Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

MENINGOENCEPHALITIS DI RUANG PICU/NICU


RSUD dr. LOEKMONO HADI KUDUS

Disusun Oleh :
Nama : Dewi Laila Handayani
NIM : 62019040015

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2019/2020
A. PENGERTIAN

Meningitis adalah infeksi akut pada selaput meningen (selaput yang menutupi
otak dan medula spinalis) (Nelson, 2010). Encephalitis adalah infeksi virus pada otak
(Elizabeth, 2009). Meningoencephalitis adalah peradangan pada selaput meningen
dan jaringan otak.
B. ETIOLOGI
a. Infeksi virus:
Dari orang ke orang: morbili, gondong, rubella, kelompok enterovirus, kelompok
herpes, kelompok pox, influenza A dan B.
Lewat arthropoda: Eastern equine, Western equine, Dengue, Colorado tick fever.
b. Infeksi non virus:
- Ricketsia
- Mycoplasma pneumonia
- Bakterial: meningitis tuberkulosa dan bakterial sering mempunyai komponen
ensefalitis.
- Spirocheta: sifilis, leptospirosis.
- Cat-scratch fever.
- Jamur: kriptococus, histoplasmosis, aspergilosis, mukomikosis, kandidosis,
koksidiodomikosis.
- Protozoa: plasmodium, tripanosoma, toksoplasma.
- Metazoa: throchinosis, ekinokokosis, sistiserkosis, skistosomiasis.
c. Parainfeksi-postinfeksi,
- alergi:MMR, influenza, pertusis, ricketsia, influensa A, B, hepatitis.
- Pasca vaksinasi MMR, influensa, vaksinasi, pertusis, yellow fever, tifoid.
d. Human Slow Virus:
- PE
- Jackop-Creutzfeldt disease

C. MANIFESTASI KLINIS
a. Neonatus : menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah, diare,
tonus otot melemah, menangis lemah.
b. Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan sensori,
kejang, mudah terstimulasi, foto pobia, delirium, halusinasi, maniak, stupor,
koma, kaku kuduk, tanda kernig dan brudzinski positif, ptechial
Secara umum tanda dan gejala adalah sebagai berikut:
- Panas tinggi
- Kesadaran menurun
- Kejang fokal maupun umum
- Nyeri kepala
- Mual, muntah
- Mengigau dan berteriak teriak.

D. PATOFISIOLOGI
Pada umum virus masuk sistem limfatik, melalui penelanan enterovirus
pemasukan pada membran mukosa oleh campak, rubella, VVZ, atau HSV : atau
dengan penyebaran hematogen dari nyamuk atau gigitan serangga lain. Di tempat
tersebut mulai terjadi, multiplikasi dan masuk aliran darah menyebabkan infeksi
beberapa organ. Pada stadium ini (fase ekstraneural) ada sakit demam, sistemik, tapi
jika terjadi multiplikasi virus lebih lanjut pada organ yang ditempati, penyebaran
sekunder sejumlah virus dapat terjadi. Invasi SSS disertai dengan bukti klinis penyakit
neurologis, HSV -1 mungkin mencapai otak dengan penyebaran langsung sepanjang
akson saraf.
Kerusakan neurologis disebabkan oleh invasi langsung dan penghancuran
jaringan saraf oleh pembelahan virus secara aktif dan/atau oleh reaksi hospes terhadap
antigen virus, kebanyakan penghancuran saraf mungkin karena invasi virus secara
langsung, sedangkan respons jaringan hospes yang hebat mengakibatkan demielinasi
dan penghancuran vaskuler serta perivaskuler (Nelson, 2010)
E. PATHWAY
Penyebab (virus, toksik, racun)

Masuk melalui kulit, sel nafas, sel cerna

Infeksi yang menyebar Infeksi yang menyebar


melalui darah melalui system saraf

Peradangan susunan
saraf pusat Ggn Tumbang

Peningkatan TIK

Perubahan Ggn Disfungsi Nyeri kepala


perfusi pertukaran hipotalamus
jaringan gas Ggn rasa
Hipermetabolik nyaman nyeri

Mual muntah
Ggn Ggn perfusi
transmisi jaringan Ggn cairan Peningkatan
Impuls cerebral dan elektrolit suhu tubuh

Kejang

Kelemahan Ggn mobilitas


neurologis fisik

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan neurologis: gangguan kesadaran, hemiparesis, tonus otot meningkat,
spastisitas, terdapat refleks patologis, refleks fisiologis meningkat, klonus,
gangguan nervus kranialis (buta, tuli), ataksia.
2. Pemeriksaan laboratorium:
a. Pungsi lumbal:
- LCS jernih
- Reaksi pandy/nonne-apelt (+)/(-)
- Jumlah sel: 0 sampai beberapa ribu, sel polimorfonuklet.
- Protein: normal sampai sedikit naik.
- Gula: normal
- Kultur: 70%-80% (+), untuk virus 80% (+)
b. Darah:
- WBC normal/meninggi tergantung etiologi
- Hitung jenis: normal/dominasi sel polimorfonuklear.
- Kultur: 80-90% (+)
3. Pemeriksaan pelengkap:
a. CRP darah dan LCS
b. Serologi (Ig M. Ig G).
c. EEG: multifokal pseudokompleks.
d. CT Scan kepala: edema otak, tanpa bercak-bercak hipodens
tuberkulosis/tuberkel yang terfokus

G. PENATALAKSANAAN
a. Medis
- Perbaiki hemostasis: Infus D5-1/2 S atau D5-1/4S (tergantung umur), dan
pemberian oksigen.
- Deksamethason 0,5-1,0 mg/kgBB/hari, iv, dibagi 3 dosis.
- Manitol.
- Antibiotik
- Fisioterapi dan terapi bicara
b. Keperawatan
- Status klinis pasien dan tanda-tanda vital dikaji terus menerus sesuai
perubahan kesadaran yang dapat menimbulakn obstruksi jalan napas.
- Pantau tekanan arteri untuk mengkaji syok, yang mendahului gagal jantung
dan pernapasan. Catat adanya vasokontriksi, sianosis yang menyebar, dan
ekstremitas dingin. Demam yang tinggi diturunkan untuk menurunkan kerja
jantung dan kebutuhan oksigen otak
- Penggantian cairan intravena dapat diberikan, tetapi perawatan tidak
dilakukan untuk melebihi hidrasi pasien karena risiko edema sereberal.
- Berat badan, elektrolit serum, volume dan berat jenis urine, dan osmolalitas
urine dipantau secara ketat, dan khusunya bila dicurigai hormon sekresi
antidiuretik yng tidak tepat (ADH).
- Penatalaksanaan keperawatan berkelanjutan memerlukan pengkajian yang
terus menerus terhadap status klinis klien, pengkajian pada TTV (Tanda-
Tanda Vital), Perhatikan terhadap kebersihan kulit dan mulut, serta
peningkatan dan perlindungan selama kejang saat koma.

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Edema Perfusi
Pasien mengatakan nyeri berat serebral/penyumbatan jaringan
aliran darah
pada bagian kepala saat serebral
terbangun dari tidur, nyeri tidak efektif
seperti tertindih beban berat,
bagian kepala, dan terasa terus
menerus.
DO:
Pasien terlihat meringis
kesakitan menahan nyeri kepala.
Dari hasil pemeriksaan CT Scan
didapatkan edema serebri
2 DS: Proses infeksi Nyeri akut
Pasien mengatakan nyeri berat
pada bagian kepala saat
terbangun dari tidur, nyeri
seperti tertindih beban berat,
bagian kepala, dan terasa terus
menerus.
DO:
- Pasien terlihat meringis
kesakitan menahan nyeri kepala.
3 DS: Kelemahanan Gangguan
Pasien mengatakan tubuhnya neurologis mobilitas
terasa lemah fisik

DO:
- Keadaan umum lemah
ADL dibantu keluarga

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan edema serebral
b. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan neurologis

3. Nursing Care Planning

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Perfusi Setelah dilakukan tindakan Intrakranial Pressure
jaringan keperawatan selama 1x24 jam (ICP) Monitoring
(Monitor tekanan
serebral tidak diharapkan pasien mampu:
intrakranial)
efektif 1. mendemonstrasikan status
sirkulasi 1. Berikan informasi
berhubungan
2. mendemonstrasikan kepada keluarga
dengan edema 2. Monitor tekanan
kemampuan kognitif
serebral 3. menunjukkan fungsi sensori perfusi serebral
motori cranial yang utuh 3. Catat respon pasien
Indikator IR ER terhadap stimuli
4. Monitor tekanan
- Tekanan intrakranial pasien
systole dan
dan respon neurology
diastole
dalam terhadap aktivitas
rentang yang 5. Monitor jumlah
diharapkan drainage cairan
- Tidak ada serebrospinal
ortostatikhip 6. Monitor intake dan
ertensi output cairan
- Tidak ada 7. Kolaborasi pemberian
tanda tanda antibiotic
peningkatan 8. Posisikan pasien pada
tekanan
intrakranial posisi semifowler
- berkomunika 9. Minimalkan stimuli
si dengan dari lingkungan
jelas dan
sesuai Peripheral Sensation
dengan Management
kemampuan (Manajemen sensasi
- menunjukka perifer)
n perhatian,
konsentrasi 1. Monitor adanya
dan orientasi daerah tertentu yang
- memproses hanya peka terhadap
informasi
panas/dingin/tajam/tu
- membuat
keputusan mpul
dengan benar 2. Instruksikan keluarga
- tingkat untuk mengobservasi
kesadaran kulit jika ada lesi atau
membaik, laserasi
- tidak ada 3. Batasi gerakan pada
gerakan
gerakan kepala, leher dan
involunter punggung
4. Monitor kemampuan
BAB
5. Kolaborasi pemberian
analgetik
6. Monitor adanya
tromboplebitis
7. Diskusikan mengenai
penyebab perubahan
sensasi

2 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Pain Management


berhubungan keperawatan selama 1x24 jam 1. Lakukan pengkajian
dengan proses diharapkan nyeri teratasi nyeri secara
infeksi Indikator IR ER komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik,
- Melaporkan durasi, frekuensi,
adanya nyeri kualitas dan faktor
- Luas tubuh presipitasi
terpengaruhi 2. Observasi reaksi
- Frekuensi nonverbal dari
ketidaknyamanan
nyeri 3. Gunakan teknik
- Pernyataan komunikasi terapeutik
nyeri untuk mengetahui
pengalaman nyeri
- Ekspresi
pasien
nyeri pada 4. Kaji kultur yang
wajah mempengaruhi respon
nyeri
5. Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
6. Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lain tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
7. Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan
8. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
14. Tingkatkan istirahat
15. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
16. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Exercise therapy :


mobilitas fisik keperawatan selama 1x24 jam ambulation

berhubungan diharapkan mobilitas fisik 1. Monitoring vital sign


dengan dalam rentan normal. sebelm/sesudah
latihan dan lihat
kelemahan
Indikator IR ER respon pasien saat
neurologis latihan
- Keseimbangan
2. Konsultasikan
tubuh dengan terapi fisik
- Posisi tubuh tentang rencana
ambulasi sesuai
- Gerakan otot
dengan kebutuhan
- Gerakan sendi 3. Bantu klien untuk
- Kemampuan menggunakan
tongkat saat berjalan
berpindah
dan cegah terhadap
- Ambulasi: cedera
berjalan 4. Ajarkan pasien atau
tenaga kesehatan lain
tentang teknik
ambulasi
5. Kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
6. Latih pasien dalam
pemenuhan
kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai
kemampuan
7. Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
8. Berikan alat Bantu
jika klien
memerlukan.
9. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan
DAFTAR PUSTAKA

Baretto,et al. (2010). Indian Journal of Medical Sciences, Vol. 64. ‘Acute Perforated
Appendicitis: An Analysis Of Risk Factors To Guide Surgical Decision Making.
<http://content.ebscohost.com/pdf 1821/pdf/2010/IJM/01Feb10/4949718.pdf>

Chen,YG et al. (2011). BMC Gastroenterology vol 11 (35). ‘Perforated acute


appendicitis resulting from appendiceal villous adenoma presenting with small
bowel obstruction: a case report’ <http://www.biomedcentral.com/1471-
230X/11/35>

Corwin, Elizabeth. ( 2001). Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC

Guyton & Hall. (2006). Buku ajar fisiologi kedokteran, edisi: 9. Jakarta: EGC.

Bulchek, G. M., & dkk. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC). United
Kingdom: Elsevier.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). NANDA International Inc. Diagnosis


Keperawatan; Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Moorhead, S., & dkk. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC). United
Kingdom: Elsevier.

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapis

Santosa, Budi. 2007.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:


Prima Medika

Anda mungkin juga menyukai