Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

HEPATITIS

Disusun Guna Melengkapi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1


Program Pendidikan Diploma IV Keperawatan
Dosen Pembimbing :
XXX

Disusun Oleh :

KELOMPOK 9

1. Angelya Kusuma Devi (P27220020141)


2. Cindy Ralliana Maura Charlianti (P27220020147)
3. Fathiya Rahadatul ‘Aisy (P27220020154)
4. Helda Frila Dewi (P27220020157)
5. Rinda Rachel Almaira (P27220020174)

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

D4 KEPERAWATAN

2021/2022
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Penulisan

C. Manfaat Penulisan
BAB II

LITERATURE REVIEW

A. Pengertian Hepatitis
Menurut Siswanto (2020), hepatitis adalah penyakit yang
menyebabkan peradangan pada hati karena toxin/racun, seperti bahan kimia
atau obat-obatan ataupun agent penyebab infeksi seperti virus. Penyakit
hepatitis menjadi masalah kesehatan di dunia, yang menyebabkan kematian
pada bayi, balita, usia dewasa maupun lansia (Sari, dkk, 2019). Penyakit jenis
ini merupakan masalah kesehatan yang besar hampir di semua negara
berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya yang relatif tinggi
dalam waktu yang relatif singkat (Rumini, dkk, 2018).

B. Penyebab Hepatitis (Siswanto, 2020)


1. Virus
Penyebab virus seperti Virus Hepatitis A, B, C, D, E dan virus-virus
lain seperti Virus Mumps, Virus Rubella, Virus Cytomegalovirus, Virus
Epstein-Barr, Virus Herpes.
2. Non-Virus
Penyebab non virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan.

C. Jenis Penyakit Hepatitis (Siswanto, 2020)


1. Hepatitis A.
2. Hepatitis B.
3. Hepatitis C.
4. Hepatitis D.
5. Hepatitis E.

D. Etiologi dan Morfologi Penyakit Hepatitis (Siswanto, 2020)


1. Hepatitis A
Penyebab penyakit A adalah virus Hepatitis A (HAV),
merupakan virus genom RNA. HAV mula-mula diidentifikasi dari tinja
dan sediaan hati. Penambahan antiserum Hepatitis A spesifik dari
penderita yang hampir sembuh (konvalesen) pada tinja penderita
diawasl masa inkubasi penyakitnya, sebelum timbul ikterus,
memungkinkan pemekatan dan terlihatnya partikel virus melalui
pembentukan agregat antigen antibodi. Asai serologic yang lebih peka,
seperti asai mikrotiter imunoradiometri fase padat dan pelekatan imun,
telah memungkinkan deteksi HAV di dalam tinja, homogenate hati, dan
empedu, serta pengukuran antibodi spesifik (IgG untuk kasus infeksi
lalu dan IgM untuk kasus infeksi akut) di dalam serum.
2. Hepatitis B
Penyebab penyakit adalah virus Hepatitis B (VHB) termasuk
DNA virus Virus ini merupakan virus DNA dan sampai saat ini terdapat
8 genotip VHB yang telah teridentifikasi, yaitu genotip A–H. VHB
memiliki 3 jenis morfologi dan mampu mengkode 4 jenis antigen, yaitu
HBsAg, HBeAg, HBcAg, dan HBxAg.
3. Hepatitis C
Penyebab penyakit Hepatitis C adalah virus Hepatitis C (HCV) dan
merupakan virus RNA dengan untai tunggal.
4. Hepatitis D
Penyebab Hepatitis D adalah virus Hepatitis delta (VHD) Virus
ini merupakan virus RNA dengan defek, artinya virus ini tidak mampu
bereplikasi secara sempurna tanpa batuan virus lain, yaitu virus
Hepatitis B. Hal ini dikarenakan VHD tidak mampu mensintesis protein
selubungnya sendiri dan bergantung ada protein yang disintesis VHB,
termasuk HBsAg. Maka dari itu, infeksi VHD hanya bisa terjadi pada
penderita yang juga terinfeksi VHB pada saat bersamaan atau sudah
terinfeksi kronik oleh VHB.
5. Hepatitis E
Penyebab Hepatitis E adalah virus Hepatitis E (VHE), sebuah virus
RNA berbentuk sferis.

E. Diagnosis Hepatitis (Siswanto, 2020)


1. Hepatitis A
Disamping gejala dan tanda klinis yang kadang tidak muncul, diagnosis
Hepatitis A dapat ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan IgM-anti
VHA serum penderita.
2. Hepatitis B
Terdapat beberapa indikator dari hasil laboratorium yang bisa
digunakan untuk menilai infeksi Hepatitis B. Pada kondisi infeksi yang
akut, antibody terhadap HBcAg yang paling pertama muncul dan
diikuti dengan munculnya HBsAg dan HBeAg serum. Bila penderita
mengalami kesembuhan secara spontan setelah menderita Hepatitis B
akut maka akan terjadi serokonversi HBsAg dan HBeAg, yang ditandai
dengan kadar kedua penanda tersebut tidak akan dapat terdeteksi lagi di
serum. Sementara anti-HBs dan anti-HBe justru mulai terdeteksi.
Sebaliknya, pada penderita Hepatitis B kronik, HBsAg dan HBeAg
akan terus terdeteksi di serum penderita.
3. Hepatitis C
Pemeriksaan RNA VHC sendiri hanya diindikasikan pada
penderita yang positif anti-VHC, penderita Hepatitis C kronik yang
diterapi sambil melakukan pemantauan respons dari terapi), dan
penderita dengan gangguan hati kronik dengan anti-VHC negatif yang
belum diketahui penyebabnya (khusunya penderita yang mengalami
penurunan sistem imun).
4. Hepatitis D
Penderita Hepatitis B sebaiknya menjalani pemeriksaan Hepatitis D
juga. Dimana pemeriksaan awal dilakukan dengan mencari anti-HDV di
serum.
5. Hepatitis E
Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya antibody terhadap VHE
atau RNA VHE di serum atau feses penderita. Antibodi yang bisa
dideteksi saat ini mencakup IgM, IgG, dan IgA.

F. Tanda dan Gejala Penyakit Hepatitis


1. Hepatitis A
Umumnya tanda dan gejala awal infeksi virus penyakit Hepatitis
A sangat bervariasi dan bersifat tidak spesifik. Demam, kelelahan,
anoreksia (tidak nafsu makan) dan gangguan pencernaan (mual,
muntah, kembung) dapat ditemukan pada awal penyakit. Dalam waktu
1 minggu, beberapa penderita dapat mengalami gejala kuning disertai
gatal (ikterus), buang air kecil berwarna seperti teh, dan tinja berwarna
pucat.
Infeksi pada anak berusia dibawah 5 tahun umumnya tidak
memberikan gejala yang jelas dan hanya 10% yang akan memberikan
tanda-tanda ikterus (mukosa kelopak mata dan langit-langit pada
mulut). Pada anak yang lebih tua dan dewasa, gejala yang muncul
biasanya lebih berat dan ikterus terjadi pada lebih dari 70% penderita.
2. Hepatitis B
Seseorang yang tertular dan terinfeksi VHB dapat mengalami
penyakit Hepatitis B akut. Penderita yang mengalami Hepatitis B akut
akan mengalami gejala prodromal yang sama dengan Hepatitis akut
umumnya, yaitu kelelahan, kurangnya nafsu makan, mual, muntah, dan
nyeri sendi. Gejala-gejala prodromal ini akan membaik ketika
peradangan hati, yang umumnya ditandai dengan gejala kuning timbul.
Tetapi tidak semua penderita Hepatitis yang akut mengalami
tanda kuning pada kulit dan bagian putih mata. Sebagian dari penderita
penyakit Hepatitis B akut akan mengalami kesembuhan secara spontan,
sementara sebagian lagi akan berkembang menjadi penyakit Hepatitis B
kronik.
3. Hepatitis C
Sebagian besar (>90%) kasus Hepatitis C akut bersifat
asimptomatik. Kejadian Hepatitis fulminan juga sangat kecil dari
infeksi VHC. Sebagian kecil penderita bisa saja mengalami gejala
prodromal seperti infeksi virus pada umumnya. Sebagian besar kondisi
penderita Hepatitis C akut akan berkembang menjadi Hepatitis C kronik
yang umumnya juga bersifat asimptomatik.
Antara 20 – 30 % dari jumlah penderita ini akan bertambah
parah menjadi Sirosis Hati dalam waktu 20 - 30 tahun ke depan. Pada
kondisi ini, kerusakan hati bersifat progresif lambat, seringkali
penderita yang terinfeksi VHC pada usia lanjut tidak mengalami
gangguan maupun keluhan pada bagian hati sama sekali seumur
hidupnya.
4. Hepatitis D
Gejala infeksi Hepatitis D sama persis dengan Hepatitis B,
namun kehadiran virus ini terbukti mempercepat proses fibrosis pada
hati, meningkatkan risiko Kanker hati, dan mempercepat dekompensasi
pada keadaan Sirosis Hati. Bila Hepatitis B yang diderita penderita
bersifat akut dan lalu sembuh, VHD juga akan hilang seluruhnya.
Namun, bila VHD menginfeksi penderita yang sudah menderita
Hepatitis B kronik, maka penderita tersebut juga akan menderita
Hepatitis D kronik.
5. Hepatitis E
Infeksi penyakit Hepatitis E selalu bersifat akut, tanda dan
gejala dari infeksi ini bervariasi dari subklinis hingga fulminan.
Kemungkinan Hepatitis fulminan karena infeksi VHE saat ini tidak
banyak hanya tercatat 0,5 - 3%. Kemungkinan ini meningkat pada ibu
hamil di mana angka kematian bisa mencapai 20%.
Gejala yang mungkin muncul pada Hepatitis E akut tidak
berbeda dengan Hepatitis akut lainnya, yaitu lemas, penurunan nafsu
makan, demam, nyeri perut, mual, muntah, dan kuning. Bila
dibandingkan dengan Hepatitis A, Hepatitis E akut cenderung lebih
parah secara klinis, dengan risiko koagulopati dan kolestasis terjadi
pada kurang lebih 50% penderita.

G. Cara Penularan Virus Hepatitis (Siswanto, 2020)


1. Hepatitis A
a. Faktor lingkungan seperti jenis pekerjaan yang berhubungan dengan
kotoran atau feses, misalnya pemulung sampah, dsb.
b. Faktor host seperti permasalahan personal hygiene dan sanitasi.
c. Mengkonsumsi air minum yang telah terkontaminasi.
d. Mengkonsumsi makanan laut yang tercemar oleh limbah.
e. Berinteraksi langsung dengan penderita.
2. Hepatitis B
a. Kontak seksual.
b. Kontak darah
c. Kontak plasenta dari ibu ke bayi.
d. Kontak air liur.
3. Hepatitis C
a. Kontak seksual.
b. Kontak darah
c. Penularan vertikal dari ibu ke bayi.
d. Infeksi nosomikal seperti penggunaan hemodialisis.
e. Penggunaan jarum suntik.
4. Hepatitis D
Penyebab penyakit Hepatitis D atau virus Delta hanya dapat
berkembang biak didalam tubuh bila tubuh sudah mengalami terinfeksi
virus Hepatitis B. Meskipun sangat jarang terjadi, namun pada Hepatitis
D yang merupakan jenis Hepatitis yang sangat membahayakan dari
jenis Hepatitis lainnya. Virus Hepatitis D dapat menular atau menyebar
melalui kontak dengan darah yang terkontaminasi VHD atau cairan
tubuh lainnya. Sebuah temuan di Rumah Sakit Anak di Philadelphia,
sekitar 5% penderita Hepatitis B juga memiliki Hepatitis D.
5. Hepatitis E
VHE ditularkan melalui jalur fecal oral. Air minum yang
tercemar tinja merupakan media penularan yang paling umum.
Penularan melalui perikutan dan perinatal pernah terdokumentasi.
Berdasarkan berbagai penelitian terbaru menunjukkan kemungkinan
penularan melalui transmisi secara zoonotic dari babi, rusa dan hewan-
hewan pengerat.

H. Pathway Hepatitis

I. Faktor Resiko Penyakit Hepatitis B (Rumini, dkk, 2018)


1. Vaksinasi
Menurut peneliti, vaksin hepatitis B memiliki peran yang besar
terhadap pencegahan penyakit hepatitis B. Pemberian vaksin dapat
memberikan kekebalan terhadap tubuh untuk mencegah virus HBV
masuk kedalam tubuh hingga merusak sel hati. Vaksin hepatitis B dapat
diberikan saat bayi maupun pada orang dewasa, pada bayi biasanya
vaksin diberikan sebanyak 4 kali, meliputi Hb0, Hb1, Hb2 dan Hb3,
sedangkan vaksin yang diberikan pada orang dewasa disebut sebagai
imunisasi pasif, vaksin ini dapat diberikan sebelum paparam ataupun
setelah paparan virus, diberikan sebanyak 3 kali dengan jarak yang
telah ditentukan, vaksin ini sangat dianjurkan bagi orang yang memiliki
risiko terhadap penyakit hepatitis B. Orang yang pernah mendapatkan
vaksin hepatitis B, maka ia akan memiliki risiko lebih rendah menderita
hepatitis B dibandingkan dengan orang yang tidak mendapat vaksin.
2. Tato
Menurut peneliti pemakaian tatto merupakan salah satu faktor
risiko yang dapat menyebabkan penyebaran penyakit hepatitis B,
banyak pengguna tatto yang tidak menyadari bahaya proses
pembuatannya. Penggunaan tatto yang dapat menyebabkan penyebaran
penyakit menular adalah pembuatan tatto yang menggunakan jarum,
proses pembuatan tatto menggunakan jarum yang tidak sekali pakai dan
tidak di sterilkan dapat menularkan berbagai penyakit menular termasuk
hepatitis B.
3. Pengaruh Pasangan Seksual
Aktifitas seksual biasa dilakukan oleh pasangan suami istri,
asktifitas seksual merupakan salah satu jalan penyebaran penyakit
menular termasuk hepatitis B, partner yang setia pada pasangannya
biasanya akan terhindar dari berbagai masalah penyakit menular. Tetapi
jika seseorang melakukan aktifitas seksual dengan berganti–ganti
pasangan, hal ini dapat mempertinggi risiko terhadap kejadian penyakit
menular termasuk hepatitis B, melalui hubungan seksual yang tidak
sehat, hepatitis B dapat menular melalui cairan dan alat kelamin yang
terluka, HBV akan masuk ke sel hati melalui pembuluh darah dengan
mudah.

J. Upaya Pencegahan Penyakit Hepatitis (Siswanto, 2020)


1. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
2. Biasakan memakan makanan dan minuman matang.
3. Hindari alcohol dan perbanyak air putih.
4. Meminimalisir penggunaan barang pribadi secara bersama-sama.
5. Meningkatkan daya tahan tubuh.
6. Olahraga teratur.
7. Istirahat yang cukup.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang dilakukan pada pasien hepatitis
menurutYasmara dan Arafat (2017), adalah :
1. Identitas Pasien
Di dalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin,
alamat,pendidikan, status perkawinan, agama, pekerjaan, tanggal dan
jammasuk Rumah Sakit, nomorregister, dan diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang ditemukan pada penderita Hepatitis
adalahpenurunan nafsumakan, mual, muntah, lemah dan cepat lelah,
demam,nyeri perut, sakit kepala dan pruritus.
3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang berhubungandengan
penderita Hepatitis, misalnya pernah mengalami sakithepatitis atau
tidak, apakah ada riwayat kontak dengan penderita Hepatitis, apakah
ada riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang, dan
tanyakan apakah pernah mendapat transfusi darahatau cuci darah.
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian riwayat sekarang atau saat ini meliputi alasanpasien yang
menyebabkan terjadinya gangguan, seperti : anoreksia,nafsu makan
menurun, mual, muntah, nyeri pada perut bagian atas,terjadi
penurunan berat badan, demam, kelemahan, mudah lelah dengan
malaise umum.
c) Riwayat Penyakit Keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga pada pasien Hepatitisadalah
apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernahmenderita
penyakit Hepatitis, Sirosis Hati, Kanker Hati, ataupenyakit lainnya
d) Pengkajian pola kesehatan fungsional
1) Nutrisi
Skirining nutrisi merupakan metode untuk
mengidentifikasiadanya gangguanpemenuhan kebutuhan nutrisi.
Dilakukandengan mengukur tinggi badan, berat badan,
perubahan beratbadan, dan diagnosis primer. Dan identifikasi
adanya gejalayang mempengaruhi perubahan nutrisi, misalnya :
mual,muntah, dan diare, peningkatan edema, asites, berat
badanmenurun
2) Sirkulasi
Pada pengkajian sirkulasi pasien dengan Hepatitis,ditemukan
adanya bradikardi (hiperbirilubin berat) dan ikterikpada sklera
kulit dan membran mukosa
3) Pola aktivitas dan Latihan
Meliputi kemampuan ADL, seperti makan, minum,toileting,
mobilisasi ditempat tidur, kemampuan berpindah,serta ambulasi.
Pada pasien Hepatitis didapatkan adanyakelemahan, kelelahan,
dan malaise umum
4) Nyeri dan Kenyamanan
Pada pengkajian nyeri dan kenyamanan pada pasien
denganHepatitis, didapatkan nyeri dan kram abdomen, nyeri
padakuadran atas, nyeri tekanpada abdomen karena
adanyapembesaran hati, mialgia, atralgia, sakit kepala, gatal
(pruritus) dan gelisah.
5) Eliminasi
Pada pengkajian sistem eliminasi pasien Hepatitis,ditemukan
adanya urine berwarna gelap, dan feses berwarnatanah liat
6) Neurosensori
Didapatkan adanya peka terhadap rangsangan, cenderungtidur,
letargi, danasteriksis.
e) Pemeriksaan Fisik
Penampilan fisik pada pasien dengan Hepatitis dapat dilihatdari
aspek-aspek berikut :
1) Keadaan umum : apatis, kelemahan, dan malaise umum.
2) Keadaan kulit : teraba hangat, ikterik pada kulit, ruam,
bercakeritema,atau gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak
3) Keadaan bibir : kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, ikterus
padamembran mukosa
4) Keadaan mata : konjungtiva pucat, kering, ikterus
5) Keadaan perut : permukaan perut, adanya garis vena,
peristaltikusus,pembesaran hati atau limfe, nyeri tekan pada
abdomen,splenomegali
6) Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare,pembesaran
liver atau lien
7) Pengukuran Tanda-Tanda Vital : Demam 37,8oC-38,9oC
f) Pengkajian Kebutuhan Nutrisi
Pengkajian kebutuhan nutrisi menurut Lyndon Saputra(2015), dapat
dikajidengan menggunakan pedoman A-B-C-D,yaitu :
1) Pengukuran Antropometrik
Pengukuran ini meliputi pengukuran tinggi badan,
beratbadan, dan lingkar lengan. Pada umumnya, berat untuk
prialebih dari berat badan seorang wanita walaupun
tingginyasama. Ini disebabkan pria mempunyai presentase
jaringan danstruktur tulang yang berbeda
Metode khusus yang sering digunakan untuk
mengukurbesar tubuh seseorang adalah area kulit yang berada di
atas otottrisep. Pada umumnya, wanita mempunyai lipatan kulit
yanglebih tebal di daerah ini
i. Berat badan ideal = (TB-100) + 10%
ii. Lingkar lengan atas (MAC)
Nilai normal : Wanita= 28,5 cm, Pria = 28,3 cm.
iii. Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)
Nilai normal : Wanita= 16,5- 18 cm, Pria = 12,5-16,5 cm
iv. Body Mass Index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badanseseorang
dengan tinggi badan. BMI dihubungkan dengantotal lemak
dalam tubuh dan sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan
berat badan dan obesitas. Pada pemeriksaan BMI pada pasien
Hepatitisdengan masalah kebutuhan nutrisi akan ditemukan
hasil BMI = Kurus (<18,5)
2) Data Biomedis
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan databiomedis
antara lain kadar total limfosit, albumin serum, zatbesi, transferin
serum, kreatinin, hemoglobin, hematokrit,keseimbangan nitrogen,
dan tes antigen kulit
3) Tanda-tanda Klinis Status Nutrisi
Tanda klinis status gizi dapat dilihat antara lain daripemeriksaan
fisik. Ciri fisik penderita defisiensi nutrisi antaralain berat badan
menurun, lemah, lesu, dehidrasi, danpertumbuhan terhambat
4) Diet
Untuk mengetahui riwayat diet seseorang, perawat
dapatmelakukan wawancara atau kuisioner untuk mengetahui
statusgizi, kesehatan, sosial-ekonomi, dan budaya atau
kebiasaanorang tersebut yang berpengaruh terhadap status
nutrisinya.Bagian yang perlu diketahui antara lain riwayat
makanan,kemampuan makan, pengetahuan tentang nutrisi, dan
tingkat
aktivitas
g) Pemeriksaan laboratorium
1) Hemoglobin (Hb) : pada laki-laki didapatkan Hb
menurun(<14g/dL) dan pada perempuan didapatkan Hb menurun
(<12g/dL)
2) Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT),
LDH :meningkat pada kerusakan sel hati
3) Kadar aminotransferase aspartat serum dan
aminotransferasealanin meningkat
4) Kadar birilubin total dan direk (disertai kolestasis) meningkat
5) Hitung leukosit meningkat
6) Hitung eosinofil meningkat (kemungkinan jenis hepatitis nonvirus
karena obat)
7) Pada dugaan hepatitis virus, profil hati dilakukan
rutin,hasilnyamengidentifikasi antibodi spesifik terhadap
viruspenyebab dan menentukan tipe hepatitis :
i. Tipe A - deteksi antibodi terhadap Hepatitis A
ii. Tipe B - adanya antigen permukaan Hepatitis B danantibodi
Hepatitis B
iii. Tipe C - diagnosis bergantung pada pemeriksaan
seroligis,untuk antibodi spesifik dalam satu bulan atau lebih
setelahawitan penyakit akut
iv. Tipe D - deteksi antigen delta intrahepatik atau
antigenantidelta imunoglobulin (Ig) M pada penyakit akut
(ataupenyakit kronis Ig M dan Ig G
v. Tipe G - deteksi asam ribonukleat Hepatitis G

B. Diagnosa
Masalah keperawatan yang ditemukan pada pasien penyakit Hepatitis yang
di tegakkan, yaitu :
1. Gangguan hipertermi berhubungan dengan adanya proses inflamasi
2. Gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan ruang paru
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembesaran kapsul
hepar (hati) yang meradang
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
inadekuat

C. Intervensi
Intervensi yang disusun berdasarkan diagnosa, yaitu :
1) Gangguan hipertermi berhubungan dengan adanya proses inflamasi
Manajemen Hipertermia
a. Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan inkubator)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluaran urine
- Monitor komplikasi akibat hipertermia
b. Teraupetik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
- Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
c. Edukasi
- Anjurkan tirah baring
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
2) Gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan ruang paru
Manajemen Jalan Napas
a. Observasi
- Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing,
ronkhi kering)
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
b. Teraupetik
- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift
(jaw-thrust jika curiga trauma cervical)
- Posisikan semi-Fowler atau Fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
- Berikan oksigen, jika perlu
c. Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu

3) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembesaran kapsul


hepar (hati) yang meradang
Manajemen Nyeri
a. Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
b. Teraupetik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
c. Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jikaperlu

4) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang


inadekuat
Manajemen Nutrisi
a. Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
b. Teraupetik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
c. Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis, pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.

D. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh perawat maupun tindakan medis lain untuk membantu pasien
dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang
dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan. Pada
tahap ini perawat juga akan berkolaborasi dengan tenaga ahli medis lainnya
untuk memenuhi kebutuhan pasien (Ida, 2016).
E. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan kriteria hasil yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara yang berkesinambungan dengan melibatkan tenaga
medis yang lain agar mencapai tujuan kriteria hasil yang ditetapkan (Ida,
2016)
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan.Dalam pembuatan makalah ini diharapkan
mahasiswa keperawatan mampu memahami konsep penyakit hepatitis dan
memahami asuhan keperawatan hepatitis, serta dapat diaplikasikan ke dalam
dunia keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Nurmayasari, Dessty Indah (2019). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan


Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Hepatitis Di Ruang Nuri Rsud Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019. Diploma Thesis, Poltekkes
Tanjungkarang.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi
dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi
dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Rumini, dkk. Faktor Risiko Hepatitis B pada Pasien di RSUD Dr. Pringadi
Medan. 2018. Jurnal Kesehatan Global Vol. 1 No. 1.
Sari, dkk. 2019. Perbedaan Pengetahuan Pre Dan Post Pendidikan Kesehatan
Pada Penghuni Lapas Tentang Risiko Kejadian Viral Hepatitis Di Lapas
Perempuan Kelas III. Jurnal Keperawatan Vol. 2 No.3.
Simanjuntak, Widiya Feronika. 2020. "Literature Review : Asuhan Keperawatan
Pada Klien Hepatitis Dengan Masalah Kebutuhan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh Dengan Pemberian Diit Yang Tepat Di Rumah
Sakitumum Daerah Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2020."
Juli: 24-27.
Siswanto. 2020. Epidemiologi Penyakit Hepatitis. Samarinda : Mulawarman
University Press.

Anda mungkin juga menyukai