Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

F USIA 22TH DENGAN P1A0


POST PARTUM VACUM EKSTRASI DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
UTAMA RETENSI URINE DI RUANG FLAMBOYAN RS Prof. Dr.
MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu


Penilaian Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh:
Aminatun Chasanah
A32020133

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2020/2021
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. F USIA 22TH DENGAN P1A0


POST PARTUM VACUM EKSTRASI DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
UTAMA RETENSI URINE DI RUANG FLAMBOYAN RS Prof. Dr.
MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :


AMINATUN CHASANAH
A32020133

Mengetahui,
Fasilitator
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung
kemih dan tidak mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya secara
sempurna. Retensio urine adalah kesulitan miksi karena kegagalan urine
dari fesika urinaria. (Kapita Selekta Kedokteran).
Retensio urine adalah tertahannya urine di dalam kandung
kemih, dapat terjadi secara akut maupun kronis. (Depkes RI Pusdiknakes
1995).
Retensi urine adalah ketidakmampuan untuk mengosongkan isi
kandung kemih sepenuhnya selama proses pengeluaran urine. (Brunner
and Suddarth. (2010). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th
Edition. Hal 1370 ).
Retensio urin postpartum (RUP) adalah ketidakmampuan untuk
berkemih secara spontan atau adekuat setelah melahirkan. Yip dkk.,
mendefinisikan RUP sebagai: "ketidakmampuan untuk berkemih secara
spontan dalam waktu enam jam setelah persalinan pervaginam atau enam
jam setelah pelepasan kateter yang menetap setelah operasi caesar".
Definisi lain mengenai RUP ialah “volume residual pasca
pengosongan vesika urinaria/ post-void residual bladder
volume (PVRBV) >150 ml setelah berkemih spontan, dibuktikan oleh
ultrasound atau kateterisasi

B. Etiologi
Penyebab dari retensi urine antara lain diabetes, pembesaran kelenjar
prostat,kelainan uretra ( tumor, infeksi, kalkulus), trauma, melahirkan
atau gangguan persyarafan ( stroke, cidera tulang belakang, multiple
sklerosis dan parkinson).
Beberapa pengobatan dapat menyebabkan retensi urine baik
dengan menghambat kontraksi kandung kemih atau peningkatan resistensi
kandung kemih. (Karch, 2008).
Etiologi Menurut SDKI 2017 :
1. Peningkatan tekanan uretra
2. Kerusakan arkus refleks
3. Blok spingter
4. Disfungsi neurologis
5. Efek agen farmakologi

C. Patofisiologi
Patofisiologi penyebab retensi urin dapat dibedakan berdasarkan sumber
penyebabnya antara lain :
1. Gangguan supravesikal adalah gangguan inervasi saraf motorik dan
sensorik. Misalnya DM berat sehingga terjadi neuropati yang
mengakibatkan otot tidak mau berkontraksi.
2. Gangguan vesikal adalah kondisi lokal seperti batu di kandung
kemih, obat antimuskarinik/antikolinergik (tekanan kandung kemih
yang rendah)menyebabkan kelemahan pada otot detrusor.
3. Gangguan infravesikal adalah berupa pembesaran prostat (kanker,
prostatitis), tumor pada leher vesika, fimosis, stenosis meatus uretra, tumor
penis, striktur uretra, trauma uretra, batu uretra, sklerosis leher kandung
kemih (bladder neck sclerosis).

D. Manifestasi Klinis
Pada retensi urin akut di tandai dengan nyeri, sensasi kandung kemih yang
penuh dan distensi kandung keimih yan ringan. Pada retensi kronik
ditandai dengan gejala iritasi kandung kemih (frkuensi,disuria,volume
sedikit) atau tanpa nyeri retensi yang nyata.
Adapun tanda dan gejala dari pnyakit retensi urin ini adalah :
1. Di awali dengan urin mengalir lambat
2. Terjadi poliuria yang makin lama makin parah karena pengosongan
kandung kemih tidak efisien.
3. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
4. Terasa ada tekanan, kadang trasa nyeri dan kadang ingin BAK
5. Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc.

E. Gambaran Klinis
Retensi urine memberikan gejala gangguan berkemih termasuk
diantaranya kesulitan buang air kecil, pancaran kencing lemah, lambat,
dan terputus-putus, ada rasa tidak puas dan keinginan untuk mengedan
atau memberikan tekanan pada suprapubik saat berkemih. Suatu
penelitian melaporkan bahwa gejala yang paling bermakna dalam
memprediksikan adanya gangguan berkemih adalah pancaran kencing
yang emah, pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna, mengedan
saat berkemih, dan nocturia.

F. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada retensio urine
adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan specimen urine.
2. Pengambilan: steril, random, midstream
3. Penagmbilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, Keton dan
Nitrit.
4. Sistoskopi ( pemeriksaan kandung kemih )
5. IVP ( Intravena Pielogram ) / Rontgen dengan bahan kontras.

G. Komplikasi
Karena terjadinya retensi urine yang berkepanjangan, maka kemampuan
elastisitas vesica urinaria menurun, dan terjadi peningkatan tekanan
intra vesika yang menyebabkan terjadinya reflux, sehingga penting untuk
dilakukan pemeriksaan USG pada ginjal dan ureter atau dapat juga
dilakukan foto BNO-IVP.
1. Urolitiasis atau nefrolitiasis
2. Pielonefritis
3. Hydronefrosis
4. Pendarahan
5. Ekstravasasi urine

H. Penatalaksanaan
Ketika kandung kemih menjadi sangat menggembung diperlukan
kateterisasi, kateter Foley ditinggal dalam kandung kemih selama 24-
48 jam untuk menjaga kandung kemih tetap kosong dan
memungkinkan kandung kemih menemukan kembali tonus normal dan
sensasi. Bila kateter dilepas, pasien harus dapat berkemih secara spontan
dalam waktu 4 jam. Setelah berkemih secara spontan kandung kemih
harus dikateter kembali untuk memastikan bahwa residu urine minimal.
Bila kandung kemih mengandung lebih dari 100 ml urine, drainase
kandung kemih dilanjutkan lagi.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Retensi urin b.d Peningkatan Tekanan Uretra
2. Nyeri Akut b.d Agen Cidera Fisiologid

J. Intervensi Keperawatan

DX SLKI SIKI Rasional


Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
b.d Agen tindakan keperawatan (l.08238)
pencedera selama 2 x 8 jam a. Obsevasi Observasi
fisik diharapkan nyeri 1. Identifikasi 1. Mengetahui lokasi, karakteristik,
teratasi dengan kriteria lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
hasil : durasi, frekuensi, intensitas nyeri
Tingkat nyeri kualitas, intensitas 2. Menentukan ringan beratnya
(L.08066) nyeri nyeri
Indikator A T 2. Identifikasi skala 3. Mengetahui pengetahuan tentang
Keluhan 2 5 nyeri nyeri
nyeri 3. Identifikasi 4. Mengetahui apakah terapi
Gelisah 2 5 pengetahuan dan tersebut menurunkan nyeri
Kesulitan 1 4 keyakinan tentang 5. memonitor apakah ada efek
tidur nyeri samping dari analgesic
Pola tidur 2 5 4. Monitor tentang
keberhasilan terapi Terapeutik
Keterangan : komplementer yang 1. Untuk meminimalkan rasa nyeri
1 : Meningkat sudah diberikan 2. Untuk mengetahui penyebab
2 : Cukup Meningkat 5. monitor efek nyeri
3 : Sedang samping 3. Mencukupi kebutuhan istirahat
4 : Cukup Menurun penggunaan
5 : Menurun analgetik
b. Terapeutik
Keterangan : 1. Berikan teknik
1: Memburuk nonfarmakologi
2: Cukup Memburuk untuk menurangi
3: Sedang rasa nyeri (missal
4: Cukup Membaik hypnosis, distraksi
5 : Membaik relaksasi terapi
genggam jari Eduksi
2. kontrol 1. Mengetahui penyebab nyeri dan
lingkungan yang pemicu nyeri
memperberat rasa 2. ntuk pengeobatan terapi non
nyeri farmakologi
3. Fasilitasi Istirahat
dan tidur
c. Edukasi
1. Jelaskan penyebab
nyeri dan pemicu
nyeri
2. anjurkan
menggunakan
analgesic secara
tepat
Retensi Setelah dilakukan Katerisasi Urine
Urine b.d tindakan keperawatan
(I.04148)
Peningkata selama 3x 24 jam
n Tekanan diharapkan hipertermi a. Observasi
Observasi
Uretra teratasi dengan kriteria 1. Periksa kondisi
hasil : 1. Untuk mengetahui kondisi
pasien (missal : ttv,
Eliminasi Urine tanda-tanda vital pasien
distensi kandung
Terapeutik
(L.04034)) kemih, refleks
1. Untuk mempersiapkan
berkemih)
Indikator A T Peralatan , bahan-bahan
Distensi 2 5 b. Terapeutik 2. Mempersiapkan pasien ,
kandung 1. Siapkan Peralatan , bebaskan pasien bawah
kemih bahan-bahan 3. Memakai sarung tangan
Urine 2 5 2. Siapkan pasien , 4. Aagar daerah perineal atau
menetes bebaskan pasien preposium dengan cairan
(dirbbling) bawah NaCl atau aquades bersih
3. Pasang sarung 5. Lakukan insersi kateter urine
Keterangan : tangan 6. Sambungkan kateter dengan
1 : Meningkat 4. Bersihkan daerah urine bag
2 : Cukup Meningkat perineal atau 7. Isi balon dengan NaCl
3 : Sedang preposium dengan 8. Fiksasi selang kateter diatas
4 : Cukup Menurun cairan NaCl atau paha
5 : Menurun aquades
5. Lakukan insersi Edukasi
Keterangan : kateter urine 1. Jelaskan tujuan dan
1: Memburuk 6. Sambungkan prosedur pemasangan
2: Cukup Memburuk kateter dengan 2. Anjurkan menarik nafas saat
3: Sedang urine bag insersi selang pasien
4: Cukup Membaik 7. Isi balon dengan
5 : Membaik NaCl
8. Fiksasi selang
kateter diatas paha
9. Pastikan kantong
urine ditempat yang
lebih rendah
10. Berikan label
waktu pemasangan

c. Edukasi
11. Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemasangan
12. Anjurkan menarik
nafas saat insersi
selang pasien
BAB II
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian: 22 Maret 2021

Nama Pengkajian: Aminatun Chasanah

Ruang: Flamboyan

Waktu Pengkajian: 11.00 WIB

A. IDENTITAS KLIEN
Nama: Ny. F
Umur: 23 tahun
Jenis kelamin: Perempuan
Alamat: Kotayasa Rt 02/05 Sumbang
Status: Menikah
Agama: Islam
Suku: Jawa
Pendidikan: SMA
Pekerjaan: Ibu rumah tangga
Tanggal masuk RS: 20 Maret 2021
No RM: 0213****
Diagnose Medik: Retensi Urine
B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama: Tn. G
Umur: 29 tahun
Jenis kelamin: Laki-laki
Alamat: Kotayasa Rt02/05 Sumbang
Pekerjaan: Swasta

C. KELUHAN UTAMA
Susah BAK dan sudah dilakukan Bladder Training pada tanggal 21 sampai
dengan tanggal 22 Desember.
D. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Pasien dengan post partum vacum ekstraksi dengan kehamilan G1P0A0
dengan hamil 39+5 minggu. Pasien mengatakan pada saat partum
dilakukan vacum ekstraksi dan IUD , setelah itu pasien mengatakan susah
BAK, perut seperti kram.
E. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit terdahulu.
F. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit
hipertensi, DM, jantung dll
G. RIWAYAT GINOKOLOGI
Pasien mengatakan haid pertama pada umur 14 tahun haid 7 hari normal
dan siklus teratur.
H. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN YANG LALU

No Tahun Jenis Penolong JK Keadaan Masalah


persalinan bayi kehamilan
waktu
lahir
1 2021 Normal Bidan P Sehat Tidak ada
dan
Perawat
di RS
I. RIWAYAT KB
-
J. RIWAYAT KEHAMILAN SAAT INI
-
K. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Keadaan mental: baik
Adaptasi psikologis: cukup baik
Penerimaan terhadap kehamilan: -
Masalah khusus: tidak ada

L. POLA HIDUP YANG MENINGKATKAN RESIKO KEHAMILAN


-

M. PERSIAPAN PERSALINAN
1. Senam Hamil: setiap 1 minggu sekali dalam 4minggu.
2. Rencana tempat melahirkan : Bidan
3. Perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu:-
4. Kesiapan mental ibu dan keluarga: siap menerima kelahiran bayi: -
5. Pengetahuan tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri,
proses persalinan:-
6. Perawatan payudara:-

N. OBAT-OBATAN YANG DIKONSUSI SAAT INI


- Asam Mefenamat 2x1
- Mecobalamine 2x1

O. POLA FUNGSIONAL MENURUT GORDON


1. Pola Persepsi-Managemen Kesehatan
Sebelum dikaji : Pasien mengatakan sering periksa ke rumah sakit
Saat dikaji: pasien mengatakan pemeriksakan oleh dokter

2. Pola Nutrisi Metabolik


Sebelum di RS : pasien mengatakan sehari makan 3x dengan nasi,
sayur dan lauk serta tidak ada pantangan
Saat dikaji : pasien hanya makan dari diit yang diberikan RS

3. Pola Eliminasi

Sebelum di RS : pasien mengatakan BAB 1x sehari, padat, bau,


khas, kuning tidak ada gangguan, BAK lebih dari 4 x dalam sehari
(jernih, bau khas) , malam hari sering terbangun untuk BAK
Saat dikaji : pasien mengatakan belum BAB dari saat post partum
dan BAK susah

4. Pola Latihan-Aktivitas
Sebelum di RS : pasien tidak bekerja, hanya menjadi ibu rumah
tangga
Saat dikaji : pasien tampak jalan-jalan ke kamar mandi
5. Pola Kognitif Perseptual
Sebelum di RS : pasien mengatakan tidak terdapat masalah
Saat dikaji : pasien sudah tahu dengan kondisi kesehatannya

6. Pola Istirahat-Tidur

Sebelum di RS : pasien mengatakan tidur sering bangun karena


kepingin kencing
Saat dikaji : pasien mengatakan tidur nya seperti biasa
7. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri
Sebelum di RS : pasien mengatakan tidak terjadi gangguan dalam
konsep diri
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak menarik diri akibat tindakan
kesehatan yaitu bipsi yang dialaminya
8. Pola Peran dan Hubungan
Sebelum di RS : pasien mengatakan berperan sebagai ibu rumah tangga
dan hubungan dengan suami, keluarga dan lingkungan baik
Saat dikaji : pasien mengatakan hubungan dengan suami, keluarga
dan lingkungan baik.
9. Pola Reproduksi/Seksual
Sebelum di RS : pasien mengatakan tidak ada masalah
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak ada maslah pada reproduksi
nya

10. Pola Pertahanan Diri

Sebelum di RS : pasien mengatakan jika jenuh pergi jalan-jalan ke


sekitar rumah
Saat dikaji : pasien hanya di Rumah Sakit

11. Pola Keyakinan dan Nilai

Sebelum di RS : pasien mengatakan menjalankan sholat 5 waktu


Saat dikaji : pasien tidak menjalankan ibadah

P. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Obstrektik : G1P1A0
2. Keadaan Umum : baik. Kesadaran : Composmentis. GCS : E4V5M6
3. BB/TB : 75 kg/62 cm
4. TTV :

TD : 105/60 mmHg
N : 75x/menit
RR : 20x/menit
S : 36, 5oC

5. Kepala Leher

a. Kepala : Rambut bersih , tidak ada benjolan, kulit kepala bersih,


rambut beruban, tidak berketombe
b. Mata : Kedua mata simetris, sklera putih, kornea jernih, reflek
cahaya (+), pupil isokor.
c. Hidung : lubang hidung bersih tidak ada sekret
d. Mulut : Agak kotor, tidak terdapat penumpukan sekret
e. Telinga : Tidak ada penumpukan serumen, telinga kanan kiri
simetris
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri
tekan
Masalah khusus : tidak ada
6. Dada
Jantung : Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
Palpasi : letus cordis, tidak teraba
Perkusi : pekak
Auskultasi : tidak ada suara tambahan

Paru : Inspeksi : pengembangan dada inspirasi & ekspirasi simetris


Palpasi : suara sonor
Perkusi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : tidak ada suara tambahan

Payudara : Payudara lunak, bersih, payudara kanan kiri simetris,


areola melebar berwarna coklat kehitaman
Puting Susu : menonjol
Pengeluaran ASI : belum keluar
7. Abdomen
Uterus
Tinggi fundus uterus : (-) cm, kontraksi : tidak
Leopold I : -
Leopold II : kanan : -
kiri : -
Leopold III : -
Leopold IV : -
8. Pigmentasi

Lineanigra : tidak nampak


Striase : tidak nampak
Fungsi pencernaan :baik
Masalah khusus : tidak ada
9. Perineum dan Genital

Vagina : terdapat perdarahan

Keputihan : tidak terjadi


Hemorrhoid : tidak terjadi

10. Ekstremitas
Ekstremitas atas : tidak edema
Ekstremitas bawah
Edema : tidak
Varises : tidak
Reflek patela : -
Masalah khusus : tidak ada

Q. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
PEMERIKSAAN HASIL SATUA NILAI
N RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin 11.8 g/dL 11.7-15.5
LL
Leukosit 10240 /uL 3600-11000
L
Hematocrit 35 % 35-47
LL
Eritrosit 3.79 10^6/uL 3.80-5.20
L
Trombosit 351000 /uL 150000-440000
MCV 92.3 fL 80-100
MCH 31.1 pg/cell 26-34
MCHC 33.7 % 32-36
RDW 14.9 % 11.5-14.5
H
MPV 9.2 fL 9.4-12.3
L
Hitung Jenis
Basophil 0.1 % 0-1
Eosinophil 0.7 % 2-4
H
Batang 0.4 % 3-5
L
Segmen 67.7 % 50-70
Limfosit 21.3 % 25-40
L
Monosit 9.8 % 2-8
Neutrophil 66.8 % 50.0-70.0
Total Limfosit Count 2180
Neutrophil Limfosit Ratio 3.20

R. ANALISA DATA

TGL/JAM DATA PROBLEM ETIOLOGI


22 Maret DS: Retensi Urine Peningkatan
2021 - Pasien mengatakan susah BAK Tekanan Uretra
- Pasien mengatakan perut kram
DO:
- Pasien tampak terpasang DC
- Pasien tampak urine nya sedikit
22 Maret DS: Nyeri Akut Agen Cidera
2021 - Pasien mengatakan nyeri Fisiologis
P : nyeri pada saat melakukan
aktivitas
Q : nyeri seperti tertekan
R : nyeri pada perut
S : skala 5
T : nyeri hilang timbul

DO :
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak menahan rasa
nyeri
TD :110/85 mmHg
N  : 86 x/menit
R  : 20 x/menit
S   : 36,5°C
Sp02 : 98%

S. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Retensi Urine b.d Peningkatan Tekanan Uretra


2. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologis

T. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama klien : Ny. F
Ruang : Flamboyan

DX SLKI SIKI Rasional


Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
b.d Agen tindakan keperawatan (l.08238)
pencedera selama 2 x 8 jam a. Obsevasi Observasi
fisik diharapkan nyeri 6. Identifikasi 6. Mengetahui lokasi, karakteristik,
teratasi dengan kriteria lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
hasil : durasi, frekuensi, intensitas nyeri
Tingkat nyeri kualitas, intensitas 7. Menentukan ringan beratnya
(L.08066) nyeri nyeri
Indikator A T 7. Identifikasi skala 8. Mengetahui pengetahuan tentang
Keluhan 2 5 nyeri nyeri
nyeri 8. Identifikasi 9. Mengetahui apakah terapi
Gelisah 2 5 pengetahuan dan tersebut menurunkan nyeri
Kesulitan 1 4 keyakinan tentang 10. memonitor apakah ada efek
tidur nyeri samping dari analgesic
Pola tidur 2 5 9. Monitor tentang
keberhasilan terapi Terapeutik
Keterangan : komplementer yang 4. Untuk meminimalkan rasa nyeri
1 : Meningkat sudah diberikan 5. Untuk mengetahui penyebab
2 : Cukup Meningkat 10. monitor efek nyeri
3 : Sedang samping 6. Mencukupi kebutuhan istirahat
4 : Cukup Menurun penggunaan
5 : Menurun analgetik
b. Terapeutik
Keterangan : 1. Berikan teknik
1: Memburuk nonfarmakologi
2: Cukup Memburuk untuk menurangi
3: Sedang rasa nyeri (missal
4: Cukup Membaik hypnosis, distraksi
5 : Membaik relaksasi terapi
genggam jari Eduksi
2. kontrol 3. Mengetahui penyebab nyeri dan
lingkungan yang pemicu nyeri
memperberat rasa 4. ntuk pengeobatan terapi non
nyeri farmakologi
3. Fasilitasi Istirahat
dan tidur
c. Edukasi
3. Jelaskan penyebab
nyeri dan pemicu
nyeri
4. anjurkan
menggunakan
analgesic secara
tepat
Retensi Setelah dilakukan Katerisasi Urine
Urine b.d tindakan keperawatan
(I.04148)
Peningkata selama 3x 24 jam
n Tekanan diharapkan hipertermi a. Observasi Observasi
Uretra teratasi dengan kriteria 1. Periksa kondisi 1. Untuk mengetahui kondisi
hasil : pasien (missal : ttv, tanda-tanda vital pasien
Eliminasi Urine distensi kandung Terapeutik
(L.04034)) kemih, refleks 2. Untuk mempersiapkan
berkemih) Peralatan , bahan-bahan
Indikator A T
b. Terapeutik 3. Mempersiapkan pasien ,
Distensi 2 5
3. Siapkan Peralatan bebaskan pasien bawah
kandung
, bahan-bahan 4. Memakai sarung tangan
kemih
4. Siapkan pasien , 5. Aagar daerah perineal
Urine 2 5
bebaskan pasien atau preposium dengan
menetes
bawah cairan NaCl atau aquades
(dirbbling)
5. Pasang sarung bersih
tangan 6. Lakukan insersi kateter
Keterangan :
6. Bersihkan daerah urine
1 : Meningkat
perineal atau 7. Sambungkan kateter
2 : Cukup Meningkat
preposium dengan urine bag
3 : Sedang
dengan cairan 8. Isi balon dengan NaCl
4 : Cukup Menurun
NaCl atau 9. Fiksasi selang kateter
5 : Menurun
aquades diatas paha
Keterangan : 7. Lakukan insersi
kateter urine Edukasi
1: Memburuk
2: Cukup Memburuk 8. Sambungkan 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
3: Sedang kateter dengan pemasangan
4: Cukup Membaik urine bag 2. Anjurkan menarik nafas saat
5 : Membaik 9. Isi balon dengan insersi selang pasien
NaCl
10. Fiksasi selang
kateter diatas
paha
11. Pastikan kantong
urine ditempat
yang lebih rendah
12. Berikan label
waktu
pemasangan

c. Edukasi
13. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemasangan
14. Anjurkan menarik
nafas saat insersi
selang pasien
d. Terapi Non
Farmakologi
1. Terapi senam kegel

U. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama klien : Ny. F
Ruang : Flamboyan

Tgl/jam No. Tindakan / Implementasi Respon TTD&


DP Nama
22 Maret 1 - Memonitoring TTV S: Pasien mengatakan lemes
2021 O: keadaan umum baik,
kesadaran compomentis
TD:
TD : 110/83 mmHg
N : 87x/menit
RR : 20x/menit
S : 36, 5oC

- Melakukan pengkajian pasien S: Pasien mengatakn susah


BAK
O: pasien tampak terpasang DC

- Melakukan Katup 4 jam sekali S: pasien mengatakan masih


dalam 24jam susah BAK
O: pasien terpasang DC dan di
kasih karet untuk Tindakan
katupnya

2 Mengkaji TTV, mengkaji faktor - S: Pasien mengatakan


penyebab nyeri serta mengkaji
nyeri
tingkat nyeri pada pasien
P : nyeri pada saat
melakukan aktivitas
Q : nyeri seperti tertekan
R : nyeri pada perut
S : skala 5
T : nyeri hilang timbul

O: pasien tampak istirahat di


tempat tidur dan menahan nyeri

23 Maret 1 - Memonitoring TTV S: pasien mengatakan masih


2021 sedikit pusing
O: TTV
TD : 105/84 mmHg
N : 87 x/menit
RR: 20 x/menit
S: 36 oC

- Menanyakan kondisi pasien S: pasien mengatakan sudah


membaik , tidak lemas
O: Kondisi pasien tampak
baik , pasien tampak makan
dengan lahap

S: Pasien mengatakan susah


- Mengedukasi cara kegel exercise untuk BAK dan perut kram
untuk meregangkan otot panggul O: mengajarkan latihan senam
kegel untuk meregangkan otot
panggul dan mengajarkan agar
bisa di lakukan 3x dalam 1hari

2 - Mengobservasi kedaan umum S: Pasien mengatakan tidak


pasien pusing dan tidak mual
O: Pasien tampak makan
dengan lahap
-Melakukan relaksasi nafas dalam S: Pasien mengatakan sedikit
lega
O: Pasien sudah sedikit tenang

-Memberikan pasien terapi obat S : -


oral O : Pasien tampak sedang
meminum obat setelah makan

24 Maret 1 - Memonitoring TTV S: pasien mengatakan masih


2021 sedikit pusing
O: TTV
TD : 112/88 mmHg
N : 90 x/menit
RR: 20 x/menit
S: 36.7 oC

- Menanyakan kondisi pasien S: pasien mengatakan sudah


membaik , tidak mual, tidak
lemas
O: Kondisi pasien tampak
baik , pasien tampak makan
dengan lahap

- Mengedukasi cara kegel exercise S: Pasien mengatakan susah


untuk meregangkan otot panggul untuk BAK dan perut kram
O: mengajarkan latihan senam
kegel untuk meregangkan otot
panggul dan mengajarkan agar
bisa di lakukan 3x dalam 1hari

2 - Mengobservasi kedaan umum S: Pasien mengatakan tidak


pasien pusing dan tidak mual
O: Pasien tampak makan
dengan lahap
-Melakukan relaksasi nafas dalam S: Pasien mengatakan sedikit
lega
O: Pasien sudah sedikit tenang

-Memberikan pasien terapi obat S : -


oral O : Pasien tampak sedang
meminum obat setelah makan

V. EVALUASI
Nama Klien : Ny. F

Tgl/ja No. Perkembangan (SOAP) TTD


m DP
22 1 S: Pasien mengatakan susah BAK dan sedang dilakukan bladder training
Maret selama 2x24jam
2021 O: pasien tampak terpasang DC
A: Masalah keperawatan Retensi Urine belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

2 S: Pasien mengatakan nyeri


P : nyeri pada saat melakukan aktivitas
Q : nyeri seperti tertekan
R : nyeri pada perut
S : skala 5
T : nyeri hilang timbul
O: Pasien tampak memegangi area nyeri
A: Masalah keperawatan Nyeri Akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
23 1 S: Pasien mengatakan susah BAK dan dilakukan program Katup selama
Maret 4jam sekali dalam 24jam
2021 O: Pasien tampak dilakukan tindakan katup
A: Masalah Keperawatan Retensi Urine belum teratasi
P: Lanutkan intervensi

2 S: Pasien mengatakan nyeri berkurang


P : nyeri pada saat melakukan aktivitas
Q : nyeri seperti tertekan
R : nyeri pada perut
S : skala 4
T : nyeri hilang timbul
O: pasien tampak bisa beristirahat dan berjalan ke kamar mandiri
A: Masalah keperawatan Nyeri akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
24 1 S: Pasien mengatakan masih susak BAK
Maret O: pasien audah dilakukan kegel exercise untuk meregangkan otot
2021 panggul
A: Masalah keperawatan Retensi Urine belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

2
S: Pasien mengatakan nyeri berkurang
P : nyeri pada saat melakukan aktivitas
Q : nyeri seperti tertekan
R : nyeri pada perut
S : skala 3
T : nyeri hilang timbul
O: Pasien tampak rileks dan bisa jalan-jalan
A: Masalah keperawatan Nyeri Akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
BAB III
PEMBAHASAN

Pada kasus diatas pasien dengan post partum spontan dengan masalah
keperawatan retensi urine dan nyeri akut. Tindakan yang perlu dilakukan untuk
mengatasi retensi urin yaitu bisa menggunakan cara kegel exercise sehingga hasil
evaluasi masalah keperawatan inkontinensia urin dapat teratasi.

Kegel exercisesangat bermanfaat untuk menguatkan kekuatan otot rangka


pada dasar panggul sehingga memperkuat fungsi sfingter ekternal pada kandung
kemih Widiastuti, 2011 (dalam A. Dahlan, 2014). Penelitian ini didukung dengan
penelitian yang dilakukan oleh Jayanti (2015), berdasarkan uji statistik dengan
sampel berjumlah 15 lansia dengan pemberian kegel exerciseterhadap kekuatan
otot dasar panggul diperoleh nilai p value 0,000, sehingga dapat disimpulkan ada
pengaruh pemberian kegel exerciseterhadap kekuatan otot dasar panggul.

Penelitian yang dilakukan oleh Destianingrum (2017) terdapat pengaruh


pemberian kegel exercise terhadap retensi urin pada lansia yang signifikan pada
kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal tersebut
didukung oleh pendapat Nursalam (2008) yang menjelaskan bahwa kegel exercise
merupakan suatu upaya untuk mencegah timbulnya retensi urin. Mekanisme
kontraksi dan meningkatnya tonus otot dapat terjadi karena rangsangan sebagai
dampak dari latihan. Menurut Widianti, 2010 (dalam Ananignsih, 2013) kegel
exerciseyang dilakukan mempunyai efektifitas untuk menguatkan otot-otot
pubbococygeal yang menyangga kandung kemih dan sfingther uretra serta
meningkatkan kemampuan untuk memulai dan menghentikan laju urin.
DAFTAR PUSTAKA

Ismail Dina Dewi, S. L. (2013). Askep Keperawatan Pada Urin. Jurnal Ilmu
Keperawatan, Volume 1, No. 1, Mei 2013. ISSN: 2088-6012

Maryam, S & dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika.

Hartinah, D.,Yulisetyaningrum. 2016. Kegel exercise terhadap penurunan urine


pada lansia di Desa Undaan Lor Kecamatan Undaan Kabupaten
Kudus. JIKK, Vol 7 No 2

Boedhi, Darmojo, R. (2011). Buku Ajar Geriatric (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia)
Edisi Ke-4. Jakarta: FKUI

Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans
InfoMedia

Maas dan Meridean L. (2014). Asuhan Keperawatan Geriatrik : diagnosis


NANDA, kriteria hasil NOC, dan intervensi NIC.Jakarta : EGC

Widiastuti. 2011. Tes dan Pengukuran Olahraga. Jakarta:PT Bumi Timur Jaya.

Jayanti, A.A.,2015, ‘Hubungan Hipertensi Dengan Kejadian Stroke Di Sulawesi


Selatan’, Skripsi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Destianingrum Wella. (2017). Pengaruh Pemberian Kegel Exerciseterhadap


Inkontinensia Urin Pada Lansia Di Posyandulansia Kenanga Dan
Kanthildi Desa Delanggu. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai