Anda di halaman 1dari 14

ASKEP PASIEN DENGAN PERILAKU BUNUH DIRI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan.
Istilah yang terakhir ini menjadi topik besar dalam psikatrikontemporer, karena jumlah yang
terlibat dan riset yang mereka buat. Di dunia lebih dari 1000 tindakan bunuh diri terjadi tiap hari,
di Inggris ada lebih dari 3000 kematian bunuh diri tiap tahun (Ingram, Timbury dan Mowbray,
1993). Di Amerika Serikat,dilaporkan 25.000 tindakan bunuh diri setiap tahun (Wilson dan
Kneisl,1988), dan merupakan penyebab kematian kesebelas. Rasio kejadian bunuh diri antara
pria dan wanita adalah tiga berbanding satu (Stuart dan Sundden, 1987, hlm. 487). Pada usia
remaja, bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua (Leahey dan Wright, 1987,hlm.79).
Menurut Prayitno (1983) tindakan bunuh diri di Jakarta 2,3 per 100.000 penduduk. Data dari
Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa 1 juta orang bunuh diri
dalam setiap tahunnya atau setiap 40 detik, bunuh diri juga satu dari tiga penyebab utama
kematian pada usia 15-34 tahun, selain karena faktor kecelakaan. Pada laki-laki tiga kali
lebih sering melakukan bunuh diri daripada wanita, karena laki-laki lebih sering menggunakan
alat yang lebih efektif untuk bunuh diri, antara lain dengan pistol, menggantung diri, atau lompat
darigedung yang tinggi, sedangkan wanita lebih sering menggunakan zat psikoaktif overdosis
atau racun, namun sekarang mereka lebih sering menggunakan pistol. Selain itu wanita lebih
sering memilih cara menyelamatkan dirinya sendiri ataudiselamatkan orang lain. Percobaan
bunuh diri 10 kali lebih sering, peracunan diri sendiri bertanggung jawab bagi 15% dari
pasien medis yang masuk rumah sakit dan pada pasien dibawah40 tahun menjadi penyebab
terbanyak. Masalah ini bersifat emosional, peracunan diri sendiri secara khusus cenderung
membangkitkan respon tak rasional dan agresif dari perawat dan dokter (Ingram, Timbury dan
Mowbray, 1993). Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam
keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif. Situasi gawat pada bunuh
diri adalah saat ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana yang spesifik untuk bunuh
diri.

1.2  Rumusan Masalah


1.      Apakah pengertian bunuh diri ?
2.      Bagaimana rentang respon resiko bunuh diri ?
3.      Apakah faktor predisposisi dan faktor presipasi bunuh diri ?
4.      Apa saja tanda dan gejala resiko bunuh diri ?
5.      Apa saja psikopatologi resiko bunuh diri ?
6.      Bagaimana diagnosa keperawatan dan diagnosa medis ?
7.      Bagaimana penatalaksanaan resiko bunuh diri ?

1.3  Tujuan
1.3.1        Tujuan Umum
Mengerti tentang asuhan keperawatan pada pasien resiko bunuh diri
1.3.2        Tujuan Khusus
1.      Mengetahui pengertian bunuh diri.
2.      Mengetahui rentang respon resiko bunuh diri.
3.      Mengetahui faktor predisposisi dan faktor presipasi bunuh diri.
4.      Mengetahui tanda dan gejala dengan resiko bunuh diri.
5.      Mengetahui psikopatologi resiko bunuh diri.
6.      Mengetahui diagnosa keperawatan dan medis klien resiko bunuh diri.
7.      Mengetahui penatalaksanaan resiko bunuh diri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya sendiri dan yang
dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan akibatnya, yang dilakukan dalam waktu
singkat. Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang penuh stress.
Perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang diantaranya :
1.      Resiko bunuh diri (Suicidal) ideation, pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide,
atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/tindakan, bahkan klien pada tahap ini
tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu
menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati.
2.      Resiko bunuh diri (Suicidal) intent, Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan
perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri.
3.      Resiko bunuh diri (Suicidal) threat, Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan
hasrat yang dalam  bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya.
4.      Resiko bunuh diri (Suicidal) gesture, Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang
diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah
pada percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada
umumnya tidak mematikan, misalnya meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh darah
pada lengannya. Hal ini terjadi karena individu memahami ambivalen antara mati dan hidup dan
tidak berencana untuk mati. Individu ini masih memiliki kemauan untuk hidup, ingin di
selamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik mental. Tahap ini sering di namakan
“Crying for help” sebab individu ini sedang berjuang dengan stress yang tidak mampu di
selesaikan.
5.      Resiko bunuh diri (Suicidal) attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai
indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat yang mematikan.
Walaupun demikian banyak individu masih mengalami ambivalen akan kehidupannya.
2.2 Rentang Respons
RENTANG RESPON RESIKO BUNUH DIRI

Rentang Respon Konsep Diri


Respon Adaptif
Respon Mal Adaptif

Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Keracunan Depersonaisasi


Diri Positif Rendah Identitas

(Skema I. Rentang Respon Konsep Diri Stuart & Sundeen, 1991)

Pengertian :
a.       Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata yang sukses dan diterima.
b.      Konsep diri : apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri.
c.       Harga diri rendah : transisi antara respon konsep diri adaptif dengan konsep diri mal adaptif.
d.      Keracunan identitas : kegagalan aspek individu mengintergrasikan aspek-aspek identitas masa
kanak-kanak ke dalam kematang aspek psikososial, kepribadian pada masa dewasa yang
harmonis.
e.       Depersonalisasi : perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan
dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain. (Kelliat,
1998).

Respon adaptif respon maladaptif


peningkatan pengambilan resiko perilaku pencederaan bunuh diri
diri yang meningkatkan destruktif-diri diri
pertumbuhan tidak langsung

2.3 Faktor predisposisi dan faktor presipasi bunuh diri


2.3.1 Faktor predisposisi bunuh diri
Stuart (2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang menunjang perilaku resiko bunuh
diri meliputi:
a.     Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat pasien berisiko untuk bunuh diri yaitu gangguan alam
perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia.
b.    Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan resiko bunuh diri adalah rasa
bermusuhan, impulsif, dan depresi.
c.    Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini, dan
berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
d.    Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko untuk perilaku
resiko bunuh diri
e.    Faktor biokimia
Proses yang dimediasi serotonin, opiat, dan dopamine dapat menimbulkan perilaku resiko bunuh
diri.

2.3.2 Faktor presipasi bunuh diri


Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh
individu. Pencetusnya seringkali berupa kejadian hidup yang memalukan. Faktor lain yang dapat
menjadi pencetus adalah melihat atau membaca media mengenai orang yang melakukan bunuh
diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi
sangat rentan.

2.4 Tanda dan Gejala (mayor dan minor)


Menurut Carpenito dan Keliat tanda dan gejalanya adalah:
a.       Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada
kanker.
b.      Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah
sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri.
c.       Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan
tidak tahu apa-apa.
d.      Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang lain,
lebih suka sendiri.
e.       Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih alternatif
tindakan.
f.       Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien
ingin mengakhiri kehidupan.

2.5 Psikopatologi
Etiologi ( siswanto, 2003) :
a.       Konflik
b.      Stress psikologik
c.       Hubungan antar manusia yang mengecewakan
d.      Ketidakseimbangan neurotransmiter
e.       Faktor genetik
f.       Virus influenza pada trimester ke-3
Skizofrenia

Gejala Positif Defusi


Gejala Negatif
Pikiran&
Persepsi pikiran pembicaraan kacau
untuk perilaku yang Perilaku katatonik

tidak biasa menonjol

Kurangnya dorongan Afek

Bicara senyum sendiri untuk beraktifitas datar

Tidak dapat membedakan Alogia

nyata & tidak nyata


Perasaan malu

terhadap diri sendiri


Halusinasi :
Dengar

Mengkritik diri

Resiko perilaku kekerasan


Harga diri
Penyebab I
rendah
 
 
 

Akibat Kurangnya ketrampilan preokupasi

berhubungan sosial dengan pikiran sendiri

Apatis Kurang spontan


(Akibat)

2.6  Diagnosa keperawatan dan Diagnosa Medis


Diagnosa Keperawatan Menarik diri
1.      Resiko bunuh diri
2.      Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3.      Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Diagnosa Medis
1.      Diagnosa medis resiko bunuh diri
Diagnosa medis gangguan jiwa yang beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif,
penyalahgunaan zat dan schizophrenia. Lebih dari 90% orang dewasa mengakhiri hidupnya
dengan bunuh diri mengalami gangguan jiwa.
2.      Depresi

2.7  Penatalaksanaan
2.7.1        Penatalaksanaan Medis
1.      Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi elektro konvulsi.
2.      Diberikan obat obat terutama anti depresan dan psikoterapi.
2.7.2        Penatalaksanaan Keperawatan
1.      Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta bantuan dari
keluarga atau teman.
2.      Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
a) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
b) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
c) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
d) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
e) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan
3.      Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
a)      Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
b)      Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara penyelesaian masalah
c)      Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik

2.8  Asuhan Keperawatan


A.    Pengkajian
1.      Pengkajian Faktor Resiko Perilaku bunuh Diri
a.       Jenis kelamin: resiko meningkat pada pria
b.      Usia: lebih tua, masalah semakin banyak
c.       Status perkawinan: menikah dapat menurunkan resiko, hidup sendiri merupakan masalah.
d.      Riwayat keluarga: meningkat apabila ada keluarga dengan percobaan bunuh diri /
penyalahgunaan zat.
e.       Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi): Kehilangan orang yang dicintai, pengangguran,
mendapat malu di lingkungan social.
f.       Faktor kepribadian: lebih sering pada kepribadian introvert/menutup diri.
g.      Lain – lain: Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih beresiko mengalami perilaku
bunuh diri.
2.      Data yang perlu dikaji
Data subjektif :
a)                  Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya.

b)            Mengungkapkatidak ada lagi yang peduli


c)            Mengungkapkan tidak bisa apa-apa

d)           Mengungkapkan dirinya tidak berguna

e)            Mengkritik diri sendiri

b.   Data objektif

a)            Merusak diri sendiri

b)            Merusak orang lain

c)            Menarik diri dari hubungan sosial

d)           Tampak mudah tersinggung

e)            Tidak mau makan dan tidak tidur

3.      Masalah keperawatan


a.       Resiko Perilaku bunuh diri
DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.
DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuhdiri.
b.      Koping maladaptive
DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.

B.     Diagnosa Medis dan Keperawatan


1)      Diagnosa Medis
Diagnosa medis yang beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif, penyalahgunaan
zat dan schizophrenia. Lebih dari90% orang dewasa mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri
mengalami gangguan jiwa.

2)      Diagnosa Keperawatan


a.       Resiko bunuh diri.
b.      Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
c.       Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
C.    Intervensi
Diagnosa 1 : Resiko bunuh diri
Tujuan umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
Tujuan khusus :
1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
a.       Perkenalkan diri dengan klien
b.      Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
c.       Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
d.      Bersifat hangat dan bersahabat.
e.       Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
2.      Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan :
a.       Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting, tali, kaca, dan
lain lain).
b.      Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
c.       Awasi klien secara ketat setiap saat.
3.      Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
a.       Dengarkan keluhan yang dirasakan.
b.      Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan keputusasaan.
c.       Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.
d.      Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan lain-lain.
e.       Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk hidup.
4.      Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
a.       Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
b.      Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
c.       Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan,
hal hal untuk diselesaikan).
5.      Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
a.       Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang mvenyenangkan setiap hari
(misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat dll.)
b.      Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya terhadap
kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan.
c.       Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu masalah dan
atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah
tersebut dengan koping yang efektif

Diagnosa 2 : Gangguan konsep diri: harga diri rendah


Tujuan umum : Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan khusus :
1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
a.       Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan
tujuan interaksi.
b.      Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c.       Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

2.      Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
a.       Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b.      Hindari penilaian negatif setiap pertemuan klien
c.       Utamakan pemberian pujian yang realitas
3.      Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga.
Tindakan:
a.       Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b.      Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4.      Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
b.Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5.      Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
a.       Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b.      Beri pujian atas keberhasilan klien
c.       Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6.      Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
a.       Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
b.      Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
c.       Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
d.      Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
Diagnosa 3 : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan umum :
a.       Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
a.       Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya
b.      Pasien mampu mengungkapkan perasaannya
c.       Pasien mampu meningkatkan harga dirinya
d.      Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik
Tindakan :
1.      Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
2.      Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :
a.       Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya
b.      Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang positif
c.       Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting
d.      Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
e.       Merencanakan yang dapat pasien lakukan
3.      Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :
a.       Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
b.      Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara penyelesian masalah
c.       Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik

D.    Implememtasi
Melakukan tindakan sesuai intervensi.
E.     Evaluasi
Mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan.
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Kesimpulan Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya
sendiri dan yang dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan akibatnya, yang
dilakukan dalam waktu singkat.

B.     SARAN
Tindakan bunuh diri adalah suatu tindakan yang bodoh karena tindakan ini bertentangan dengan
norma yang ada di masarakat serta  agama. Bunuh diri jangan dijadikan pilihan terahir dalam
pemecahan masalah karena masih banyak jalan yang bisa kita tempuh dalam memecahkan
masalah,  jika kita memiliki sebuah masalah dan kita tidak mampu untuk menyelesaikannya kita
bisa minta bantuan kepada sahabat atau orang-orang yang ada didekat kita

Anda mungkin juga menyukai