Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TREN, ISU HUKUM dan ETIK DALAM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


Dosen Pengampu : Ns. Maria Wisnu Kanita S.Kep.,M.kep

Disusun oleh:
Kelompok 7

1. Amalia Widya (S17055)


2. Gitami Surya L.F (S17074)
3. Mega Shinta Mardiana (S17086)
4. Rika Manggala Sari (S17096)
5. Risha Damayanti (S17098)

PRODI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehdirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayat serta kasih sayangnya
yang telah memberikan kepada seluruh ciptaanya, shalawat serta salam semoga senantiasa
dilimpahkan kepada nabi muhammad SAW.
Alhamdulillah berkat kemudahan yang diberikan Allah SWT, kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul ” Makalah Trend, issue, hukum dan etik dalam
keperawatan gawat darurat ”.
Apapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui trend , issue dan hukum etik dalam
keperawatan gawat darurat . Dalam penyusunan makalah ini banyak mengalami kesulitan dan
hambatan, karena masih ada keterbtasan ilmu pengetahuan yang dimiliki.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami penulis dan bagi
pembaca pada umumnya sebagai penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran pembaca yang ditujukan untuk memperbaiki dan membangun.

Surakarta, 5 April 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan dan


tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan adanya pemberi
pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang aman, efektif dan ramah terhadap
mereka. Jika harapan ini tidak terpenuhi, maka masyarakat akan menempuh jalur hukum
untuk membelahak-haknya.
Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat untuk
mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang dilaksanakan. Institusi
telah membentuk berbagai komite etik untuk meninjau praktik profesional dan memberi
pedoman bila hak-hak klien terancam. Perhatian lebih juga diberikan pada advokasi klien
sehingga pemberi pelayanan kesehatan semakin bersungguh-sungguh untuk tetap
memberikan informasi kepada klien dan keluarganya bertanggung jawab terhadap
tindakan yang dilakukan.
Selain dari pada itu penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada
kewenangan yang diberikan karena keahlian yang dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan kesehatan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan
globalisasi. Terjadinya  pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan dari
model medikal yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan pengobatan
ke paradgima sehat yang lebih holistic yang melihat penyakit dan gejala sebagai
informasi dan bukan sebagai focus  pelayanan (Cohen, 2011), maka perawat berada pada
posisi kunci dalam reformasi kesehatan ini. Hal ini ditopang oleh kenyataan bahwa 40%-
75% pelayanan di rumah sakit merupakan  pelayanan keperawatan (Gillies, 2010),
Swansburg dan Swansburg, 2019) dan hampir semua  pelayanan promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun di tatanan pelayanan kesehatan lain
dilakukan oleh perawat.
Hasil penelitian Direktorat Keperawatan dan PPNI tentang kegiatan perawat di
Puskesmas, ternyata lebih dari 75% dari seluruh kegiatan pelayanan adalah kegiatan
pelayanan keperawatan (Depkes, 2015) dan 60% tenaga kesehatan adalah perawat yang
bekerja pada berbagai sarana/tatanan pelayanan kesehatan dengan pelayanan 24 jam
sehari, 7 hari seminggu, merupakan kontak pertama dengan sistem klien.
Etika keperawatan (nursing ethic) merupakan bentuk ekspresi bagaimana perawat
seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode etik
keperawatan.

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Mampu mengetahui dan memahami konsep legal etik keperawatan


2. Mampu mengetahui dan memahami isi dari prinsip-prinsip legal dan etis
3. Mampu memahami masalah aspek legal dalam keperawatan
4. Mampu mengetahui dan memahami landasan aspek legal keperawatn
5. Mampu mengetahui dan memahami aplikasi aspek legal dalam keperawatan
6. Mampu mengetahui dan memahami contoh kasus terkait dengan etikdan legal beserta
penyelesaiannya
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

I.1. Konsep Legal Etik

Pengertian Etika keperawatan (nursing ethic) merupakan bentuk ekspresi bagaimana


perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode etik
keperawatan. Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada
berbagai tatanan  pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-
undang keperawatan. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari  pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat
maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Perawat sebagai profesi dan
bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja membutuhkan kesabaran.
Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-masalah kesehatan tentu harus juga
bisa diandalkan. International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja
kompetensi bagi  perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu bidang Professional, Ethical and
Legal Practice,  bidang Care Provision and Management dan bidang Professional
Development “Setiap profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi
yang diperoleh melalui  pelatihan yang ekstensif, komponen intelektual yang bermakna
dalam melakukan tugasnya, dan memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat”.
(Budi Sampurna, Pakar Hukum Kesehatan UI 2006.
Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan legal yang
ada dalam praktik perawat. Sama dengan semua aspek keperawatan, pemahaman tentang
implikasi hukum dapat mendukung pemikiran kristis perawat. Perawat perlu memahami
hukum untuk melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu
takut hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang
masyarakat harapkan dari penyelenggara pelayanan keperawatan yang profesional.

I.2. Isi dari prinsip - prinsip legal dan etis adalah :

a.Autonomi ( Otonomi )
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus
dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya.
b. Beneficience ( Berbuat Baik )
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang,dalam situasi pelayanan kesehatan,
terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi. c.Justice ( Keadilan )
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai inidirefleksikan dalam
prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapiyang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
d. Nonmal eficience ( Tidak Merugikan )
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
e. Veracity ( Kejujuran )
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh pemberi pelayanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa
klien sangat mengerti. Prinsip ini berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran.
f. Fidellity (Metepati Janji)
Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang
lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia pasien.
g. Confidentiality ( Kerahasiaan )
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.
Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien.
h. Accountability ( Akuntabilitas )
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
i. Informed Consent
“Informed Consent” terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti telah mendapat
penjelasan atau keterangan (informasi), dan “consent” yang berarti persetujuan atau memberi
izin. Jadi “informed consent” mengandung pengertian suatu persetujuan yang diberikan
setelah mendapat informasi. Dengan demikian “informed consent” dapat idefinisikan sebagai
persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai
tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang berkaitan dengannya.

I.3. Masalah Legal Dalam Keperawatan

Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh warga negara. Setiap
orang yang tidak mematuhi hukun akan terikat secara hukum untuk menanggung denda atau
hukuman penjara. Beberapa situasi yang perlu dihindari seorang perawat :

a) Kelalaian Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien dengan cara
tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak melakukan
tugas dengan hati-hati sehingga mengakibatkan pasien jatuh dan cedera.
b) Pencurian Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah karena
mencuri. Jika anda tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil barang yang tidak
berharga sekalipun dapat dianggap sebagai pencurian.
c) Fitnah Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan orang
tersebut, anda bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar jika anda menyatakan
secara verbal atau tertulis.
d) False imprisonment Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan
pelanggaran hukum atau false imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau bahkan
mengancam akan melakukannya agar pasien mau bekerja sama bisa juga termasuk dalam
false imprisonment. Penyokong dan restrein harus digunakan sesuai dengan perintah
dokter.
e) Penyerangan dan pemukulan Penyerangan artinya dengan sengaja berusahan untuk
menyentuh tubuh orang lain atau  bahkan mengancam untuk melakukannya. Pemukulan
berarti secara nyata menyentuh orang lain tanpa ijin.Perawatan yang kita berikan selalu
atas ijin pasien atau informed consent. Ini  berarti pasien harus mengetahui dan
menyetujui apa yang kita rencanakan dan kita lakukan.
f) Pelanggaran privasi Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan
pribadinya.Pelanggaran terhadap kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu adalah
tindakan yang melawan hukum.
g) Penganiayaan Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda
terikat secara hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik meminta perawat
untuk tidak melakukan sesuatu yang membahayakan pasien. Setiap orang dapat dianiaya,
tetapi hanya orang tua dan anak-anaklah yang paling rentan. Biasanya,pemberi layanan
atau keluargalah yang bertanggung jawab terhadap penganiayaan ini. Mungkin sulit
dimengerti mengapa seseorang menganiaya ornag lain yang lemah atau rapuh, tetapi hal
ini terjadi. Beberapa orang merasa puas bisa mengendalikan orang lain. Tetapi hampir
semua penganiayaan  berawal dari perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang
perawat perlu menjaga keamanan dan keselamatan pasiennya.

I.4.Landasan Aspek Legal Keperawatan

Landasan aspek legal keperawatan adalah undang-undang keperawatan Aspek legal


Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan kewenangan kepada
penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila
bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara
perorangan atau berkelompok. Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang
memiliki kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan.
Seperti juga kemampuan yang didapat secara berjenjang, kewenangan yang diberikan juga
berjenjang. Kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan khusus perawat dalam
bidang tertentu yang memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui. Dalam profesi
kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh Departemen
Kesehatan sebagai  penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran.
Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran atau
kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi masing- masing.

1.5. Aplikasi Aspek Legal Dalam Keperawatan

Hukum mengatur perilaku hubungan antar manusia sebagai subjek hukum yang
melahirkan hak dan kewajiban. Dalam kehidupan manusia, baik secara perorangan maupun
berkelompok, hukum mengatur perilaku hubungan baik antara manusia yang satu dengan
yang lain, antar kelompok manusia, maupun antara manusia dengan kelompok manusia.
Hukum dalam interaksi manusia merupakan suatu keniscayaan (Praptianingsih, S., 2006).
Berhubungan dengan pasal 1 ayat 6 UU no 36/2009 tentang kesehatan berbunyi :
“Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.” Begitupun
dalam pasal 63 ayat 4 UU no 36/2009 berbunyi “Pelaksanaan pengobatan
dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu”.
Yang mana berdasarkan pasal ini keperawatan merupakan salah satu profesi/tenaga.
kesehatan yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada pasien yang membutuhkan
Pelayanan keperawatan di rumah sakit meliputi : proses pemberian asuhan keperawatan,
penelitian dan pendidikan berkelanjutan. Dalam hal ini proses pemberian asuhan keperawatan
sebagai inti dari kegiatan yang dilakukan dan dilanjutkan dengan pelaksanaan
penelitian- penelitian yang menunjang terhadap asuhan keperawatan, juga peningkatan
pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang diperoleh melalui pendidikan dimana hal ini
semua bertujuan untuk keamanaan pemberian asuhan bagi pemberi pelayanan dan juga
pasien selaku penerima asuhan.
Berdasarkan undang-undang kesehatan yang diturunkan dalam Kepmenkes 1239 dan
Permenkes No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010, terdapat beberapa hal yang berhubungan
dengan kegiatan keperawatan. Adapun kegiatan yang secara langsung dapat berhubungan
dengan aspek legalisasi keperawatan :
1) Proses Keperawatan
2) Tindakan keperawatan
3) Informed Consent
Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien perlu
ditetapkan dengan jelas apa hak, kewajiban serta kewenangan perawat agar tidak terjadi
kesalahan dalam melakukan tugasnya serta memberikan suatu kepastian hukum,
perlindungan tenaga perawat. Hak dan kewajiban perawat ditentukan dalam Kepmenkes
1239/2001 dan Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor Y.M.00.03.2.6.956
BAB III
PEMBAHASAN

Kasus
Tn Rudi adalah seorang perawat, pada waktu dinas dia bekerja dibawah pengaruh
alkohol, sehingga terjadi kesalahan dalam pemberian obat. Laporan dari perawat lain yang
bekerja pada shif yang sama, bahwa dari mulut Tn Rudi tercium alkohol dari nafasnya.
Setelah ada laporan, perawat manajer (kepala ruangan) melakukan pemeriksaan. Dari
hasil pemeriksaan ditemukan minuman beralkohol dalam loker Tn Rudi. Tindakan perawat
manajer adalah menegur langsung kepada Tn Rudi agar tidak mengkonsumsi alkohol selama
dinas, dan membebas tugaskan Tn Rudi selama 2 minggu dengan tidak dibayar. Selain itu
perawat manajer juga membuat jadwal rotasi ulang. Perawat manajer juga merencanakan
adanya pertemuan kelompok untuk membahas kasus Tn Rudi tersebut.
Reaksi Tn Rudi setelah ketemu dengan perawat manajer adalah berjanji tidak akan
minum alkohol lagi selama bertugas. Dia bereaksi defensif dan mengatakan jika perawat
manajer over akting. Selama pertemuan Tn Rudi tampak sedih, dan minta untuk dapat
bekerja lagi, karena ia mempunyai 4 orang anak.
Petunjuk untuk menyelesaikan tugas:
Saudara adalah teman dari Tn Rudi tersebut, melihat kasus yang dilakukan Tn Rudi tersebut,
bagaimana pendapat saudara?
Jika saudara diminta bantuan oleh perawat manajer untuk menyelesaikan kasus Tn Rudi,
bagaimana cara penyelesaiaan masalah kasus diatas!
Pertimbangkan nilai-nilai etik, prinsip-prinsip etik dan kode etik yang saudara gunakan
dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Dalam penyelesaian masalah tersebut, kemukakan teori etik yang saudara gunakan

Identifikasi masalah
Kasus Tn Rudi termasuk permasalahan etik yaitu dilema etik. Menurut pendapat saya
perbuatan Tn Rudi sebagai seorang perawat tidak manusiawi dan tidak selayaknya dia minum
minuman yang beralkohol sewaktu dinas di tempat kerjanya. Karena segala sesuatu yang
dilakukan seseorang yang berada di bawah pengaruh minuman beralkohol bisa terjadi di luar
kontrol kesadaran. Seperti halnya Tn Rudi, dia tidak sadar saat memberikan obat yang salah
kepada pasien, tindakan Tn Rudi juga dapat menyebabkan cedera pada pasien seperti
kesalahan dalam memeriksa identitas medis pasien, resep antibiotik yang diberikan tidak
sesuai dengan kondisi pasien dan kurangnya komunikasi yang efektif antar penyedia layanan
kesehatan (WHO, 2011).
Jika saya diminta bantuan untuk menyelesaikan kasus Tn Rudi, saya akan mencari
tahu apa penyebab Tn Rudi minum minuman beralkohol. Serta menasehati dan memberi tahu
Tn Rudi bahwa apa yang dia lakukan itu salah dan menyimpang dari etik keperawatan,
karena saya sebagai teman sejawatnya seharusnya mengingatkan jika ada teman yang
melakukan pelanggaran atau dilema etik.
Pemecahan Masalah Berdasarkan Kerangka Pemecahan Masalah Menurut Murphy
Dan Kozier
Penerapan penyelesaian dilema etik pada kasus Tn Rudi saya memakai Kerangka
Penyelesaian/Pemecahan Masalah Etik/Dilema Etik menurut Kozier & Erb tahun 1989:
Mengembangkan data dasar.

- Orang yang terlibat: Tn Rudi, perawat, pasien, perawat manager, keluarga


- Tindakan yang diusulkan: pemberian sanksi atas Tn Rudi karena telah melanggar
kode etik dan tidak membolehkan Tn Rudi minum minuman beralkohol saat
dinas.
- Maksud dari tindakan tersebut: untuk mencegah kelalaian perawat akan tugasnya
saat sedang dinas atau berhubungan dengan pasien.
- Konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan:
- Bila tidak dibantu dalam menyelesaikan masalahnya: Tn Rudi akan kesulitan
untuk mengatasi masalahnya tersebut dan bisa stress karena diberi sanksi oleh
Perawat Manager.
- Bila dibantu dalam menyelesaikan masalahnya: permasalahan Tn rudi akan ringan
dan saya sebagai teman sejawatnya sudah memenuhi kode etik perawat dengan
teman sejawat.
Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut.
Konflik yang terjadi pada Perawat:

- Merasa prihatin terhadap Tn Rudi karena telah melanggar prinsip-prinsip


keperawatan seperti, Non-maleficence (tidak merugikan), beneficence (kemurahan
hati).
- Konflik yang mungkin timbul dengan apa yang dilakukan Tn Rudi saat salah
dalam pemberian obat kepada pasien karena bisa berakibat fatal pada keadaan
pasien.
- Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut.
- Mengikuti sanksi yang diberikan Perawat Manager:
- Mematuhi peraturan yang dibuat oleh Perawat Manager.
- Mengingkari kode etik perawat dengan teman sejawat.
- Sudah berbuat adil terhadap teman sejawat lainnya.
Tn Rudi di bebas tugaskan selama 2 minggu dengan tidak dibayar.
- Mendiskusikan masalah dengan Perawat Manager dengan memberitahu bahwa Tn
Rudi mempunyai tanggungan 4 orang anak:
- Perawat manager mungkin akan mempertimbangan sanksi yang diberikan kepeda
Tn Rudi.
- Perawat manager mungkin tetap bersih kukuh dengan sanksi yang diberikan
kepada Tn Rudi karena menurut peraturan itu sesuai dengan prosedur rumah sakit
dan sudah bertindak adil dengan konsekuensi yang ada.
- Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut.

Sebagai teman sejawat perawat tidak membuat keputusan terhadap kasus Tn Rudi,
tetapi perawat yang lain bisa membantu Tn Rudi menyelesaikan permasalahannya. Dalam hal
ini perlu dipikirkan:
- Siapa yang sebaiknya terlibat dalam membuat keputusan dan mengapa?
- Untuk siapa saja keputusan dibuat?
- Apa kreteria untuk menetapkan siapa pembuat keputusan (sosial, ekonomi,
fisiologi, psikologi, budaya, politik, kesehatan, peraturan atau hukum)?
- Sejauh mana keputusan perawat manager dibutuhkan?
- Apa prinsip etik yang ditekankan atau diabaikan oleh tindakan yang diusulkan?
- Mengidentifikasi kewajiban perawat.

Dalam membantu Tn Rudi membuat keputusan, saya sebagai teman sejawat


perlu membuat daftar kewajiban perawat terhadap teman sejawat:
Perawat memelihara hubungan baik antar sesama perawat dan
tenagalainnya,memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam
mencapai tujuan perlayanan kesehatan secara menyeluruh.
Perawat menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya
kepada sesama perawat, serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi
dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.
Membuat keputusan.Menasehati Tn Rudi untuk tidak meminum minuman
beralkohol lagi sewaktu dinas Mendiskusikan permasalahan Tn Rudi dengan perawat
manager dan perawat lainnya.
Nilai-nilai esensial yang saya gunakan untuk menyelesaikan permasalahan Tn Rudi:

- Altruism (mengutamakan orang lain): Kesediaan memperhatikan kesejahteraan


orang lain termasuk keperawatan atau kebidanan, komitmen, arahan,
kedermawanan atau kemurahan hati serta ketekunan.
- Equality (kesetaraan): Memiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan
dengan sikap asertif, kejujuran, harga diri dan toleransi.

Prinsip-prinsip etik yang saya gunakan untuk menyelesaikan permasalahan Tn Rudi:

- Respek: dalam prinsip ini terkandung arti bahwa kehidupan merupakan hak milik
yang paling berharga dan mendasar pada manusia.
- Beneficence (kemurahan hati/muslahat): kemurahan hati atau maslahat berkaitan
dengan kewajiban untuk melakukan hal yang baik dan tidak membahayakan orang
lain. Kesulitan biasanya muncul pada saat menentukan siapa yang harus
memutuskan hal yang terbaik untuk seseorang.
Kode etik yang saya gunakan dalam menyelesaikan permasalahan Tn Rudi:

Perawat dan Teman Sejawat:


perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan perawat maupun denngan tenaga
kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun
mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
Teori etik yang saya gunakan untuk menyelesaikan permasalahan Tn Rudi:

Utulitarianism adalah posisi orientasi komunitas yang berfokus pada konsekuensi dan
lebih mempunyai hal-hal yang baik dalam jumlah besar dan mendatangkan kebahagiaan
untuk banyak orang serta mempunyai konsekuensi kerugian yang sedikit atau minimal.
BAB IV
PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Etika keperawatan (nursing ethic) merupakan bentuk ekspresi bagaimana perawat


seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode etik keperawatan.
Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan
pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia. Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan
tidak saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-masalah
kesehatan tentu harus juga bisa diandalkan.
Perawat sebagai profesi memiliki peran yang cukup besar dalam menjaga keselamatan
pasien. Oleh karena itu perawat harus mampu memastikan bahwa pelayanan keperawatan
yang diberikan mengedepankan keselaatan melalui asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien juga memiliki kesadaran akan pentingnya mengenali potensi bahaya yang ada
di lingkungan pasien untuk mencegah terjadinya cedera (Kamil,2010). Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Sukmaretnawati tahun 2014 pada 19 responden hasilnya yaitu 21,1%
responden tidak menggunakan minimal dua sistem identifikasi pasien. Identifikasi terkadang
masih menggunakan nama dan sistem tempat tidur pasien. Hal ini disebabkan identifikasi
dengan sistem tempat tidur pasien lebih cepat tetapi dapat mengakibatkan risiko tinggi
terjadinya kesalahan, 42,1% perawat memberikan obat kepada pasien tanpa melihat
kemiripan dari nama maupun jenis dari obat tersebut.
Etika dalam penelitian ini yaitu memberikan lembar persetujuan (inform consent)
kepada responden agar subjek penelitian mengetahui maksud dan tujuan peneliti, tidak
mencantumkan nama responden namun menggunakan hanya inisial (anonymity), dan
menghormati privasi dan menjaga kerahasiaan responden (confidentiality). Implementasi
patient safety dikarenakan perawat-perawat yang ada terbiasa bekerja dengan beban kerja
yang tinggi sehingga tetap dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Dalam pelaksanaan
patient safety, keadaan fisik sangat berpengaruh dalam meningkatkan konsentrasi dalam
bekerja sehingga tingkat kesalahan yang dilakukan dapat dicegah atau diminimalisir. Namun,
ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi yaitu adanya kerjasama yang baik dalam
membangun kesadaran dari perawat. Kerjasama yang baik akan membuat pekerjaan tiap
perawat tidak terasa lebih berat sehingga setiap pelayanan yang diberikan dapat efektif.

2.2 Saran

- Rumah sakit agar melakukan evaluasi tentang pelaksaan patient safety dan analisin
insiden keselamatan pasien serta melakukan pelatihan untuk menunjang pelayan yang
optimal , perawat diharapkan dapat mempertahankan komunikasi dan kerjasama
anatar perawat di ruangan serta meningkatkan kesadaran , kejujuran dan keterbukaan
dalam melindungi patiet safety .
- Kepada peneliti selanjutnya agar dapat dilakukan penelitian dengan melakukan
evaluasi patiet safety dengan metode observasi atau lainnya .
DAFAR PUSTAKA

A mmmir, Amri. 2010. Hukum Kesehatan. Jakarta : Bunga Rampai


Ismani, Nila. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika
Lubis, Sofyan. 2009. Mengenal Hak Konsumen dan Pasien. Jakarta :Pustaka Yusticia
Sumijatun. 2011. Membudayakan Etik dalam Praktik Keperawatan. Jakarta:Salemba
Medika
Bahtyar, Lutfi .2014. Konsep Legal Etik dan Kasus Keperawtan. di akses pada
tanggal 7 April 2020
http://www.slideshare.net/nslutfi90/tugas-legal-etik-kelompok-4-sp-ikd-1

Datus, Lovian. 2011. Aspek Legal Keperawatan Gawat Darurat. di akses pada
tanggal 7 April 2020
http://nsloviandatusskep.blogspot.com/2011/06/aspek-legal-keperawatan- gawat-
darurat.html
Setyawan, Dody. 2012. Etik, Dilema Etik dan Contoh Kasus Dilema Etik. Di akses pada
tanggal 8 April 2020
http://nersdody.blogspot.com/2012/03/etik-dilema-etik-dan-contoh-kasus.html

Anda mungkin juga menyukai