Disusun Oleh:
Aminatun Chasanah
A32020133
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2020/2021
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Fasilitator
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung
kemih dan tidak mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya secara
sempurna. Retensio urine adalah kesulitan miksi karena kegagalan urine
dari fesika urinaria. (Kapita Selekta Kedokteran).
Retensio urine adalah tertahannya urine di dalam kandung
kemih, dapat terjadi secara akut maupun kronis. (Depkes RI Pusdiknakes
1995).
Retensi urine adalah ketidakmampuan untuk mengosongkan isi
kandung kemih sepenuhnya selama proses pengeluaran urine. (Brunner
and Suddarth. (2010). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th
Edition. Hal 1370 ).
Retensio urin postpartum (RUP) adalah ketidakmampuan untuk
berkemih secara spontan atau adekuat setelah melahirkan. Yip dkk.,
mendefinisikan RUP sebagai: "ketidakmampuan untuk berkemih secara
spontan dalam waktu enam jam setelah persalinan pervaginam atau enam
jam setelah pelepasan kateter yang menetap setelah operasi caesar".
Definisi lain mengenai RUP ialah “volume residual pasca
pengosongan vesika urinaria/ post-void residual bladder
volume (PVRBV) >150 ml setelah berkemih spontan, dibuktikan oleh
ultrasound atau kateterisasi
B. Etiologi
Penyebab dari retensi urine antara lain diabetes, pembesaran kelenjar
prostat,kelainan uretra ( tumor, infeksi, kalkulus), trauma, melahirkan
atau gangguan persyarafan ( stroke, cidera tulang belakang, multiple
sklerosis dan parkinson).
Beberapa pengobatan dapat menyebabkan retensi urine baik
dengan menghambat kontraksi kandung kemih atau peningkatan resistensi
kandung kemih. (Karch, 2008).
Etiologi Menurut SDKI 2017 :
1. Peningkatan tekanan uretra
2. Kerusakan arkus refleks
3. Blok spingter
4. Disfungsi neurologis
5. Efek agen farmakologi
C. Patofisiologi
Patofisiologi penyebab retensi urin dapat dibedakan berdasarkan sumber
penyebabnya antara lain :
1. Gangguan supravesikal adalah gangguan inervasi saraf motorik dan
sensorik. Misalnya DM berat sehingga terjadi neuropati yang
mengakibatkan otot tidak mau berkontraksi.
2. Gangguan vesikal adalah kondisi lokal seperti batu di kandung
kemih, obat antimuskarinik/antikolinergik (tekanan kandung kemih
yang rendah)menyebabkan kelemahan pada otot detrusor.
3. Gangguan infravesikal adalah berupa pembesaran prostat (kanker,
prostatitis), tumor pada leher vesika, fimosis, stenosis meatus uretra, tumor
penis, striktur uretra, trauma uretra, batu uretra, sklerosis leher kandung
kemih (bladder neck sclerosis).
D. Manifestasi Klinis
Pada retensi urin akut di tandai dengan nyeri, sensasi kandung kemih yang
penuh dan distensi kandung keimih yan ringan. Pada retensi kronik
ditandai dengan gejala iritasi kandung kemih (frkuensi,disuria,volume
sedikit) atau tanpa nyeri retensi yang nyata.
Adapun tanda dan gejala dari pnyakit retensi urin ini adalah :
1. Di awali dengan urin mengalir lambat
2. Terjadi poliuria yang makin lama makin parah karena pengosongan
kandung kemih tidak efisien.
3. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
4. Terasa ada tekanan, kadang trasa nyeri dan kadang ingin BAK
5. Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc.
E. Gambaran Klinis
Retensi urine memberikan gejala gangguan berkemih termasuk
diantaranya kesulitan buang air kecil, pancaran kencing lemah, lambat,
dan terputus-putus, ada rasa tidak puas dan keinginan untuk mengedan
atau memberikan tekanan pada suprapubik saat berkemih. Suatu
penelitian melaporkan bahwa gejala yang paling bermakna dalam
memprediksikan adanya gangguan berkemih adalah pancaran kencing
yang emah, pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna, mengedan
saat berkemih, dan nocturia.
F. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada retensio urine
adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan specimen urine.
2. Pengambilan: steril, random, midstream
3. Penagmbilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, Keton dan
Nitrit.
4. Sistoskopi ( pemeriksaan kandung kemih )
5. IVP ( Intravena Pielogram ) / Rontgen dengan bahan kontras.
G. Komplikasi
Karena terjadinya retensi urine yang berkepanjangan, maka kemampuan
elastisitas vesica urinaria menurun, dan terjadi peningkatan tekanan
intra vesika yang menyebabkan terjadinya reflux, sehingga penting untuk
dilakukan pemeriksaan USG pada ginjal dan ureter atau dapat juga
dilakukan foto BNO-IVP.
1. Urolitiasis atau nefrolitiasis
2. Pielonefritis
3. Hydronefrosis
4. Pendarahan
5. Ekstravasasi urine
H. Penatalaksanaan
Ketika kandung kemih menjadi sangat menggembung diperlukan
kateterisasi, kateter Foley ditinggal dalam kandung kemih selama 24-
48 jam untuk menjaga kandung kemih tetap kosong dan
memungkinkan kandung kemih menemukan kembali tonus normal dan
sensasi. Bila kateter dilepas, pasien harus dapat berkemih secara spontan
dalam waktu 4 jam. Setelah berkemih secara spontan kandung kemih
harus dikateter kembali untuk memastikan bahwa residu urine minimal.
Bila kandung kemih mengandung lebih dari 100 ml urine, drainase
kandung kemih dilanjutkan lagi.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Retensi urin b.d Peningkatan Tekanan Uretra
2. Nyeri Akut b.d Agen Cidera Fisiologid
J. Intervensi Keperawatan
c. Edukasi
11. Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemasangan
12. Anjurkan menarik
nafas saat insersi
selang pasien
BAB II
TINJAUAN KASUS
Ruang: Flamboyan
A. IDENTITAS KLIEN
Nama: Ny. F
Umur: 23 tahun
Jenis kelamin: Perempuan
Alamat: Kotayasa Rt 02/05 Sumbang
Status: Menikah
Agama: Islam
Suku: Jawa
Pendidikan: SMA
Pekerjaan: Ibu rumah tangga
Tanggal masuk RS: 20 Maret 2021
No RM: 0213****
Diagnose Medik: Retensi Urine
B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama: Tn. G
Umur: 29 tahun
Jenis kelamin: Laki-laki
Alamat: Kotayasa Rt02/05 Sumbang
Pekerjaan: Swasta
C. KELUHAN UTAMA
Susah BAK dan sudah dilakukan Bladder Training pada tanggal 21 sampai
dengan tanggal 22 Desember.
D. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Pasien dengan post partum vacum ekstraksi dengan kehamilan G1P0A0
dengan hamil 39+5 minggu. Pasien mengatakan pada saat partum
dilakukan vacum ekstraksi dan IUD , setelah itu pasien mengatakan susah
BAK, perut seperti kram.
E. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit terdahulu.
F. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit
hipertensi, DM, jantung dll
G. RIWAYAT GINOKOLOGI
Pasien mengatakan haid pertama pada umur 14 tahun haid 7 hari normal
dan siklus teratur.
H. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN YANG LALU
M. PERSIAPAN PERSALINAN
1. Senam Hamil: setiap 1 minggu sekali dalam 4minggu.
2. Rencana tempat melahirkan : Bidan
3. Perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu:-
4. Kesiapan mental ibu dan keluarga: siap menerima kelahiran bayi: -
5. Pengetahuan tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri,
proses persalinan:-
6. Perawatan payudara:-
3. Pola Eliminasi
4. Pola Latihan-Aktivitas
Sebelum di RS : pasien tidak bekerja, hanya menjadi ibu rumah
tangga
Saat dikaji : pasien tampak jalan-jalan ke kamar mandi
5. Pola Kognitif Perseptual
Sebelum di RS : pasien mengatakan tidak terdapat masalah
Saat dikaji : pasien sudah tahu dengan kondisi kesehatannya
6. Pola Istirahat-Tidur
P. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Obstrektik : G1P1A0
2. Keadaan Umum : baik. Kesadaran : Composmentis. GCS : E4V5M6
3. BB/TB : 75 kg/62 cm
4. TTV :
TD : 105/60 mmHg
N : 75x/menit
RR : 20x/menit
S : 36, 5oC
5. Kepala Leher
10. Ekstremitas
Ekstremitas atas : tidak edema
Ekstremitas bawah
Edema : tidak
Varises : tidak
Reflek patela : -
Masalah khusus : tidak ada
Q. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
PEMERIKSAAN HASIL SATUA NILAI
N RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin 11.8 g/dL 11.7-15.5
LL
Leukosit 10240 /uL 3600-11000
L
Hematocrit 35 % 35-47
LL
Eritrosit 3.79 10^6/uL 3.80-5.20
L
Trombosit 351000 /uL 150000-440000
MCV 92.3 fL 80-100
MCH 31.1 pg/cell 26-34
MCHC 33.7 % 32-36
RDW 14.9 % 11.5-14.5
H
MPV 9.2 fL 9.4-12.3
L
Hitung Jenis
Basophil 0.1 % 0-1
Eosinophil 0.7 % 2-4
H
Batang 0.4 % 3-5
L
Segmen 67.7 % 50-70
Limfosit 21.3 % 25-40
L
Monosit 9.8 % 2-8
Neutrophil 66.8 % 50.0-70.0
Total Limfosit Count 2180
Neutrophil Limfosit Ratio 3.20
R. ANALISA DATA
DO :
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak menahan rasa
nyeri
TD :110/85 mmHg
N : 86 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,5°C
Sp02 : 98%
T. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama klien : Ny. F
Ruang : Flamboyan
c. Edukasi
13. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemasangan
14. Anjurkan menarik
nafas saat insersi
selang pasien
d. Terapi Non
Farmakologi
1. Terapi senam kegel
U. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama klien : Ny. F
Ruang : Flamboyan
V. EVALUASI
Nama Klien : Ny. F
2
S: Pasien mengatakan nyeri berkurang
P : nyeri pada saat melakukan aktivitas
Q : nyeri seperti tertekan
R : nyeri pada perut
S : skala 3
T : nyeri hilang timbul
O: Pasien tampak rileks dan bisa jalan-jalan
A: Masalah keperawatan Nyeri Akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus diatas pasien dengan post partum spontan dengan masalah
keperawatan retensi urine dan nyeri akut. Tindakan yang perlu dilakukan untuk
mengatasi retensi urin yaitu bisa menggunakan cara kegel exercise sehingga hasil
evaluasi masalah keperawatan inkontinensia urin dapat teratasi.
Ismail Dina Dewi, S. L. (2013). Askep Keperawatan Pada Urin. Jurnal Ilmu
Keperawatan, Volume 1, No. 1, Mei 2013. ISSN: 2088-6012
Maryam, S & dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika.
Boedhi, Darmojo, R. (2011). Buku Ajar Geriatric (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia)
Edisi Ke-4. Jakarta: FKUI
Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans
InfoMedia
Widiastuti. 2011. Tes dan Pengukuran Olahraga. Jakarta:PT Bumi Timur Jaya.