Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HUKUM KEPERAWATAN

DOSEN PEMBIMBING:

Ns.Neila Fauzia, S.Kep., MMRS

Disusun Oleh:

Kelompok 3

Naziratul Aini

Dilla Uznia

Raihan Maulita

Nazira Safitri

M. Aulia Syawitara

Try Purnama Sari Nasution

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES MEDIKA NURUL ISLAM

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas limpahan rahmat dan hidayat

serta kurnia- Nya, sehingga penyusunan makalah yang berjudul “HUKUM KEPERAWATAN” dapat

terselesaikan walaupun dalam bentuk yang sederhana. Dan tidak lupa kami ucapakan terimakasih

kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini

disusun dengan baik dan rapi. Kami berharap semoga makalah ini bisa menambahkan pengetahuan para

pembaca. Namun terlepas dari itu ,kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna

sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi terciptanya makalah

selanjutnya yang baik lagi.

Wasalamua’alaikum wr.wb

Sigli, 17 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

 
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada kesejahtraan
manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun yang sakit untuk dapat
menjalankan fungsi hidup sehari-hariya. Salah satu yang mengatur hubungan antara perawat pasien
adalah etika. Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga keperawatan yang mendasari prinsip-
prinsip suatu profesi dan tercermin dalam standar praktek profesional (Doheny et all, 1982).

Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perlaku seseorang yang
berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan seseorang dan merupakan suatu
kewajiban dan tanggung jawab moral (Nila Ismani, 2001).

Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu


kehidupan bersama; atau keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan
bersama, yang dapat
dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Berkembang di dalam masyarakatdalam kehendak,
merupakan sistem peraturan, sistem asas-asas,
mengandung pesan kultural karena tumbuh dan berkembang bersama masyarakat (Mertkusumo S).

Tujuan adanya etika dan hukum keperawatan adalah untuk memberikan gambaran kepada penulis
tentang etika dan hukum keperawatan dan
cara penanganannya menurut konsep ilmu. Etika dan hukum keperawatanmemberikan gambaran tentang
apa yang harus dilakukan dan kesulitan
 kesulitan yang akan dihadapi saat penulisan makalah. Dengan etika dan hukum keperawatan, seorang
penulis mampu mengambil sikap dan keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah penulisan makalah.
Oleh karena itu,makalah ini akan membahas tentang etika dan hukum keperawatan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara mengantisipasi pelanggaran kode etik keperawatan?

2. Bagaimana analisis bentuk pelanggaran dan sanksi terhadap perawat yang melanggar kode etik
keperawatan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara mengantisipasi pelanggaran kode etik keperawatan.

2. Untuk menganalisis bentuk pelanggaaran dan sanksi terhadap perawat yang melanggar kode etik
keperawatan.

D. Manfaat Penulisan Makalah

Hasil pelaksanaan penulisan makalah ini akan memberi manfaat yang berarti bagi mahasiswa dan
instansi, diantaranya adalah :

1. Bagi Mahasiswa
Penulisan makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa dalam memberikan informasi kepada
mahasiswa yang belum mengetahui tentang etika danhukum keperawatan.

2. Bagi Instansi
Dengan penulisan makalah ini, akan memberikan manfaat bagi instansisebagai media
informasi pembelajaran yang dapat membantu dalam
proses belajar mengajar serta penambah wawasan informasi dalam materi pembelajaran
blok II.

A. Aspek Hukum Praktik Keperawatan


Yang dibahas dalam aspek hukum praktik keperawatan meliputi: definisi, hubungan
hukum dengan bidang keperawatan, instrumen normatif praktik keperawatan, hak dan
kewajiban perawat, tanggung gugat perawat, dan tanggung jawab perawat.
1. Definisi Hukum
Hukum mengatur perilaku hubungan antara manusia sebagai subjek hukum yang
lain, dan juga dari masyarat.
Profesi perawat dikatakan akuntabel secara hukum bila benar-benar kompeten dan
melaksanakan profesinya sesuai dengan etika dan standar profesinya. Standar pasien, menjaga
kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien,
memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan
dilakukan, meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan, dan
membuat dan memelihara rekam medis. Pelaksanaan tugas tenaga kesehatan
sesuai dengan standar profesi sekaligus memberikan perlindungan hukum bagi
tenaga kesehatan maupun pasien, sebagaimana ketentuan pada pasal 53 ayat (1)
UU No. 23 tahun 1992 jo. Pasal 24 ayat (1) PP No. 32 tahun 1996.
Perlindungan hukum bagi pasien diatur dalam Pasal 55 ayat (1) UU No. 23 tahun
1992, yaitu ”Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan”, sedangkan perlindungan hukum bagi
tenaga kesehatan diatur dalam Pasal 23 ayat (1) PP No. 32 tahun 1996 yang
menentukan pemberian perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan yang
melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesinya. Dengan perkataan lain,
pasien yang gagal untuk sembuh tidak berhak atas ganti rugi, sepanjang pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan/perawat sudah dilakukan sesuai
dengan standar profesinya atau tenaga kesehatan yang sudah menjalankan
[16.39, 17/4/2022] ☞Nazira☜: tugasnya sesuai dengan stadar profesinya tidak akan dapat
digugat oleh pasien
atas kegagalan upaya pelayanan kesehatan yang dilakukannya.
Hubungan hukum antara perawat dengan pasien dan tenaga kesehatan di rumah
sakit dalam upaya mencari kesembuhan, dikonstruksikan dalam hubungan
perikatan dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit (Koeswadji, 1998
dalam Praptianingsih, 2006) khususnya yang menyangkut perawat yaitu :
a. Hubungan antara rumah sakit dengan perawat diatur oleh perjanjian kerja
dalam Pasal 1601 KUHPerdata bagi rumah sakit swasta, sedangkan bagi
perawat yang bekerja di rumah sakit pemerintah tunduk pada ketentuan
hukum kepegawaian. Berdasarkan Pasal 1601 KUHPerdata jo. 1601a
hubungan perawat dengan rumah sakit termasuk dalam perjanjian perburuhan,
yaitu persetujuan berdasarkan syarat tertentu pihak yang satu, dalam hal ini
perawat, mengikatkan dirinya untuk dibawah perintah pihak lain, rumah sakit,
untuk suatu waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah.
Aspek keahlian dan keterampilan yang dimiliki oleh perawat niscaya
menentukan macam dan lingkup tugas yang akan diberikan kepada perawat.
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat diikat oleh standar pelayanan
keperawatan dan Kode Etik Keperawatan.

a. Etik Keperawatan Etika, secara etimologis berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu
“Ethikos” yang mana artinya adalah suatu perkara yang timbul dari suatu kebiasaan.
Perkara tersebut mencakup analisis dan penerapan konsep dari pelbagai hal penilaian
seperti benar, salah, baik, buruk, tanggung jawab dan tanggung gugat. Ketika etika
tersebut dikaitan dengan keperawatan, dimana dalam hal ini keperawatan merupakan
sebuah profesi, maka muncul yang namanya etika profesi atau professional ethics.
Secara umum, etika profesi ini adalah suatu sikap etis yang harus dimiliki oleh
seorang profesional sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam mengemban tugas
keprofesiannya dengan menerapkan norma-norma etis umum pada bidang sesuai
profesionalitasnya dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga, berdasarkan definisi
diatas maka yang dimaksud dengan etika keperawatan adalah suatu sikap etis yang
harus dimiliki oleh seorang perawat sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam
mengemban tugasnya sebagai seorang perawat dengan menerapkan norma-norma etis
keperawatan dalam kehidupan profesi dan kehidupan bermasyarakat. Selanjutnya,
etika keperawatan ini juga dijadikan sebuah landasan dalam memberikan pelayanan
keperawatan kepada masyarakat sehingga baik pemberi dan penerima pelayanan
dilindungi dan dijauhkan dari hal-hal yang tidak diinginkan. Seorang perawat dan
/atau calon perawat, harus mengetahui etika profesi ini dengan seksama,
mengamalkannya dan menerapkannya dalam kehidupan profesional dan
bermasyarakat. Ada 8 prinsip etika keperawatan yang wajib diketahui oleh perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada penerima layanan keperawatan, baik
individu, kelompok, keluarga atau masyarakat. 1) Autonomy (Kemandirian) Prinsip
otonomi dalam keperawatan adalah prinsip yang didasarkan pada keyakinan bahwa
individu mampu berpikir secara logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang
dewasa mampu memutuskan sesuatu dan orang lain harus menghargainya. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri,
dan perawat haruslah bisa menghormati dan menghargai kemandirian ini. Salah satu
contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalah memberitahukan klien bahwa
keadaanya baik, padahal terdapat gangguan atau penyimpangan 2) Beneficence
(Berbuat Baik) Prinsip beneficene dalam keperawatan adalah prinsip yang menuntut
perawat untuk melakukan hal yang baik sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan
dalam melakukan pelayanan keperawatan. Contoh perawat menasehati klien dengan
penyakit jantung tentang program latihan untuk memperbaiki kesehatan secara
umum, tetapi perawat menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan resiko
serangan jantung. Hal ini merupakan penerapan prinsip beneficence. Walaupun
memperbaiki kesehatan secara umum adalah suatu kebaikan, namun menjaga resiko
serangan jantung adalah prioritas kebaikan yang haruslah dilakukan. 3) Justice
(Keadilan) Prinsip justice dalam keperawatan adalah prinsip yang direfleksikan
ketika perawat bekerja sesuai ilmu dan kiat keperawatan dengan memperhatikan
keadilan sesuai standar praktik dan hukum yang berlaku. Contoh ketika perawat
dinas sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang
memerlukan bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor
dalam faktor tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan. 4) Non-
Maleficence (Tidak Merugikan) Prinsip non-maleficence adalah prinsip yang berarti
seorang perawat dalam melakukan pelayanannya sesuai dengan ilmu dan kiat
keperawatan dengan tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien. Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis
menolak pemberian transfusi darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena)
membuat keadaan klien semakin memburuk dan dokter harus menginstrusikan
pemberian transfusi darah. Akhirnya transfusi darah ridak diberikan karena prinsip
beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsip non-
maleficence. 5) Veracity (Kejujuran) Prinsip veracitu dalam keperawatan adalah
prinsip untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien untuk meyakinkan agar
klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif.
Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klien memiliki
otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu 6)
Fidelity (Menepati Janji) Prinsip fidelity dalam keperawatan adalah tanggung jawab
besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat
harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang
lain. 7) Confidentiality (Kerahasiaan) Prinsip confidentiality adalah prinsip
kerahasiaan dimana segala informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.
Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan
pengobatan, upaya peningkatan kesehatan klien dan atau atas permintaan pengadilan.
Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari. 8) Accountability
(Akuntabilitas) Prinsip Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan
seorang professional dapat dinilai dalam berbagai kondisi tanpa terkecuali. Contoh
perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman sejawat,
karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat kepada klien
perawat dapat digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang memberi tugas
delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan professional.

b. Hukum dalam Keperawatan: 1) Perawat Sebagai Tenaga Kesehatan a) Pasal 1 angka


2 Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 disebutkan bahwa “Sumber daya di bidang
kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi
dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang
dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat b) Pasal 1 ayat 6 Undang-
Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa “Tenaga
kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentumemerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan
c) Kewenangan Perawat dalam menjalankan tugas dan profesinya secara prinsip
diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1293/Menkes/SK/XI/2001
tentang Registrasi dan Praktik Perawat. Keputusan Menteri ini sebagai peraturan
tekhnis yang diamanatkan UU Kesehatan Tahun 1992 dan peraturan pelaksanaan dari
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Dalam
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tersebut dijabarkan bahwa perawat
merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki kewenangan dan fungsi
khusus yang berbeda dengan tenaga kesehatan lain. 2) Perawat dalam Melaksanakan
Kewajiban dan Hak Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Dalam Undang-
Undang No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan Dalam Undang-Undang No. 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat

3) Hukum Perawat dalam Pelanggaran Etik Keperawatan Di dalam Buku Standar


Kode Etik Keperawatan, disebutkan beberapa jenis pelanggaran etik keperawatan,
antara lain:7 1. Pelanggaran ringan, meliputi : (a) melalaikan tugas; (b) berperilaku
tidak menyenangkan penderita atau keluarga; (c) tidak bersikap sopan saat berada
dalam ruang perawatan; (d) tidak berpenampilan rapi; (e) menjawab telepon tanpa
menyebutkan identitas; dan (f) berbicara kasar dan mendiskreditkan teman sejawat
dihadapan umum/forum. 2. Pelanggaran sedang, meliputi : (a) meminta imbalan
berupa uang atau barang kepada pasien atau keluarganya untuk kepentingan pribadi
atau kelompok; (b) memukul pasien dengan sengaja; (c) bagi perawat yang sudah
menikah dilarang menjalin cinta dengan pasien dan keluarganya, suami atau teman
sejawat; (d) menyalahgunakan uang perawatan atau pengobatan pasien untuk
kepentingan pribadi atau kelompok; (e) merokok dan berjudi di lingkungan rumah
sakit saat memakai seragam perawat; (f) menceritakan aib teman seprofesi atau
menjelekkan profesi perawat dihadapan profesi lain; dan (g) melakukan pelanggaran
etik ringan (minimal 3 kali). 3. Pelanggaran berat, meliputi : (a) melakukan tindakan
keperawatan tanpa mengikuti prosedur sehingga penderitaan pasien bertambah parah
bahkan meninggal; (b) salah emmberikan obat sehingga berakibat fatal bagi pasien;
(c) membiarkan pasien dalam keadaan sakit parah atau sakratul maut tanpa
memberikan pertolongan; (d) berjudi atau meminum minuman beralkohol sampai
mabuk diruangan perawatan; (e) menodai kehormatan pasien; (f) memukul atau
berbuat kekerasan pada pasien dengan sengaja sampai terjadi cacat fisik; (g)
menyalahgunakan obat pasien untuk kepentingan pribadi atau kelompok; dan (h)
menjelekkan dan/atau membuat cerita hoax mengenai profesi keperawatan pada
profesi lain dalam forum, media cetak, maupun media online yang mengakibatkan
adanya tuntutan hukum. Sedangkan sanksi untuk pelanggaran etik keperawatan
terbagi atas : 1. Sanksi pelanggaran ringan, yaitu dengan : (a) Berjanji untuk tidak
mengulangi perbuatannya lagi; dan (b) Meminta maaf terhadap pihak yang dirugikan.
2. Sanksi pelanggaran sedang, yaitu dengan : (a) Harus mengembalikan barang atau
uang yang diminta kepada pasien atau keluarganya; (b) Meminta maaf terhadap pihak
yang dirugikan; dan (c) Membuat surat pernyataan diatas kertas segel bermaterai
tidak akan mengulanginya lagi. 3. Sanksi pelanggaran berat, yaitu dengan : (a) Harus
meminta maaf terhadap pihak yang dirugikan; (b) Membuat surat pernyataan diatas
kertas segel bermaterai tidak akan mengulanginya lagi; (c) Dilaporkan kepada pihak
kepolisian; dan (d) diberhentikan dari kedinasan dengan tidak hormat. (Maryam,
2016)

Tenaga kesehatan memiliki peranan penting dalam upaya peningkatan kualitas


pelayanan kesehatan,sesuai peraturan undang-undang yang ada bahwa tenaga
kesehatan yang dimaksud yaitu dokter, perawat, bidan, tenaga farmasi dan lain lain,
perawat dalam menyelengarakan praktik keperawatan sesuai dengan pasal 29 angka
(1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang keperawatan,
perawat memiliki tugas sebagai pelaksana asuhan keperawatan, pemberi penyuluhan
dan konseling terhadap pasien, melakukan penelitian di bidang keperawatan, dan
melaksanakan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang dan sebagai pelaksana tugas
dalam keadaan tertentu, selain itu perawat juga memiliki 3 fungsi yakni, fungsi
independen yaitu perawat melakukan tindakan yang bersifat mandiri yang artinya
perawat telah mendapatkan kewenangan yang diperoleh melalui undang-undang
untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam hal praktik keperawatan, fungsi
interpenden yaitu perawat melakukan tindakan kerjasama bersama dengan tenaga
kesehatan lainnya dimana dalam hal ini perawat bersama tenagaa kesehatan lainnya
bertanggung jawab secara bersama-sama terhadap tindakan pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada pasien, dan fungsi dependen yaitu perawat melakukan
tindakan membantu dokter dalam memberikan pelayanan Kesehatan berupa tindakan
medis yang seharusnya merupakan wewenang dokter, bentuk kewenangan dalam
fungsi ini diperoleh melalui adanya amanat pelimpahan wewenang oleh dokter
(Praptianingsih, 2006). Dalam penjelasan tersebut dapat kita pahami bahwa perawat
sebagai pelaksana praktik keperawatan terdapat tugas yang dapat dikerjakan sendiri
oleh perawat dan ada juga tugas yang dikerjakan atas adanya pelimpahan wewenang
dari dokter serta adanya tugas yang dilakukan secara berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan yang lain. Sebagai tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya tidak
hanya akan berjalan sesuai harapan,akanada suatu masalah yang mungkin muncul
maka dari itu sangat diperlukan perlindungan hukum sebagai bentuk adanya
kepastian hukum, perlindungan hukum pemerintah terhadap perawat sudah diatur
dalam pasal 27 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 dan pasal
36 yang isinya dijelaskan bahwa perawat berhak memperoleh perlindungan hukum
sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar pelayanan, standar profesi,
standar prosedur operasional dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perlindungan hukum pemerintah terhadap perawat berupa perlindungan hukum
preventif yaitu mencegah terjadinya sengketa melalui dikeluarkannya undang-undang
tentang registrasi dan praktik keperawatan yang terdapat dalam UndangUndang
kesehatan yang isinya bahwa setiap perawat yang ingin melakukan praktik
keperatawan dalam fasilitas pelayanan kesehatan maka wajib memiliki surat ijin
praktik perawat dan surat ijik kerja dan Perlindungan Hukum Represif yakni sebagai
suatu bentuk perlindungan hukum yang mengarah terhadap penyelesian sengketa.
Perlindungan hukum represif yang diberikan pemerintah berupa penerapan sengketa
melalui peradilan umum apabila terjadi malpraktik oleh dokter maupun perawat.
(Mahaputri, Budiartha, & Laksmi Dewi, 2019)

Kesimpulan
Pada prinsipnya perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan dan
pengawasan mutu tenaga kesehatan ditujukan kepada seluruh tenaga kesehatan dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan dapat dikelompokkan sesuai
dengan keahlian dan kualifikasi yang dimiliki, antara lain meliputi tenaga medis,
tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan masyarakat dan
lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, dan tenaga
kesehatan lainnya. Kewenangan Perawat dalam menjalankan tugas dan profesinya
secara prinsip diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1293/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat. Dalam
menjalankan profesinya maka perawat tidak akan terlepas dari batasan kewenangan
yang dimiliknya. Pemyataan kode etik perawat dibuat untuk membantu dalam
pembuatan standar dan merupakan pedoman dalam pelaksanaan tugas, kewajiban dan
hak perawat professional Kewajiban perawat tertuang dalam Pasal 37 Undang-
Undang No. 38 Tahun 2014, Pasal 9-13 Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, serta
Pasal 3 dan 12 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010.
Sedangkan mengenai hak perawat, tertuang dalam Pasal 36 Undang-Undang Nomor
38 Tahun 2014, Pasal 56 Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, serta Pasal 11
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010. Tanggung jawab
hukum perawat bisa dipilah berdasarkan bidang hukum itu sendiri yakni secara
hukum administrasi negara, secara hukum Perdata dan secara Hukum Pidana.
Tanggung jawab secara HAN akan bersumber dari kewenangan yang diperoleh dan
dihubungkan dengan fungsi perawat dalam menjalankan profesinya. Tanggung jawab
secara hukum perdata akan bersumber pada perbuatan melawan hukum atau
wanprestasi. Sedangkan tanggung jawab secara hukum pidana akan bersumber
terhadap persyaratan untuk dapat dimintai tanggung jawab hukum.

Daftar Pustaka
Mahaputri, A. A., Budiartha, I. N., & Laksmi Dewi, A. A. (2019). Perlindungan
Hukum Bagi Profesi Perawat Terhadap Pelaksanaan Praktik Keperawatan. Jurnal
Analogi Hukum, 277-281. Maryam. (2016). Tanggung Jawab Hukum Perawat
Terhadap Kerugian Pasien Dikaitkan Dengan Undang - Undang Nomor 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen. e Jurnal Katalogis, 191-201. Setiani, B.
(2018). Pertanggungjawaban Hukum Perawat Dalam Hal Pemenuhan Kewajiban Dan
Kode Etik Dalam Praktik Keperawatan. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia,
497-507. Sodik, M. A., & Nzilibili, S. M. M. (2017). The Role Of Health Promotion
And Family Support With Attitude Of Couples Childbearing Age In Following
Family Planning Program In Health. Journal of Global Research in Public Health,
2(2), 82-89. Sodik, M. A., Suprapto, S. I., & Pangesti, D. (2013). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pelaksanaan Pelayanan Prima Pegawai Di Rsui Orpeha
Tulungagung. STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan, 2(1), 24-32. Tule, A. R., Siyoto,
S., Dwianggimawati, M. S., & Sodik, M. A. (2018). The Analysis Factors Affecting
Interest In Medication Of Receipt Help Aid Bpjs Participant In Balowerti Public
Health Center Kediri City. Journal of Global Research in Public Health, 3(1), 68-75.
Sodik, M. A., & Setyani, A. T. (2018). Effect of Smoking For Teens Against
Behavior and Social Interaction. Attoriq, S., & Sodik, M. A. (2018). Pencegahan Dan
Pengendalian Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan Di Lahan Praktik. Sodik, M. A.
(2018, September). Analysis of Improved Attitude of Youth in HIV/AIDS Prevention
through the Provision of Health Education with Peer Education. In The 2nd Joint
International Conferences (Vol. 2, No. 2, pp. 495-502). Oktoriani, E. N., Sutrisno, J.,
Mayasari, E., & Sodik, M. A. (2018). Analysis of medical record complete flexibility
to complete claims of health BPJS RS Baptis Kota Batu. Journal of Global Research
in Public Health, 3(1), 46-53. Siyoto, S., Dwianggimawati, M. S., Sari, D. K.,
Mufida, R. T., & Sodik, M. A. (2018). The Effect of Pornography Accessity to
Influence Sexual Behavior. Indian Journal of Public Health Research &
Development, 9(12). Sodik, M. A., Yudhana, A., & Dwianggimawati, M. S. (2018).
Nutritional status and anemia in islamic boarding school adolescent in Kediri City
East Java Indonesia. Indonesian Journal of Nutritional Epidemiology and
Reproductive, 1(3), 172-176. Sari, N., Yudhana, A., Wahyuni, C., Rusmawati, A., &
Sodik, M. A. (2018). Family support as a determinant safety riding student behavior
in SMKN 2 Kediri. Indian Journal of Physiotherapy and Occupational Therapy-An
International Journal, 12(4), 230-234

Anda mungkin juga menyukai