4.1 Pembahasan
ileus obstruktif merupakan penyumbatan pada usus yang menyebabkan isi usus tidak dapat melewati
lumen usus sebagai akibat adanya sumbatan atau hambatan mekanik usus. obstruksi usus menyebabkan
penimbunan sekresi dan cairan isi lumen usus, dinding usus, dan rongga peritorium, yang jika tidak ditangani
dapat menyebabkan komplikasi sepsis, toximenia atau syok sampai dengan kematian
pada tinjauan kasus ditegakkan diagnosa ileus obsruktif dikarenakan ditemukan tanda dan gejala
mual, muntah perut membesar dan tidak BAB serta diperkuat oleh pemeriksaan penunjang USG dan foto
BOF 3 posisi. Kasus ini merupakan kasus yang biasanya dibutuhkan intervensi pembedahan dikarenakan
gejala sudah tidak membaik selama 48 jam setelah diberikan intervensi konservatif.Pembedahan laparotomi
dilakukan sebagai tindakan definitif.
Pada kasus ini tindakan dilakukan laparotomi dengan general anestesi yang dilakukan pada tanggal 6
Juni 2023. Dalam persiapan pembedahan pasien sebelumnya sudah diberikan edukasi tentang tindakan yang
dilakukan dan komplikasi terburuk yang akan terjadi. Pasien dan keluarga pun sudah menyetujui dengan
ditanda tangani nya inform consent.
Pemeriksaan awal pada ruang pra operatif ditemukan pasien mengerang kesakitan dan mengatakan
cemas dengan keadaan dan tindakan yang akan dilakukan. Pasien juga dalam keadaan puasa serta terpasang
NGT dekompresi dan produksi sekitar 100ml, terpasang infus pada tangan kanan dengan terpasang cairan
kristaloid RL.
Sebelum dilakukan tindakan operasi pasien diberikan antibiotik profilaksin cefazolin 2 gr untuk
mencegah infeksi durante operasi dan pre medikasi ondancenton 4 mg untuk mencegah terjadinya muntah
dan aspirasi saat induksi dan intubasi dilakukan serta midazolam 1 mg untuk membyuat pasien lebih rilex.
Setelah diberikan pre medikasi, pasien dipindahkan ke ruang operasi OK 2 RSD Mangusada.
Pada ruang operasi OK 2 RSD mangusada pasien dipindahkan ke meja operasi dan di pasangkan
pemantauan tanda vital dan kateter untuk membantu mengetahui kondisi pasien saat induksi dan operasi
berlangsung, setelah itu dilakukan induksi pada pasien dengan pemberian injeksi fentanyl 75mcg sesuai
dengan dosis fentanyl 2- 50mcg/kgBB untuk mengurangi nyeri pada saat induksi propofol, setelah itu
diberikan induksi propofol 50mg sesuai dengan dosis induksi propofol 2 – 2.5 mg/kgBB dan roculac/
recorunium 30 mg untuk melumpuhkan otot dan memudahkan saat intubasi. Pada sebelum induksi pasien
juga diberikan oksigen 100% dengan tekanan 6 lpm sebagai cadangan oksigen saat dilakukan intubasi.
Setelah dilakukan induksi pasien dilakukan intubasi dengan ETT kinking dengan ukuran 7.0 sesuai
usia pasien. Tidak ditemukan kesulitan saat intubasi karena pasien sudah dalam keadaan apneu. Level ETT di
bibir 21cm dan sudah dikonfirmasi dengan auskultasi dada 5 posisi. Dan tanda vital pasien setelah dilakukan
intubasi masih dalam batas normal yaitu tekanan darah 108/67 mmhg, nadi 89x/ menit, dan ecg NSR.
Durante operasi pernafasan pasien dibantu dengan ventilator dengan settingan volume control, tidal
volume 280ml, respirasi 16x/menit, peep 3 nbar serta pemeliharaan durante operasi dengan gas sevoflurance
2- 2.5 % dan analgetik dengan perbandingan oksigen 50% : N2O 50% dengan tekanan 2lpm.
Operasi direncanakan saat time out 3 jam dan operasi termasuk golongan operasi besar. Kemungkinan
masalah yang terjadi saat durante operasi yaitu risiko terjadinya kekurangan cairan dan risiko hipertermi
dikarenakan umur dan lingkungan dengan suhu rendah. Pada saat operasi ditemukan perdarahan pada tabung
suction kurang lebih 100cc dan produksi urine 300ml. diberikan cairan kristaloid 500ml, dan koloid 500ml
untuk pemenuhan cairan pada pasien dengan berat badan 45kg. pada saat operasi operastor menemukan
indikasi terjadinya infeksi dan di intruksaikan memberikan antibiotik metronidazol 1 gr (200ml) dan keadaan
umum serta tanda vital pasien dalam keadaan stabil
Operasi laparotomi selesai pukul 14.10 Wita denga lama operasi 2.5 jam, pasien sudah selesai tindakan dan
siap di ekstubasi, sebelum di ekstubasi pasien diberikan reverse sufat atropin 0.5 mg, neostigmin 1mg serta
ventilator dirubah mmenjadi manual suppport untuk mengetahui apakah pasien sudah ada nafas spontan atau
tidak, setelah 5 menit berjalan pasien sudah bernafas sevcara spontan sengan tidal volume yang didapatkan
250 ml, pasien pun di ekstubasi secara sadar untuk mengurangi risiko aspirasi dan spasme saluran pernafasan.
Setelah ekstubasi pasien sudah bisa mengikuti intruksi menelan ludah dan membuka mata, sehingga score
alderete sudah 8 dan siap dipindahkan ke ruang pemulihan, dikarenakan pasien post operasi diperlukan
observasi yang ketat, pasien dipindahkan ke ruang HCU RSD Mangusada pada saat pemindahan pasien
pasien mulai merasakan nyeri pada luka operasi ditandai dengan pasien mengerang dan gelisah, pasien post
operasi terpasang infus, drain dan NGT. Masalah keprawatan yang didapatkan pada pasien yaitu nyeri dan
risiko terjadinya infeksi pada pasien.
4.2 Hasil
Setelah dilakukan pembahasan kasus maka diagnosa dan asuhan keperawatan yang kami dapati dan
intervensi yang kami lakukan meliputi:
Tanggal Paraf
Pelaksanaan Evaluasi
Jam Nama
6/6/2023 1. mengidentifikasi lokasi, - Pasien mengatakan nyeri di
Pkl. 11.35 karakteristik, frekuensi dan bagian perut
kualitas nyeri -Skala nyeri 5 ( sedang )
2. mengidentifikasi skala nyeri - melakukan nafas dalam untuk
3. mengidentifikasi nyeri non meredakan nyeri
verbal
4. menjelaskan strategi Pereda
nyeri
B. Proses Keperawatan Intra Anestesi
6/6/2023
1. Observasi TTV
Pkl.12.30 Ds : Resiko ketidak Setelah
2. Pertahankan tanda-tanda
Adanya seimbangan diberikan asuhan
vital dalam batas normal
perdarahan cairan b.d keperawatan
3. Berikan cairan intra
akibat perdarahan saat selama 1x2 jam
vena sesui kebutuhan
pembedahan tidakan diharapkan
pembedahan kebutuhan cairan
Do : terpenuhi
Jumlah
perdahana
pasien 100cc
Pelaksanaan dan Evaluasi Intra Anestesi
Tanggal Paraf
Pelaksanaan Evaluasi
Jam Nama
6/6/2023 1. Observasi TTV Ttv dalam batas normal
Pkl. 12.10 2. Pertahankan tanda-tanda vital Td: 115/80 N: 97 S: 36.3
dalam batas normal
1. Observasi TTV
Tanggal Paraf
Pelaksanaan Evaluasi
Jam Nama
6/6/2023 1. Identifikasi skala nyeri Setelah dilakukan asuhan
Pkl. 14.20 2. Ajarkan Teknik distraksi dan keperawatan pasien mengatakan
relaksasi skala nyeri sudah berkungan.
3. Kolaborasi dalam pemberian Skala nyeri 2 (0-10)
analgetic