DISUSUN OLEH :
ADE EWA PERMANA
NIM.211133041
Mengetahui,
Etiologi
Penuaan
Mesenkim sinus
Perubahan keseimbangan uragential
testosterone + estrogen
Mitrotrouma : trauma, Kebangkitan /
ejakulasi, infeksi Prod. Testosteron ↓ reawakening
Terbentuknya sakula/ MK :
trabekula MK : MK : nyeri akut
gangguan
gangguan
integritas
mobilitas fisik
Kelemahan otot kulit
Dekstrusor
Penurunan
↓ kemampuan pertahanan
fungsi V.U tubuh
Hidronefrosis MK : resiko
infeksi
MK : retensi urin
BAB III
Proses Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
1) Nama
2) Umur
3) Alamat
4) Pendidikan
5) Pekerjaan
6) Tanggal masuk
7) Diagnosa medis
8) Nomor register
b. Identitas Penanggungg jawab
1) Nama
2) Umur
3) Alamat
4) Pendidikan
5) Pekerjaan
6) Hubungan dengan klien
2. Pengkajian Fokus
a. Sirkulasi
Pada kasus BPH sering dijumpai adanya gangguan
sirkulasi; pada kasus preoperasi dapat dijumpai adanya peningkatan
tekanan darah yang disebabkan oleh karena efek pembesaran ginjal.
Penurunan tekanan darah; peningkatan nadi sering dijumpai pada.
kasus postoperasi BPH yang terjadi karena kekurangan volume
cairan.
b. Eliminasi
Gangguan eliminasi merupakan gejala utama yang
seringkali dialami oleh pasien dengan preoperasi, perlu dikaji
keragu-raguan dalam memulai aliran urin, aliran urin berkurang,
pengosongan kandung kemih inkomplit, frekuensi berkemih,
nokturia, disuria dan hematuria. Sedangkan pada postoperasi BPH
yang terjadi karena tindakan invasif serta prosedur pembedahan
sehingga perlu adanya obervasi drainase kateter untuk mengetahui
adanya perdarahan dengan mengevaluasi warna urin. Evaluasi warna
urin, contoh : merah terang dengan bekuan darah, perdarahan dengan
tidak ada bekuan, peningkatan viskositas, warna keruh, gelap dengan
bekuan. Selain terjadi gangguan eliminasi urin, juga ada kemugkinan
terjadinya konstipasi. Pada preoperasi BPH hal tersebut terjadi
karena protrusi prostat ke dalam rektum, sedangkan pada postoperasi
BPH, karena perubahan pola makan dan makanan.
c. Makanan dan cairan
Terganggunya sistem pemasukan makan dan cairan yaitu
karena efek penekanan/nyeri pada abomen (pada preoperasi),
maupun efek dari anastesi pada postoperasi BPH, sehingga terjadi
gejala: anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, tindakan
yang perlu dikaji adalah awasi masukan dan pengeluaran baik cairan
maupun nutrisinya.
d. Nyeri dan kenyamanan
Menurut hierarki Maslow, kebutuhan rasa nyaman adalah
kebutuhan dasar yang utama. Karena menghindari nyeri merupakan
kebutuhan yang harus dipenuhi. Pada pasien postoperasi biasanya
ditemukan adanya nyeri suprapubik, pinggul tajam dan kuat, nyeri
punggung bawah.
e. Keselamatan/ keamanan
Pada kasus operasi terutama pada kasus penyakit BPH
faktor keselamatan tidak luput dari pengkajian perawat karena hal ini
sangat penting untuk menghindari segala jenis tuntutan akibat
kelalaian paramedik, tindakan yang perlu dilakukan adalah kaji
adanya tanda-tanda infeksi saluran perkemihan seperti adanya
demam (pada preoperasi), sedang pada postoperasi perlu adanya
inspeksi balutan dan juga adanya tanda-tanda infeksi baik pada luka
bedah maupun pada saluran perkemihannya.
f. Seksualitas
Pada pasien BPH baik preoperasi maupun postoperasi
terkadang mengalami masalah tentang efek kondisi/terapi pada
kemampuan seksualnya, takut inkontinensia/menetes selama
hubungan intim, penurunan kekuatan kontraksi saat ejakulasi, dan
pembesaran atau nyeri tekan pada prostat.
g. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan pada pasien
preoperasi maupun postoperasi BPH. Pada preoperasi perlu dikaji,
antara lain urin analisa, kultur urin, urologi., urin, BUN/kreatinin,
asam fosfat serum, SDP/sel darah putih. Sedangkan pada
postoperasinya perlu dikaji kadar hemoglobin dan hematokrit karena
imbas dari perdarahan. Dan kadar leukosit untuk mengetahui ada
tidaknya infeksi.
B. Masalah Keperawatan
1. Retenssi urine
2. Nyeri akut
3. Gangguan mobilitas fisik
4. Gangguan integritas kulit
5. Resiko infeksi
C. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Retensi Urine Setelah dilakukan asuhan KATETERISASI URINE
Definisi keperawatan selama 3 x (L.04148)
Pengosongan kandung 24 jam diharapkan retensi Observasi
kemih yang tidak lengkap urine teratasi dengan Periksa kondisi pasien
Penyebab kriteria hasil : (mis, kesadarn, tanda
a. Peningkatan tekanan a. Sensasi berkemih tanda vital, daerah
uretra meningkat perineal, distensi
b. Kerusakan arkus b. Desakan berkemih kandung kemih,
reflex (urgensi) menurun inkontenesua urine,
c. Blok spingter c. Distensi kandung reflex berkemih)
d. Disfungsi neurologis kemih menurun Terapeutik
(mis, trauma, penyakit d. Berkemih tidak Siapkan peralatan,
saraf) tuntas (hesitancy) bahan bahan dan
e. Efek agen menurun ruangan tindakan
farmakologis (mis, e. Volume residu urine Siapkan pasien:
atropine, belladonna, menurun bebaskan pakaian
psikotropik, bawah dan posisikan
antihistamin dll) dorsal rekumben
Pasang sarung tangan
Bersihkan daerah
perineal atau
proposium dengan
cairan NaCl atau
aquadest
Lakukan insersi kateter
urine dengan
menerapkan prinsip
aseptic
Sambungkan kateter
urine dengan urine bag
Isi balon dengan
dengan Nacl 0.9 %
sesuai anjuran pabrik
Fiksasi selang kateter
diatas simpisis atau di
paha
Pastikan kantung urine
ditempatkan lebih
rendah dari kandung
kemih
Berikan label waktu
pemasangan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemasangan
kateter urine
Anjurkan menarik
nafas saat insersi
selang cateter
MANAJEMEN CAIRAN
Observasi
Monitor status hidrasi (
mis, frek nadi,
kekuatan nadi, akral,
pengisian kapiler,
kelembapan mukosa,
turgor kulit, tekanan
darah)
Monitor berat badan
harian
Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium (mis.
Hematokrit, Na, K, Cl,
berat jenis urin , BUN)
Monitor status
hemodinamik ( Mis.
MAP, CVP, PCWP
jika tersedia)
Terapeutik
Catat intake output dan
hitung balans cairan
dalam 24 jam
Berikan asupan cairan
sesuai kebutuhan
Berikan cairan
intravena bila perlu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu
Al Jamil, A. P., Pertiwi, D., & Elvira, D. (2018). Gambaran Hasil Pemeriksaan
Urine pada Pasien dengan Pembesaran Prostat Jinak di RSUP DR. M. Djamil
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 7(1), 137.
https://doi.org/10.25077/jka.v7i1.792
Bachtiar, S. M. (2019). Pengaruh PMR (Progressive Muscle Relaxation) terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri pada Pasien Post Op Bph (Benign Prostate
Hiperplasia. Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar,
10(2), 92–96.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2nd ed.). DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (2nd ed.). DPP PPNI.
Rahman, S. (2016). Pengobatan Hipertrofi Prostat Non Operatif. September, 12.
Sjamsuhidajat, R., & Jong, W. De. (2019). Buku Ajar Ilmu Bedah (2nd ed.).
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Sutysna, H. (2016). Tinjauan Anatomi Klinik Pada Pembesaran Kelenjar Prostat.
Jurnal UMSU, 1(September), 4–8.
Lampiran
Jurnal Aplikasi Pemikiran Kritis