Kelemahan
Intolerance aktivitas
S: - Tindakan/pemasangan Risiko Infeksi
O: prosedur Invasif
-terpasang Dower Cateter
-terpasang infus di lengan
kiri
-Adanya Luka post op Port de entry kuman
laparatomi
-leukosit 14.7
-TD : 110/90 mmhg Risiko Infeksi
RR : 18x/mt
Suhu36,7ºC
Nadi 88x/mnt
1
2
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PERENCANAAN KEPERAWATAN
Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan
Luaran Keperawatan Intervensi
1 Nyeri Akut b.d tindakan Setelah dilakukan intervensi Observasi
pembedahan dibuktikan dengan keperawatan selama 3x 24 jam maka 1.Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi, frekuensi, kualitas,
wajah tegang, Luka post op di tingkat nyeri menurun dengan kriteria itensitas nyeri
abdomen, TD:110/90 mmhg, RR : hasil : 2.Identifikasi skala nyeri
18x/mt,Suhu36,7ºC ,Nadi -Keluhan Nyeri berkurang 3.Identifikasi respo nyeri non verbal
88x/mnt -Skala Nyeri<3 4. Identifikasi factor yang memperberat dan memeperingan
-ekspresi wajah tenang nyeri
-tekanan darah 90/60 sd 120/80 mmhg 5. Identifikasi pegetahuan dan keyakinan tentang nyeri
-Suhu tubuh < 37 ºC 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
-Frekuensi Nadi 60-100x/mnt 7. Identifikasipengaruh nyeri pada kualitas hidup
-Respirasi 12-20x/mnt 8. Monitor keberhasilan terapi komplemeter yang sudah
diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Monitor tanda-tanda vital
Terapeutik
10.Berikan teknik nonfarmakologis utuk megiragi rasa nyeri
11. Kontrol lingkungan yag memperberat rasa nyeri
12.Fasilitasi istirahat tisur
13. pertimbangkan jeis dan sumebr nyeridalam pemilihan
startegi meredakan nyeri
Edukasi
14. Jelaskan peyebab, periode, dan pemicu Nyeri
15.Jelaskan strategi meredakan nyeri
16. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
3
17.Anjurkan meggunakan analgetik secara tepat
18. Ajarkan teknik nofarmakologis untuk mengatasi nyeri
Kolaborasi
19. Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu
2 Intolerance Aktivitas b.d Setelah dilakukan intervensi Observasi
kelemahan dibuktikan dengan HB keperawatan selama 3x 24 jam maka 1.identifikasi gangguan fungsi tubuh yang menyebabkan
8,9 g/dl, konjungtiva anemis toleransi aktivitas meningkat dengan kelelahan
kriteria hasil : 2.monitor kelelahan fisik dan emosional
-Keluhan lemah berkurang 3.monitor pola dan jam tidur
-HB >10g/dl 4.moitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
-konjungtiva tidak anemis aktivitas
-tekanan darah 90/60 sd 120/80 mmhg Terapeutik
-Suhu tubuh < 37 ºC 5.Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus
-Frekuensi Nadi 60-100x/mnt 6.lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif
-Respirasi 12-20x/mnt 7.berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
8.fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi
9.anjurkan tirah baring
10.Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
11.Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
12. ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
12.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian transfuse dan
obat sesuai indikasi
3 Risiko infeksi dibuktikan dengan Setelah dilakukan intervensi Observasi
terpasang infus dilengan kiri, keperawatan selama 3x 24 jam maka 1.Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
terpasang dower cateter, luka post tingkat infeksi menurun dengan Terapeutik
4
operasi laparatomi H+1 kriteria hasil : 2. batasi jumlah pengunjung
-Keluhan Nyeri berkurang 3.Berikan perawatan kulit pada area edma
-leukosit < 10.000 4.Cuci tangan sebelum dan sesudah kotak degan pasien dan
-Tidak ada tanda radang (kalor,dolor, lingkungan pasien
rubor,tumor) 5.pertahakan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
tekanan darah 90/60 sd 120/80 mmhg Edukasi
-Suhu tubuh < 37 ºC 6.Jelaskan tanda dan gejala infeksi
-Frekuensi Nadi 60-100x/mnt 7.Ajarkan cara mencuc tanga denga benar
-Respirasi 12-20x/mnt 8.Ajarkan etika batuk
9.Ajarka cara memeriksa kodisi luka atau luka operasi
10.Anjurkan meingkatkan asupan nutrisi
11.Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
12.Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu
Kolaborasi pemberian antibiotik
4 Defisit Pengetahuan tentang Setelah dilakukan intervensi keperawatan Observasi
kehamilan ektopik terganggu b.d selama 30menit maka tingkat 1.Identifikasi kesiapa dan kemampua menerima informasi
kurang terpapar informasi pengetahuan mambaik dengan kriteria 2.Identifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan
hasil : menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
-Pasien mampu menjelaskan tentang Terapeutik
kehamilan ektopik 3.Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
-tidak ada pertanyaan kembali 4.Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
5.berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
Jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
6.Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
7.Ajarkan strategi yang dapat digunakan utuk meingkatakan
perilaku hidup bersih dan sehat
5
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Hari / Tanggal : 28 Oktober 2019
Jam Implementasi Jam Evaluasi
07:30 dx.1 13:00 Dx1
membina BHSP dengan pasien kelolaan S : pasien mengatakan masih nyeri
Mengkaji pasien kelolaan O:
07: 40 mengidentifikasi lokasi, - Skala nyeri 3
karakteristik,durasi, frekuensi, kualitas, - TD= 100/70mmhg
itensitas nyeri - RR= 18x/mnt
mengidentifikasi skala nyeri pasien - T = 36,4 ºC
mengidentifikasi respo nyeri non verbal - P = 82 x/mnt
mengidentifikasi factor yang - Wajah tampak meringis
memperberat dan memeperingan nyeri A : Masalah belum teratasi
mengajarkan relaksasi nafas dalam dan P : Intervensi dilanjutkan
visual distraksi utuk mengurangi nyeri
12:55 mengobservasi ttv pasien dx.2
S : pasien mengatakan masih merasa
memberikan obat minum paracetamol
12:00 lemah
500mg
O:
dx.2
- TD= 100/70mmhg
memonitor kelelahan fisik
09:00 - RR= 18x/mnt
membantu duduk disisi tempat tidur
- T = 36,4 ºC
menganjurkan melakukan aktivitas
- P = 82 x/mnt
secara bertahap
- konjungtiva anemis
menganjurkan menghubungi perawat - HB = 8,9g/dl
jika tanda dan gejala kelelahan tidak A : Masalah belum teratasi
berkurang atau bertambah berat P : Intervensi dilanjutkan
06:00 memberikan obat minum SF 200mg
20:00 memberikan transfuse darah PRC 1 dx.3
kantong (240cc) S : pasien mengatakan masih nyeri
dx.3 O:
08:30 mencuci tangan sebelum kontak dengan - TD= 100/70mmhg
pasien - RR= 18x/mnt
memonitor tanda dan gejala infeksi - T = 36,4 ºC
menjelaskan tanda dan gejala infeksi - P = 82 x/mnt
mengajarkan cara mencuci tangan - Tidak ada tanda-tanda radang
dengan benar pada sekitar luka post op
menganjurkan meingkatkan asupan - Leukosit 14,7 10ᵔ3/ul
nutrisi A : Masalah belum teratasi
12:00 memberikan obat minum Cefadroxil P : Intervensi dilanjutkan
500mg
dx.4 dx.4
08:50 menanyakan pengetahuan pasien tentang S:pasien menyetujui penkes
penyakit yang dialami dijadwalkan esok hari
mengidentifikasi kesiapan dan O:-
kemampuan pasien menerima informasi A : masalah belum teratasi
menjadwalkan rencana penyuluhan P : Intervensi dilanjutkan
kesehatan
menyiapkan materi dan leaflet utuk
penyuluhan kesehatan
6
Hari / Tanggal : 29 0ktober 2019
Jam Implementasi Jam Evaluasi
dx.1 13:00 Dx1
mengidentifikasi lokasi, S : pasien mengatakan nyeri
karakteristik,durasi, frekuensi, kualitas, berkurang
itensitas nyeri O :- Skala nyeri 2
mengidentifikasi skala nyeri pasien - TD= 110/80mmhg
mengidentifikasi respon nyeri non verbal - RR= 16x/mnt
mengingatkan pasien relaksasi nafas - T = 36,8 ºC
dalam dan visual distraksi utuk - P = 80 x/mnt
mengurangi nyeri - Wajah tampak tenang
mengobservasi ttv pasien A : Masalah teratasi
memberikan obat minum paracetamol P : Pertahankan intervensi
500mg dx.2
dx.2 S : pasien mengatakan merasa sudah
memonitor kelelahan fisik lebih kuat
O : - TD= 110/80mmhg
membantu pasien berjalan ke kamar
- RR= 16x/mnt
mandi
- T = 36,8 ºC
membantu pasien menggunakan
- P = 80 x/mnt
pembalut
- konjungtiva tidak anemis
memberikan obat minum SF 200mg
- HB = 10,1 g/dl
A : Masalah teratasi
dx.3
P : Pertahankan intervensi
mencuci tangan sebelum melakukan
dx.3
perawatan luka
S : pasien mengatakan nyeri
melepas perban luka post op berkurang
memonitor tanda dan gejala infeksi O : - TD= 110/80mmhg
merawat luka post op dengan - RR= 16x/mnt
mempertahankan teknik aseptic - T = 36,8 ºC
menutup luka dengan kassa steril - P = 80 x/mnt
melepas Cateter dan infus set di lengan - Tidak ada tanda-tanda radang
kiri (venflon masih terpasang) pada sekitar luka post op
mengingatkan pasien untuk mencuci - Sudah tidak terpasang infus
tangan sebelum menyentuh daerah dan cateter
sekitar luka operasi - Leukosit 11,1 10ᵔ3/ul
mencuci tangan setelah kontak dengan A : Masalah teratasi sebagian
pasien P : Intervensi dilanjutkan
memberikan obat minum Cefadroxil dx.4
500mg S:pasien mengatakan sudah mengerti
tentang penyakit yang dialaminya
dx.4 O : -pasien mampu menjelaskan
menjelaskan tentang kehamilan ektopik kembali secara singkat tentang materi
terganggu yang sudah diterima
memberikan kesempatan pada pasien A : masalah teratasi
untuk bertanya P : Intervensi dihentikan
mengevaluasi pengetahuan pasien
setelah diberikan pendidikan kesehatan
memberikan leaflet KET untuk dibaca
kembali dirumah
7
Hari / Tanggal : 30 0ktober 2019
dx.1 Dx1
- mengidentifikasi skala nyeri pasien S : pasien mengatakan nyeri
- mengidentifikasi respon nyeri non berkurang
verbal O : - Skala nyeri 2
- mengobservasi ttv pasien - TD= 110/80mmhg
- memberikan obat minum paracetamol - RR= 18x/mnt
500mg - T = 36,2 ºC
- P = 84 x/mnt
- Wajah tampak tenang
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
dx.3 dx.3
mencuci tangan sebelum kontak dengan S : pasien mengatakan nyeri
pasien berkurang
memonitor tanda dan gejala infeksi O : - TD= 110/80mmhg
mengingatkan untuk meningkatkan - RR= 18x/mnt
asupan nutrisi - T = 36,2 ºC
memberikan obat minum Cefadroxil - P = 84 x/mnt
500mg - Tidak ada tanda-tanda radang
pada sekitar luka post op
- Leukosit 11,1 10ᵔ3/ul
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi
8
Care plan Dokter
Tanggal Masalah Rencana tindakan Tujuan
28-10-2019 HB 8,9 g/dl Transfusi PRC HB> 10 g/dl
Analisa Kasus:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 4 hari, didapatkan 4 diagnosa keperawatan
sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi laparatomi
2. Risiko infeksi berhubungan dnegan luka post operasi laparatomi
3. Intolerance aktivitas berhubungan dengan kelemahan
4. Defisit pegetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya iformasi
Dari keempat diagnosa di atas, sebagian besar masalah keperawatan sudah teratasi tapi ada 1
diagnosa yang masih teratasi sebagian karena satu luaran yang belum terpenuhi.
Faktor pendukung tercapainya tujuan keperawatan yaitu pasien dan keluarga yang kooperatif
untuk menjaga kebersihan pasien serta menerapkan cuci tangan 6 langkah benar sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien. Faktor penghambat dari tercapainya tujuan keperawatan yaitu
kondisi pasien yang masih dalam proses penyembuhan karena baru 2 hari post operasi
laparatomi dan salpingektomi yang menyebabkan nilai leukosit belum kembali normal.
Pasien mengalami KET kemungkinan dikarenakan ada riwayat abortus dengan
penatalaksanaan operasi di kehamilan pertama hal ini sejalan dengan hasil penelitian dalam
Jurnal Analisis factor risiko kehamilan ektopik oleh Budi santosa yang menyatakan bahwa
faktor risiko KE jumlah paling tinggi 41,38% dengan riwayat abortus, kemudian tertinggi kedua
pasien dengan riwayat KB dan pasien yang KB dan ada riwayat abortus 20,69%, sedangkan
pasien dengan riwayat operasi 10,34%, kemudian jumlah paling rendah adalah pasien yang ada
riwayat operasi dan abortus 6,90%.
9
Jurnal Analisis Faktor Risiko Kehamilan Ektopik
Oleh : Budi Santosa
Kehamilan ektopik (KE) terjadi bila telur dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar
endometrium cavum uteri (winktjosastro,2006). Kehamilan ektopik merupakan keadaan
emergensi yang menjadi penyebab kematian maternal selama kehamilan trimester
pertama, akan tetapi pengenalan faktor risiko sedini mungkin dapat mengurangi risiko
terjadiya kehamilan Ektopik. Masalah penelitian adalah untuk mengetahui prevalensi
terjadinya KE serta menganalisis faktor risiko KE dengan menggunakan data sekunder.
Jenis penelitian adalah deskriptif observasional dengan sample sebanyak 99 orang
penderita KET dan yang dapat ditelusuri faktor risikonya hanya 29 pasien. Hasil
penelitian kelompok usia 26-30 tahun merupakan kelompok pasien paling tinggi sebesar
32,32%; disusul kelompok usia 31-35tahun, setelah itu usia 21-25tahun 18,18%; usia 36-
40thn sebayak 17,17%;kelompok usia 41thn keatas 4,04% dan palig kecil usia 16-20thn
sebesar 3,03%. Sedang faktor risiko KE jumlah paling tinggi 41,38% dengan riwayat
abortus, kemudian tertinggi kedua pasien dengan riwayat KB dan pasien yang KB dan
ada riwayat abortus 20,69%, sedangkan pasien dengan riwayat operasi 10,34%, jumlah
paling rendah adalah pasien yang ada riwayat operasi dan abortus 6,90%.
10