaran akan hak-haknya. Perawat sebagai salah satu anggota dari health
provider harus mengantisipasi dirinya dengan meningkatkan pemahaman dan kesadaran
tentang aspek-aspek hukum yang berhubungan dengan jasa pelayanan/praktik
keperawatan, demikian juga kesadaran untuk melakukan tugas sesuai dengan standar
profesi.

Profesi perawat memiliki kewajiban untuk mampu memberikan jaminan pelayanan


keperawatan yang profesional kepada masyarakat umum. Kondisi demikian secara
langsung akan menimbulkan adanya konsekuensi hukum dalam praktik keperawatan.
Sehingga dalam praktik profesinya dalam melayani masyarakat perawat terikat oleh
aturan hukum, etika dan moral.

Di Indonesia salah satu bentuk aturan yang menunjukan adanya hubungan hukum
dengan perawat adalah UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, Pasal 1 angka 2
menyebutkan bahwa ”Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan”. Berdasarkan PP No. 32/1996 Pasal 2 ayat (1) jo, ayat (3)
perawat dikatagorikan sebagai tenaga keperawatan.

Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, merupakan UU yang


memberikan kesempatan bagi perkembangan profesi keperawatan, dimana dinyatakan
standar praktik, hak-hak pasien, kewenangan, maupun perlindungan hukum bagi profesi
kesehatan termasuk keperawatan. UU No. 23 tahun 1992 telah mengakui profesi
keperawatan, namun dalam praktik profesinya, profesi keperawatan harus berjuang untuk
mendapat pengakuan dari
profesi kesehatan lain, dan juga dari masyarat.

Profesi perawat dikatakan akuntabel secara hukum bila benar-benar kompeten dan
melaksanakan profesinya sesuai dengan etika dan standar profesinya. Standar profesi
memiliki tiga komponen utama yaitu standar kompetensi, standar perilaku dan standar
pelayanan. Tugas tenaga kesehatan yang didalamnya termasuk tugas perawat
berdasarkan ketentuan Pasal 50 UU No. 23 Tahun 1992 adalah menyelenggarakan atau
melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan atau kewenangannya
masing-masing. Agar tugas terlaksanakan dengan baik. Pasal 3 PP No. 32 Tahun 1996
menentukan ”setiap tenaga kesehatan wajib memiliki keahlian dan keterampilan sesuai
dengan jenis dan jenjang pendidikannya yang dibuktikan dengan ijazah” Dengan
demikian, tugas dan kewenangan tenaga kesehatan/perawat akan ditentukan
berdasarkan ijazah yang dimilikinya.

Ketentuan Pasal 53 ayat (2) UU No. 23 tahun 1992 jo. Pasal 21 ayat (1) PP No. 32
tahun 1996 tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya diwajibkan untuk memenuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien. Standar profesi merupakan pedoman bagi
tenaga kesehatan/perawat dalam menjalankan upaya pelayanan kesehatan, khususnya
terkait dengan tindakan yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap pasien,
sesuai dengan kebutuhan pasien, kecakapan, dan kemampuan tenaga serta ketersediaan
fasilitas dalam sarana pelayanan kesehatan yang ada.
Keperawatan merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang menjadi
bagian integral dari system pelayanan kesehatan. Dalam menjalankan asuhan
keperawatan, perawat selalu mengadakan interaksi dengan pasien, keluarga, tim
kesehatan dan lingkungannya, dimana asuhan-asuhan tersebut diberikan.
Dalam melaksanakan interaksi dengan klien, maupun dengan tim kesehatan lain
perawat mempunyai peluang untuk berbuat baik atau buruk. Bisa juga timbul konflik
selama interaksi terjadi. Perbedaan nilai maupun berbagai permasalahan etis yang
menuntut perawat untuk dapat mengambil keputusan secara etis, yang tidak melanggar
kesepakatan professional yang tertuang dalam standar praktik maupun stndar etika
profesi.
Kode etik profesi merupakan pernyataan yang komprehensif dari bentuk tugas dan
pelayanan dari profesi yang memberi tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan praktek
dibidang profesinya, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga, masyarakat dan
teman sejawat, profesi dan diri sendiri. Sedangkan Kode etik keperawatan merupakan
daftar prilaku atau bentuk pedoman/panduan etik prilaku profesi keperawatan secara
professional (Aiken, 2003). dengan tujuan utama adanya kode etik keperawatan adalah
memberikan perlindungan bagi pelaku dan penerima praktek keperawatan.
Kode etik profesi disusun dan disyahkan oleh organisasi profesinya sendiri yang
akan membina anggota profesinya baik secara nasional maupun internasional. (Rejeki,
2005). Konsep etik yang merupakan panduan profesi merupakan tanggung jawab dari
anggota untuk melaksanakannya. Profesi keperawatan sebagai salah satu profesi yang
professional dan mempunyai nilai-nilai/prinsip moral dalam melakukan prakteknya maka
kode etik sangatlah diperlukan. Perawat sebagai anggota profesi keperawatan hendaknya
dapat menjalankan kode etik keperawatan yang telah dibuat dengan sebaik-baiknya
dengan tetap memegang teguh dan selalu dilandasi oleh nilai-nilai moral
profesionalnya.(Misparsih, 2005)

Secara umum menurut Kozier (1992). dikatakan bahwa tujuan kode etik profesi
keperawatan adalah meningkatkan praktek keperawatan dengan moral dan kualitas dan
menggambarkan tanggung jawab, akontabilitas serta mempersiapkan petunjuk bagi
anggotannya. Etika profesi keperawatan merupakan alat untuk mengukur prilaku moral
dalam keperawatan. Dalam menyusun alat pengukur ini keputusan diambil berdasarkan
kode etik sebagai standar yang mengukur dan mengevaluasi perilaku moral perawat
(Suhaemi, 2002). Adanya penggunaan kode etik keperawatan, organisasi profesi
keperawatan dapat meletakkan kerangka berfikir perawat untuk mengambil keputusan
dan bertanggung jawab kepada masyarakat anggota tim kesehatan lain dan kepada
profesi. Sesuai tujuan tersebut diatas, perawat diberi kesempatan untuk dapat
mengembangkan etika profesi secara terus menerus agar dapat menampung keinginan
dan masalah baru dan mampu menurunkan etika profesi keperawatan kepada perawat-
perawat muda.
Semua unit akademi keperawatan di Indonesia didirikan untuk ikut berkontribusi
dalam pembangunan nasional khususnya pembangunan bidang kesehatan dalam
kerangka Sistem Pendidikan Nasional dan Sistem Kesehatan Nasional. Visi Departemen
Kesehatan RI “ Indonesia Sehat 2015 “ serta visi Departemen Pendidikan Nasional RI
untuk mewujudkan “Insan Indonesia yang Cerdas dan Kompetitif” hanya dapat
diwujudkan melalui penyediaan sumber daya manusia kesehatan yang kompeten,
profesional dan akuntabel yang dihasilkan dari institusi pendidikan tinggi kesehatan yang
pengelolaannya merujuk pada High Education Long Term Strategies (HELTs) 2015 yang
dicirikan dengan tata kelola yang berdasar pada asas-asas otonomi, kualitas, evaluasi diri,
akreditasi, dan akuntabilitas.
Berkaitan dengan itu, sudah seharusnya mahasiswa keperawatan memiliki
kebebasan dalam melaksanakan bawaan kodrat akal manusia untuk mencapai kenyataan
dan kebenaran, yaitu kebebasan yang disebut kebebasan akademik. Agar pelaksanaan
kebebasan akademik dapat terselenggara dengan baik, perlu dibuat ketentuan yang
berdasarkan nilai-nilai atau norma-norma sebagai suatu ketetapan mengikat yang disebut
Kode Etik Mahasiswa Keperawatan.
Kode Etik Mahasiswa Keperawatan diberlakukan untuk seluruh mahasiswa dalam
melaksanakan tugas, hak, serta kewajibannya baik sebagai pribadi maupun sebagai
bagian dari civitas akademika sesuai sifat dan hakikatnya yang semenjak dahulu
mahasiswa mempunyai tempat terhormat karena menjadi panutan dan teladan bagi
anggota masyarakat dan menjadi harapan bangsa untuk mengemban agenda kebangsaan
dan kemasyarakatan di masa-masa yang akan datang. Untuk menjaga keluhuran
eksistensi mahasiswa tersebut, diperlukan suatu pedoman moral yaitu Kode Etik
Mahasiswa.
Contoh salah satu kasus dimana mahasiswa keperawatan melanggar kode etik
(Mahasiswa Y diperintahkan memberikan suntikan terakhir pada klien anak Ramadhan
kamar 2 kelas 1 yang mengalami diare 5 hari yang lalu dan dinyatakan oleh dokter yang
merawatnya akan pulang, namun mahasiswa Y masuk ke kelas 2 kamar 1 dengan nama
anak Ramdhan, setelah diberikan obat pada klien beberapa menit kemudian kejang dan
kebiruan. Mahasiswa bingung tidak tahu harus berbuat apa, karena perawat jaga tidak
ada ditempat, akhirnya klien Ramdhan tidak tertolong).

Kasus diatas menjadi suatu dilema etik bagi mahasiswa keperawatan dimana
dilema etik itu didefinisikan sebagai suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih )
landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan
suatu kondisi dimana setiap alternatif tindakan memiliki landasan moral atau prinsip. Pada
dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan
kebingungan pada tim medis yang dalam konteks kasus ini khususnya pada perawat
karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya.
Menurut Thompson & Thompson (1981) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit
dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang
memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Untuk membuat keputusan yang etis,
seorang perawat harus bisa berpikir rasional dan bukan emosional.

Oleh karena itu dalam pandangan Etika penting sekali memahami tugas perawat
agar mampu memahami tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami konsep kebutuhan
dasar manusia dan bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dasar tersebut tidak
hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisiknya atau psikologisnya saja, tetapi
semua aspek menjadi tanggung jawab perawat. Etika perawat melandasi perawat dalam
melaksanakan tugas-tugas tersebut. Dalam pandangan etika keperawatan, perawat
memilki tanggung jawab (responsibility) terhadap tugas-tugasnya.

Dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan agar dapat diterima dan
dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka perawat harus memanfaatkan
nilai-nilai keperawatan dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat
dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian perawat yang menerima
tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara etis profesional. Sikap
etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan
tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasien, penghormatan terhadap
hak-hak pasien, dan akan berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
Selain itu dalam menyelesaikan permasalahan etik atau dilema etik keperawatan harus
dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip etik supaya tidak merugikan
salah satu pihak.
Profesi keperawatan sebagai salah satu profesi yang professional dan mempunyai
nilai-nilai atau prinsip moral dalam melakukan prakteknya maka kode etik sangatlah
diperlukan. Perawat sebagai anggota profesi keperawatan hendaknya menjalankan kode
etik keperawatan yang telah di buat dengan sebaik-baiknya dengan tetap memegang
teguh dan selalu dilandasi oleh nilai-nilai moral profesionalnya. (Misparsih,2005).
Etika keperawatan memberikan keputusan tentang tindakan yang diharapkan
benar-benar tepat atau bermoral. Etika keperawatan sebagai pedoman menumbuhkan
tanggung jawab atau kewajiban bagi anggota tentang hak-hak yang diharapkan oleh
orang lain. Anggota profesi mempunyai pengetahuan atau keterampilan khusus yang
dipergunakan untuk membuat keputusan yang mempengaruhi orang lain. (Samporno,
2005). Etika profesi keperawatan merupakan practice discipline dan sebagai
implementasinya diwujudkan dalam asuhan praktik keperawatan. Perawat harus
membiasakan diri untuk sepenuhnya menerapkan kode etik yamg ada sebagai gambaran
tanggungjawabnya dalam praktik keperawatan.
Penerapan prinsip etik keperawatan tidak lepas dari prilaku caring dan motivasi
dari seorang perawat. Semakin baik prilaku caring dan motivasi perawat semakin baik
penerapan prinsip etik keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dan sebaliknya semakin kurang baik perilaku carring dan motivasi perawat semakin
kurang baik penerapan prinsip etik keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Indrastuti (2010)
tentang hubungan perilaku caring dan motivasi dengan kinerja perawat pelaksana
menerapkan prinsip etik dalam asuhan keperawatan di rumah sakit Sragen Jawa Tengah
mendapatkan hasil bahwa adanya hubungan anatara perilaku caring dan motivasi dengan
kinerja perawat pelaksana dalam menerapkan prinsip etik keperawatan.
Penyebab mahasiswa keperawatan sering lalai dalam penerapan kode etik ketika
berhadapan langsung dengan pasien disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan hanya paham dengan konsep teori tetapi
dalam menerapkannya dalam praktik masih setengah-setengah tidak benar-benar sesuai
dengan teori yang telah mereka dapatkan. Peningkatan kualitas mahasiswa dapat
dilakukan dengan mengkaji berbagai literature, memperhatikan perkuliahan dosen di
kelas dan sebagainya. Peningkatan dalam bidang keterampilan perlu adanya praktik.
Kemampuan dalam bidang keterampilan perlu dilakukan secara sendiri-sendiri oleh
mahasiswa dengan memaksimalkan praktik di laboratorium. Penguasaan pengetahuan
secara teoritis diperlukan sebagi media untuk menguasai keterampilan praktis. Satu
kelemahan yang sering terjadi pada mahasiswa adalah penguasaan pada bidang
keterampilan atau pada aplikasi. Ketika mahasiswa sudah sepenuhnya melakukan praktik
sesuai dengan teori yang telah di dapatkannya saat perkuliah, hal itu membantu menekan
tingginya angka pelanggaran kode etik ketika nantinya menjadi perawat sesungguhnya
yang langsung terjun kedalam masyarakat sehingga dapat menjadi perawat yang
profesional.
Perilaku profesional merupakan salah satu unsur yang harus dipunyai oleh
mahasiswa keperawatan selain pengetahuan dan keterampilan klinik, agar menjadi
perawat profesional ketika telah terjun di dunia kerja. Salah satu aspek yang
mencerminkan perilaku profesional pada mahasiswa yaitu integritas akademik yang
dimiliki oleh mahasiswa, baik persepsi maupun perilaku mereka tentang integritas
akademik. Untuk tercapainya integritas akademik yang tinggi maka dosen perlu
mengetahui persepsi mahasiswa tentang perilaku apa saja yang dianggap benar atau
salah karena hal ini akan mempengaruhi perilaku mereka selama proses pendidikan
sehingga dapat menjadi perawat yang profesional.
Perawat profesional pada hakikatnya yaitu senantiasa mengabdi kepada
masyarakat, mendahulukan kepentingan klien di atas kepentingan sendirim bentuk
pelayanan bersifat humanistik, menggunakan pendekatan secara holistik, dilaksanakan
berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan serta menggunakan kode etik sebagai
tuntunan utama dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan yang
merupakan inti praktik keperawatan ditujukan pada klien baik individu, keluarga, ataupun
kelompok yang didasarkan pada hubungan profesional perawat-klien.
Hubungan profesional perawat-klien yang pada hakikatnya mengacu pada sistem
interaksi antara perawat-klien secara positif atau mengadakan hubungan terapeutik yang
berarti bahwa setiap interaksi yang dilakukan memberi dampak terapeutik yang
memungkinkan klien untuk berkembang lebih baik. Dengan terciptanya hubungan
profesional perawat-klien, maka perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan atau
praktisi keperawatan akan mendapat suatu kepercayaan (professional trust). Dengan
adanya kepercayaan tersebut, perawat telah menunjukkan kemampuan atau
kompetensinya kepada klien berupa kemampuan intelektual, keterampilan teknis dan
sikap yang dilandasi etika profesi sehingga mampu membuat keputusan (judgement)
secara profesional.
DAFTAR PUSTAKA

Priharjo, R (1995). Pengantar etika keperawatan; Yogyakarta: Kanisius.

Haryono,Rudi. 2013. Etika Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Yogyakarta : Gosyen


Publishing

Kusnanto. 2004. Pengantar profesi dan praktik keperawatan profesional. Jakarta :


penerbit buku kedokteran EGC

Akino Riko. 2015. “gambaran penerapan prinsip etik keperawatan perawat pelaksana
perspektif pasien di irna bedah di RSUP M.Djamil Padang”,
file:///C:/Users/POYEE/Downloads/Documents/REPOSITORI.pdf, 22 November 2016.

Purba,Jeni Marlindawani & Pujiastuti. 2010. Dilema Etik & Pengambilan Keputusan Etis.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai