Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN HOME CARE PADA

PASIEN ASMA

A. KONSEP DASAR HOME CARE


1. DEFINISI HOME CARE
Home Care (HC) menurut Habbs dan Perrin, 1985 adalah merupakan layanan
kesehatan yang dilakukan di rumah pasien. Perawatan di rumah (Home Care ) merupakan
salah satu jenis pelayanan kesehatan yang berbasis pada komunitas dan berfokus pada pemberian
pelayanan kesehatan untuk klien yang dilakukan di dalam lingkungan tempat tinggal mereka
(Miller, 2004; Stanley, dkk., 2005).

Menurut Depkes RI (2002) mendefinisikan bahwa home care adalah pelayanan


kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu, keluarga,
ditempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan,
memulihkan kesehatan/memaksimalkan kemandirian dan meminimalkan kecacatan akibat
dari penyakit. Layanan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien/keluarga yang
direncanakan, dikoordinir,oleh pemberi layanan melalui staff yang diatur berdasarkan
perjanjian bersama.
2. TUJUAN HOME CARE
Pelayanan profesional kepada klien dan keluarga di tempat tinggalnya, ditujukan untuk :
memelihara kesehatan; pendidikan; pencegahan penyakit; diagnosa dan pengobatan
penyakit; dan rehabilitasi. Bentuk pelayanan yang paling umum antara lain pelayanan
keperawatan; medis dan kerja sosial; terapi fisik; okupasi; wicara; pernapasan; terapi gizi;
dan pelayanan medis (Lueckenotte, 2000; Stanley, dkk., 2005 & Miller, 2004).
Smith (1995), mengidentifikasi pelayanan home care memiliki lima tujuan dasar, yaitu :
1. Meningkatkan “support system” keluarga dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.
2. Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga dengan
masalah kesehatan dan kecacatan.
3. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang normal dari seluruh anggota
keluarga, memberikan pendidikan kesehatan tentang pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit
4. Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatanan antar keluarga
5. Meningkatkan kesehatan lingkungan.
3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HOME CARE
1. Kesiapan tenaga dan partisipasi masyarakat
2. Upaya promotif atau preventif
3. SDM perawat
4. Kebutuhan pasien
5. Kependudukan
6. Dana

4. MANFAAT HOME CARE


1. Bagi Klien dan Keluarga :
a. Program Home Care (HC) dapat membantu meringankan biaya rawat inap yang makin
mahal,karena dapat mengurangi biaya akomodasi pasien, transportasi dan konsumsi
keluarga
b. Mempererat ikatan keluarga, karena dapat selalu berdekatan pada saat anggoa keluarga
ada yangsakit
c. Merasa lebih nyaman karena berada dirumah sendiri
d. Makin banyaknya wanita yang bekerja diluar rumah, sehingga tugas merawat orang
sakit yangbiasanya dilakukan ibu terhambat oleh karena itu kehadiran perawat untuk
menggantikannya
2. Bagi Perawat :
a. Memberikan variasi lingkungan kerja, sehingga tidak jenuh dengan lingkungan yang
tetap sama
b. Dapat mengenal klien dan lingkungannya dengan baik, sehingga pendidikan kesehatan
yangdiberikan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah klien, dengan begitu kepuasan
kerja perawatakan meningkat.
3. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan:
a. Membuat instansi pelayanan kesehatan tersebut menjadi lebih terkenal dengan adanya
pelayanan home care yang dilakukannya.
b. Untuk mengevaluasi dari segi pelayanan yang telah dilakukan
5. PERAN DAN FUNGI PERAWAT HOME CARE
1. Manajer kasus : mengelola dan mengkolaborasikan pelayanan, dengan fungsi :
a. Mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarga
b. Menyusun rencana pelayanan
c. Mengkoordinir akifitas tim
d. Memantau kualitas pelayanan
2. Pelaksana : memberi pelayanan langsung dan mengevaluasi pelayanan dengan fungsi:
a. Melakukan pengkajian komprehensif
b. Menyusun rencana keperawatan
c. Melakukan tindakan keperawatan
d. Melakukan observasi terhadap kondisi pasien
e. Membantu pasien dalam mengembangkan perilaku koping yang efektif
f. Melibatkan keluarga dalam pelayanan
g. Membimbing semua anggota keluarga dalam pemeliharaan kesehatan
h. Melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan
i. Mendikumentasikan asuhan keperawatan.
B. KONSEP DASAR PENYAKIT ASMA
1. DEFINISI ASMA
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial yang mempunyai ciri
bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran napas) terutama pada percabangan
trakeobronkhial yang dapat di akibatkan oleh berbagai stimulus seperti oleh faktor
biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi (Somantri, 2009).
Menurut Davey (2008), asma merupakan keadaan inflamasi kronis yang menyebabkan
obstruksi saluran pernapasan reversible dan gejala berupa batuk, mengi atau wheezing, dada
terasa terikat dan sesak napas.

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :

1. Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan
spora jamur. asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik
terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang
disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.

2. Intrinsik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya
infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.

3. asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik
dan non-alergik.

2. ETIOLOGI ASMA
Menurut Muttaqin (2008), faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan asma
meliputi :genetik, allergen, infeksi saluran pernapasan, tekanan jiwa, olahraga atau kegiatan
berlebih, obat-obatan, iritan, lingkungan kerja.Ada beberapa hal yang merupakan faktor
predisposisi dan presipitasitimbulnya serangan asma bronchial, diantaranya:
1. Faktor predisposisi
Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana
cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluarga dekat juga menderita penyakit alergi.Karena adanya bakat alergi ini, penderita
sangat mudah terkena penyakit asmabronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus.Selain
itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
o Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
Ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
Ex: makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
Ex: perhiasan, logam dan jam tangan
o Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.Atmosfir
yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-
kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
o Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus
segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya.Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala
asmanya belum bisa diobati.
o Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan
dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja dilaboratorium hewan, industri
tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
o Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani
atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.Serangan
asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

3. MANIFESTASI KLINIS ASMA


Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,
tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan
menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan
pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu
dijumpai bersamaan. Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin
banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi
dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.

4. PATOFISIOLOGI ASMA
Menurut Firshein (2006), ketika proses bernapas mengalami gangguan selama asma
seringkali diawali dengan faktor pemicu, seperti allergen, ketika hal tersebut terjadi maka
tubuh akan merespon dengan suatu reaksi sel peradangan yang kuat untuk melawan. Sel-sel
tersebut seperti eosinofil, sel mast, getah bening, basofil, neutrofil, dan makrofag, sel-sel ini
memberikan respon dengan mengeluarkan sejumlah zat kimia seperti protein-protein dan
peroksida beracun yang dimaksudkan meyerang faktor pemicu, namun juga merusak
beberapa jaringan yangmelapisi paru. Lama kelamaan serangan asma seringan sekalipun
terbukti mampu menjadi penyebab atau menjadi rentan terhadap rangsangan. Sebagai respon
kejadian tersebut, jaringan yang melapisi jalan pernapasan menjadi bengkak dan udara tidak
dapat lagi bergerak cepat, produksi mukus meningkat untuk melindungi jaringan yang rusak,
akan tetapi akan menutupu jalan napas, dan mengurangi kemampuan paru menyerap oksigen.
Saraf simpatis yang terdapat di bronkus, ketika terganggu atau terangsang maka terjadi
bronkokontriksi yang menyebabkan sulit bernapas, hasilnya adalah gejala khas dari asma,
yaitu mengi, napas yang pendek, batuk, berdahak, dan dada terasa sesak.
5. STADIUM ASMA
a. Stadium I : Waktu terjadinya edema dinding bronchus, batuk paroksimal karena iritasi
dan batuk kering, sputum yang kental dan mengumpul merupakan benda asing yang
merangsang batuk .
b. Stadium II :Sekresi bronchus bertambah batuk dengan dahak jernih dan berbusa pada
stadium ini. Mulai terasa sesak nafas berusaha bernafas lebih dalam, ekspirasi memanjang
dan ada whezing , otot nafas tambah turun bekerja terdapat retraksi supra sternal
epigastrium.
c. Stadium III :Obstruksi / spasme bronchus lebih berat. Aliran darah sangat sedikit
sehingga suara nafas hampir tigdak terdengar, stadium ini sangat berbahaya karena : sering
disangka ada perbaikan pernafasan dangkal tidak teratur dan frekuensi nafas menjadi
tinggi
6. PEMERIKSAAN LABORATORIUM ASMA
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
o Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil.\
o Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
o Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
o Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan
viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
b. Pemeriksaan darah
o Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, atau asidosis.
o Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
o Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeksi.
o Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu
serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG ASMA


a. Pemeriksaan radiologi
Pada waktu serangan asma menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang
menurun.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian,
dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
o Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock
wise rotation.
o Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right
bundle branch block).
o Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau
terjadinya depresi segmen ST negative.
d. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama
serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan
sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.
Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol
(inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak
lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.Tidak adanya respon aerosol bronkodilator
lebih dari 20%.Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis
tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan.Benyak penderita
tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

8. KOMPLIKASI ASMA
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
o Status asmatikus
o Atelektasis
o Hipoksemia
o Pneumothoraks
o Emfisema
o Deformitas thoraks
o Gagal nafas

9. PENATALAKSANAAN ASMA
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penjelasan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit
asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita
mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau
perawat yang merawatnnya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
a. Pengobatan non farmakologik:
 Memberikan penyuluhan
 Menghindari faktor pencetus
 Pemberian cairan
 Fisiotherapy
 Beri O2 bila perlu.
b. Pengobatan farmakologik :
 Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan.
1. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
 Orsiprenalin (Alupent)
 Fenoterol (berotec)
 Terbutalin (bricasma)
2. Santin (teofilin)
Nama obat :
 Aminofilin (Amicam supp)
 Aminofilin (Euphilin Retard)
 Teofilin (Amilex)
 Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma.
Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak.
 Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan
dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara
oral.

C. PROSES ASUHAN KEPERAWATAN HOMECARE PADA KLIEN DENGAN


ASMA BRONKIAL
Proses asuhan keperawatan dengan pendekatan teori keperawatan transkultural adalah
sebagai berikut:

1. FASE PRE INISIASI/PERSIAPAN

Pada fase pertama, perawat mendapat data awal tentang keluarga yang akan di kunjungi dari
medical record RS/Puskesmas. Perawat mempelajari data awal, selanjutnya membuat
rancangan program (pre planning ) untuk kunjungan yang akan dilakukan. Kontrak waktu
kunjungan perlu dilakukan pada fase ini

2. FASE INISIASI/PERKENALAN

Selama fase ini perawat dan keluarga berusaha untuk saling mengenal dan bagaimana
keluarga menanggapi suatu masalah kesehatan

3. FASE IMPLEMENTASI
Pada fase ini, perawat melakukan pengkajian (pengumpulan data dan perumusan masalah );
perencanaan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi keluarga

Selanjutnya melakukan intervensi/tindakan sesuai rencana (:eksplorasi nilai-nilai keluarga


dan persepsi keluarga terhadap kebutuhannnya; berikan pendidikan kesehatan sesuai dengan
pendidikannnya dan sediakan pula informasi tertulis)

Tindakan keperawatan yang diberikan pada klien harus tetap memperhatikan 3 prinsip
askep, yaitu :

a) Culture care preservation/ maintenance

Prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu


individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang di inginkan.

b) Culture care accommodation/ negotiation

Prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan budaya yang ada, yang


merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi
kesehatan dan gaya hidup klien.

c) Culture care repatterning/ restructuring

Prinsip merekonstruksi atau mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi


kesehatan dan pola hidup klien kearah yang lebih baik.

1. Pengkajian data dasar


Dalam pengkajian keluarga menurut Friedman (2010), terdiri dari : Data identitas, riwayat
dan tahap perkembangan keluarga, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress
dan koping keluarga, harapan keluarga
Pemeriksaan fisik
1. keadaan umum
klien tampak lemah, kaji tanda-tanda vital
2. body system
a. system pernafasan
Inspeksi : bentuk hidung simetris terdapat ekspirasi memanjang nafas cepat sampai
sianosis terdapat pernafasan cuping hidung
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : hipersonor pada area paru
Auskultasi : terdapat suara tambahan wheezing
b. sitem kardiofaskuler
terjadi takikardi dan hipertensi ringan
c. system persarafan
kesadaran kompos mentris, perlu diperhatikan adanya gelisah karena merupakan
manifestasi umum terjadinya hipoksia
d. system pencernaan
ketidak mampuan untuk makan karena distress pernafasan
e. system eliminasi
pada umumnya tidak terjadi gangguan tapi didapati sering kencing akibat dari kontraksi
otot berlebih saat batuk
f. system muskuluskeletal
jika terjadi serangan yang sering dan lama akan terlihat kelemahan otot

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Skala Prioritas Asma
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asma sehubungan dengan kurangnya informasi
masalah pengertian, penyebab, tanda dan gejala asma.
b. Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat untuk melakukan
perawatan dan tindakan yang tepat berhubungan dengan dampak penyakit asma yang tidak
diatasi.
c. Ketidakmampuan keluarga dalam melakukan perawatan klien dengan asma, berhubungan
dengan ketidaktahuan keluarga tentang cara perawatan penyakit asma.
d. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan pada
anggota keluarga yang menderita penyakit asma berhubungan dengan ketidak tahuan
keluaraga tentang pengaruh lingkungan terhadap peningkatan kesehatan pada klien.
e. Ketidakmampuan keluarga mengenal resiko tinggi terjadinya serangan ulang karena tidak
tahu faktor pencetus asma.
f. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat tentang cara
pencegahan serangan asma.

3. Perencanaan Keperawatan Keluarga


Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan oleh
perawat untuk dilaksanakan dalam pemecahan masalah kesehatan / keperawatan yang telah
diidentifikasikan (Effendy, 1995).
Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga dengan Asma meliputi kegiatan yang
bertujuan:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan.
1) Tujuan: Keluarga mampu mengenal masalah penyakit Asma
2) Intervensi:
a) Beri penjelasan kepada keluarga tentang pengertian Asma, faktor pencetus, tanda dan gejala,
serta penanganannya.
b) Diskusikan dengan keluarga tentang hal-hal yang telah dijelaskan
c) Tanyakan kembali tentang apa yang didiskusikan
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara yang tepat
1) Tujuan: Keluarga sanggup mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat
2) Intervensi:
a) Beri penjelasan pada keluarga tentang sifat, berat dan luasnya masalah
b) Berikan beberapa pilihan kepada keluarga mengenai tindakan yang tepat
c) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan pemilihan tindakan
yang tepat.
c. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit.
1) Tujuan: Keluarga dapat melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang mengalami
asma
2) Intervensi:
a) Jelaskan kepada keluarga cara penanganan penyakit asma
b) Anjurkan kepada penderita makan makanan yang bergizi
c) Anjurkan kepada penderita memperhatikan waktu beristirahat
d) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan
e) Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya
d. Membantu keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
keluarga
1) Tujuan: Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang proses
penyembuhan dan pencegahan asma.
2) Intervensi:
a) Jelaskan pada keluarga tentang lingkungan yang berpengaruh untuk menunjang proses
penyembuhan asma
b) Mendemonstrasikan kepada keluarga cara menciptakan lingkungan yang dapat menunjang
proses pencegahan dan penyembuhan penyakit asma.
c) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
e. Motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungannya.
1) Tujuan: Keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengobati penyakit
asma
2) Intervensi
Jelaskan kepada keluarga tentang fasilitas kesehatan yang ada untuk pemeriksaan dan
pengobatan Asma
4. FASE TERMINASI

Pada fase ini, perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan berdasarkan pada pencapaian
tujuan yang ditetapkan bersama keluarga

Menyusun rencana tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang sedang di tangani dan
masalah kesehatan yang mungkin akan dialami keluarga

Penting dilakukan di fase terminasi : Tinggalkan nama dan alamat perawat dengan nomor
telepon

5. FASE PASCA KUNJUNGAN

Sebagai fase terakhir hendaknya perawat membuat dokumentasi lengkap tentang hasil
kunjungan untuk disimpan di pelayanan kesehatan, tempat perawat bertugas.
DAFTAR PUSTAKA

Novi. 2015. http://ochiecuah.blogspot.co.id/2015/11/asuhan-keperawatan-home-care-


pada.html

Savitri, RE. 2015. http://rizkyekasavitri.blogspot.co.id/2015/10/asuhan-keperawatan-keluarga-


asma.html

Septian, F., Jayanti, F., Aminudin, M., Nurkholila. 2011.


http://askepaminfima.blogspot.co.id/2011/04/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan.html
Subekti, I. 2016. Proses Pelayanan Homecare. Handout

Syahbana, AR. 2009. http://therizkikeperawatan.blogspot.co.id/2009/05/laporan-


pendahuluan-asma.html

Wiyono, J. 2016. Konsep Dasar Keperawatan Homecare. Handout

Anda mungkin juga menyukai