Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

HEPATITIS

Disusun untuk memenuhi tugas keperawatan kritis yang diamu oleh Ns.Rudiyanto,

S.Kep.,M.Kep

Oleh :

KADEK TRISNA DAMAYANTI

2017.02.067

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

BANYUWANGI

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

HEPATITIS

A. KONSEP HEPATITIS ( PERADANGAN HATI)

1. Definisi Hepatitis

Hepatitis adalah peradangan pada hati (liver) yang disebabkan oleh virus. ini

mengakibatkan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel

hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, bikomia serta seluler yang khas.

Sampai saat ini sudaj teridentifikasi lima tipe hepatitis virus yang pasti yaitu: hepatitis A,

B, C, D dan E.

Hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan terdapatnya

peradangan pada organ tubuh yaitu hati. Hepatitis merupakan suatu proses terjadinya

inflamasi atau nekrosis pada jaringan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi, obat-

obatan, toksin gangguan metabolik, maupun kelainan autoimun. Inveksi yang disebabkan

virus merupakan penyebab tersering dan terbanyak dari hepatitis akut. Terdapat 6 jenis

virus hepatotropik penyebab utama infeksi akut, yaitu virus hepatitis A, B, C, D, E, dan

G (Arif,2012).

Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat

disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-

bahan kimia yang disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Putri,

2015). Hepatitis merupakan peradangan luas pada jaringan hati yang menyebabkan

nekrosis dan degenarasi sel yang mengenai parenkim, sel-sel kuffer, duktus empedu, dan

pembuluh darah (Prastika, 2016).


2. Etologi Hepatitis ( Peradangan Hati )

Faktor penyebab terjadinya Hepatitis berdasarkan jenisnya adalah

sebagai berikut (Soerjono. 2011) :

a) Hepatitis A

Hepatitis A disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A (HAV). Hepatitis A

ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feses

penderita hepatitis A yang mengandung virus hepatitis A.

b) Hepatitis B

Hepatitis B disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B dapat

ditularkan melalui kontak langsung dengan cairan tubuh penderita hepatitis B.

Cairan tubuh yang dapat menjadi sarana penularan hepatitis B adalah darah,

cairan vagina, dan air mani.

c) Hepatitis C

Hepatitis C disebabkan oleh infeksi virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C juga

ditularkan melalui cairan tubuh. Penularan bisa terjadi saat berhubungan seksual

tanpa kondom atau menggunakan jarum suntik bekas penderita hepatitis C. Jika

ibu hamil menderita hepatitis C, bayinya dapat tertular penyakit ini saat melewati

jalan lahir ketika persalinan.

d) Hepatitis D

Hepatitis D disebabkan oleh infeksi virus hepatitis D (HDV). Hepatitis D

merupakan jenis hepatitis yang jarang terjadi, tetapi bisa bersifat serius. Virus
hepatitis D tidak bisa berkembang biak di dalam tubuh manusia tanpa adanya

hepatitis B. Hepatitis D ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya.

e) Hepatitis E

Hepatitis E disebabkan oleh infeksi virus hepatitis E (HEV). Hepatitis E mudah

menular pada lingkungan yang memiliki sanitasi yang buruk. Salah satunya

melalui kontaminasinya pada sumber air.

Selain disebabkan oleh virus, hepatitis juga dapat disebabkan oleh beberapa hal

kondisi berikut:

a) Konsumsi alkohol secara berlebihan

Konsumsi alkohol secara berlebihan bisa menyebabkan peradangan pada

hati (hepatitis) dan menimbulkan kerusakan permanen pada sel-sel hati,

sehingga fungsi hati akan terganggu. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat

berkembang menjadi gagal hati dan sirosis

b) Obat-obatan tertentu

Penggunaan obat-obatan melebihi dosis dan paparan racun juga dapat

menyebabkan peradangan pada hati. Kondisi ini disebut toxic hepatitis.

c) Penyakit autoimun

Pada hepatitis yang disebabkan oleh penyakit autoimun, sistem imun

tubuh secara keliru menyerang sel-sel hati sehingga menimbulkan

peradangan dan kerusakan sel.


3. Klasifikasi ( Peradangan Hati)

Klasifikasi hepatitis menurut Prastika (2016):

1) Hepatitis Virus

a) Hepatitis A

Penyebabnya adalah virus hepatitis A, dan merupakan penyakit endemis di

beberapa negara berkembang. Selain itu hepatitis A merupakan hepatits yang

ringan, bersifat akut, sembuh spontan/sempurna tanpa gejala sisa dan tidak

menyebabkan infeksi kronik. Penularan penyakit ini melalui fekal oral. Sumber

penularannya umumnya terjadi karena pencemaran air minum, makanan yang

tidak dimasak, makanan yang tercemar, sanitasi yang buruk, dan personal

hygiene yang rendah. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya IgM antibody

serum penderita. Gejalanya bersifat akut, tidak khas bisa berupa demam, sakit

kepala, mual dan muntah, sampai icterus, bahkan sampai menyebabkan

pembengkakan hati. Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit ini tetapi

hanya pengobatan pendukung dan menjaga keseimbangan nutrisi. Pencegahan

penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan, terutama

terhadap makanan dan minuman serta melakukan PHBS.

b) Hepatitis B Akut

Penyebab penyakit hepatitis B ini adalah HBV yaitu virus hepatitis B dari

golongan virus DNA. Masa inkubasinya 60-90 hari. Penularannya vertical

terjadi pada masa perinatal dan 5% intra uterine. Penularan horizontal melalui

transfuse darah, jarum suntik tercemar, pisau cukur, tattoo, dan transplantasi

organ. Gejala hepatitis B akut tidak khas, seperti rasa terlalu lesu, nafsu makan
berkurang, demam ringan, nyeri abdomen sebelah kanan, dapat timbul icterus,

dan air kencing warna teh. Diagnosis diteggakkan dengan tes fungsi hati serum

transaminase (ALT meningkat), serologi HBsAg dan IgM anti HBC dalam

serum. Pengobatan tidak diperlukan antiviral, pengobatan umumnya bersifat

simtomasis. Pencegahannya : telah dilakukan penapisan darah sejak tahun1992

terhadap bank darah melalui PMI, Imunisasi yang sudah masuk dalam program

nasional : HBO (<12 jam), DPT/HB1 (2 bulan), DPT/HB2 (3 bulan)

DPT/HB3 (4 bulan), dan menghindari faktor resiko yang menyebabkan

terjadinya penularan.

c) Hepatitis B kronik

Hepatitis B kronik berkembang dari Hepatitis B akut. Usia saat terjadinya

ifeksi mempengaruhi kronisitas penyakit. Bila penularan terjadi saat bayi maka

95% akan menjadi hepatitis B kronik. Sedangkan bila penularan terjadi pada

usia balita, maka 20-30% menjadi hepatitis B kronik dan bila penularan saat

dewasa maka hanya 5% yang menjadi penderita hepatitis B kronik. Hepatitis B

kronik ditandai dengan HBsAG (Hepatitis B surface antigen) positif (> 6

bulan). Selain HBsAG, perlu diperiksa HBeAG (hepatitis B E-Antigen, anti-

HBe dalam serum, kadar ALT (Alanin Amino Transferase), HBV-DNA

(hepatitis B virus-Deoxyribunukleic Acid) serta biopsy hati. Biasanya tanpa

gejala. Sedangkan untuk pengobatannya saat ini telah tersedia 7 macam obat

untuk hepatitis B. prinsip pengobatan tidak perlu terburu buru tapi jangan

terlambat. Adapun tujuan pengobatan memperpanjang harapan hidup,

menurunkan kemungkinan terjadinya sirosis hepatis atau hepatoma


d) Hepatitis C

Penyebab utamanya adalah sirosis dan kanker hati. Etiologi virus hepatitis

C termasuk golongan virus RNA (ribo nucleic acid). Masa inkubasi 2-24

minggu. Penularan hepatitis C melalui darah dan cairan tubuh, penularan masa

perinatal sangat kecil melalui jarum suntik (IDUs, tattoo) transpaltasi organ,

kecelakaan kerja (petugas kesehatan), hubungan seks dapat menularkan tetapi

sangat kecil. Kronisitasnya 80% penderita akan menjadi kronik. Pengobatan

hepatitis C: kombinasi pegylated interferon dan ribavirin. Pencegahan hepatitis

C dengan menghindari faktor resiko karena sampai saat ini belum tersedianya

vaksin untuk hepatitis C.

e) Hepatitis D

Virus hepatitis D paling jarang ditemukan tapi paling berbahaya. Hepatitis

D juga disebut virus delta, virus ini memerlukan virus hepatitis B untuk

berkembang biak sehingga hanya ditemukan pada orang yang telah terinfeksi

virus hepatitis B. tidak ada vaksin tetapi secara otomatis orang akan terlindungi

jika telah diberikan imunisasi hepatitis B.

f) Hepatitis E

Dahulu dikenal sebagai hepatitis non A-non B. etiologi virus hepatitis E

termasuk virus RNA. Masa inkubasi 2-9 minggu. Penularan melalui fecal oral

seperti hepatitis A. diagnosis dengan didapatkannya IgM dan IgG antiHEV

pada penderita yang terinfeksi. Gejalanya ringan menyerupai gejala flu, sampai
icterus. Pengobatannya belum ada pengobatan antivirus. Pencegahannya

dengan menjaga kebersihan lingkungan, terutama kebersihan makanan dan

minuman. Vaksinasi hepatitis E belum tersedia.

g) Kemungkinan hepatitis F dan G

Masih terdapat perdebatan dalam penelitian hepatitis mengenai

kemungkinan adanya virus hepatitis F. Sedangkan virus hepatitis G adalah

suatu flavivirus RNA yang mungkin menyebabkan hepatitis fulminant. HGV

ditularkan terutama melalui air namun juga dapat ditularkan melalui hubungan

seksual. Kelompok yang beresiko adalah individu yang telah menjalani

transfuse darah, tertusuk jarum suntik secara tidak sengaja, pengguna obat

melalui intravena, atau pasien hemodialisis. Beberapa peneliti meyakini bahwa

HGV tidak menyebabkan hepatitis yang bermakna secara klinis sehingga

mereka tidak lagi mempertimbangkan virus ini sebagai virus hepatitis.

2) Hepatitis Kronik

Jika penyakit pasien menetap tidak sembuh secara klinik labolatorik atau

gambaran patologik anatomi dalam waktu 4 bulan. Dikatakan hepatitis kronik

jika kelainan menetap lebih dari 6 bulan. Ada 2 jenis hepatitis kronik, yaitu:

a. Hepatitis kronik persisten biasa yang akan sembuh sempurna

b. Hepatitis kronik aktif yang umumnya berakhir menjadi sirosis hepatis

3) Hepatitis Fulminan

Hepatitis yang perjalanan penyakitnya berjalan dengan cepat, icterus

menjadi hebat, kuning seluruh tubuh, timbul gejala neurologi/ensefalopati dan

masuk ke dalam keadaan koma dan kegagalan hati dan ditemukan tanda-tanda
perdarahan. Biasanya penderita meninggal 1 minggu sampai 10 hari.

4. Manifestasi Klinik ( Peradangan Hati)

Tanda dan gejala yang muncul pada orang dengan hepatitis

sebagai berikut (Nurarif, 2015):

1. Malaise, anoreksia, mual dan muntah.

2. Gejala flu, faringitis, batuk, coryza, sakit kepala dan mialgia

3. Demam ditemukan pada infeksi HAV

4. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap.

5. Pruritus (biasanya ringan dan sementara)

6. Nyeri tekan pada hati

7. Splenomegali ringan

8. Limfadenopatik

5. Etiologi ( Peradangan Hati)

Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi

virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional

dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri.

Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu.

Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan

kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak

dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang

sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan

fungsi hepar normal. Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan
peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan

tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya

rasa mual dan nyeri di ulu hati (Putri, 2015).

Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah

billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi

karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi

kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan

dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus

hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada

duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang

sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama

disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin. Tinja

mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena

bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih,

sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar

bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang

akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus (Putri, 2015)


6. Pathway

Pengaruh alkohol, virus


hepatitis, dan toksin

Inflamasi pada hepar

Gangguan sel-sel darah Hipertermi Peregangan kapsula hati


normal pada sel hepar
Perasaan tidak nyaman di Hepatomegali
kuadran kanan atas
Anoreksia
Nyeri akut
Defisit Nutrisi

Gangguan metabolisme Obstruksi


karboidrat lemak dan protein Kerusakan konjugasi
Gangguan ekskresi empedu
Bilirubin tidak sempurna
Glikogenesis glukoneogenesis
dikeluarkan melalui duktus
menurun menurun Retensi bilirubin
hepatikus
Regurgitasi pada duktuli Bilirubin direk meningkat
Glikogen dalam hepar
empedu intra hepatik
berkurang
Icterus
Bilirubin direk meningkat
Glikogenolisis menurun
Larut dalam air
Peningkatan garam
Glukosa dalam darah berkurang empedu dalam darah

Prusitus
Cepat lelah
Risiko
ketidakstabilan Perubahan kenyamanan Ekskresi kedalam kemih
Intoleransi kadar glukosa
aktivitas darah Resiko gangguan Bilirubin dan kemih
fungsi hati berwarna gelap

Sumber :Prastika (2016)


7. Komplikasi ( Peradangan Hati)

Komplikasi dapat meliputi (Kowalak, 2016):

1. Hepatitis persisten kronis yang memperpanjang masa pemulihan samapai 8 bulan

2. Hepatitis aktif yang kronis

3. Sirosis hepatis

4. Gagal hati dan kematian

5. Karsinoma hepatoseluler primer

8. Pemeriksaan penunjang ( Peradangan Hati)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui penyakit

hepatitis antara lain (Kowalak, 2016):

1) Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH

Meningkat pada kerusakan sel hati dan pada kedaan lain terutama infark

miokardium

2) Bilirubin direk

Meningkat pada gangguan eksresi bilirubin terkonyugasi

3) Bilirubin indirek

Meningkat pada gangguan hemolitik dan sindrom gilbert

4) Bilirubin serum total

Meningkat pada penyakit hepatoseluler

5) Protein serum total

Kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati

6) Masa protombin

Meningkat pada penurunan sintetis prothrombin akibat kerusakan sel hati


7) Kolesterol serum

Menurun pada kerusakan sel hati, meningkat pada obstruksi duktusi ductus biliaris

9. Penatalaksanaan

1) Medis

a) Pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat. Istirahat

mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan tetapi banyak pasien

akan merasakan lebih baik dengan pembatas aktivitas fisik, kecuali diberikan

pada mereka dengan umur orang tua dan keadaan umum yang buruk

b) Obat-obatan

a. Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan

bilirubin darah. Pemberian bila untuk menyelamatkan nyawa dimana

ada reaksi imun yang berlebihan.

b. Berikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati.

 Contoh obat: Asam glukoronat/ asam asetat, Becompion,

kortikosteroid.

c. Vitamin K pada kasus dengan kecenderungan perdarahan. Obat-obatan

yang memetabolisme hati hendaknya dihindari.

d. Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.

e. Lactose 3 x (30-50) ml peroral.

f. Interferon α, Lamivudin, dan Ribavirin

g. Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)

h. Infus glukosa 10% 2 lt / hr.


i. Jika penderita tidak nafsu makan atau muntah-muntah sebaiknya di

berikan infus glukosa. Jika nafsu makan telah kembali diberikan

makanan yang cukup

j. Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat-obatan

yang mengubah susunan feora usus, misalnya neomisin atau

kanamycin sampai dosis total 4-6 mg / hr. Laktosa dapat diberikan

peroral, dengan pegangan bahwa harus sedemikian banyak sehingga

Ph feces berubah menjadi asam.

2) Non Medis

a) Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.

b) Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis maka penekanan lebih

dialirkan pada pencegahan hepatitis, termasuk penyediaan makanan dan air

bersih dan aman. Higien umum, pembuangan kemih dan feses dari pasien

yang terinfeksi secara aman, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali

pakai akan menghilangkan sumber infeksi. Semua donor darah perlu disaring

terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi panel donor.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a) Data biografi klien

Nama , usia, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat dan tanggal masuk rumah sakit

b) Keluhan utama

Adanya nyeri dibagian perut kanan atas ( kuadrat 1)


c) Dasar data pengkajian pasien

Data tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan atau gangguan hati.

a. Aktivitas / istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise umum

b. Sirkulasi

Tanda : Bradikardia

Gejala : Ikterus pada sklera, kulit dan dan membran mukosa.

c. Elimnasi

Gejala : Urine gelap, diare / konstipasi, feses berwarna hitam,

adanya / berulangnya hemodialisis.

d. Makanan dan cairan

Gejala : Hilang nafsu makan (anoreksia), penurunan berat

badan atau meningkat odem, mual/muntah.

Tanda : asites

e. Neurosensori

Tanda : Peka rangsang, cenderung tidur, alergi, dan asteriksis.

f. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Kram abdomen, nyeri tekan pada bagian kuadran kanan

atas,mialgia, atralgia, dan sakit kepala.

Tanda : otot tegang, gelisah.

g. Pernapasan

Gejala : Tidak minat / enggan merokok .


h. Keamanan

Gejala : Adanya tranfusi darah/produk darah

Tanda : demam, urtikuria, lesi makutopapular, eritema tak

beraturan, eksaserbasi jerawat, angioma jaring-jaring.

i. Seksualitas

Gejala : Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan (contoh :

homo seksual aktif / biseksual pada wanita).

j. Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala: Riwayat diketahui atau mungkin terpajan pada virus

bakteri atau toksin. Makanan terkontaminasi, air, jarum, alat

bedah dengan anastesi halotan: terpajan pada kimia toksik

(contoh: karbon tetraklorida, vinil klorida): obat resep (contoh:

surfanomit, fenotizid).

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada klien dengan Hepatitis

(Peradangan hati) yaitu (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,2017)

1) Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi,kanker) d.d suhu tubuh diatas nilai

normal

2) Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologi (inflamasi) d.d klien mengeluh kepala

pusing, mengeluh nyeri, gelisah

3) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen d.d. mengeluh lelah


4) Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient d.d berat badan

menurun minimal 10% dibawah rentang ideal dan nafsu makan menurun.

D. TINDAKAN KEPERAWATAN

Tabel 2.1 Tindakan Keperawatan pada pasien dengan Hepatitis

No Diagnosa Luaran Intervensi

(Tim Pokja SDKI (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,

DPP PPNI, 2017) 2018)

1. Hipertermia b.d Status Neurologis (L.06053, SLKI hal Pemberian obat (I.02062,

proses penyakit 120) SIKI hal 257-258)

(infeksi) d.d suhu 1. Definisi : kemampuan system 1) Definisi :

tubuh diatas nilai perifer dan pusat untuk mempersiapkan,

normal menerima, mengolah dan memberi, dan

merespon stimulus internal dan mengevaluasi

eksternal keefektifan agen

2. Ekspektasi : Membaik farmakologis yang

3. Kriteria Hasil diprogramkan

Indikator IR-ER 2) Tindakan :

Hipertermia 1 2 3 4 5 -Observasi

Frekuensi 1 2 3 4 5 a. identifikasi
kejang kemungkinan alergi,
Pucat 1 2 3 4 5 interaksi, dan
Keterangan : kontraindikasi obat.

IR : Initial Rate (Hasil/Skor yang b. Verifikasi order


didapat dari pasien pada saat obat sesuai indikasi

pengkajian) c. periksa tanggal

ER : Expectation Rate (target yang kadaluarsa obat

diinginkan setelah dilakukan intervensi) d. monitor efek


1. Meningkat samping, toksisitas,
2. Cukup meningkat dan interaksi obat
3. Sedang -Edukasi

4. Cukup menurun jelaskan jenis obat,

5. Menurun alasan pemberian,

tindakan yang

diharapkan, dan efek

samping

a. sebelum pemberian

b. jelaskan factor

yang dapat

meningkatkan dan

menurunkan

efektifitas

obat
2. Nyeri Akut b.d Tingkat nyeri (L.08066, SLKI hal Manajemen Nyeri (I.08238,

agen pencedera 145) SIKI hal 201-202)

fisiologi 1). Definisi : pengalaman sensorik 1) Definisi :

(inflamasi) d.d atau emosional yang berkaitan dengan mengidentifikasi dan

klien mengeluh kerusakan jaringan aktualatau mengelola

kepala pusing, fungsional, dengan onset mendadak pengalaman sensorik

mengeluh nyeri, atau lambat dan berintensitas ringan atau emosional yang

gelisah hingga berat dan konstan berkaitan dengan

2). Ekspektasi : menurun kerusakan jaringan

3). Kriteria Hasil atau fungsional

Indikator IR-ER dengan onset

Keluhan nyeri 1 2 3 4 5 mendadak atau

Gelisah 1 2 3 4 5 lambat dan

Muntah 1 2 3 4 5 berintensitas ringan

Mual 1 2 3 4 5 hingga berat dan

konstan
Keterangan :
2) Tindakan :
IR : Initial Rate (Hasil/Skor yang
-Observasi
didapat dari pasien pada saat
a. identifikasi lokasi,
pengkajian)
karakteristik, durasi,
ER : Expectation Rate (target yang
frekuensi, kualitas,
diinginkan setelah dilakukan
intensitas nyeri
intervensi)
b. identifikasi skala
1. Meningkat nyeri

2. Cukup meningkat c. identifikasi nyeri

3. Sedang non verbal

4. Cukup menurun d. identifikasi factor

5. Menurun yang memperberat

dan memperingan

nyeri

e. monitor pemberian

efek samping nyeri

-Terapeutik

a. berikan efek non

farmakologisuntuk

mengurangi rasa nyeri

(mis. Terapi music,

kompres

hangat/dingin,

aromaterapi)

b. fasilitasi istirahat

dan tidur

c. pertimbangkan

jenis dan sumber

nyeri dalam
pemilihan strategi

meredakan nyeri

-Edukasi

a. jelaskan strategi

meredakan nyeri

b. anjurkan

menggunakan

analgetik secara tepat

c. ajarkan teknik

nonfarmakologis

untuk mengurangi

rasa nyeri

d. kolaborasi

pemberian

analgetik, jika

perlu

3. Intoleransi Intoleransi aktivitas (L.05047, SLKI Manajemen energy (I.05178),

aktivitas b.d hal 149) SIKI hal 176)

ketidakseimbangan 1) Definisi : fisiologis tehadap 1) Definisi :

antara suplai dan aktivitas yang membutuhkan mengidentifikasi dan

kebutuhan oksigen tenaga mengelola penggunaan

d.d. mengeluh 2) Ekspetasi : Meningkat energy untuk


lelah 3) Kriteria hasil : mengatasi atau

Indikator IR-ER mencegah kelelahan

Keluhan lelah 1 2 3 4 5 dan mengoptimalkan

proses pemulihan
Keterangan :
2) Tindakan :
IR : Initial Rate (Hasil/Skor yang
Observasi
didapat dari pasien pada saat
- Identifikasi
pengkajian)
gangguan fungsi tubuh
ER : Expectation Rate (target yang
yang mengakibatkan
diinginkan setelah dilakukan
kelelahan - Monitor
intervensi)
kelalahan fisik dan
1. Meningkat
emosional
2. Cukup meningkat
- Monitor pola dan
3. Sedang
jam tidur
4. Cukup menurun
- Monitor lokasi dan
5. Meningkat
ketidaknyamanan

selama melakukan

aktivitas

b) Terapeutik

- Sediakan lingkungan

nyaman dan rendah

stimulus

- Lakukan latihan
rentang gerak

aktif/pasif

c) Edukasi

- Anjukan tirah baring

- Anjurkan melakukan

aktivitas secara

bertahap - Anjurkan

menghubungi perawat

jika tanda dan gejala

kelelahan tidak

berkurang

- Anjurkan strategi

koping untuk

mengurangi kelelahan

d) Kolaborasi -

Kolaborasi dengan ahli

gizi tentang cara

meningkatkan asupan

makanan.

Status nutrisi (L.03030, SLKI hal 121) Manajemen nutrisi (I.03119),


4. Defisit nutrisi b.d

ketidakmampua 1) Definisi : keadekuatan asupan SIKI hal 200)

n mengabsorbsi nutrisi untuk memenuhi


nutrient d.d kebutuhan metabolism 1) Definisi :

berat badan 2) Ekspektasi : membaik mengidentifikasi dan

menurun 3) Kriteria hasil : mengelola asuhan

minimal 10% Indikator IR-ER nutrisi yang seimbang

dibawah rentang Berat badan 1 2 3 4 5 2) Tindakan :

ideal dan nafsu Frekuensi 1 2 3 4 5 Observasi

makan menurun. makanan - Identifikasi status

nutrisi
Nafsu makan 1 2 3 4 5
- Identifikasi alergi
Keterangan :
dan intoteransi
IR : Initial Rate (Hasil/Skor yang
maknan
didapat dari pasien pada saat
- Identifikasi
pengkajian)
makanan disukai
ER : Expectation Rate (target yang
- Identifikasi
diinginkan setelah dilakukan
kebutuhan kalori
intervensi)
dan jenis nutrient
1. Memburuk
- Monitor asupan
2. Cukup memburuk maknan

3. Sedang - Monitor berat badan

4. Cukup membaik - Monitor hasil

5. Membaik pemeriksaan

laboraturium

Terapeutik
- Lakukan oral

hygiene sebelum

makan,jika perlu

- Berikan makanan

tinggi serat untuk

mencegah

konstipasi

- Berikan makanan

tinggi kalori dan

tinggu protein

- Berikan suplemen

makanan,jika perlu

Edukasi

- Anjurkan posisi

dukuk,jika perlu

- Ajarkan diet yang

diprogramkan

Kolaborasi

- Kolaborasi

pemberian medikasi

sebelum makan

(missal : pereda

nyeri,antlemetik)
jika perlu

- Kolaborasi dengan

ahli gizi untuk

menentukan jumlah

kalori dan jenis

nutrient yang

dibutuhkan,jika

perlu

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi keperawatan merupakan tahapan melakukan rencana tindakan

sesuai kondisi pasien. Implementasi sepenuhnya mengacu pada rencana tindakan yang

disusun. Tindakan keperawatan berupa perawatan langsung maupun tindakan

kolaboratif lainnya, penyuluhan kesehatan dan juga rujukan jika pasien membutuhkan

perawatan lanjutan (Teli, 2018).

Implementasi keperawatan yang dilakukan oleh penulis dilaksanakan

berdasarkan intervensi keperawatan yang dibuat ini dikarenakan intervensi tersebut

diharapkan dapat dilakukan dengan baik sehingga dapat mencapai outcome yang

diharapkan sehingga masalah keperawatan dapat teratasi. Sehingga disimpulkan bahwa

dari teori dan kasus penulis mengemukakan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori

dan kasus yang didapatkan dari implementasi keperawatan.


F. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi keperawatan merupakan tahapan yang membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriterial yang ditetapkan untuk melihat keberhasilannya (Teli,

2018).

Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya

dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas

proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan

(Mubarak, dkk., 2011). Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana : (Suprajitno

dalam Wardani, 2013)

S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh

keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.

O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan

pengamatan yang objektif.

A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.

P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.


DAFTAR PUSTAKA

Hasil Riskesdas 2018 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Jurnal VatimatunnimahWardhani. 2013. Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit

menular dan penyakit tidak menular. Pdf

Judith, dkk. 1996. Komunikasi Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Gaja Madah

UniversityPress.

Kowalak, 2016. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.

Nurarif, Amin H., Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

DiagnosaMedis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 3. Jogjakarta : Medication.

Price S.A., Wilson L.M. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi

1. Buku II. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Burnner and

Suddarth. Ed. 8. Vol.3. Jakarta: EGC.

Teli Margaretha. 2018. Pedoman Asuhan Keperawatan Komunitas. Kupang: Lima

Bintang.

Prastika, I Gede. P. (2016). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Dengan Pasien

Hepatitis. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan

Denpasar Jurusan Keperawatan: Naskah Dipublikasikan

Putri, Giska Amalia. A. (2015). Laporan Pendahuluan Klien Dengan Hepatitis Di Ruang

Anggrek (Anak) RSUD Ambarawa. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro:

Naskah Dipublikasikan

Anda mungkin juga menyukai