Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

HEPATITIS B

OLEH

1. KRISTINA ANITA MEILANI (1914201145)


2. LUH NYOMAN YAYUK RATNA D. (1914201146)
3. LUH PUTU BUDIASTUTI (1914201147)

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN BALI


S1 KEPERAWATAN PROGRAM B
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hepatitis telah menjadi masalah global, dimana dipengaruhi oleh pola
makan, kebiasaan merokok, gaya hidup tidak sehat, penggunaan obat-obatan,
bahkan tingkat ekonomi dan pendidikan menjadi beberapa penyebab dari
penyakit ini. Penyakit hepatitis merupakan suatu kelainan berupa peradangan
organ hati yang dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain infeksi virus,
gangguan metabolisme, obat-obatan, alkohol, maupun parasit. Hepatitis juga
merupakan salah satu penyakit yang mendapatkan perhatian serius di
Indonesia,terlebih dengan jumlah penduduk yang besar serta kompleksitas
yang terkait. Selain itu meningkatnya kasus obesitas, diabetes melitus, dan
hiperlipidemia, membawa konsekuensi bagi komplikasi hati, salah satunya
hepatitis (Wening Sari, 2008). Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh
virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Bar, 2002).

Hepatitis telah menjadi masalah global. Saat ini diperkirakan 400 juta
orang di dunia terinfeksi penyakit hepatitis B kronis, bahkan sekitar 1 juta
orang meninggal setiap tahun karena penyakit tersebut. Hepatitis menjadi
masalah penting di Indonesia yang merupakan jumlah penduduk keempat
terbesar di dunia (Wening Sari, 2008). Menurut Badan Kesehatan Dunia
(WHO) tahun 2011 dalam Anna (2011) menyebutkan, hingga saat ini sekitar
dua miliar orang terinfeksi virus hepatitis B di seluruh dunia dan 350 juta
orang di antaranya berlanjut jadi infeksi hepatitis B kronis. Diperkirakan,
600.000 orang meninggal dunia per tahun karena penyakit tersebut. Angka
kejadian infeksi hepatitis B kronis di Indonesia diperkirakan mencapai 5-10
persen dari jumlah penduduk. Hepatitis B termasuk pembunuh diam-diam
karena banyak orang yang tidak tahu dirinya terinfeksi sehingga terlambat
ditangani dan terinfeksi seumur hidup. Kebanyakan kasus infeksi hepatitis B
bisa sembuh dalam waktu enam bulan, tetapi sekitar 10 persen infeksi bisa
berkembang menjadi infeksi kronis. Infeksi kronis pada hati bisa
menyebabkan terjadinya pembentukan jaringan ikat pada hati sehingga hati
berbenjol-benjol dan fungsi hati terganggu dan dalam jangka panjang
penderitanya bisa terkena sirosis serta kanker hati.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2007), prevalensi nasional


hepatitis klinis sebesar 0,6 persen. Sebanyak 13 provinsi di Indonesiamemiliki
prevalensi di atas nasional. Kasus penderita hepatitis tertinggi di provinsi
Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Penyakit hepatitis kronik
menduduki urutan kedua berdasarkan penyebab kematian pada golongan
semua umur dari kelompok penyakit menular. “Rata-rata penderita hepatitis
antara umur 15 –44 tahun untuk di pedesaan. Penyakit hati ini menduduki
urutan pertama sebagai penyebab kematian. Sedangkan di daerah perkotaan
menduduki urutan ketiga,”kata Menteri Kesehatan Endang Rahayu
Sedyaningsih dalam peringatan di RS Dr Sardjito Yogyakarta.Indonesia telah
mengusulkan kepada WHO agar hepatitis menjadi isu dunia dengan
menetapkannya sebagai resolusi World Health Assembly (WHA) tentang viral
hepatitis. Usulan tersebut diterima WHO untuk dibahas dalam sidang WHA
atau majelis kesehatan sedunia ke-63 pada bulan Mei 2010 yang menetapkan
tanggal 28 Juli sebagai harihepatitis sedunia.

Menurut data yang diperoleh dari bagian Rekam Medik RSUD


Banyudono Boyolali, pada tahun 2012 angka kejadian pasien dengan penyakit
hepatitis tercatat sebanyak 97 kasus. Dengan presentase 65% hepatitis akut
dan 35% kronis.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :


a. Apa Definisi dari Hepatitis B ?
b. Apa klasifikasi dari Hepatitis B ?
c. Apa etiologi dari Hepatitis B ?
d. Bagaimana patofisiologi Hepatitis B ?
e. Apa manifestasi klinis dari Hepatitis B?
f. Apa pemeriksaan penunjang Hepatitis B ?
g. Bagaimana penatalaksanaan Hepatitis B ?
h. Bagaimana menyusun pengkajian dari Hepatitis B ?
i. Bagaimana menyusun analisis data dari Hepatitis B ?
j. Apa saja diagnosa yang muncul dari Hepatitis B ?
k. Bagaimana cara menyusun rencana asuhan keperawatan dari Hepatitis B ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diperolehnya pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan
paliatif dengan masalah kesehatan Hepatitis B.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan Definisi dari Hepatitis B
b. Mampu menjelaskan klasifikasi dari Hepatitis B
c. Mampu menjelaskan etiologi dari Hepatitis B
d. Mampu menjelaskan Patofisiologi dari Hepatitis B
e. Mampu menjelaskan manifestasi dari Hepatitis B
f. Mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang dari Hepatitis B
g. Mampu menjelaskan Penatalaksanaan dari Hepatitis B
h. Mampu menyusun pengkajian dari Hepatitis B
i. Mampu menyusun analisis data dari Hepatitis B
j. Mampu menyusun diagnosa yang muncul dari Hepatitis B
k. Mampu menyusun cara menyusun rencana asuhan keperawatan dari Hepatitis
B

D. Manfaat
Manfaatnya yaitu :
 Kami sebagai mahasiswa dapat mampu menjelaskan mulai dari definisi,
klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, dan
Penatalaksanaan dari Hepatitis B.
 Selain itu,  kami juga dapat mampu menjelaskan Asuhan Keperawatan dari
Contoh Kasus Hepatitis B.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Hepatitis B adalah infeksi pada hati yang berpotensi menyebabkan kematian
yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Hepatitis B merupakan masalah kesehatan
global utama dan merupakan jenis yang paling serius dari semua jenis Hepatitis.
Penyakit ini dapat menyebabkan penyakit hati kronis dan bisa menyebabkan
penderitanya beresiko tinggi mengalami kematian akibat komplikasi lebih lanjut
menjadi sirosis hati dan kanker hati.
Hepatitis merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh virus disertai
dengan nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan
perubahan klinis, biokomia serta seluler yang khas. Hepatitis B merupakan
peradangan pada sel-sel hati yang disebabkan oleh HBV (Hepatitis B Virus) dan
ditularkan melalui kontak darah maupun cairan tubuh. Hepatitis B adalah suatu
penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis B, suatu anggota famili
hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau kronis yang dapat
berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Hepatitis B akut jika perjalanan
penyakit kurang dari 6 bulan sedangkan Hepatitis B kronis bila penyakit menetap,
tidak menyembuh secara klinis atau laboratorium atau pada gambaran patologi
anatomi selama 6 bulan. Hepatitis B merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus,
bersifat akut, terutama ditularkan secara parenteral tetapi bisa juga secara oral, melalui
hubungan seksual antara penderita dan orang lain, dan dari ibu ke bayi.

B. Klasifikasi
Ada 2 (dua) klasifikasi pada Hepatitis B yaitu :
1. Hepatitis B Akut
Pada virus Hepatitis B didapatkan dari golongan virus DNA, maka dari itu masa
inkubasi 60-90 hari. Penularan Verikel 95% terjadi pada masa perinatal (saat
persalinan) dan 5% intra uterian, dan juga terjadi penularan horizontal melalui
transfusi darah,jarum suntik tercemar, pisau cukur, tattoo, dan transplantasi organ.
Gejala pada virus Hepatitis B tidak khas seperti rasa lesu, nafsu makan berkurang,
demam ringa, nyeri pada daerah abdomen sebelah kanan, di dapatkan icterus, dan
urine yang berwarna the. Di virus Hepatitis B ini dapat dilakukan dengan tes fungsi
hati serum transaminase (ALT meningkat), serologi HBsAg dan IgM anti HBC dalam
serum. Dalam pengobatan Hepatitis B akut ini tidak diperlukan antirival, pengobatan
umumnya beserta simtomatis.
2. Hepatitis B Kronik
Hepatitis B kronik ini dapat berkembang dari Hepatitis B akut. Pada Hepatitis B
kronik ini bisa di lihat dari usia saat terjadinya infeksi yang akan mempengaruhi
kronisitas penyakit, bila penularan terjadi pada usia balita maka 20-30% maka balita
itu akan menderita Hepatitis B kronik dan bila penularan saat dewasa hanya 5% orang
tersbur terkena Hepatitis B kronik. Hepatitis B di tandai dengan HbsAg (Hepatitis B
surface Antigen) Positif (>6bln), selain HBsA, perlu di periksa HbgAg (Hepatitis B
E-Antigen, anti-HBe dalam serum, kadar ALT (Alanin Amino Transfrase), HBV
dDBA (Hepatitis B Virus – DeaxyribunukleicAcid) serta biopsi hati. Pada Hepatitis B
kronik biasanya tanpa gejala. Sedangkan untuk pengobatannya saat ini telah tersedia 7
macam obat untuk Hepatitis B (Interferon alfa-2a, Peginterferon alfa-2a, Lamivudin,
Adefovir, Entecavir, Telbivudin dan Tenofovir), prinsip padan pengobatan Hepatitis
B kronik tidak perlu terburu-buru dan jangan juga terlambat. Adapun tujuan
pengobatan memperpanjang harapan hidup, menurunkan kemunkinan terjadinya
sirosis hepatis atau hepatoma.

C. Etiologi
Virus Hepatitis B adalah virus (Deoxyribo Nucleic Acid) DNA terkecil berasal
dari genus Orthohepa dna virus famili Hepadnaviridae berdiameter 40-42 nm.
Hepatitis B juga merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel HbcAg, HbsAg,
HbeAg dan HbxAg. Virus ini mengadakan replikasi dalam hati dan tetap berada
dalam serum selama periode yang relatif lama sehingga memungkinkan penularan
virus tersebut.

Penyebab hepatitis meliputi:


1. Obat-obatan,bahan kimia, dan racun. Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga
sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.
2. Reaksi transfuse darah yang tidak terlindungi virus hepatitis.
3. Infeksi virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang
memiliki ukuran 42 nm, Ditularkan melalui darah atau produk darah, saliva, semen,
sekresi vagina. Ibu hamil yang terinfeksi oleh hepatitis B bisa menularkan virus
kepada bayi selama proses persalinan, Masa inkubasi 40 – 180 hari dengan rata- rata
75 hari, Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi,
perawat dan terapis respire torik, staf dan pasien dalam unit hemodialisis, para
pemakai obat yang menggunakan jarum suntik bersama-sama, atau diantara mitra
seksual baik hetero seksual maupun pria homo seksual.

D. Patofisiologi
Sel hati manusia merupakan target organ bagi virus Hepatitis B . Virus
Hepatitis B (VHB) mula-mula datang dari pengaruh alcohol zat toksin,virus
hematologi dan virus tersebut masuk melalui fecal oral. Pada seseorang yang
menderita Hepatitis B dan dapat mengalami peradangan hepar, dari peradangan hepar
tersebut pasien akan mengalami aktivitas neutrofil dan markofag yang dapat
merangsang sel endotel hipotalamus yang dapat mengeluarkan asam akoridonat dan
dapat memicu prostaglandin. Aktivitas kerja thermostat hipotalamus yang akan
berdampak pada peningkatan suhu tubuh,dan pada akhirnya orang tersebut mengalami
hipertermi. Peradangan Hepar mengakibatkan terjadinya gangguan pada suplai darah
dan dapat mengakibatkan terjadinya pembesaran hati (hepatomegali), dari terjadinya
pembesaran hati akan merusak sel hati dan empedu. Apabila sudah terjadi kerusakan
sel hati dan empedu jika tidak di obati maka akan terjadi komplikasi maka orang
tersebut akan mengalami resiko kematian.

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis infeksi VHB pada pasien hepatitis akut cenderung ringan.
Kondisi asimtomatis ini terbukti dari tingginya angka pengidap tanpa adanya riwayat
hepatitis akut. Apabila menimbulkan gejala hepatitis, gejalanya menyerupai hepatitis
virus yang lain tetapi dengan intensitas yang lebih berat (Juffrie et al, 2010).

Gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu:


1) Fase Inkubasi
Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau ikterus. Fase
inkubasi Hepatitis B berkisar antara 15-180 hari dengan rata-rata 60-90 hari.
2) Fase prodromal (pra ikterik)
Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala ikterus.
Awitannya singkat atau insidous ditandai dengan malaise umum, mialgia, artalgia,
mudah lelah, gejala saluran napas atas dan anoreksia. Diare atau konstipasi dapat
terjadi. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau
epigastrum, kadang diperberat dengan aktivitas akan tetapi jarang menimbulkan
kolestitis.
3) Fase ikterus
Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan dengan
munculnya gejala. Banyak kasus pada fase ikterus tidak terdeteksi. Setelah timbul
ikterus jarang terjadi perburukan gejala prodromal, tetapi justru akan terjadi perbaikan
klinis yang nyata.
4) Fase konvalesen (penyembuhan)
Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain, tetapi hepatomegali dan
abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan sudah lebih sehat dan kembalinya
nafsu makan. Sekitar 5-10% kasus perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit ditangani,
hanya <1% yang menjadi fulminant.

Hepatitis B kronis didefinisikan sebagai peradangan hati yang berlanjut lebih


dari enam bulan sejak timbul keluhan dan gejala penyakit. Perjalanan hepatitis kronik
dibagi menjadi tiga fase penting yaitu :
1. Fase Imunotoleransi
Sistem imun tubuh toleren terhadap VHB sehingga konsentrasi virus tinggi dalam
darah, tetapi tidak terjadi peradangan hati yang berarti. Virus Hepatitis B berada
dalam fase replikatif dengan titer HBsAg yang sangat tinggi.
2. Fase Imunoaktif (Clearance)
Sekitar 30% individu persisten dengan VHB akibat terjadinya replikasi virus yang
berkepanjangan, terjadi proses nekroinflamasi yang tampak dari kenaikan konsentrasi
ALT. Fase clearance menandakan pasien sudah mulai kehilangan toleransi imun
terhadap VHB.
3. Fase Residual
Tubuh berusaha menghancurkan virus dan menimbulkan pecahnya sel-sel hati yang
terinfeksi VHB. Sekitar 70% dari individu tersebut akhirnya dapat menghilangkan
sebagian besar partikel virus tanpa ada kerusakan sel hati yang berarti. Fase residual
ditandai dengan titer HBsAg rendah, HBeAg yang menjadi negatif dan anti-HBe yang
menjadi positif, serta konsentrasi ALT normal.
F. Komplikasi
Hepatitis B kronik merupakan penyulit jangka lama pada Hepatitis B akut.
Penyakit ini terjadi pada sejumlah kecil penderita Hepatitis B akut. Kebanyakan
penderita Hepatitis B kronik tidak pernah mengalami gejala hepatitis B akut yang
jelas. Hepatitis fulminan merupakan penyulit yang paling ditakuti karena sebagian
besar berlangsung fatal. Lima puluh persen kasus hepatitis virus fulminan adalah dari
tipe B dan banyak diantara kasus hepatitis B akut fulminan terjadi akibat ada
koinfeksi dengan hepatitis D atau hepatitis C. Angka kematian lebih dari 80% tetapi
penderita hepatitis fulminan yang berhasil hidup biasanya mengalami kesembuhan
biokimiawi atau histologik. Terapi pilihan untuk hepatitis B fulminan adalah
transplantasi hati. Sirosis hati merupakan kondisi dimana jaringan hati tergantikan
oleh jaringan parut yang terjadi bertahap. Jaringan parut ini semakin lama akan
mengubah struktur normal dari hati dan regenerasi sel-sel hati. Maka sel-sel hati akan
mengalami kerusakan yang menyebabkan fungsi hati mengalami penurunan bahkan
kehilangan fungsinya.

G. Pemeriksaan Diagnostik
a). Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan Biokimia
Stadium akut VHB ditandai dengan AST dan ALT meningkat >10 kali nilai normal,
serum bilirubin normal atau hanya meningkat sedikit, peningkatan Alkali Fosfatase
(ALP) >3 kali nilai normal, dan kadar albumin serta kolesterol dapat mengalami
penurunan. Stadium kronik VHB ditandai dengan AST dan ALT kembali menurun
hingga 2-10 kali nilai normal dan kadar albumin rendah tetapi kadar globulin
meningkat.
2) Pemeriksaan serologis
Indikator serologi awal dari VHB akut dan kunci diagnosis penanda infeksi VHB
kronik adalah HBsAg, dimana infeksi bertahan di serum >6 bulan (EASL, 2009).
Pemeriksaan HBsAg berhubungan dengan selubung permukaan virus. Sekitar 5-10%
pasien, HBsAg menetap di dalam darah yang menandakan terjadinya hepatitis kronis
atau carrier. Setelah HBsAg menghilang, anti-HBs terdeteksi dalam serum pasien dan
terdeteksi sampai waktu yang tidak terbatas sesudahnya. Karena terdapat variasi
dalam waktu timbulnya anti-HBs, kadang terdapat suatu tenggang waktu (window
period) beberapa minggu atau lebih yang memisahkan hilangnya HBsAg dan
timbulnya anti-HBs. Selama periode tersebut, anti HBc dapat menjadi bukti serologik
pada infeksi VHB.
3) Pemeriksaan HBsAg (cassette)
Adalah pemeriksaan rapid chromatographic secara kualitatif untuk mendeteksi
HBsAg pada serum atau plasma. Pemeriksaan HBsAg Diaspot (Diaspot Diagnostics,
USA) adalah pemeriksaan kromatografi yang dilakukan berdasarkan prinsip double
antibody-sandwich. Membran dilapisi oleh anti-HBs pada bagian test line. Selama tes
dilakukan, HBsAg pada spesimen serum atau plasma bereaksi dengan partikel anti-
HBs. Campuran tersebut berpindah ke membran secara kromatografi oleh mekanisme
kapiler yang bereaksi dengan anti-HBs pada membran dan terbaca di colored line.
Adanya colored line menandakan bahwa hasilnya positif, jika tidak ada colored line
menandakan hasil negative.
4) Pemeriksaan molekuler
Pemeriksaan molekuler menjadi standar pendekatan secara laboratorium untuk deteksi
dan pengukuran DNA VHB dalam serum atau plasma. Pengukuran kadar secara rutin
bertujuan untuk mengidentifikasi carrier, menentukan prognosis, dan monitoring
efikasi pengobatan antiviral.

Metode pemeriksaannya antara lain:


a). Radioimmunoassay (RIA) mempunyai keterbatasan karena waktu paruh pendek
dan diperlukan penanganan khusus dalam prosedur kerja dan limbahnya.
b). Hybrid Capture Chemiluminescence (HCC) merupakan teknik hibridisasi yang
lebih sensitif dan tidak menggunakan radioisotopekarena sistem deteksinya
menggunakan substrat chemiluminescence.
c). Amplifikasi signal (metode branched DNA/bDNA) bertujuan untuk menghasilkan
sinyal yang dapat dideteksi hanya dari beberapa target molekul asam nukleat.
d). Amplifikasi target (metode Polymerase Chain Reaction/PCR) telah dikembangkan
teknik real-time PCR untuk pengukuran DNA VHB.
e). Amplifikasi DNA dan kuantifikasi produk PCR terjadi secara bersamaan dalam
suatu alat pereaksi tertutup.

H. Penatalaksanaan
1. Obat-obatan
a). Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan nyawa dimana ada reaksi imun
yang berlebihan.
b). Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.
c). Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
d). Vitamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10 mg/ hr intravena.
e). Roboransia.
f). Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)
g). Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air.
h). Infus glukosa 10% 2 lt / hr.

2. Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
3. Jika penderita tidak napsu makan atau muntah – muntah sebaiknya di berikan infus
glukosa. Jika napsu makan telah kembali diberikan makanan yang cukup.
4. Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat – obatan yang
mengubah susunan feora usus, isalnya neomisin ataukanamycin samapi dosis total 4-
6 mg / hr. laktosa dapat diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus sedemikian
banyak sehingga Ph feces berubah menjadi asam.

Penatalaksanaan keperawatan
a). Tirah baring dan selanjutnya aktivitas pasien dibatasi sampai gejala pembesaran
hati kenaikan bilirubin kembali normal.
b). Nutrisi yang adekuat
c). Pertimbangan psikososial akibat pengisolasian dan pemisahan dari keluarga
sehingga diperlukan perencanaan khusus untuk meminimalkan perubahan dalam
persepsi sensori.
d). Pengendalian dan pencegahan

I. Pencegahan

1. Hepatitis virus B. penderita hepatitis sampai enam bulan sebaiknya tidak menjadi
donor darah karena dapat menular melalui darah dan produk darah.
2. Pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi pengaruh
yang baik. Diberikan dalam dosis 0,02ml / kg BB, intramuskular.
3. Menghindari faktor risiko yang menyebabkan terjadinya penularan.
(KASUS)

LAPORAN KASUS PADA PASIEN DENGAN HEPATITIS B

A. Kasus :
 Ny.ST keluaga Bapak S.D,berumur 45 tahun mempunyai 2 anak laki-laki dan
perempuan. Anak H (28 thn) dan anak F (14 thn), pekerjaan anak H sebagai Pegawai
dan An. F sebagai Pelajar. Suatu ketika Ny. S.T. tidak dapat menahan rasa nyeri
sehingga Ny.S.T datang ke rumah sakit SB, ibu datang dengan keluhan nyeri pada
perut bagian kanan. Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk,keadaan umum pasien tampak
lemah, wajah pasien tampak merintih kesakitan dan sulit melakukan aktifitas.
Awalnya Ny. S.T. mengatakan nyeri tersebut belum terasa sampai akhirnya ia
merasakan kesakitan seperti sekarang ini, ia mengatakan tidak pernah mengontrol
kesehatannya dan mengira itu sakit perut biasa karena telat makan dan nyeri. Setelah
di lakukan pemeriksaan Ny. S.T terdiagnosa Hepatitis B, TTV klien RR :20x /menit,
N:90x/menit,TD:100/60 mmHg, S:36,5 C, keluarga klien mengatakan klien sering
mengatakan nyeri namun menganggap hal itu tidak berbahaya. Sehingga keluarga
juga tidak mengambil tindakan karena dianggap hanya sakit perut biasa hingga
terjadi nyeri yang tak tertahankan.
I. Pengkajian

A.DATA UMUM

1. Nama KK: Tn. S.D


2. Alamat KK: Jl. Tukad Pakerisan, Denpasar, Bali
3. Komposisi Keluarga:

N Nama Jenis Kelamin Umur Hubungan Pendidikan Pekerjaan


O
1 Tn S.D Laki-laki 59 Suami SMP Buruh
2 Ny S.T Perempuan 45 Istri SD IRT
3 Tn H Laki-laki 28 Anak SMA Pegawai
4 An F Perempuan 14 Anak SMP Pelajar

4. Tipe keluarga: Tipe keluarga Tn.S.D adalah keluarga inti yang terdiri dari suami,istri
dan anak
5. Suku : Ayah: Bali Ibu: Bali
6. Agama: Hindu
7. Status sosek keluarga
a. Pendapatan keluarga satu bulan: 1.500.000 – 2.000.000
b. Pengelola keuangan keluarga: keuangan dikelola istri
c. Bagaimana pandangan keuarga terhadap pendidikan angota keluarga :
Pendidikan suami SMP dan pendidikan istri SD, dan ingin meningkatkan pedidikan
anak-anaknya.
d. Adakah nilai/keyakinan/agama yang bertentangan dengan kesehatan :
Klien mengatakan tidak ada nilai/keyakinan yang bertentangan dengan kesehatan

8. Aktivitas rekereasi dalam keluarga :


-Berkumpul bersama keluarga besar
-Keluarga menonton TV untuk menggunakan waktu senggangnya

B. RIWAYAT
Keluhan utama: Ny ST mengeluh nyeri diperut bagian kanan

9. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi:

10. Tahap perkembangan saat ini: keluarga dengan anak usia dewasa

11. Riwayat keluarga inti: Dalam keluarga: Ny. ST pernah memiliki riwayat hipertensi saat
melahirkan anak kedua, suami dan kedua anaknya tidak ada riwayat pernah MRS dan Ny.
ST keluar rumah sakit kurang lebih 2 minggu lalu

12. Riwayat keluarga sebelumnya : Ny. ST memiliki riwayat hipertensi dan dirawat di RS
kurang lebih 2 minggu lalu

C. LINGKUNGAN

Jenis rumah: Permanen

Jenis bangunan: Beton

Luas bangunan: 4×6 m2

Luas pekarangan: -

Status kepemilikan: milik orang lain

Kondisi ventilasi: cukup

Kondisi pekarangan: cukup

Kondisi lantai: kurang

Kebersihan rumah secara keseluruhan: kurang


Bagaimana pembagian ruangan didalam rumah:

2 3
1

Ket:

1: WC

2: Kamar

3: Ruang keluarga

4: Teras

5: Ruang tamu

: Pantai

Pengelolaan sampah keluarga: dikelola

Sumber air bersih dalam keluarga: PAM

Kondisi jamban keluarga: kurang

Pembuangan limbah: dibuang di pantai

13. Karakteristik tetangga dan komunitas RW:

14. Mobilisasi geografi keluarga: tinggal di tanah yang ditempati sekarang


15. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat: mengikuti pengkajian

16. Sistem pendukungan: didukung keluarga besar

D. STRUKTUR KELUARGA

17. Struktur komunikasi: hubungan antara Tn S.D dan Ny S.T berjalan dengan baik begitu
juga dengan anak-anaknya komunikasi berjaln dengan baik.

18. Struktur kekuatan: kekuatan dalam keluarga yang dapat digunakan untuk meningkatkan
derajat kesehatan adalah Ny ST cukup bijaksana dan sabar dalam menghadapi penyakit dan
adanya dukungan dari anggota keluarga

19. Struktur peran: Tn SD sebagai kepala keluarga, Ny ST sebagai ibu rumah tangga, Tn H
sebagai anak dan An F sebagai anak

20.Struktur nilai dan norma budaya:

E. FUNGSI KELUARGA

21. Fungsi afektif: Tn SD mengatakan selalu menjaga kejarmonisan antar anggota keluarga

22. Fungsi sosialisasi: keluarga Tn SD dan Ny ST saling berhubungan baik dengan anggota
keluarga dan sebaliknya

23. Fungsi perawatan keluarga:

F. Stressor dan koping keluarga:

24. Sterssor yang dihadapi keluarga:

25. Stres jangka panjang: Ny ST cemas dengan status kesehatannya

26. Kemampuan keluarga merespon terhadap masalah:

27. Strategi koping yang digunakan: anggota keluarga banyak berdoa untuk Ny.ST
28. Strategi adaptasi fungsional: -

G. Harapan Keluarga

Keluarga mengatakan berharap Ny. ST bisa segera sembuh ,agar bisa melaksanakan
aktivitasnya secara normal atau seperti biasanya

Keterangan Tn S.D Ny S.T Tn H An F


TB
BB
TTV:
TD 110/90 mmHg 100/60mmHg
Nadi 90
Resp 20
Suhu 36,5
Kepala Tidak ada Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada
Keluhan keluhan

Rambut Hitam, tidak Hitam, tidak Hitam, tidak


berketombe berketombe berketombe Hitam, tidak
berketombe
Konjungtiv Tidak anemis Anemis Tidak anemis Tidak anemis
a
Sklera Tidak ikterik Ikterik Tidak ikterik Tidak ikterik
Telinga Simetris, tidak Simetris, tidak ada Tidak ada keluhan Tidak ada
ada keluhan keluhan keluhan
Hidung Simetris, tidak Simetris, tidak ada Simetris, tidak ada Simetris, tidak
ada keluhan keluhan keluhan ada keluhan
Mulut Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir
lembab kering lembab lembab
Dada Simetris ,tidak Simetris, tidak ada Simetris, tidak ada Simetris, tidak
ada nyeri nyeri nyeri ada nyeri
Perut Tidak ada Nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri
nyeri
Tangan Simetris ,tidak Simetris , edema Simetris, tidak ada Simetris, tidak
ada edema edema ada edema
Kaki Tidak ada Edema Tidak ada nyeri, Tidak ada nyeri,
nyeri, tidak tidak ada keluhan tidak ada keluhan.
ada keluhan
Genetalia Tidak ada Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada
keluhan keluhan

ANALISA DATA

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O
1 DS: Klien mengatakan nyeri perut Ketidakmampuan Nyeri
P: saat beraktivitas maupun tidak keluargamerawat
Q: seperti ditusuk-tusuk anggota keluarga yang
R:perut bagian kanan menderita Hepatitis
S: 3 (ringan)
T: Kurang lebih 30 menit

DO: Klien tampak kurang nyaman


Klien tampak memegang
perutnya
TTV:
TD:100/60 mmHg
R: 20 kali/menit
N:90 kali /menit
S:36,5
2 DS: Klien mengatakan bahwa Ketidakmampuan Resiko penyebaran
tempat makan digunakan bersama keluarga memodifikasi infeksi
lingkungan
DO: Kebersihan dan kerapihan
rumah kurang

Skoring masalah : 1.Nyeri berhubungan dengan keluarga merawat anggota keluarga


yang Hepatitis.

N Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


O
1 Sifat masalah: 3/3×1 1 Ny. ST masih menjalani
Kurang sehat pengobatan dan masih merasa
nyeri
2 Kemungkinan 1/2×2 1 Ny. ST mengikuti pengobatan dari
masalah dapat RS secara teratur namun sering
dibubah: mengabaikan pantangan makanan
Hanya sebagian yang di tetapkan
3 Potensi masalah 2/3×1 2/3 Ny ST berpendidikan SD namun
dapat dicegah: klien berupaya untuk mencegah
Cukup masalah
4 Menonjol masalah: 1/2×1 1/2 Nyeri dirasakan Ny ST namun saat
Masalah yang tidak nyeri mulai dirasakan biasanya Ny
perlu segera ST langsung berbaring
ditangani

Hasil : 2 5/6
Skoring masalah :2. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan

No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


1 Sifat masalah: 2/3×1 2/3 Ny ST masih dalam keadaan
Ancaman sakit dan alat makan masih
kesehatan digunakan bersama
2 Kemungkinan 1/2×2 1 Keluarga keluarga tau bahwa
masalah dapat hepatitis adalah penyakit menular
diubah: namun tidak mempedulikannya
Hanya sebagian
3 Potensi masalah 2/3×1 2/3 Ny ST berusaha untuk tidak
untuk dicegah: makan makannan yang menjadi
Cukup pantangan
4 Menonjolnya 1/2×1 1/2 Lingkungan keluarga kurang
masalah : bersih namun keluarga berupaya
Masalah yang tidak untuk membersihkan
perlu segera lingkunganannya
ditangani

Hasil: 3 1/6

Prioritas Diagnosa

1. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan memodifikasi


lingkungan
2. Nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang Hepatitis
Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

No Diagnosa Tujuan Evaluasi Rencana pengkajian


Umum Khusus Kriteria Standar
Keperawatan
1 Resiko Klien dan Setelah Klien dan Klien dan - Observasi TTV
penyebaran keluarga dilakukan keluarga keluarga -Berikan edukasi /
infeksi mampu tindakan mampu mampu penyuluhan tentang resiko
berhubungan mengenal hal- keperawatan, memmodifik- melakukan penyebaran infeksi /
dengan hal tentang diharapkan: asi hal-hal pencegahan dan diet untuk
ketidakmampu- resiko 1.Keluarga lingkungan untuk Hepatits
an keluarga penyebaran mampu untuk mengontro -Edukasi untuk kebersihan
memodifikasi infeksi. mengenal meminimalk- l resiko lingkungan.
lingkungan. hal-hal an resiko penyebara
tentang resiko penyebaran n infeksi.
penyebaran infeksi.
infeksi
2.Keluarga
mampu
menangani
penyebaran
infeksi

2 Nyeri Klien mempu Setelah Klien dan Klien dan -Observasi TTV
berhubungan mengatasi dan dilakukan keluarga keluarga -Ajarkan teknik relaxasi
dengan keluarga tindakan mampu mampu -Jelaskan pada keluarga
ketidakmampua mampu keperawatan mengetahui mengatasi/ dan klien tentang
n keluarga membantu diharapkan : penyebab mengetahu penyebab nyeri
merawat mengatasi nyeri 1.Nyeri nyeri dan i cara -Anjurkan klien untuk
anggota yang derasakan berkurang klien dapat untuk mengonsumsi terapi obat
keluarga yang klien 2.Klien dapat mengetahui mengatasi dari dokter
Hepatitis mengatasi caramenanga nyeri yang
nyeri ni nyeri dirasakan

Anda mungkin juga menyukai