HEPATITIS
Disusun Oleh :
A. PENGERTIAN
Hepatitis B adalah infeksi yang terjadi pada hati yang disebabkan oleh virus
Hepatitis B (VHB).Penyakit ini bisa menjadi akut atau kronis dan dapat pula
menyebabkan radang hati, gagal hati, serosis hati, kanker hati, dan kematian.Dari
beberapa penyebab Hepatitis yang disebabkan oleh virus, Hepatitis B menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia karena manifestasinya
sebagai Hepatitis akut dengan segala komplikasinya serta risiko menjadi kronik
(Kementerian Kesehatan RI, 2014; Feld dan Janssen, 2015).
Hepatitis B akut memiliki masa inkubasi 60-90 hari.Penularannya vertikal 95%
terjadi masa perinatal (saat persalinan) dan 5% intra uterine. Penularan horisontal
melalui transfusi darah, jarum suntik tercemar, pisau cukur, aktifitas seksual
(Dunkelberg, dkk., 2014; Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Hepatitis B kronik berkembang dari Hepatitis B akut.Infeksi hepatitis B kronis
didefinisikan sebagai deteksi terus-menerus dari Hepatitis B surface antigen (HBsAg)
selama lebih dari 6 bulan setelah paparan awal virus.Usia saat terjadinya infeksi
mempengaruhi kronisitas penyakit. Bila penularan terjadi saat bayi maka 95% akan
menjadi Hepatitis B kronis, sedangkan bila penularan terjadi pada usia balita, maka 20-
30% menjadi penderita Hepatitis B kronis dan bila penularan saat dewasa maka hanya
5% yang menjadi penderita Hepatitis B kronis. Infeksi hepatitis B kronis dapat
menyebabkan morbiditas dan mortalitas dari sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler
hingga 40 persen dari orang-orang yang terkena dampak (Dunkelberg, dkk., 2014;
Feld dan Janssen, 2015; Kementerian Kesehatan RI, 2014).
B. ETIOLOGI
Penyebab dari hepatitis yaitu (Sylvia A. 2006) :
Terdiri atas virus hepatitis A (HAV) dan virus hepatitis E (HEV). Secara umum,
tanda-tanda virus A dan E adalah tidak mempunyai selubung, rusak bila terpajan
cairan empedu/deterjen, tidak terdapat dalam tinja, tidak dihubungkan dengan
penyakit hati kronis, dan tidak terjadi viremia yang berkepanjangan atau kondisi karier
intestinal.
a. Hepatitis A
Virus hepatitis A merupakan virus RNA dari famili Picarnovirus. Virus ini banyak
menyerang anak-anak. Biasanya , jenis hepatitis yang ditimbulkan mengenai
masyarakat golongan ekonomi lemah serta mereka yang tinggal di lingkungan tidak
bersih.
Hepatitis A dibedakan menjadi empat stadium, yaitu masa inkubasi, prikterik
(prodromal), ikterik, dan masa penyembuhan. Masa inkubasi berlangsung selama 5-45
hari, dengan rata-rata kurang lebih 25 hari. Masa prodromal terjadi selama 4 hari
sampai 1 minggu atau lebih.
Gejala masa prodromal adalah kelelahan (fatigue), rasa tidak enak badan (malaise),
nafsu makan berkurang, mual, muntah, rasa tidak nyaman di daerah perut
o
kanan atas, demam (biasanya suhu kurang dari 39 C), merasa dingin, sakit kepala,
gejala seperti flu, keluar ingus (nasal discharge), sakit tenggorokan, dan batuk.
b. Hepatitis E
Hepatitis E banyak terjadi di negara-negara berkembang, terutama yang airnya
terkontaminasi. Kelompok yang paling rentan terkena adalah turis atau pelancong Asia
Selatan dan Afrika Utara. Kasus ini jarang terjadi Amerika Serikat, karena tidak ada
riwayat perjalanan ke negara-negara endemik. Penyebab penyakit ini adalah virus
hepatitis E. Tanda dan gejala hepatitis meliputi sakit kuning (Jaundice) lemah, nyeri
abdomen, kurang nafsu makan, mual dan muntah dan urine berwarna gelap.
Virus yang menjadi agen hepatitis melalui darah terdiri dari virus hepatitis B (HBV),
hepatitis C (HCV), dan hepatitis D (HDV). Secara umum, ciri-ciri dari virus tersebut
adalah tidak mempunyai selubung, tahan terhadap cairan empedu, ditemukan di tinja,
tidak dihubungkan dengan penyakit hati kronis, dan tidak terjadi viremia yang
berkepanjangan atau kondisi karier intestinal.
a. Hepatitis B (HBV)
Insiden penyakit hepatitis B diperkirakan 78% berada di asia tenggara. Hepatitis B
(HBV) merupakan virus DNA famili Hepadnavirus yang terdiri dari sebuah protein
selubung luar virus (mengandung antigen permukaan hepatitis B atau HbsAg). HbsAg
ini membungkus nucleocapsid viral yang tersusun dari antigen ini hepatitis B atau
HbcAg. HbsAG terdeteksi dalam semua serum penderita HBV aktif dan kronis.
HbcAg tidak terdapat di sirkulasi dan hanya dapat dideteksi dengan radio
immunoassay dalam sel hati bila terdapat replikasi virus yang aktif. Antibodi terhadap
antigen permukaan hepatitis B (anti-HBs) dapat dideteksi dalam dua fraksi yaitu anti
HbcIgM (infeksi akut dan masa replikasi viral penyakit kronis). Dan anti-HBc total
(terdiri dari fraksi IgM dan IgG) pada hepatitis B akut (igM) dan (IgG).
b. Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C. (HCV = hepatitis C virus) yang masuk
ke sel hati dan mereplikasikan diri dengan menggunakan dan mereplikasikan diri
dengan menggunakan material yang terdapat dalam sel dan menginfeksi banyak sel
lainnya. Sekitar 85% kasus hepatitis C berkembang menjadi kronis dan merusak hati
bertahun-tahun. hati kemudian dapat menjadi sirosis atau berkembang ke arah
keganasan. terdapat enam tipe genotipe virus hepatitis C dan lebih 50 subtipenya.
masa inkubasi hepatitis C sekitar 7 minggu (3-20 minggu).
c. Hepatitis D
Hepatitis D (dulu virus delta) adalah virus tak sempurna yang mengandung RNA.
Agar infeksi dan replikasi virus ini dapat terjadi, diperlukan kehadiran HBV. Jadi,
infeksi delta hanya dapat terjadi apabila seorang pembawa HbsAg kemudian terpapar
virus delta atau pada seseorang terinfeksi secara simultan oleh HBV dan virus hepatitis
D endemic di daerah seluruh laut tengah dan daerah-daerah tertentu di timur tengah
dan amerika selatan. Infeksi terjadi paling pada para pecandu obat bius dan penderita
yang melakukan transfusi darah berulang-ulang. HDV akut didiagnosis dari adanya
HDV Ag dan anti HDV Ig M dalam serum.
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis infeksi VHB pada pasien hepatitis akut cenderung ringan. Kondisi
asimtomatis ini terbukti dari tingginya angka pengidap tanpa adanya riwayat hepatitis
akut. Apabila menimbulkan gejala hepatitis, gejalanya menyerupai hepatitis viris yang
lain tetapi dengan intensitas yang lebih berat (Juffrie et al, 2010)
1. Fase Inkubasi
Fase inkubasi merupakan waktu di antara masuknya virus sampai timbulnya gejala
keluhan.
2. Fase Prodromal
Fase ini adalah fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama sampai gejala
timbulnya ikterus. Fase ini ditandai dengan rasa tidak enak badan umum (malaise),
mialgia, antralgia, mudah lelah, gejala infeksi saluran napas atas, anoreksia, mual,
muntah, diare/konstipasi, demam, derajat rendah (Hepatitis A), dan nyeri ringan pada
abdomen kuadran kanan atas. Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang
disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Keluhan yang lain adalah nafsu
makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, dan nyeri perut kanan atas
(uluh hati). Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu, dan malaise, lekas
o
capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39 C berlangsung selama 2-5
hari, pusing, dan nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok juga pada virus
hepatitis B.
3. Fase Ikterik
Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi juga muncul bersamaan dengan gejala. Setelah
timbul ikterus, jarang terjadi perburukan gejala prodromal, namun justru akan terjadi
perbaikan klinis yang nyata. Urine berwarna seperti the pekat, tinja berwarna pucat,
dan terjadi penurunan suhu badan yang disertai dengan bradikardia. Ikterus muncul
pada kulit dan sclera yang terus meningkat pada satu minggu, kemudian menetap dan
baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang, fase ini disertai dengan timbulnya
gatal-gatal pada seluruh badan, rasa lesu, dan lekas capek dirasakan selama 1-2
minggu.
4. Fase Konvalesen (penyembuhan)
Fase ini dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di hulu
hati, dan kemudian disusul bertabahnya nafsu makan. Fase ini berlangsung rata-rata
14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita
mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capek.
D. KLASIFIKASI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus
dan akibat reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional
dasar dari hepar disebut lobul. Unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Seiring
dengan berkembanganya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu.
Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel- sel hepar ini menyebabkan kerusakan
sel-sel hepar.
Setelah lewat masanya, sel-sel hepar hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh
oleh respons sistem imun tubuh dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. oleh
karenanya, sebagian besar pasien yang mengalami hepatitis dapat sembuh dengan fungsi
hepar normal. Fase ini juga ditandai dengan inflamasi dan peregangan kapsul hati yang
memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. hal ini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati. timbulnya ikhterus
disebabkan karena kerusakan sel parenkim hati. walaupun jumlah bilirubin yang belum
mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan
sel hati dan duktuli empedu intrapatik, maka terjadi kerusakan dalam konjugasi.
akibatnya bilirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus. hal ini
dikarenakan terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli
empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirect), maupun bilirubin yang sudah
mengalami konjugasi (bilirubin direct).
Jadi, ikhterus yang timbul, terutama disebabkan karena adanya kerusakan dalam
pengangkutan, konjungsi, dan ekskresi bilirubin. tinja mengandung sedikit sterkobilin,
sehingga tampak pucat (abolish). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka
bilirubin dapat diekskresi ke dalam kemih, sehingga bilirubin urine menjadi pisitif dan
urine berwarna gelap. peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan
garam-garam empedu dalam darah yang menimbulkan gatal-gatal pada kulit karena
ikhtesu
(Doengoes,2003)
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
2) Sirkulasi
Gejala : Bradikardi (Hiperbilirubin berat), Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3) Eliminasi
6) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Kram abdomen, Nyeri tekan pada kuadran kanan, Mialgia, Atralgia,
Sakit kepala, Gatal ( pruritus )
7) Keamanan
Gejala : Demam, Urtikaria, Lesi makulopopuler, Eritema, Splenomegali,
Pembesaran nodus servikal posterior
8) Seksualitas
Gejala : Pola hidup / perilaku meningkatkan resiko terpajan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Brunner & Suddarth. 2011. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Gosyen Publishing.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Disusun Oleh :
PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. IdentitasKlien
NamaKlien : Ny. A
Alamat : Surakarta
Umur : 50th
Agama : Islam
Status Perkawinan :Kawin
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
2. IdentitasPenanggungJawab
Nama : Tn. B
Umur : 35th
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Surakarta
Hubungandenganklien : Anak
II. RIWAYATKEPERAWATAN
1. KeluhanUtama
Demam
2. RiwayatPenyakitSekarang
Paisen masuk rumah sakit pada tanggal 10 juni 2020 dengan keluhan demam,mual dan
lemas sejak 3 hari yang lalu.
C,
Nadi 84x/menit,RR 20x/menit, TD 120/80mmHg.
3. RiwayatPenyakitDahulu
Pasien mengatakan bahwa sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit yang sama
4. RiwayatKesehatanKeluarga
Pasien mengatakan bahawa dikeluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit
yang sama dengan penyakit pasien
Genogram :
Keterangan :
: perempuan X : Meninggal
: laki-laki : Garis Keturunan
: pasien
- - - - : serumah
5 . RiwayatKesehatanLingkungan
Pasien mengatakan berada dilingkungan yang nyaman dan sederhana, klien mengatakan
apabila sakit hanya periksa ke dokter umum
c. Mulut : Normal, bibir simetris, tidak ada luka, bersih, warna sedikit pucat,
mukosa kering
4. Leher
a. Kelenjartiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
b. Kelenjarlimfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
c. JVP : Tidak ada peningkatan JVP
5. Dada (Thorax)
a. Paru-paru
Inspeksi : Tidak ada luka , simetris ka/ki, tidak ada deformitas dan nafas
normal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi :Sonor
Auskultasi :Suara vesikuler, tidak ada suara wheezing
b. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi :ictus cordis tidak teraba
Perkusi :Bunyi redup
Auskultasi :Bunyi lup dup ka/ki
6. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada bekas luka
Auskultasi : Suara bising usus 18x/menit
Perkusi : Tympani kuadran 1,2,3,4
Palpasi : Terdapat nyeri tekan di baguan kuadran kanan atas, teraba
hepatomegali
9. Ektremitas
a. Atas
Kanan Kiri
b. Bawah
Kanan Kiri
2. Pola Nutrisi/Metabolik
a. Pengkajian Nutrisi (ABCD) :
A : TB :170 cm
BB :65kg
IMT: 22,4
B. Trombosit : 123 rb/ulLeukosit :6.3rb/ul
Eritrosit :5.13 jt/ul
C : Pasien tampak lemas
D : ferekuensi makan : 3x1 sehari
Jenis : nasi,sayur,lauk
Porsi : 1 piring
b. BAK
SebelumSakit SaatSakit
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitasditempattidur
Berpindah
Ambulasi/ROM
Keterangan :
0 :Mandiri, 1: denganalat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain danalat, 4 :
tergantung total
6. Pola Kognitif-Perseptual
a. Status mental
S “ ”
S “ tidak nyaman dengan keadaannya saat ini
tetapi pasien menerima apa ujian yang berikan oleh ALLAH
b. Kemampuan pengindraan
Sebelum sakit : normal, tidak ada gangguan pada pengindraaan
Saat sakit : pasien penglihatannya sedikit terganggu .
c. Pengkajian nyeri
- P : Nyeri saat bergerak
- Q : seperti tertimpa benda tumpul
- R : Di bagian perut kanan atas
- S : Skala 5
- T : Selama 5 menit
9. Pola Seksualitas
Tidak Ada masalah
on
ANALISA DATA
Nama : Ny. A No. CM :0829xx
Umur : 50 tahun Diagnosa Medis : Hepatitis
DS : Pasien
mengatakan merasa
2. mual terus menurus.
Kamis Mengeluh mual
Nausea (D.0076) Perenggangan
11
DO : pasien nampak kapsul limpa
juni
2020 mual.
09.00
DS : Pasien
mengatakan nyeri
perut
Q : seperti tertimpa
benda tumpul
R : Di bagian perut
kanan atas
S : Skala 5
T : Selama 5 menit
PRIORITASDIAGNOSAKEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan dengan suhu tubuh diatas nilai
normal (D.0130)
2. Nausea berhubungan dengan perengganan kapsul limpa dibuktikan dengan mengeluh mual
(D.0074)
3. Nyeri akut barhubungan dengan agen pencenderaan fisiologis dibuktikan dengan gelisah
(D.0077)
RENCANAKEPERAWATAN/INTERVENSI
Nama : Ny. A No. CM :0829xx
Umur :50 tahun Diagnosa Medis : Hepatitis
S:Pasien mengatakan
- meingdentifikasi pernah mengalami mulai
2
pengalaman mual sebelumnya
O : pasien nampak mual
S: Pasien mengatakan
2 - mengurangi atau
masih mual
hilangkan faktor
penyebab mual O: Pasien nampak mual
S: pasien mengatakan
belum mengetahui teknik
non farmaklogi
3 - memberikan teknik non
farmakologi untuk O: pasien nampak
menggurai nyeri kebingungan
J ’ 12 S : pasen mengatakan
1 - menganjurkan tirah
juni 2020 melakukan tirah baring
baring
16.00 O : pasien nampak
melakukan
1. - mengkolaborasi S : pasien mengatakan
pemberian cairan dan sudah diberikan obat
elektrolit intravena, jika
O : pasien nampak diberi
perlu
obat
2. - mengidentifikasi faktor
S: pasien mengatakan
penyebab mual
mengetahui penyebab mual
O: pasien nampak paham
- mengajarkan teknik
2 S : pasien mengatakan mau
nonfarmakologi untuk
melakukan teknik
mengatasi mual
nonfarmakologi
O : pasien nampak
melaukan
S : pasien mengatakan
2 - memberian obat diberikan obat
antiematik,jika perlu
O : obat masuk melalui
intravena
3 S : pasien mengatakan
- Identifikasi lokasi,
sudah bisa lokasi, dursi,dll
karakteristik, durasi,
frekuensi,kualitas, O : pasien nampak
intensitas nyeri menjalaskan
3
- Identivikasi skala nyeri S : pasien mengatakan
mengetahui skala nyeri
O : pasien nampak paham
EVALUASI
Nama : Ny. A No. CM :0829xx
Umur : 50 tahun DiagnosaMedis : Hepatitis
No Hari/ Ttd
Evaluasi
Dx Tgl/Jam
1. Kamis 11 juni S : Pasien mengatakan masih panas
. 2010 O : Pasien nampak lemas
13.00
TD :120/80 mmHg N : 84x/mnt
S: 3 C
RR : 20x/mnt.
A : Masalah keperawatan belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Lakukan pendingingan eksternal
- Anjurkan tirah baring
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,
jika perlu
2
S : Pasien mengatakan mual
O: Pasien nampak mual – mual
TD : 120/80 mmHg; N:84x/mnt
S: 3 C
RR : 20x/mnt
A:Masalah keperawatan belum teratasi
P:Intervensi dilanjutkan
- Identifikasi faktor penyebab mual
- Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengatasi mual
- Kolaborasi pemberian antiematik,jika perlu
3
S : Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut
O : Pasien nampak kesakitan
TD : 120/80 mmHg; N:84x/mnt
S: 3 C
RR : 20x/mnt
Q : seperti tertimpa benda tumpul
R : Di bagian perut kanan atas
S : Skala 5
T : Selama 5 menit
A : Masalah keperawatan belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi,kualitas, intensitas nyeri
- Identivikasi skala nyeri
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah di berikan
- Kolaborasi pemebirain analgesic, jika pelu
3
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
O : Pasien nampak sedikit gelisah
TD : 120/90 mmHg; N : 80x/mnt
S: 37,5C
RR : 20x/mnt
Q : seperti tertimpa benda tumpul
R : Di bagian perut kanan atas
S : Skala 2
T : Selama 2 menit
A:Masalah keperawatan belum teratasi
P:Intervensi dilanjutkan
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah di berikan
- Kolaborasi pemebirain analgesic, jika pelu
1
Sabtu 13 juni S : Pasien mengatakan sudah tidak panas
2020
21.00 O : Pasien nampak gembira
TD :120/90 mmHg; N : 80x/mnt
S: 3 C
RR : 20x/mnt.
A :Masalah keperawatan teratasi
P :Intervensi dihentikan
Disusun Oleh :
Hari : Minggu
A. Keluhan utama :
Demam
B. Diagnosa keperawatan
D. Dasar pemikiran
Demam adalah keadaan tubuh mengalami kenaikan suhu hingga 38°C atau lebih. Ada juga
yang mengambil batasan lebih dari 37,8° C, sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40°C
disebut demam tinggi/hiperpireksia. Demam dapat membahayakan apabila timbul dalam
suhu yang tinggi. Demam atau suhu tubuh yang tinggi dapat diturunkan dengan berbagai
cara. Kompres air hangat merupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh
F. Analisis tidakan
Tindakan keperawatan ini untuk menggurai demam pada pasien tanpa menggunakan obat
obatan. Terapi ini berfungsi untuk menggurangi demam sementara sebelum dilakukan
pemberian obat
Asmadi. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: EGC; 2008.
Carolina A. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Penyakit GE pada Remaja di
Puskesmas Rempoah. Purwokerto: Akper Muhammadiyah Purwokerto; 2011.
Sukmawati. Perbandingan Penurunan Suhu pada Pasien yang Dikompres Pada Daerah
Ketiak dengan Kompres Pada Dahi di RSI Ibnu Shina
Surakarta; 2010.
Wening, Endang. Perbandingan Penurunan Suhu Pada Pasien yang Dikompres pada
Daerah Ketiak dengan Kompres pada Dahi di Ruang Rawat Inap Kelas III RS
Hasan Sadikin Bandung. Bandung: Akper Parahiyangan; 2011.
ISSN2354-7642 JOURNAL NERS
AND MIDWIFERY INDONESIA
Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia
Abstrak
Demam adalah keadaan tubuh mengalami kenaikan suhu hingga 38°C atau lebih. Ada juga yang mengambil batasan
lebih dari 37,8° C, sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40°C disebut demam tinggi/hiperpireksia. Demam dapat
membahayakan apabila timbul dalam suhu yang tinggi. Demam atau suhu tubuh yang tinggi dapat diturunkan dengan
berbagai cara. Kompres air hangat merupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh. Kenyataan yang ditemukan di
tempat penelitian yaitu di KRIPMD PKU Muhammadiyah Kutoarjo pelaksanaan kompres sebagai salah satu tindakan
mandiri untuk menangani demam masih sering diabaikan oleh pasien dan keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk
diketahuinya perbedaan efektivitas pemberian kompres air hangat di aksila dan dahi terhadap penurunan suhu tubuh
pada pasien demam di KRIPMD PKU Muhammadiyah Kutoarjo. Desain penelitian menggunakan true eksperimen: two-
group pre-post test design. Jumlah populasi sebesar 40 dengan subyek sebanyak 38 orang dengan teknik consecutive
sampling. Pengukuran suhu dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan thermometer air raksa. Analisis
data menggunakan uji t. Hasil: Rerata derajat penurunan suhu tubuh sebelum dan sesudah dilakukan kompres air
hangat pada daerah aksila sebesar 0,247oC. Rerata derajat penurunan suhu tubuh sebelum dan sesudah dilakukan
kompres air hangat pada daerah sebesar 0,111oC. Analisis uji t menunjukkan teknik pemberian kompres hangat pada
daerah aksila lebih efektif terhadap penurunan suhu tubuh dibandingkan dengan teknik pemberian kompres hangat
pada dahi (t hitung=5,879 p=0,000). Simpulan: Teknik pemberian kompres air hangat pada daerah aksila lebih efektif
terhadap penurunan suhu tubuh.
Info Artikel:
Artikel dikirim pada 9 Januari 2015
Artikel diterima pada 9 Januari 2015
10 Eny Inda Ayu, Winda Irwanti, Mulyanti, 2015. JNKI, Vol. 3, No. 1, Tahun 2015, 10-14
PENDAHULUAN akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga
mempermudah pengeluaran panas dari tubuh(6).
Suhu tubuh yang meningkat lebih dari normal
Kenyataan yang ditemukan di lokasi penelitian yaitu di
atau demam merupakan suatu pertanda adanya
Klinik Rawat Inap Pelayanan Medik Dasar (KRIPMD)
gangguan kesehatan dan disebut sebagai keluhan
PKU Muhammadiyah Kutoarjo, dengan jumlah rata-
yang dirasakan oleh seseorang tetapi bukan
rata 40 pasien demam setiap bulan dengan lama 3-4
merupakan suatu diagnosis. Suhu tubuh pada kondisi
hari perawatan, pelaksanaan kompres sebagai salah
demam dapat digunakan sebagai salah satu ukuran
satu tindakan mandiri untuk menangani demam masih
mengenai membaik atau memburuknya kondisi
sering diabaikan oleh pasien dan keluarga. Selama ini
pasien. Demam mengacu pada peningkatan suhu
pasien dan keluarga lebih memilih untuk melakukan
tubuh sebagai akibat dari infeksi atau peradangan
kompres pada daerah dahi dengan alasan kompres
sebagai respon terhadap invasi mikroba, sel-sel darah
pada daerah dahi lebih mudah dilakukan dan tidak
putih tertentu mengeluarkan suatu zat kimia yang
membasahi baju yang dipakai oleh pasien. Hingga
dikenal sebagai pirogen endogen yang memiliki
saat ini, di KRIPMD PKU Muhammadiyah Kutoarjo
banyak efek untuk melawan infeksi(1).
belum pernah dilakukan penelitian untuk melihat
Demam adalah keadaan dimana terjadi
perbedaan efektivitas kompres pada daerah dahi dan
kenaikan suhu hingga 38° C atau lebih. Ada juga yang
aksila.
mengambil batasan lebih dari 37,8°C, sedangkan bila
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
suhu tubuh lebih dari 40°C disebut demam tinggi/
hiperpireksia. Demam dapat membahayakan apabila
perbedaan efektivitas pemberian kompres air
timbul dalam suhu yang tinggi. Demam tinggi adalah hangat di aksila dan dahi terhadap penurunan suhu
demam yang mencapai 41,1°C (106°F) atau lebih. tubuh pada pasien demam di KRIPMD PKU
Pada demam tinggi dapat terjadi alkalosis respiratorik, Muhammadiyah Kutoarjo.
asidosis metabolik, kerusakan hati, kelainan EKG,
dan berkurangnya aliran darah otak. Selain itu BAHAN DAN METODE
dampak yang dapat ditimbulkan jika demam tidak
Dalam penelitian ini, desain penelitian yang
ditangani maka akan dapat menyebabkan kerusakan
digunakan adalah penelitian true eksperimen: two-
otak, hiperpireksia yang akan menyebabkan syok,
group pre-post test design. Penelitian ini dilakukan di
epilepsy, retardasi mental atau ketidakmampuan
Klinik Rawat Inap Pelayanan Medik Dasar PKU
belajar(2).
Muhammadiyah Kutoarjo. Penelitian ini dilakukan
Demam atau suhu tubuh yang tinggi dapat
pada bulan November 2013. Populasi pada penelitian
diturunkan dengan berbagai cara. Cara yang paling
ini adalah semua pasien yang dirawat di Ruang Rawat
sering digunakan adalah meminum obat penurun
Inap KRIPMD PKU Muhammadiyah Kutoarjo yang
demam seperti Paracetamol ataupun Ibuprofen.
mengalami demam dengan suhu tubuh aksila >38ºC
Selain itu adalah dengan mengobati penyebab
berjumlah 40 pasien dalam satu bulan. Variabel
demam, dan apabila ternyata demamnya karena
independen dalam penelitian ini adalah pemberian
infeksi oleh bakteri maka diberikan antibiotik untuk
kompres hangat pada daerah dahi atau daerah aksila.
membunuh bakteri. Tetapi obat- obatan saja tidak
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
cukup, sehingga perlu dilakukan kompres untuk
penurunan suhu tubuh pada pasien demam. Subjek
membantu menurunkan suhu tubuh saat demam(3).
dibagi dua kelompok, yaitu kelompok dengan kompres
Kompres hangat merupakan metode untuk
hangat pada dahi dan kompres hangat pada aksila
menurunkan suhu tubuh(4). Pemberian kompres hangat
selama 15 -30 menit. Pengukuran dilakukan 2-3 menit
pada daerah aksila (ketiak) lebih efektif karena pada
sebelum perlakuan kompres dengan menggunakan
daerah tersebut banyak terdapat pembuluh darah besar
thermometer aksila. Analisis data menggunakan uji t.
dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang
mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas
daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan
memungkinkan percepatan perpindahan panas dari HASIL DAN BAHASAN
dalam tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih Analisis Univariat
banyak(5). Lingkungan luar yang hangat akan membuat
Karakteristik Responden
tubuh menginterpretasikan bahwa suhu di luar cukup
panas sehingga akan menurunkan kontrol pengatur suhu Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa demam
di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh terbanyak terjadi pada pasien berumur antara 21-30
lagi, juga tahun yaitu 28,9% (11 orang) dan paling sedikit terjadi
Kompres Air Hangat pada Daerah Aksila dan Dahi Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam 11
pada pasien umur 31-40 tahun yaitu 10,5% (4 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pasien
orang). Hasil tersebut kemungkinan karena subjek Demam di KRIPMD PKU Muhammadiyah Kutoarjo
penelitian pada pasien demam terlalu sedikit yaitu Pekerjaan f %
hanya 38 orang dan jumlah responden yang Buruh/Tani 9 23,7
berumur antara 21-30 tahun lebih banyak. IRT 5 13,2
Swasta 8 21,1
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur Pasien Demam di Pelajar/Mahasiswa 13 34,1
KRIPMD PKU Muhammadiyah Kutoarjo Belum Sekolah 3 7,9
Umur f % Total 38 100,0
0-10 Tahun 8 21,1 Sumber: Data Primer 2013
11-20 Tahun 5 13,2
21-30 Tahun 11 28,9 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pasien
31-40 Tahun 4 10,5 Demam di KRIPMD PKU Muhammadiyah Kutoarjo
> 40 Tahun 10 26,3
Total 38 100,0 Jenis Kelamin f %
Sumber: Data Primer 2013 Laki-Laki 18 47,4
Perempuan 20 52,6
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Total 38 100,0
Asmadi yang disebutkan bahwa salah satu faktor Sumber: Data Primer 2013
perubahan suhu tubuh dipengaruhi oleh umur.
Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa suhu pada Tabel 5. Distribusi Frekuensi Riwayat Penyakit
usia anak- anak sampai masa puber dan pada usia Pasien Demam di KRIPMD PKU Muhammadiyah
lanjut cenderung lebih labil dibandingkan dengan Kutoarjo
usia dewasa(7). Riwayat Penyakit f %
Demam Thypoid 26 68,4
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Pasien
Diare/ GE 12 31,6
Demam di KRIPMD PKU Muhammadiyah Kutoarjo
Total 38 100,0
Pendidikan f % Sumber: Data Primer 2013
Belum Sekolah 3 7,9
SD 13 34,2
SMP 7 18,4 52,6% (20 orang) dan jumlah paling sedikit adalah
SMA 8 21,1 berjenis kelamin laki-laki yaitu 47,4% (18 orang).
Perguruan Tinggi 7 18,4 Hasil penelitian ini didukung oleh oleh Asmadi yang
Total 38 100,0 menyebutkan bahwa salah satu faktor yang
Sumber: Data Primer 2013 mempengaruhi peningkatan suhu tubuh adalah
hormon(3). Wanita mengalami peningkatan hormon
Berdasarkan Tabel 2 diketahui pendidikan lebih banyak daripada pria. Pada wanita terjadi
pasien terbanyak adalah SD yaitu 34,2% (13 peningkatan suhu antara 0,3-0,6o C di atas suhu
orang) sedangkan jumlah paling sedikit termasuk basal saat terjadi sekresi progesteron pada saat
kategori belum sekolah yaitu 7,9% (3 orang). ovulasi berlangsung(9).
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa frekuensi Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa pasien
terbanyak pasien demam adalah pelajar/mahasiswa demam terbanyak memiliki riwayat penyakit demam
yaitu 34,1% (13 orang) dan frekuensi paling sedikit thypoid yaitu 68,4% (26 orang) dan kejadian dengan
adalah belum sekolah yaitu 7,9% (3 orang). Pelajar frekuensi lebih sedikit terjadi pada pasien dengan
dan mahasiswa pada jaman sekarang sebagian riwayat penyakit diare/GE yaitu 31,6% (12 orang).
memiliki pola makan yang tidak baik dengan pola gizi
yang tidak seimbang sehingga lebih mudah terserang Derajat Penurunan Suhu
demam sebagai awal gejala penyakit yang terjadi. Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa rerata
Penelitian Carolina menyebutkan bahwa pola makan penurunan suhu tubuh pada pasien demam yang
yang tidak sehat menyebabkan seseorang lebih diberikan perlakuan kompres air hangat pada
mudah terserang suatu penyakit(8). daerah aksila adalah 0,247oC dan rerata penurunan
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa pasien suhu tubuh pasien demam yang diberikan kompres
demam terbanyak berjenis kelamin perempuan yaitu air hangat pada daerah dahi adalah 0,111oC.
12 Eny Inda Ayu, Winda Irwanti, Mulyanti, 2015. JNKI, Vol. 3, No. 1, Tahun 2015, 10-14
Tabel 6. Statistik Deskriptif Penurunan Suhu pada menunjukkan penurunan suhu yang signifikan jika
Pasien Demam yang diberikan Kompres Air Hangat p<0,05.
pada Daerah Aksila dan Daerah Dahi di KRIPMD PKU
Muhammadiyah Kutoarjo Tabel 8. Uji Beda Rerata Suhu Badan sebelum
dan sesudah Perlakuan terhadap Pasien yang
Statistik Kompres pada Kompres pada Dikompres pada Daerah Aksila Dahi
Deskriptif daerah Aksila daerah Dahi
Sebelum dan t
Mean 0,247 0,111 Lokasi Sesudah Deviasi
hitung
p-value
Deviation 0,077 0,066 Kompres Perlakuan
Minimum 0,100 0,000 Daerah Sebelum 39,02
Maximum 0,400 0,200 0,247 13,961 0,000
Aksila Sesudah 38,77
Sumber: Data Primer 2013
Daerah Sebelum 38,68
0,111 7,234 0,000
Dahi Sesudah 38,57
Analisis Bivariat
Sumber: Data Primer 2013
Uji Beda Rerata Suhu Tubuh pada Pasien
Demam Sebelum Perlakuan pada Pasien yang Berdasarkan hasil uji diperoleh penurunan
Dikompres pada Daerah Aksila dan Rerata Suhu suhu pada kedua kelompok lokasi kompres yaitu
pada Pasien yang Dikompres pada Daerah Dahi
menunjukkan hasil yang signifikan. Pada kelompok
Analisis data dilakukan dengan
pasien yang dikompres pada daerah aksila rerata
membandingkan rerata suhu tubuh sebelum
suhu sebelum perlakuan adalah 39,02oC dengan
perlakuan pada pasien yang diberikan kompres air rerata penurunan suhu 0,247oC menjadi 38,77o C.
hangat pada daerah aksila dan rerata suhu tubuh Pada pasien yang dikompres pada daerah dahi
pada pasien demam yang diberikan kompres pada rerata suhu tubuh sebelum perlakuan adalah 38,68o C
daerah dahi menggunakan independent sample t test. mengalami penurunan sebesar 0,111 menjadi 38,57oC
sesudah perlakuan. Berdasarkan perbandingan
Tabel 7. Uji Beda Rerata Suhu Sebelum Perlakuan
pada Pasien Demam yang dikompres pada Daerah penurunan suhunya maka pengompresan di daerah
Aksila dengan Pasien Demam yang Dikompres pada aksila dengan rerata penurunan suhu sebesar 0,247o
Daerah Dahi di KRIPMD PKU Muhammadiyah C menunjukkan penurunan suhu yang lebih besar
Kutoarjo dibandingkan pengompresan pada daerah dahi
Lokasi Kompres Rerata (Mean) thitung p-value dengan rerata penurunan suhu sebesar 0,111oC.
Aksila 39,02
1,984 0,055 Uji Beda Rerata Penurunan Suhu Tubuh Pasien
Dahi 38,68 Demam yang Dikompres pada Daerah Aksila
dan Pasien Demam yang Dikompres pada
Berdasarkan Tabel 7 diketahui rerata suhu Daerah Dahi
tubuh pada pasien demam sebelum diberikan
kompres pada daerah aksila adalah 39,02 dan Tabel 9. Uji Beda Rerata Penurunan Suhu Badan
rerata suhu tubuh sebelum pada daerah dahi Pasien Demam yang Dikompres pada Daerah Aksila
sebesar 38,68. Hasil uji beda diperoleh t hitung dan Pasien Demam yang Dikompres pada Daerah
sebesar 1,984 dengan p=0,055. Karena p>0,05 Dahi
menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan rerata t
Lokasi Kompres Rerata Penurunan hitung p-value
suhu tubuh sebelum dilakukan perlakuan pada suhu
pasien demam yang dikompres pada daerah aksila Daerah Aksila 0,247
dengan pasien yang dikompres pada daerah dahi. 5,879 0,000
Daerah Dahi 0,111
Uji Beda Rerata Suhu Tubuh Sebelum dan Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa rerata
Sesudah Perlakuan pada Pasien yang
penurunan suhu tubuh pada pasien demam yang
Dikompres pada Daerah Aksila dan Pasien yang
Dikompres pada Daerah Dahi dikompres pada daerah aksila adalah 0,247 dan
rerata penurunan suhu tubuh pada pasien demam
Uji ini digunakan untuk membandingkan suhu
yang dikompres pada daerah dahi adalah 0,111.
sebelum dan sesudah perlakuan baik pada pasien
Setelah dilakukan uji perbandingan kedua rerata
demam yang dikompres dengan menggunakan air
menggunakan uji t diperoleh t hitung sebesar 5,879
hangat pada daerah aksila maupun pasien demam
dengan p=0,000. Karena p<0,05 maka Ho ditolak
yang diberikan kompres air hangat pada daerah
dan Ha diterima, artinya ada perbedaan secara
dahi menunjukkan penurunan yang signifikan. Hasil
signifikan pada rerata penurunan suhu pada pasien
Kompres Air Hangat pada Daerah Aksila dan Dahi Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam 13
yang diberikan kompres air hangat pada daerah hangat pada dahi pada pasien demam di KRIPMD
aksila dan pasien yang diberikan kompres air PKU Muhammadiyah Kutoarjo. Saran bagi pasien
hangat pada daerah dahi. Hal ini menunjukkan dan keluarga agar dapat meningkatkan cara
bahwa teknik pemberian kompres air hangat pada kompres di daerah aksila karena lebih efektif.
daerah aksila lebih efektif terhadap penurunan
suhu tubuh dibandingkan dengan teknik pemberian RUJUKAN
kompres air hangat pada daerah dahi pada pasien
demam di Klinik Rawat Inap Pelayanan Medik 1. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke
Dasar PKU Muhammadiyah Kutoarjo. Sistem. Jakarta: EGC; 2002.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori 2. Ganong WF. Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
yang dikemukakan oleh Tamsuri yang menyatakan EGC; 2002.
daerah ketiak terdapat vena besar yang memiliki 3. Asmadi. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:
kemampuan proses vasodilatasi yang sangat baik EGC; 2008.
dalam menurunkan suhu tubuh dan sangat dekat 4. Hegner BR. Asisten Keperawatan Suatu
dengan otak yang merupakan tempat terdapatnya Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta:
sensor pengatur suhu tubuh yaitu hypothalamus(10). EGC; 2003.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian 5. Crowin. Buku Saku Patofisiolog. Jakarta: EGC;
Juwariyah bahwa kompres air hangat lebih efektif 2002.
74,6% untuk menurunkan suhu pada pasien anak 6. Sunardi. Kontrol Persyarafan Terhadap Suhu
dengan demam daripada kompres plester(11). Hasil Tubuh. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan
penelitian didukung hasil penelitian Sukmawati yang Universitas Indonesia; 2009.
menunjukkan kompres di ketiak memberikan 7. Asmadi. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
efektivitas tinggi bila dibandingkan kompres di dahi Klien. Jakarta: EGC; 2008.
dengan derajat penurunan suhu masing 0,234oC dan 8. Carolina A. Hubungan Pola Makan dengan
0,145o C(12). Hasil analisis menggunakan uji t Kejadian Penyakit GE pada Remaja di
diperoleh t hitung sebesar 5,673 dengan p=0,018. Puskesmas Rempoah. Purwokerto: Akper
Serta penelitian Wening menyatakan bahwa pasien Muhammadiyah Purwokerto; 2011.
yang dikompres di bagian ketiak memiliki penurunan 9. Effendy F, Makhfudli. Keperawatan Kesehatan
suhu lebih besar daripada pasien yang dikompress Komunitas. Jakarta: Salemba Medika; 2009.
pada daerah dahi(13).
10. Tamsuri A. Tanda-tanda Vital: Suhu Tubuh.
Jakarta: EGC; 2006.
11. Juwariyah. Efektivitas Penurunan Suhu Tubuh
SIMPULAN DAN SARAN
Menggunakan Kompres Hangat dan Kompres
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Plester pada Anak Demam [internet]. 2011
yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan sebagai [cited 2013 Des 26]. Available from:
berikut bahwa rerata derajat penurunan suhu tubuh http://repository. usu.id.
sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat 12. Sukmawati. Perbandingan Penurunan Suhu pada
pada daerah aksila pada pasien demam di KRIPMD Pasien yang Dikompres Pada Daerah Ketiak
PKU Muhammadiyah Kutoarjo sebesar 0,247oC, dengan Kompres Pada Dahi di RSI Ibnu Shina
rerata derajat penurunan suhu tubuh sebelum dan Magelang. Surakarta: Fakultas Kesehatan UMM
sesudah dilakukan kompres hangat pada daerah dahi Surakarta; 2010.
pada pasien demam di KRIPMD PKU Muhammadiyah 13. Wening, Endang. Perbandingan Penurunan
Kutoarjo sebesar 0,111oC. Teknik pemberian kompres Suhu Pada Pasien yang Dikompres pada
hangat pada daerah aksila lebih efektif terhadap Daerah Ketiak dengan Kompres pada Dahi di
penurunan suhu tubuh dibandingkan dengan teknik Ruang Rawat Inap Kelas III RS Hasan Sadikin
pemberian kompres Bandung. Bandung: Akper Parahiyangan; 2011.
14 Eny Inda Ayu, Winda Irwanti, Mulyanti, 2015. JNKI, Vol. 3, No. 1, Tahun 2015, 10-14
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
HEPATITIS
Disusun Oleh :
A. Latar Belakang
B. Tujunan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengetahuan pelaksaanan Asuhan Keperawatan pada pasien
Ny. A dengan Hepatitis.
b. Tujuan Khusus
- Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien hepatitis
- Membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien hepatitis.
- Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ditentukan.
- Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
- Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Hepatitis B adalah infeksi yang terjadi pada hati yang disebabkan oleh virus
Hepatitis B (VHB).Penyakit ini bisa menjadi akut atau kronis dan dapat pula
menyebabkan radang hati, gagal hati, serosis hati, kanker hati, dan kematian.Dari
beberapa penyebab Hepatitis yang disebabkan oleh virus, Hepatitis B menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia karena manifestasinya
sebagai Hepatitis akut dengan segala komplikasinya serta risiko menjadi kronik
(Kementerian Kesehatan RI, 2014; Feld dan Janssen, 2015).
Hepatitis B akut memiliki masa inkubasi 60-90 hari.Penularannya vertikal 95%
terjadi masa perinatal (saat persalinan) dan 5% intra uterine. Penularan horisontal
melalui transfusi darah, jarum suntik tercemar, pisau cukur, aktifitas seksual
(Dunkelberg, dkk., 2014; Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Hepatitis B kronik berkembang dari Hepatitis B akut.Infeksi hepatitis B kronis
didefinisikan sebagai deteksi terus-menerus dari Hepatitis B surface antigen (HBsAg)
selama lebih dari 6 bulan setelah paparan awal virus.Usia saat terjadinya infeksi
mempengaruhi kronisitas penyakit. Bila penularan terjadi saat bayi maka 95% akan
menjadi Hepatitis B kronis, sedangkan bila penularan terjadi pada usia balita, maka 20-
30% menjadi penderita Hepatitis B kronis dan bila penularan saat dewasa maka hanya
5% yang menjadi penderita Hepatitis B kronis. Infeksi hepatitis B kronis dapat
menyebabkan morbiditas dan mortalitas dari sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler
hingga 40 persen dari orang-orang yang terkena dampak (Dunkelberg, dkk., 2014;
Feld dan Janssen, 2015; Kementerian Kesehatan RI, 2014).
B. ETIOLOGI
Penyebab dari hepatitis yaitu (Sylvia A. 2006) :
Terdiri atas virus hepatitis A (HAV) dan virus hepatitis E (HEV). Secara umum,
tanda-tanda virus A dan E adalah tidak mempunyai selubung, rusak bila terpajan
cairan empedu/deterjen, tidak terdapat dalam tinja, tidak dihubungkan dengan
penyakit hati kronis, dan tidak terjadi viremia yang berkepanjangan atau kondisi karier
intestinal.
a. Hepatitis A
Virus hepatitis A merupakan virus RNA dari famili Picarnovirus. Virus ini banyak
menyerang anak-anak. Biasanya , jenis hepatitis yang ditimbulkan mengenai
masyarakat golongan ekonomi lemah serta mereka yang tinggal di lingkungan tidak
bersih.
Hepatitis A dibedakan menjadi empat stadium, yaitu masa inkubasi, prikterik
(prodromal), ikterik, dan masa penyembuhan. Masa inkubasi berlangsung selama 5-45
hari, dengan rata-rata kurang lebih 25 hari. Masa prodromal terjadi selama 4 hari
sampai 1 minggu atau lebih.
Gejala masa prodromal adalah kelelahan (fatigue), rasa tidak enak badan (malaise),
nafsu makan berkurang, mual, muntah, rasa tidak nyaman di daerah perut
o
kanan atas, demam (biasanya suhu kurang dari 39 C), merasa dingin, sakit kepala,
gejala seperti flu, keluar ingus (nasal discharge), sakit tenggorokan, dan batuk.
b. Hepatitis E
Hepatitis E banyak terjadi di negara-negara berkembang, terutama yang airnya
terkontaminasi. Kelompok yang paling rentan terkena adalah turis atau pelancong Asia
Selatan dan Afrika Utara. Kasus ini jarang terjadi Amerika Serikat, karena tidak ada
riwayat perjalanan ke negara-negara endemik. Penyebab penyakit ini adalah virus
hepatitis E. Tanda dan gejala hepatitis meliputi sakit kuning (Jaundice) lemah, nyeri
abdomen, kurang nafsu makan, mual dan muntah dan urine berwarna gelap.
Virus yang menjadi agen hepatitis melalui darah terdiri dari virus hepatitis B (HBV),
hepatitis C (HCV), dan hepatitis D (HDV). Secara umum, ciri-ciri dari virus tersebut
adalah tidak mempunyai selubung, tahan terhadap cairan empedu, ditemukan di tinja,
tidak dihubungkan dengan penyakit hati kronis, dan tidak terjadi viremia yang
berkepanjangan atau kondisi karier intestinal.
a. Hepatitis B (HBV)
Insiden penyakit hepatitis B diperkirakan 78% berada di asia tenggara. Hepatitis B
(HBV) merupakan virus DNA famili Hepadnavirus yang terdiri dari sebuah protein
selubung luar virus (mengandung antigen permukaan hepatitis B atau HbsAg). HbsAg
ini membungkus nucleocapsid viral yang tersusun dari antigen ini hepatitis B atau
HbcAg. HbsAG terdeteksi dalam semua serum penderita HBV aktif dan kronis.
HbcAg tidak terdapat di sirkulasi dan hanya dapat dideteksi dengan radio
immunoassay dalam sel hati bila terdapat replikasi virus yang aktif. Antibodi terhadap
antigen permukaan hepatitis B (anti-HBs) dapat dideteksi dalam dua fraksi yaitu anti
HbcIgM (infeksi akut dan masa replikasi viral penyakit kronis). Dan anti-HBc total
(terdiri dari fraksi IgM dan IgG) pada hepatitis B akut (igM) dan (IgG).
b. Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C. (HCV = hepatitis C virus) yang masuk
ke sel hati dan mereplikasikan diri dengan menggunakan dan mereplikasikan diri
dengan menggunakan material yang terdapat dalam sel dan menginfeksi banyak sel
lainnya. Sekitar 85% kasus hepatitis C berkembang menjadi kronis dan merusak hati
bertahun-tahun. hati kemudian dapat menjadi sirosis atau berkembang ke arah
keganasan. terdapat enam tipe genotipe virus hepatitis C dan lebih 50 subtipenya.
masa inkubasi hepatitis C sekitar 7 minggu (3-20 minggu).
c. Hepatitis D
Hepatitis D (dulu virus delta) adalah virus tak sempurna yang mengandung RNA.
Agar infeksi dan replikasi virus ini dapat terjadi, diperlukan kehadiran HBV. Jadi,
infeksi delta hanya dapat terjadi apabila seorang pembawa HbsAg kemudian terpapar
virus delta atau pada seseorang terinfeksi secara simultan oleh HBV dan virus hepatitis
D endemic di daerah seluruh laut tengah dan daerah-daerah tertentu di timur tengah
dan amerika selatan. Infeksi terjadi paling pada para pecandu obat bius dan penderita
yang melakukan transfusi darah berulang-ulang. HDV akut didiagnosis dari adanya
HDV Ag dan anti HDV Ig M dalam serum.
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis infeksi VHB pada pasien hepatitis akut cenderung ringan. Kondisi
asimtomatis ini terbukti dari tingginya angka pengidap tanpa adanya riwayat hepatitis
akut. Apabila menimbulkan gejala hepatitis, gejalanya menyerupai hepatitis viris yang
lain tetapi dengan intensitas yang lebih berat (Juffrie et al, 2010)
1. Fase Inkubasi
Fase inkubasi merupakan waktu di antara masuknya virus sampai timbulnya gejala
keluhan.
2. Fase Prodromal
Fase ini adalah fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama sampai gejala
timbulnya ikterus. Fase ini ditandai dengan rasa tidak enak badan umum (malaise),
mialgia, antralgia, mudah lelah, gejala infeksi saluran napas atas, anoreksia, mual,
muntah, diare/konstipasi, demam, derajat rendah (Hepatitis A), dan nyeri ringan pada
abdomen kuadran kanan atas. Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang
disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Keluhan yang lain adalah nafsu
makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, dan nyeri perut kanan atas
(uluh hati). Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu, dan malaise, lekas
o
capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39 C berlangsung selama 2-5
hari, pusing, dan nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok juga pada virus
hepatitis B.
3. Fase Ikterik
Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi juga muncul bersamaan dengan gejala. Setelah
timbul ikterus, jarang terjadi perburukan gejala prodromal, namun justru akan terjadi
perbaikan klinis yang nyata. Urine berwarna seperti the pekat, tinja berwarna pucat,
dan terjadi penurunan suhu badan yang disertai dengan bradikardia. Ikterus muncul
pada kulit dan sclera yang terus meningkat pada satu minggu, kemudian menetap dan
baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang, fase ini disertai dengan timbulnya
gatal-gatal pada seluruh badan, rasa lesu, dan lekas capek dirasakan selama 1-2
minggu.
4. Fase Konvalesen (penyembuhan)
Fase ini dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di hulu
hati, dan kemudian disusul bertabahnya nafsu makan. Fase ini berlangsung rata-rata
14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita
mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capek.
D. KLASIFIKASI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus
dan akibat reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional
dasar dari hepar disebut lobul. Unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Seiring
dengan berkembanganya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu.
Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel- sel hepar ini menyebabkan kerusakan
sel-sel hepar.
Setelah lewat masanya, sel-sel hepar hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh
oleh respons sistem imun tubuh dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. oleh
karenanya, sebagian besar pasien yang mengalami hepatitis dapat sembuh dengan fungsi
hepar normal. Fase ini juga ditandai dengan inflamasi dan peregangan kapsul hati yang
memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. hal ini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati. timbulnya ikhterus
disebabkan karena kerusakan sel parenkim hati. walaupun jumlah bilirubin yang belum
mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan
sel hati dan duktuli empedu intrapatik, maka terjadi kerusakan dalam konjugasi.
akibatnya bilirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus. hal ini
dikarenakan terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli
empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirect), maupun bilirubin yang sudah
mengalami konjugasi (bilirubin direct).
Jadi, ikhterus yang timbul, terutama disebabkan karena adanya kerusakan dalam
pengangkutan, konjungsi, dan ekskresi bilirubin. tinja mengandung sedikit sterkobilin,
sehingga tampak pucat (abolish). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka
bilirubin dapat diekskresi ke dalam kemih, sehingga bilirubin urine menjadi pisitif dan
urine berwarna gelap. peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan
garam-garam empedu dalam darah yang menimbulkan gatal-gatal pada kulit karena
ikhtesu
(Doengoes,2003)
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
2) Sirkulasi
Gejala : Bradikardi (Hiperbilirubin berat), Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3) Eliminasi
6) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Kram abdomen, Nyeri tekan pada kuadran kanan, Mialgia, Atralgia,
Sakit kepala, Gatal ( pruritus )
7) Keamanan
Gejala : Demam, Urtikaria, Lesi makulopopuler, Eritema, Splenomegali,
Pembesaran nodus servikal posterior
8) Seksualitas
Gejala : Pola hidup / perilaku meningkatkan resiko terpajan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. IdentitasKlien
NamaKlien : Ny. A
Alamat : Surakarta
Umur : 50th
Agama : Islam
Status Perkawinan :Kawin
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
2. IdentitasPenanggungJawab
Nama : Tn. B
Umur : 35th
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Surakarta
Hubungandenganklien : Anak
II. RIWAYATKEPERAWATAN
1. KeluhanUtama
Demam
2. RiwayatPenyakitSekarang
Paisen masuk rumah sakit pada tanggal 10 juni 2020 dengan keluhan demam,mual dan
lemas sejak 3 hari yang lalu. Berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan
C,
Nadi 84x/menit,RR 20x/menit, TD 120/80mmHg.
3. RiwayatPenyakitDahulu
Pasien mengatakan bahwa sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit yang sama
4. RiwayatKesehatanKeluarga
Pasien mengatakan bahawa dikeluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit
yang sama dengan penyakit pasien
Genogram :
Keterangan :
: perempuan X : Meninggal
: laki-laki : Garis Keturunan
: pasien
- - - - : serumah
5 . RiwayatKesehatanLingkungan
Pasien mengatakan berada dilingkungan yang nyaman dan sederhana, klien mengatakan
apabila sakit hanya periksa ke dokter umum
c. Mulut : Normal, bibir simetris, tidak ada luka, bersih, warna sedikit pucat,
mukosa kering
4. Leher
a. Kelenjartiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
b. Kelenjarlimfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
c. JVP : Tidak ada peningkatan JVP
5. Dada (Thorax)
a. Paru-paru
Inspeksi : Tidak ada luka , simetris ka/ki, tidak ada deformitas dan nafas
normal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi :Sonor
Auskultasi :Suara vesikuler, tidak ada suara wheezing
b. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi :ictus cordis tidak teraba
Perkusi :Bunyi redup
Auskultasi :Bunyi lup dup ka/ki
6. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada bekas luka
Auskultasi : Suara bising usus 18x/menit
Perkusi : Tympani kuadran 1,2,3,4
Palpasi : Terdapat nyeri tekan di baguan kuadran kanan atas, teraba
hepatomegali
9. Ektremitas
a. Atas
Kanan Kiri
Kekuatanotot Skala 5 Skala 5
Rentanggerak Aktif Aktif
Akral Hangat Hangat
Edema Tidak ada udema Tidak Ada udema
CRT <2 detik <2detik
Keluhan Tidak Ada keluhan Tidak ada keluhan
b. Bawah
Kanan Kiri
Kekuatanotot Skala 5 Skala 5
Rentanggerak Aktif Aktif
Akral Hangat Hangat
Edema Tidak ada udema Tidak ada udema
CRT <2 detik <2 detik
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
2. Pola Nutrisi/Metabolik
a. Pengkajian Nutrisi (ABCD) :
A : TB :170 cm
BB :65kg
IMT: 22,4
B. Trombosit : 123 rb/ulLeukosit :6.3rb/ul
Eritrosit :5.13 jt/ul
C : Pasien tampak lemas
D : ferekuensi makan : 3x1 sehari
Jenis : nasi,sayur,lauk
Porsi : 1 piring
3. Pola Eliminasi
a. BAB
SebelumSakit SaatSakit
Frekuensi 1x sehari 1x sehari
Konsistensi Lunak berbentuk Lunak berbentuk
Warna Kuning Kuning
PenggunaanPencahar Tidak ada Tidak ada
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
b. BAK
SebelumSakit SaatSakit
Frekuensi 3-4x sehari 6-8x sehari
Jumlah Urine 200cc 200cc
Warna Kuning Kuning jernih
Pancaran Lancar Lancar
Merasa lebih Merasa lebih
PerasaanSetelahBerkemih
lega lega
Total Produksi Urine 800 cc
Tidak ada Tidak ada
Keluhan
keluhan keluhan
Keterangan :
0 :Mandiri, 1: denganalat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain danalat, 4 :
tergantung total
5. Pola Istirahat Tidur
Sebelum Sakit Saa tSakit
Jumlah tidur siang 2-3 jam 2jam
Jumlah tidur malam 7-8 jam 5-6 jam
Penggunaan obat tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada Merasa mual
Perasaan waktu bangun Nyaman Kurang nyaman
Kebiasaan sebelum Menonton tv Berbicang-bincang
tidur dengan keluarga
6. Pola Kognitif-Perseptual
a. Status mental
S “ ”
S “
tetapi pasien menerima apa ujian yang berikan oleh ALLAH
b. Kemampuan pengindraan
Sebelum sakit : normal, tidak ada gangguan pada pengindraaan
Saat sakit : pasien penglihatannya sedikit terganggu .
c. Pengkajian nyeri
- P : Nyeri saat bergerak
- Q : seperti tertimpa benda tumpul
- R : Di bagian perut kanan atas
- S : Skala 5
- T : Selama 5 menit
9. Pola Seksualitas
Tidak Ada masalah
DS : Pasien
mengatakan merasa
mual terus menurus.
2.
Kamis Mengeluh mual
DO : pasien nampak Nausea (D.0076) Perenggangan
11
mual. kapsul limpa
juni
2020
09.00 DS : Pasien
mengatakan nyeri
perut
DO : Pasien nampak
kesakatian nyeri
PRIORITASDIAGNOSAKEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan dengan suhu tubuh diatas nilai
normal (D.0130)
2. Nausea berhubungan dengan perengganan kapsul limpa dibuktikan dengan mengeluh mual
(D.0074)
3. Nyeri akut barhubungan dengan agen pencenderaan fisiologis dibuktikan dengan gelisah
(D.0077)
RENCANAKEPERAWATAN/INTERVENSI
Nama : Ny. A No. CM :0829xx
Umur :50 tahun Diagnosa Medis : Hepatitis
Hari/tgl/jam No Tujuan dan KH Intervensi TTD
Dx
1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia
keperawatan selama 3x24 jam (I.5500)
diharapankan masalah
- Identifikasi
hipertermia berhubungan dengan
penyebab
proses penyakit dapat teratasi
hipertermia
dengan kriteria hasil :
- Monitor suhu
Termoregulasi membaik tubuh
(L.14134) - Lakukan
pendingingan
- Suhu tubuh membaik
eksternal
- Suhu kulit membaik
- Anjurkan tirah
- Ventilasi membaik
baring
- Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu
S:Pasien mengatakan
- meingdentifikasi pernah mengalami mulai
2
pengalaman mual sebelumnya
O : pasien nampak mual
S: Pasien mengatakan
2 - mengurangi atau
masih mual
hilangkan faktor
penyebab mual O: Pasien nampak mual
S: pasien mengatakan
belum mengetahui teknik
non farmaklogi
3 - memberikan teknik non
farmakologi untuk O: pasien nampak
menggurai nyeri kebingungan
J ’ 12 S : pasen mengatakan
1 - menganjurkan tirah
juni 2020 melakukan tirah baring
baring
16.00 O : pasien nampak
melakukan
1. S : pasien mengatakan
- mengkolaborasi
pemberian cairan dan sudah diberikan obat
elektrolit intravena, jika
O : pasien nampak diberi
perlu
obat
2.
- mengidentifikasi faktor
S: pasien mengatakan
penyebab mual
mengetahui penyebab mual
O: pasien nampak paham
2 - mengajarkan teknik
S : pasien mengatakan mau
nonfarmakologi untuk
melakukan teknik
mengatasi mual
nonfarmakologi
O : pasien nampak
melaukan
3 - mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, S : pasien mengatakan
frekuensi,kualitas, belum mengapa nyeri
intensitas nyeri terjadi
O : pasien nampak
kebingungan
3 - mengidentivikasi skala
nyeri S : pasien nampak tidak
mengetahui sekala nyeri
O : pasien nampak
kebingungan
Sabtu 1 - mengidentifikasi
penyebab hipertermia S : pasien nampak sudah
17 juni mengetahui penyebab
2020 hipertensi
20.00 O : pasien nampak paham
- memberikan analgesic,
3 jika pelu S : pasien mengatakan
diberikan obat analgesic
O : obat masuk melalui
intravena
3 - Identifikasi lokasi, S : pasien mengatakan
karakteristik, durasi, sudah bisa lokasi, dursi,dll
frekuensi,kualitas,
O : pasien nampak
intensitas nyeri
menjalaskan
No Hari/
Evaluasi Ttd
Dx Tgl/Jam
1. Kamis 11 juni S : Pasien mengatakan masih panas
. 2010
13.00 O : Pasien nampak lemas
TD :120/80 mmHg N : 84x/mnt
S: 3 C
RR : 20x/mnt.
A : Masalah keperawatan belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Lakukan pendingingan eksternal
- Anjurkan tirah baring
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,
jika perlu
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan awal dari proses keperawatan. Disini semua data
dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan pasien saat ini. Pengkajian
harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, social, maupun
spiritual pasien (Asmadi, 2016). Dari pengkajian Ny. A ditemukan hasil yaitu keluhan utama
klien mengatakan mengalami deman sudah 3 hari yang lalu.
Pemeriksaan Fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan
keperawatan yang tepat bagi klien (Sartika, 2015).
Teknik pemeriksaan fisik menurut (Sartika, 2015) :
1. Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang
diperiksa melalui pengamatan
2. Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba, tangan dan jari-jari
untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan/organ seperti temperature, keelastisan, bentuk,
ukuran, kelembaban dan penonjolan.
3. Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu
untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan
suara, yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/lokasi dan konsistensi jaringan.
4. Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara
yang dihasilkan oleh tubuh (bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus) menggunakan
alat stetoskop.
Dari pengkajian yang didapatkan saat dilakukan pemeriksaan fisik keadan umum
bagus, tingkat kesadaran composmentis, TD = 120/80 mmHg, Nadi = 80x/menit, RR =
20x/menit, Suhu = 39ºC dan terdapat nyeri tekan pada bagian abdomen kanan atas.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap suatu masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial (SDKI, 2017). Diagnosa yang muncul pada masalah
Ny. A adalah :
Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Nausea berhubungan dengan perengganan kapsul limpa
Nyeri akut barhubungan dengan agen pencenderaan fisiologis
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi dilakukan dengan OTEK yaitu O (Obervasi) untuk mengumpulkan dan
menganalisis data status kesehatan pasien. T (Terapeutik) tindakan yang secara langsung
dapat berefek memulihkan status kesehatan pasien. E (Edukasi) untuk meningkatkan
kemampuan pasien merawat dirinya untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. K
(Kolaborasi) tindakan yang membutuhkan kerjasama antar profesi kesehatan untuk
memulihkan status kesehatan pasien. (SIKI, 2018).
Intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) pada diagnosa :
a) Mengkaji TTV
b) Memberikan cariran infus RL
c) Melakukan kompre hangat
d) Mengajarkan terapi aroma
e) Melakukan distraksi nyeri
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan menurut Kozier (2015) adalah fase kelima atau terakhir dalam
proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri
dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program berlangsung.
Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi
efektifitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam
bentuk SOAP (subjektif, objektif, assessment, planning) (Achjar, 2010). Adapun komponen
SOAP yaitu S (Subjektif) dimana perawat menemui keluhan pasien yang masih dirasakan
setelah dilakukan tindakan keperawatan, O (Objektif) adalah data yang berdasarkan hasil
pengukuran atau observasi perawat secara langsung pada pasien dan yang dirasakan pasien
setelah tindakan keperawatan. A (Assesment) adalah interprestasi dari data subjektif dan
objektif. P (Planning) adalah perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi, atau ditambah dari rencana tindakan kepearawatan yang telah ditentukan
sebelumnya (Nikmatur & Saiful, 2012). Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah
yang pasien hadapi yang telah dibuat pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil.
Evalausi hasil diagnosa pengkajian pada Ny. A dengan data :
S : Pasien mengatakan sudah tidak panas
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Hasil pengkajian Ny. A pada tanggal 10 juni 2020 di bagsal penyakit dalam dengan
menganalisa data yang ditemukan antara lain :
- DS : Pasien mengatakan badannya panas atau demam
- C
2. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian analisa data pada Ny. A dapat ditegakkan diagnosa yaitu :
Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit, nausea berhubungan dengan perengganan
kapsul limpa, nyeri akut barhubungan dengan agen pencenderaan fisiologis
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2011. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Gosyen Publishing.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DDP PPNI.
NO KEGIATAN JUNI
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
1 Pre Conference
2 Post Conference
3 Pembagian Trigger
Cas
4 Pembuatan LP
5 Pembuatan Askep
6 Evaluasi
7 Pembuatan
Discharge Planning
8 Pembuatan Laporan
Askep
9 Konsultasi Laporan
Askep
10 Pembuatan Analisis
Sintesis Tindakan
11 Konsultasi Tugas
12 Pendalaman Target
Kompetensi
13 Pembuatan video
mandiri
14 Pengisian Log Book
DAFTAR TARGET KOMPETENSI
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN III : KMB II
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSIAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
6 Pemberian https://www.youtube.com/watch?v=k63ni15lLqY&feature=yout
makan via u.be
NGT
SISTEM PERKEMIHAN
7 Pemeriksaan https://www.youtube.com/watch?v=QSXnlU1enY0
fisik sistem
perkemihan
8 Irigasi kandung https://www.youtube.com/watch?v=4e3oTFT5PMg
kemih
9 Pemasangan Pemasangan kondom kateter
kondom kateter
10 Pemasangan https://www.youtube.com/watch?v=138djxHh3EQ
folley kateter
laki-laki
11 Pemasangan https://www.youtube.com/watch?v=IaNd5RwOKEk
folley kateter
perempuan
12 Latihan https://www.youtube.com/watch?v=fEaTw5RzNyM&t=27s
berkemih
13 Kegel’s https://www.youtube.com/watch?v=qGCR9n6TQwM
exercises
SISTEM INTEGUMEN
14 Pengkajian https://www.youtube.com/watch?v=8rxeW61VNE0
fisik kulit dan
kuku
15 Perawatan luka https://www.youtube.com/watch?v=cb--az7Iv2Q
post operasi
16 Pengangkatan https://www.youtube.com/watch?v=R0NUp_tVmLs
jahitan
17 Penatalaksanaa https://www.youtube.com/watch?v=l7dBwpFUZhY
n drain luka
18 Penatalaksanaa https://www.youtube.com/watch?v=SYajRi2b5HM
n luka tekan
(ulkus
dekubitus)
19 Perawatan luka https://www.youtube.com/watch?v=ikojErzBAU4
bakar
SISTEM MUSKULOSKELETAL
20 Pemeriksaan https://www.youtube.com/watch?v=lUCqiLUUFhc
kekuatan otot
21 Membantu https://www.youtube.com/watch?v=ofaqpdH6xMk
pasien
mobilisasi
dengan alat
bantu kruk/
walker/ kursi
roda.
22 Melakukan https://www.youtube.com/watch?v=aaFfSzLsTe4
pembalutan
23 Mempertahank https://www.youtube.com/watch?v=_ZEU2IpCdG0
an traksi
24 Melakukan https://www.youtube.com/watch?v=oh8s_uvJatc
pembidaian
25 Merawat gips https://www.youtube.com/watch?v=J5g-Tg883UI
SISTEM NEURO BEHAVIOUR
26 Pengkajian https://www.youtube.com/watch?v=7_eLwdLDOgo
tingkat
kesadaran (
GCS)
27 Pengkajian 12 https://www.youtube.com/watch?v=V6qXzdSJ2xg
saraf kranial
28 Pengkajian https://www.youtube.com/watch?v=zR4ratBXDuw
reflek
29 Pengkajian https://www.youtube.com/watch?v=ri-085akYto
tanda rangsang
meningen
30 Persiapam https://www.youtube.com/watch?v=e1N4KKNetMk
operasi system
neurobehaviour
31 Perawatan post https://www.youtube.com/watch?v=e1N4KKNetMk
operasi system
neurobehaviuor
32 Penanganan https://www.youtube.com/watch?v=K3uyReywoOs
pasien kejang
SISTEM SENSORI PERSEPSI
33 Pemeriksaan https://www.youtube.com/watch?v=pEVTQhjLV84
Fisik mata
34 Pemeriksaan https://www.youtube.com/watch?v=YCeN-cuwEEs&t=5s
Fisik telinga
35 Pemeriksaan https://www.youtube.com/watch?v=WDoUfrMCyeA
Fisik hidung
36 Pemberian https://www.youtube.com/watch?v=SPtxk78WJKQ&feature=yo
tetes mata utu.be
37 Pemberian https://www.youtube.com/watch?v=8yhdYcACXok&feature=yo
salep mata utu.be
38 Pemberian https://www.youtube.com/watch?v=fJND_noZGEo&feature=yo
tetes telinga utu.be
39 Melakukan https://www.youtube.com/watch?v=SPtxk78WJKQ&feature=yo
irigasi mata utu.be
40 Melakukan https://www.youtube.com/watch?v=w-
irigasi telinga txkVqfX6c&feature=youtu.be
Mengetahui,
Pembimbing
( )