Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

INFLUENZA

Oleh :
I Made Yogi Suara

PROGRAM JURUSAN KEPERAWATAN

SMK GANDHI USADA BALI TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Pengertian

Influenza atau yang lebih dikenal dengan sebutan flu, merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh virus RNA dari familia Orthomyxoviridae (virus influenza), yang menyerang
unggas dan mamalia. Gejala yang paling umum dari penyakit ini adalah menggigil, demam, nyeri
tenggorokan, nyeri otot, nyeri kepala berat, batuk, kelemahan, dan rasa tidak nyaman secara umum.

1.2 Jenis- jenis virus infuenza

Influenza dapat dibedakan menjadi tiga,yakni:


1.2.1 Influenza tipe-A

Virus tipe A merupakan patogen manusia paling virulen di antara ketiga tipe influenza dan
menimbulkan penyakit yang paling berat. Virus influenza A dapat dibagi lagi menjadi subdivisi
berupa struktur kimis yang berbeda berdasarkan tanggapan antibodi terhadap virus ini.

virus dapat ditularkan pada spesies lain dan dapat menimbulkan wabah yang berdampak besar
pada peternakan unggas domestik atau menimbulkan suatu pandemi influenza manusia

1.2.2 Influenza tipe-B

influenza B hampir secara ekslusif hanya menyerang manusia dan lebih jarang dibandingkan
dengan influenza A. Jenis influenza ini mengalami mutasi yang lebih lambat dibandingkan tipe
A, oleh karenanya keragaman genetiknya lebih sedikit, hanya terdapat stu struktur kimia
influenza B. Karena tidak terdapat keragaman antigenik, beberapa tingkat kekebalan terhadap
influenza B biasanya diperoleh pada usia muda. Namun, mutasi yang terjadi pada influenza B
cukup untuk membuat kekebalan permanen menjadi tidak mungkin.

1.2.3 Influenza tipe-C

Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza C, yang menginfeksi manusia, anjing, dan
babi, kadangkala menimbulkan penyakit yang berat dan epidemi lokal. Namun, influenza C
lebih jarang terjadi dibandingkan dengan jenis lain dan biasanya hanya menimbulkan penyakit
ringan pada anak-anak.

1.3 Etiologi

Penyebab dari influenza adalah virus influenza. Ada tiga tipe yakni tipe A, B dan C. Tipe A
merupakan virus penyebab influenza yang bersifat epidemik. Tipe B biasanya hanya menyebabkan
penyakit yang lebih ringan daripada tipe A dan kadang-kadang saja sampai mengakibatkan
epidemik. Tipe C adalah tipe yang diragukan patogenesisnya untuk manusia, mungkin hanya
menyebabkan gangguan ringan saja. Virus penyebab influenza merupakan suatu orthomyxovirus
golongan RNA. Struktur antigenik virus influenza meliputi antara lain 3 bagian utama yaitu :
Antigen S (soluble Antigen), hemaglutinin dan Neuramidase. Antigen S merupakan suatu inti
partikel virus yang terdiri atas ribonuldeoprotein. Antigen ini spesifik untuk masing-masing tipe.
Hemaglutinin dan neuramidase berbentuk seperti duri dan tampak menonjol pada permukaan virus.
Hemaglutinin diperlukan untuk lekatnya virus pada membran sel penjamu sedangkan neuromidase
diperlukan untuk pelepasan virus dari sel yang terinfeksi.

1.4 Manifestasi Klinis

Pada umumnya pasien mengeluh demam, sakit kepala, sakit otot, batu, pilek dan kadang-
kadang sakit pada waktui menelan dan suara serak. Gejala-gejala ini dapat didahului oleh peraasaan
malas dan rasa dingin.

Manifestasi klinis penyakit influenza sangat beragam, mulai dari gejala yang ringan sampai
dengan gagal nafas. Pada pasien yang menderita penyakit kronis, influenza dapat berlangsung lebih
lama, berlanjut pada komplikasi (terutama infeksi dan peradangan saluran nafas bagian bawah, sep-
erti pneumonia), dan bahkan berakibat fatal. Manifestasi serius penyakit influenza juga sering terjadi
pada anak-anak berusia kurang dari 6 bulan dan lanjut usia (lansia), wanita hamil, dan penderita
imunosupresi

1.5 Patofisiologi

Virus influenza A, B dan C masing-masing dengan banyak sifat mutagenik yang mana virus
tersebut dihirup lewat droplet mukus yang teraerolisis dari orang-orang yang terinfeksi. Virus ini
menumpuk dan menembus permukaan mukosa sel pada saluran napas bagian atas, menghasilkan sel
lisis dan kerusakan epithelium silia. Neuramidase mengurangi sifat kental mukosa sehingga
memudahkan penyebaran eksudat yang mengandung virus pada saluran napas bagian bawah. Di
suatu peradangan dan nekrosis bronchiolar dan epithelium alveolar mengisi alveoli dan exudat yang
berisi leukosit, erithrosit dan membran hyaline. Hal ini sulit untuk mengontrol influenza sebab
permukaan sel antigen virus memiliki kemampuan untuk berubah. Imunitas terhadap virus influenza
A dimediasi oleh tipe spesifik immunoglobin A (lg A) dalam sekresi nasal. Sirkulasi lg G juga secara
efektif untuk menetralkan virus. Stimulus lg G adalah dasar imunisasi dengan vaksin influenza A
yang tidak aktif.

Setelah nekrosis dan desquamasi terjadi regenerasi epithelium secara perlahan mulai setelah
sakit hari kelima. Regenerasi mencapai suatu maximum kedalam 9 sampai 15 hari, pada saat
produksi mukus dan celia mulai tamapk. Sebelum regenerasi lengkap epithelium cenderung terhadap
invasi bakterial sekunder yang berakibat pada pneumonia bakterial yang disebabkan oleh
staphiloccocus Aureus.

Penyakit pada umumnya sembuh sendiri. Gejala akut biasanya 2 sampai 7 hari diikuti oleh periode
penyembuhan kira-kira seminggu. Penyakit ini penting karena sifatnya epidemik dan pandemik dan
karena angka kematian tinggi bersama sekunder. Resiko tinggi pada orang tua dan orang yang
berpenyakit kronik.
1.6 Pathway
1.7 Penatalaksanaan Medik

Penatalaksanaan untuk sebagian besar pasien dengan infeksi influenza adalah pengobatan su-
portif dengan istirahat, paracetamol dan hidrasi cukup. Penatalaksanaan influenza mencakup
pengenalan dini komplikasi seperti pneumonia dan pengobatan yang tepat. Obat antivirus tertentu
tersedia influenza namun memberikan sedikit pengurangan gejala atau durasi penyakit.

Penanganan Pertama :
 Banyak beristirahat dan hindari kontak dengan orang lain
 Cukupi kebutuhan cairan dengan banyak minum
 Konsumsi paracetamol atau ibuprofen untuk mengurangi gejala sistemik

Rawat Jalan :
Pemberian obat antivirus (oseltamivir oral atau zanamivir inhalasi) dapat dilakukan dalam
skema rawat jalan apabila seluruh kriteria berikut terpenuhi:

 Pasien termasuk dalam kategori kelompok berisiko yang memiliki prognosis lebih buruk
dibanding orang sehat yang terinfeksi influenza
 Terdapat pemberitahuan petugas kesehatan atau pemerintah bahwa sedang ada wabah influ-
enza
 Pasien dapat memulai terapi dalam kurun waktu 48 jam sejak awitan gejala (pemberian obat
setelah 48 jam hanya boleh dipertimbangkan pada kondisi terbatas oleh spesialis penyakit
infeksi).
Pertimbangkan pemberian oseltamivir oral walaupun pasien bukan kelompok berisiko namun
secara klinis berpotensi mengalami komplikasi serius dari influenza. Lakukan evaluasi pengobatan
setelah satu minggu untuk memastikan perbaikan gejala dan menyingkirkan adanya komplikasi
sekunder

Anda mungkin juga menyukai