Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN MENINGOENCEPHALITIS

DI RUANG NICU RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Stase Anak Profesi Ners

OLEH :
ESHAF CAESAR BOBBY
201920461011098

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
1. Definisi
Meningitis adalah infeksi akut pada selaput meningen (selaput yang
menutupi otak dan medula spinalis). Encephalitis adalah peradangan jaringan
otak yang dapat mengenai  selaput pembungkus otak dan medula spinalis.
Meningoencepalitis adalah peradangan pada selaput meningen dan jaringan
otak. Meningoencephalitis adalah suatu kondisi pembengkakan (inflamasi)
dari selaput otak (meningen) dan meliputi bagian jaringan syaraf otak

2. Etiologi
a. Infeksi virus:
Dari orang ke orang: morbili, gondong, rubella, kelompok enterovirus,
kelompok herpes, kelompok pox, influenza A dan B.
Lewat arthropoda: Eastern equine, Western equine, Dengue, Colorado tick
fever.
b. Infeksi non virus:
- Ricketsia
- Mycoplasma pneumonia
- Bakterial: meningitis tuberkulosa dan bakterial sering mempunyai
komponen ensefalitis.
- Spirocheta: sifilis, leptospirosis.
- Cat-scratch fever.
- Jamur: kriptococus, histoplasmosis, aspergilosis, mukomikosis,
kandidosis, koksidiodomikosis.
- Protozoa: plasmodium, tripanosoma, toksoplasma.
- Metazoa: throchinosis, ekinokokosis, sistiserkosis, skistosomiasis.
c. Parainfeksi-postinfeksi, alergi:
- MMR, influenza, pertusis, ricketsia, influensa A, B, hepatitis. 
- Pasca vaksinasi MMR, influensa, vaksinasi, pertusis, yellow fever, tifoid.
d. Human Slow Virus:
- PE
- Jackop-Creutzfeldt disease
3. Tanda dan Gejala
a. Neonatus : menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah,
diare, tonus otot melemah, menangis lemah.
b. Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan
sensori, kejang, mudah terstimulasi, foto pobia, delirium, halusinasi, maniak,
stupor, koma, kaku kuduk, tanda kernig dan brudzinski positif, ptechial
Secara umum tanda dan gejala adalah sebagai berikut:
- Panas tinggi
- Kesadaran menurun
- Kejang fokal maupun umun
- Nyeri kepala
- Mual, muntah
- Mengigau dan berteriak teriak.

4. Patofisiologi
Peradangan menyebabkan cairan cerebro spinal meningkat sehingga
terjadi obtruksi, selanjutnya terjadi hirocepalus dan peningkatan tekanan intra
kranial. Organisme masuk melalui sel darah merah  dapat melalui tarauma
penetrasi, prosedur pembedahan, atau kelainan sistem saraf pusat. Efek
patologis yang terjadi adalah hiperemia meningens, edema jaringan otak,
eksudasi.
Pathway
Penyebab (virus, toksik, racun)

Masuk melalui kulit, sel nafas, sel cerna

Infeksi yang menyebar Infeksi yang menyebar


melalui darah melalui system saraf

Peradangan susunan
saraf pusat Ggn Tumbang

Peningkatan TIK

Perubahan Ggn Disfungsi Nyeri kepala


perfusi pertukaran hipotalamus
jaringan gas Ggn rasa
Hipermetabolik nyaman nyeri

Mual muntah
Ggn Ggn perfusi
transmisi jaringan Ggn cairan Peningkatan
Impuls cerebral dan elektrolit suhu tubuh

Kejang

Kelemahan Ggn mobilitas


neurologis fisik
5. Pemeriksaan Fisik
- Kepala dan leher : Ubun-ubun  besar dan menonjol, strabismus dan
nistagmus (gerakan bola mata capat tanpa disengaja, diluar kemauan),
pada wajah ptiachiae, lesi purpura, bibir kering,sianosis serta kaku kuduk.
- Thorak / dada : Bentuk simetris, pernafasan tachipnea, bila koma
pernafasan cheyne stokes, adanya tarikan otot-otot pernafasan, jantung S1-
S2.
- Abdomen : Turgor kulit menurun, peristaltik usus menurun.
- Ekstremitas : pada kulit ptiachiae, lesi purpura dan ekimosis, reflek
Bruzinsky dan tanda Kernig positif, tanda hemiparesis.
- Genetalia : Inkontinensia uria pada stadium lanjut.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan neurologis: gangguan kesadaran, hemiparesis, tonus otot
meningkat, spastisitas, terdapat refleks patologis, refleks fisiologis
meningkat, klonus, gangguan nervus kranialis (buta, tuli), ataksia.
b.  Pemeriksaan laboratorium:
a)     Pungsi lumbal:

1)     LCS jernih

2)     Reaksi pandy/nonne-apelt (+)/(-)

3)     Jumlah sel: 0 sampai beberapa ribu, sel polimorfonuklet.

4)     Protein: normal sampai sedikit naik.

5)     Gula: normal

6)     Kultur: 70%-80% (+), untuk virus 80% (+)

b)     Darah:

1)     WBC normal/meninggi tergantung etiologi

2)     Hitung jenis: normal/dominasi sel polimorfonuklear.

3)     Kultur: 80-90% (+)

c. Pemeriksaan pelengkap:
a)     CRP darah dan LCS

b)     Serologi (Ig M. Ig G).

c)     EEG: multifokal pseudokompleks.

d)     CT Scan kepala: edema otak, tanpa bercak-bercak hipodens


tuberkulosis/tuberkel yang terfokus.

7. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan


A. Medis
- Perbaiki hemostasis: Infus D5-1/2 S atau D5-1/4S (tergantung umur),
dan pemberian oksigen.
- Deksamethason 0,5-1,0 mg/kgBB/hari, iv, dibagi 3 dosis.
- Manitol.
- Antibiotik
- Fisioterapi dan terapi bicara
B. Keperawatan
- Status klinis pasien dan tanda-tanda vital dikaji terus menerus sesuai
perubahan kesadaran yang dapat menimbulakn obstruksi jalan napas.
- Pantau tekanan arteri untuk mengkaji syok, yang mendahului gagal
jantung dan pernapasan. Catat adanya vasokontriksi, sianosis yang
menyebar, dan ekstremitas dingin. Demam yang tinggi diturunkan
untuk menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen otak
- Penggantian cairan intravena dapat diberikan, tetapi perawatan tidak
dilakukan untuk melebihi hidrasi pasien karena risiko edema
sereberal.
- Berat badan, elektrolit serum, volume dan berat jenis urine, dan
osmolalitas urine dipantau secara ketat, dan khusunya bila dicurigai
hormon sekresi antidiuretik yng tidak tepat (ADH).
- Penatalaksanaan keperawatan berkelanjutan memerlukan pengkajian
yang terus menerus terhadap status klinis klien, pengkajian pada TTV
(Tanda-Tanda Vital), Perhatikan terhadap kebersihan kulit dan mulut,
serta peningkatan dan perlindungan selama kejang saat koma.

8. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: px mengalami muntah sejak 1 Ketidakmampuan Resiko
hari MRS, muntah terjadi setelah mengabsorbsi defisit
nutrien
makan dan minum nutrisi
DO:

2 DS: Proses infeksi Nyeri akut


Pasien mengatakan nyeri berat pada
bagian kepala saat
terbangun dari tidur, nyeri seperti
tertindih beban berat, bagian kepala,
dan terasa terus menerus.
DO:
        Pasien terlihat meringis kesakitan
menahan nyeri kepala.
3 DS: infeksi hipertermi

DO:
        demam tinggi diatas nilai normal
38,2 derajat celcius

9. Diagnosa Keperawatan
a. resiko defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
b. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi
c. hipertermi berhubungan dengan infeksi
10. Nursing Care Planning

No SDKI SLKI SIKI


1 Risiko defisit Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi
nutrisi d.d keperawatan selama 1x24 jam (1.03111)

ketidakmampu maka status nutrisi membaik Observasi :


an dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi status
mengabsorbsi Berat badan membaik nutrisi
nutrien Imt membaik 2. Identifikasi adanya
penggunaan selang
Nafsu makan membaik
nasogatik
Membrane mukosa membaik 3. Monitor berat
badan

Terapeutik

1. Lakukan oral
hygnie sebelum
makan, jika perlu

Edukasi

1. ajarkan diet yang


di programkan

Kolaborasi

1. kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(Mis, Pereda nyeri), jika
perlu

2. kolaborasi dengan ahli


gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrient
yang dibutuhkan, jika
perlu

2  Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian


berhubungan keperawatan selama 1x24 jam nyeri secara
komprehensif termasuk
dengan proses maka tingkat nyeri menurun :
infeksi 1. Kemampuan lokasi, karakteristik,
menuntaskan durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor
aktivitas (5)
presipitasi
2. Keluhan nyeri (5) 2. Observasi reaksi
3. Meringis (5) nonverbal dari
ketidaknyamanan
4. Gelisah (5)
3.  Gunakan teknik
5. Frekuensi nadi (5) komunikasi terapeutik
6. Tekanan darah (5) untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
7. Nafsu makan (5)
4.  Kaji kultur yang
8. Proses berpikir (5) mempengaruhi respon
nyeri
5. Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
6. Evaluasi bersama pasien
dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
7. Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan
8. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
9. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
13. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
14. Tingkatkan istirahat
15. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
16. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

3 Hipertermia Setelah dilakukan intervensi Manajemen


b/d infeksi keperawatan 1x24 jam maka Hiperterimia

termoregulasi membaik Observasi


dengan kriteria hasil : 1. identifikasi penyebab

1. Menggigil menurun hipertermia (penggunaan

2. Akrosianosis menurun incubator)

3. Suhu tubuh menurun 2. monitor suhu tubuh


4. Suhu kulit menurun
5. Frekuensinadi menurun 3. monitor kadar elektralit

4. monitor haluaran urine

5. monitor komplikasi
akibat hipertermia

Terapeutik

1. Sediakan lingkungan
yang dingin (atur suhu
ruangan, inkubator)

2. Ganti pakaian dan/ atau


linen yang basah

3. basahi dan kipasi


permukaaan tubuh

4. berikan cairan oral

5.lakukan pendinginan
eksternal

6. hindari pemberian
antipiretik atau aspirin

7. berikan oksigen jika


perlu

Edukasi

1. anjurkan tirah baring

Kolaborasi

1. pemberian cairan dan


elektrolit intravena, jika
perlu
JURNAL PENDUKUNG COMBINATION OF COLD PACK, WATER SPRAY, AND
FAN COOLING ON BODY TEMPERATURE REDUCTION AND LEVEL OF SUCCESS
TO REACH NORMAL TEMPERATURE IN CRITICALLY ILL PATIENTS WITH
HYPERTHERMIA

No Judul/Penulis/Jurna Desain dan Tujuan Hasil Kesimpulan


l Sampel Penelitian
1 COMBINATION ini adalah uji
OF COLD PACK, Untuk Temuan Kesimpulannya,
coba kontrol
WATER SPRAY,
AND FAN acak (RCT) menguji menunjukkan ada pengaruh
COOLING ON
dengan pengaruh bahwa rata- yang signifikan
BODY
TEMPERATURE desain
REDUCTION AND kombinasi rata suhu dari kombinasi
kelompok
LEVEL OF
SUCCESS TO kontrol cold pack, tubuh pada paket dingin,
REACH NORMAL
pretest water spray, kelompok semprotan air,
TEMPERATURE
IN CRITICALLY postest dan
ILL PATIENTS dan fan eksperimen dan kipas
pengukuran
WITH
HYPERTHERMIA berulang, cooling dalam pretest pendingin pada
Nur Eka Dzulfaijah,
dilakukan pada adalah pengurangan
Mardiyono,
Sarkum, Djenta pada
penurunan 38,762oC dan suhu tubuh dan
Saha Postgraduate
Desember
Nursing Program,
suhu tubuh turun menjadi tingkat
Semarang Health 2016 -
Polytechnic,
Januari 2017. dan tingkat 37,3oC keberhasilan
Central Java,
Indonesia Ada 32 keberhasilan setelah untuk mencapai
responden
untuk diberikan suhu normal
yang dipilih
menggunakan mencapai intervensi pada pasien
total suhu normal selama 60 yang sakit kritis
sampling,
pada pasien menit. dengan
dengan 16
responden yang sakit Perbedaan hipertermia.
secara acak
hipertermia rata-rata suhu Kombinasi ini
ditugaskan
dalam tubuh adalah lebih efektif
kelompok 1,4625, daripada
eksperimen
dengan nilai p kompres air
dan kontrol.
Termometer 0,000 (<0,05). putih saja.
digital Pada Dengan
digunakan
kelompok demikian,
untuk
mengukur kontrol, rata- intervensi ini

hipertermia. rata suhu diharapkan


Uji t
tubuh pada menjadi bahan
berpasangan,
pretest adalah input dalam
Anova
Berulang 38.669oC dan asuhan
dengan post turun menjadi keperawatan,
hoc, dan
38.188oC dan dapat
Mann
Whitney yang berkontribusi
digunakan diberikan pada
untuk analisis
intervensi pengembangan
data
selama 60 teori

menit. keperawatan

Perbedaan dalam

rata-rata suhu manajemen

tubuh adalah hipertermia

0,4812, dengan
dengan nilai-p memasukkan

0,000 (<0,05). paket dingin,

semprotan air

dan intervensi

kipas pendingin

dalam

penerapan

Klasifikasi

Intervensi

Keperawatan

(NIC)
DAFTAR PUSTAKA

http://herodessolutiontheogeu.blogspot.co.id/2010/11/askep-
meningoensefalitis.html
http://nazwa-cyber.blogspot.co.id/2010/10/asuhan-keperawatan-
meningoencephalitis.html#.Wnhvb7yWZH2
http://nikobilly.blogspot.co.id/2013/11/lp-meningoencephalitis.html
http://nonamenino.blogspot.co.id/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-ny-
dengan.html
Alimul, Hidayat A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba
medika.
Ngastiah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.
Suriadi, dan Rita Y. 2001.Asuhan Keperawatan Pada Anak . Edisi I. Fajar Inter
Pratama. Jakarta.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1 (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai