PASIEN ASMA
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan
spora jamur. asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik
terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang
disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya
infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik
dan non-alergik.
2. ETIOLOGI ASMA
Menurut Muttaqin (2008), faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan asma
meliputi :genetik, allergen, infeksi saluran pernapasan, tekanan jiwa, olahraga atau kegiatan
berlebih, obat-obatan, iritan, lingkungan kerja.Ada beberapa hal yang merupakan faktor
predisposisi dan presipitasitimbulnya serangan asma bronchial, diantaranya:
1. Faktor predisposisi
Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana
cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluarga dekat juga menderita penyakit alergi.Karena adanya bakat alergi ini, penderita
sangat mudah terkena penyakit asmabronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus.Selain
itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
o Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
Ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
Ex: makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
Ex: perhiasan, logam dan jam tangan
o Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.Atmosfir
yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-
kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
o Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus
segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya.Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala
asmanya belum bisa diobati.
o Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan
dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja dilaboratorium hewan, industri
tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
o Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani
atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.Serangan
asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
4. PATOFISIOLOGI ASMA
Menurut Firshein (2006), ketika proses bernapas mengalami gangguan selama asma
seringkali diawali dengan faktor pemicu, seperti allergen, ketika hal tersebut terjadi maka
tubuh akan merespon dengan suatu reaksi sel peradangan yang kuat untuk melawan. Sel-sel
tersebut seperti eosinofil, sel mast, getah bening, basofil, neutrofil, dan makrofag, sel-sel ini
memberikan respon dengan mengeluarkan sejumlah zat kimia seperti protein-protein dan
peroksida beracun yang dimaksudkan meyerang faktor pemicu, namun juga merusak
beberapa jaringan yangmelapisi paru. Lama kelamaan serangan asma seringan sekalipun
terbukti mampu menjadi penyebab atau menjadi rentan terhadap rangsangan. Sebagai respon
kejadian tersebut, jaringan yang melapisi jalan pernapasan menjadi bengkak dan udara tidak
dapat lagi bergerak cepat, produksi mukus meningkat untuk melindungi jaringan yang rusak,
akan tetapi akan menutupu jalan napas, dan mengurangi kemampuan paru menyerap oksigen.
Saraf simpatis yang terdapat di bronkus, ketika terganggu atau terangsang maka terjadi
bronkokontriksi yang menyebabkan sulit bernapas, hasilnya adalah gejala khas dari asma,
yaitu mengi, napas yang pendek, batuk, berdahak, dan dada terasa sesak.
5. STADIUM ASMA
a. Stadium I : Waktu terjadinya edema dinding bronchus, batuk paroksimal karena iritasi
dan batuk kering, sputum yang kental dan mengumpul merupakan benda asing yang
merangsang batuk .
b. Stadium II :Sekresi bronchus bertambah batuk dengan dahak jernih dan berbusa pada
stadium ini. Mulai terasa sesak nafas berusaha bernafas lebih dalam, ekspirasi memanjang
dan ada whezing , otot nafas tambah turun bekerja terdapat retraksi supra sternal
epigastrium.
c. Stadium III :Obstruksi / spasme bronchus lebih berat. Aliran darah sangat sedikit
sehingga suara nafas hampir tigdak terdengar, stadium ini sangat berbahaya karena : sering
disangka ada perbaikan pernafasan dangkal tidak teratur dan frekuensi nafas menjadi
tinggi
6. PEMERIKSAAN LABORATORIUM ASMA
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
o Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil.\
o Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
o Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
o Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan
viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
b. Pemeriksaan darah
o Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, atau asidosis.
o Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
o Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeksi.
o Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu
serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
8. KOMPLIKASI ASMA
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
o Status asmatikus
o Atelektasis
o Hipoksemia
o Pneumothoraks
o Emfisema
o Deformitas thoraks
o Gagal nafas
9. PENATALAKSANAAN ASMA
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penjelasan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit
asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita
mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau
perawat yang merawatnnya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
a. Pengobatan non farmakologik:
Memberikan penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pemberian cairan
Fisiotherapy
Beri O2 bila perlu.
b. Pengobatan farmakologik :
Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan.
1. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
Orsiprenalin (Alupent)
Fenoterol (berotec)
Terbutalin (bricasma)
2. Santin (teofilin)
Nama obat :
Aminofilin (Amicam supp)
Aminofilin (Euphilin Retard)
Teofilin (Amilex)
Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma.
Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak.
Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan
dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara
oral.
Pada fase pertama, perawat mendapat data awal tentang keluarga yang akan di kunjungi dari
medical record RS/Puskesmas. Perawat mempelajari data awal, selanjutnya membuat
rancangan program (pre planning ) untuk kunjungan yang akan dilakukan. Kontrak waktu
kunjungan perlu dilakukan pada fase ini
2. FASE INISIASI/PERKENALAN
Selama fase ini perawat dan keluarga berusaha untuk saling mengenal dan bagaimana
keluarga menanggapi suatu masalah kesehatan
3. FASE IMPLEMENTASI
Pada fase ini, perawat melakukan pengkajian (pengumpulan data dan perumusan masalah );
perencanaan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi keluarga
Tindakan keperawatan yang diberikan pada klien harus tetap memperhatikan 3 prinsip
askep, yaitu :
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Skala Prioritas Asma
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asma sehubungan dengan kurangnya informasi
masalah pengertian, penyebab, tanda dan gejala asma.
b. Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat untuk melakukan
perawatan dan tindakan yang tepat berhubungan dengan dampak penyakit asma yang tidak
diatasi.
c. Ketidakmampuan keluarga dalam melakukan perawatan klien dengan asma, berhubungan
dengan ketidaktahuan keluarga tentang cara perawatan penyakit asma.
d. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan pada
anggota keluarga yang menderita penyakit asma berhubungan dengan ketidak tahuan
keluaraga tentang pengaruh lingkungan terhadap peningkatan kesehatan pada klien.
e. Ketidakmampuan keluarga mengenal resiko tinggi terjadinya serangan ulang karena tidak
tahu faktor pencetus asma.
f. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat tentang cara
pencegahan serangan asma.
Pada fase ini, perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan berdasarkan pada pencapaian
tujuan yang ditetapkan bersama keluarga
Menyusun rencana tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang sedang di tangani dan
masalah kesehatan yang mungkin akan dialami keluarga
Penting dilakukan di fase terminasi : Tinggalkan nama dan alamat perawat dengan nomor
telepon
Sebagai fase terakhir hendaknya perawat membuat dokumentasi lengkap tentang hasil
kunjungan untuk disimpan di pelayanan kesehatan, tempat perawat bertugas.
DAFTAR PUSTAKA