Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN

ASUHAN KEPERAWATAN
CYSTITIS

DISUSUN OLEH:

NUR FADILLAH, S.Kep

JP020.02.013

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INDONESIA JAYA PALU
2021.
LAPORAN PENDAHULUAN “CYSTITIS”

A. Definisi
Cystitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh
penyebaran infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urin dari uretra
ke dalam kandung kemih. (Prabowo & Pranata, 2015)
Sistitits (Cystitis) adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih akibat infeksi
oleh bakteri. Sistitis merupakan inflamasi kandung kemih yang disebabkan oleh
penyebaran infeksi dari uretra (Nursalam & Fransisca, 2016).
Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
a. Cystitis primer
Merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena
penyakit lain seperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan
striktura uretra.
b. Cystitis sekunder
Merupakan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer
misalnya uretritis dan prostatitis.
B. Etiologi
Penyebab dari sistitis antara lain (Lyndon Saputra, 2015) :
1. Pada wanita, kebanyakan infeksi kandung kemih diakibatkan oleh infeksi ascenden
yang berasal dari uretra dan seringkali berkaitan dengan aktivitas seksual.
2. Pada pria, dapat diakibatkan infeksi ascenden dari uretra atau prostat tetapi agaknya
lebih sering bersifat sekunder terhadap kelainan anatomik dari traktus urinarius.
3. Mungkin berkaitan dengan kelainan kongenital traktus genitourinarius, seperti “blader
neck obstruction:, stasis urine, refluks ureter dan “neurogenic bladder”.
4. Lebih sering terjadi pada penderita diabetes.
5. Dapat meningkat pada wanita yang menggunakan kontrasepsi atau diafragma yang
tidak terpasang dengan tepat.
6. Kateterisasi urine mungkin menyebabkan infeksi.
Etiologi dari cystitis berdasarkan jenisnya menurut yaitu :
a. Infeksi :
a) Bakteri
Kebanyakan berasal dari bakteri Escherichia coly yang secara normal
terletak pada gastrointestinal. Pada beberapa kasus infeksi yang berasal
1
dari retra dapat menuju ginjal. Bakteri lain yang bisa menyebabkan infeksi
adalah Enterococcus, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, dan
Staphylococcus.
b) Jamur
Infeksi jamur, penyebabnya misalnya Candida.
c) Virus dan parasit
Infeksi yang disebabkan olehvirus dan parasit jarang terjadi. Contohnya
adalah trichomonas, parasit ini terdapat dalam vagina, juga dapat berada
dalam urin.
b. Non infeksi :

a) Paparan bahan kimia, contohnya obat-obatan (misalnya cyclophosphamide


/cytotaxan, Procycox).
b) Radio terapi
c) Reaksi imunologi, biasanya pada pasien SLE (Systemic Lupus
Erytematous)
C. Manifestasi Klinis
Pasien sistitis mengalami urgency, sering berkemih, rasa panas dan nyeri pada saat
berkemih, nokturia dan nyeri atau spasme pada area kandung kemih serta suprapubis.
Piuria (adanya sel darah putih dalam urine), bakteri dan sel darah merah (hematuria)
ditemukan pada pemeriksaan urine. Kultur memberikan informasi kualitatif yang umum
mengenai jumlah koloni bakteri dan mengidentifikasi apakah organisme gram negarif
atau positif (Brunner & Suddarth, 2016).
Tanda dan gejala (Lyndon Saputra, 2015) :
1. Disuria (nyeri saat berkemih), polakisuria (kencing sedikit-sedikit dan sering),
nokturia (kencing pada malam hari), rasa tidak enak di daerah suprapubis, nyeri tekan
pada palpasi di daerah suprapubis.
2. Gejala sistemik berupa pireksia, kadang-kadang menggigil, sering lebih nyata pada
anak-anak, kadang-kadang tanpa gejala atau tanda-tanda infeksi lokal dari traktus
urinarius.
3. Urine keruh dan mungkin berbau tidak enak dengan leukosit, eritrosit dan organisme.
Menurut Taber (2016), secara umum tanda dan gejala cystitis adalah :
a. Disuria.
b. Rasa panas seperti terbakar saat kencing.
c. Ada nyeri pada tulang punggung bagian bawah.

2
d. Urgensi (rasa terdesak saat kencing).
e. Nokturia (cenderung sering kencing pada malam hari akibat penurunan
kapasitas kandung kemih).
f. Pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna.
g. Inkontinensia (keluarnya urin tanpa disengaja atau sulit ditahan).
h. Retensi, yaitu suatu keadaan penumpukan urin di kandung kemih dan tidak
mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya.
i. Nyeri suprapubik
D. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien dengan chystitis menurut
Grace dan Borley (2016) yaitu :

a. Urinalisis dengan makroskopik yaitu urin berwarna keruh dan berbau, dan dengan
mikroskopik yaitu piuria, hematuria, dan bakteriuria. Leukosuria atau piuria terdapat
>5/lapang pandang besar sedimen air kemih dan hematuria 5-10 eritrosit/lpb sedimen
air kemih.

b. Kultur Urin, dilakukan untuk mengetahui jenis kuman penyebab infeksi.

c. Sistograf, dilakukan bila pada anamnesa ditemukan hematuria atau peda pemeriksaan
urin ditemukan mikrohematuria, yaitu untuk mengetahui asal dari perdarahan yang
ada.

d. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap (DPL).

e. Sistoskopi hanya jika terdapat hematuria, keganasan batu yang menjadi penyebab
dasar.

f. Jika terdapat obstruksi, scan ultrasonografi ginjal dan kandung kemih, IVU (kelainan
struktural), dan sistoskopi.

E. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Uncomplicated sistitis
Wanita diterapi antimikroba dosis tunggal atau jangka pendek (1-3 hari sesuai
hasil kultur). Obat pilihan yang sensitif terhadap E. Coli : nitrofurantoin,
trimetropim-sulfametoksaksol atau ampisilin.

3
Laki-laki diterapi selama 7-10 hari dengan antibiotik. Lakukan kultur untuk
menigkatkan efektivitas terapi. Awasi efek samping mual, diare, kemerahan dan
kandidiasis vagina.
b. Antikolinergik (propanthelin bromide)
Untuk mencegah hiperiritabilitas kandung kemih dan fenazopiridin hidroklorid
sebagai antisepik pada saluran kemih.
2. Non Farmakologi
a. Jus Ketimun
Jus mentimun merupakan salah satu pengobatan rumah paling berguna dalam
pengobatan sistitis. Ini adalah diuretik yang sangat efektif. Secangkir jus ini,
dicampur dengan satu sendok teh madu dan satu sendok makan air jeruk nipis
segar, harus diberikan tiga kali sehari.
b. Daun Lobak
Jus dari daun lobak berharga dalam sistitis. Secangkir jus ini harus diberikan
sekali dalam sehari, di pagi hari, selama dua minggu.
c. Bayam
Sejumlah 100 ml jus bayam segar, diambil dengan kuantitas yang sama tender
air kelapa dua kali sehari, dianggap bermanfaat dalam pengobatan sistitis.
Bertindak sebagai diuretik yang sangat efektif dan aman karena tindakan gabungan
dari kedua nitrat dan kalium.
d. Lemon
Lemon telah terbukti berharga dalam sistitis. Sebuah sendok teh jus lemon
harus diletakkan dalam 180 ml air mendidih. Kemudian harus dibiarkan dingin dan
60 ml air ini harus dilakukan setiap dua jam dari 8 pagi sampai 12 siang untuk
perawatan kondisi ini. Hal ini memudahkan sensasi terbakar dan juga
menghentikan pendarahan di sistitis.
e. Barley
Masing-masing setengah gelas bubur gandum, dicampur dengan mentega dan
jus jeruk nipis setengah, adalah diuretik yang sangat baik. Hal ini bermanfaat
dalam pengobatan sistitis, dan dapat diambil dua kali sehari.
f. Minyak Cendana
Minyak cendana juga dianggap berharga dalam penyakit ini. Minyak ini harus
diberikan dalam dosis lima tetes pada awal dan berangsur-angsur meningkat
sampai sepuluh untuk 30 tetes. Kemanjuran minyak ini dapat ditingkatkan dengan

4
penambahan satu sendok teh biji karambol dicampur dalam segelas air, atau
sepuluh gram jahe dicampur dalam secangkir air.
F. Pencegahan
a. Jangan menahan keinginan untuk buang air kecil.
b. Menghindari penggunaan sabun mandi atau sabun pembersih organ intim yang
mengandung parfum.
c. Mengonsumsi banyak air putih untuk mencegah perkembangbiakan bakteri dalam
kandung kemih.
d. Mengenakan celana dalam berbahan katun yang lembut.
e. Saat membersihkan organ intim, lakukan dengan menyeka dari depan ke belakang
(dari miss V menuju anus)..
G. Komplikasi
1. Pyelonefritis (infeksi ginjal)
2. Infeksi darah melalui penyebaran hematogen (sepsis)
3. Pembentukan abses ginjal atau perirenal
4. Gagal ginjal
H. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan

Gambar anatomi sistem perkemihan.

1. Ginjal

5
Ginjal merupakan organ yang berpasangan dan setiap ginjal memiliki berat
kurang lebih 125 g, terletak pada posisi di sebelah lateral veterbra torakalis
bawah, beberapa sentimeter di sebelah kanan dan kiri garis tengah. Organ ini
terbungkus oleh jaringan ikat tipis yang dikenal sebagai kapsula renis. Anterior
ginjal dipisahkan dari kavum abdomen dan isinya oleh lapisan peritonium. Di
sebelah posterior, organ tersebut dilindungi oleh dinding toraks bawah (Brunner&
Suddarth, 2015).
Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh
serta penyaring darah untuk dibuang dalam bentuk urine sebagai zat sisa yang
tidak diperlukan oleh tubuh dan menahannya agar tidak bercampur dengan zat-zat
yang dibutuhkan oleh tubuh (Hidayat, 2017). Darah dialirkan ke dalam setiap
ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari ginjal melalui vena renalis. Ginjal
dengan efisien dapat membersihkan bahan limbah dari dalam darah, dan fungsi ini
bisa dilaksanakannya karena aliran darah yang melalui ginjal jumlahnya sangat
besar, 25% dari curah jantung (Brunner& Suddarth, 2015).

Gambar anatomi ginjal.

2. Ureter
Pada ginjal terdapat nefron (berjumlah kurang lebih satu juta) yang merupakan
unit dari struktur ginjal. Urine yang terbentuk dalam nefron ini akan mengalir ke
dalam duktus pengumpul dan tubulas renal yang kemudian menyatu untuk
membentuk pelvis ginjal. Setiap pelvis ginjal akan membentuk ureter. Ureter
merupakan pipa panjang dengan dinding yang sebagian besar terdiri atas otot
polos. Organ ini menghubungkan setiap ginjal dengan kandung kemih dan
berfungsi sebagai pipa untuk menyalurkan urin (Brunner& Suddarth, 2015).

6
Gambar anatomi ureter.

3. Kandung Kemih
Kandung kemih (buli-buli atau bladder) merupakan sebuah kantong yang
terdiri atas otot halus, berfungsi menampung urin. Kandung kemih merupakan
organ yang berongga yang terletak di sebelah anterior tepat di belakang os pubis.
Sebagian besar dinding kandung kemih tersusun dari otot polos yang dinamakan
muskulus detrusor. Kontraksi otot ini berfungsi untuk mengosongkan kandung
kemih pada saat urinasi (buang air kecil) (Brunner& Suddarth, 2015)
Pada dasar kandung kemih terdapat lapisan tengah jaringan otot berbentuk
lingkaran bagian dalam atau disebut sebagai otot lingkar yang berfungsi menjaga
saluran antara kandung kemih dan uretra, sehingga uretra dapat menyalurkan
urine dari kandung kemih keluar tubuh. Penyaluran rangsangan ke kandung kemih
dan rangsangan motoris ke otot lingkar bagian dalam diatur oleh sistem simpatis.
Akibat dari rangsangan ini, otot lingkar menjadi kendor dan terjadi kontraksi
sfingter bagian dalam sehingga urine tetap tinggal di dalam kandung kemih.
Sistem parasimpatis menyalurkan rangsangan motoris kandung kemih dan
rangsangan penghalang ke bagian dalam otot lingkar. Rangsangan ini dapat
menyebabkan terjadinya kontraksi otot destrusor dan kendurnya sfingter (Hidayat,
2017).

7
Gambar anatomi kandung kemih.

4. Uretra
Uretra merupakan organ yang berfungsi menyalurkan urine ke bagian luar.
Fungsi uretra pada wanita berbeda dengan yang terdapat pada pria. Pada pria,
uretra digunakan sebagai tempat pengaliran urine dan sistem reproduksi,
berukuran panjang 13,7-16,2 cm, dan terdiri atas tiga bagian, yaitu prostat, selaput
(membran), dan bagian yang berongga (ruang). Pada wanita, uretra memiliki
panjang 3,7-6,2 cm dan hanya berfungsi sebagai tempat menyalurkan urine ke
bagian luar tubuh (Hidayat, 2017).
Saluran perkemihan dilapisi oleh membran mukosa, dimulai dari meatus uretra
hingga ginjal. Meskipun mikroorganisme secara normal tidak ada yang bisa
melewati uretra bagian bawah, membran mukosa ini, pada keadaan patologis,
yang terus-menerus akan menjadikannya media yang baik untuk pertumbuhan
beberapa patogen (Hidayat, 2017).

Gambar anatomi uretra.

8
I. Patofisiologi
Chystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum
disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan timbul dengan
penjalaran secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah,
baik akut maupun kronik dapat bilateral maupun unilateral. Kemudian bakteri tersebut
berekolonisasi pada suatu tempat misalkan pada vagina atau genetalia eksterna
menyebabkan organisme melekat dan berkolonisasi disuatu tempat di periutenial dan
masuk ke kandung kemih.
Kebanyakan saluran infeksi kemih bawah ialah oleh organisme gram negatif
seperti E. Colli, Psedomonas, Klebsiela, Proteus yang berasal dari saluran intestinum
orang itu sendiri dan turun melalui urethra ke kandung kencing. Pada waktu mikturisi,
air kemih bisa mengalir kembali ke ureter (Vesicouretral refluks) dan membawa bakteri
dari kandung kemih ke atas ke ureter dan ke pelvis renalis. Kapan saja terjadi urin statis
seperti maka bakteri mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk bertumbuh dan
menjadikan media yang lebih alkalis sehingga menyuburkan pertumbuhannya.
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui :

1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran kemih yang
terinfeksi.

2. Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk melalui darah


yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih yang masuk melalui darah dari
suplai jantung ke ginjal.

3. Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang disalurkan melalui
helium ginjal.

4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.

Menurut Tiber (2017), agen infeksi kebanyakan disebabkan oleh bakteri E. coly.
Tipikal ini berada pada saluran kencing dari uretra luar sampai ke ginjal melalui
penyebaran hematogen, lymphogendan eksogen. Tiga faktor yang mempengaruhi
terjadnya infeksi adalah virulensi (kemampuan untuk menimbukan penyakit) dari
organisme, ukuran dari jumlah mikroorganisme yang masuk dalam tubuh, dan
keadekuatan dari mekanisme pertahanan tubuh.
Terlalu banyaknya bakteri yang menyebabkan infeksi dapat mempengaruhi
pertahanan tubuh alami pasien. Mekanisme pertahanan tubuh merupakan penentu
terjadinya infeksi, normalnya urin dan bakteri tidak dapat menembus dinding mukosa
9
bladder. Lapisan mukosa bladder tersusun dari sel-sel urotenial yang memproduksi
mucin yaitu unsur yang membantu mempertahankan integritas lapisan bladder dan
mencegah kerusakan serta inflamasi bladder.
Mucin juga mencegah bakteri melekat pada selurotelial. Selain itu pH urine yang
asam dan penurunan/kenaikan cairan dari konstribusi urin dalam batas tetap, berfungsi
untuk mempertahankan integritas mukosa, beberapa bakteri dapat masuk dan sistem
urin akan mengeluarkannya.

10
WOC Cystitis
Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisis makroskopi
Bakteri, virus, jamur, parasit, bahan kimia, radioterapi, reaksi imunologi
Manifestasi Klinik dan mikroskopi
1. Disuria 2. Kultur urin
2. Nyeri tulang punggung
Mikroba Mekanisme pertahanan tubuh mengalami penurunan 3. Sistograf
3. Nokturia 4. Darah Perifer Lengkap
4. Inkontinesia Terjadi infeksi (DPL)
5. Retensi 5. Sistoskopi
Bakteri dan urin menembus dinding 6. Scan ultrasonografi.
kandung kemih
Pengertian
Cystitis merupakan inflamasi kandung Infeksi saluran kemih bawah
kemih yang paling sering disebabkan
oleh penyebaran infeksi dari uretra.
Cystitis

Rasa sakit/ketidaknyamanan BAK Obsturksi kandung kemih Kelebihan cairan dalam tubuh

Rusaknya sel tubuh atau Jalan urin terhambat Kapasitas kandung kemih meningkat Pengeluaran urin tdk
Adanya injuri terkendali
Pengosongan kandung kemih Inflamasi
Keluarnya mediator radang Sering buang air kecil
(Histamine,Bradkynin,Proseagladin) Retensi Urin Metabolisme tdk direabsorbsi
Dgn baik
Inkontinensia Urin
Ggn potensial membrane sel saraf
Reseptor nyeri Air seni keluar sedikit Refleks
Daya tahan tubuh
Menyebabkan implus saraf
Gangguan Eliminasi Urin
Keadaan umum lemah

Mikroorganisme mudah masuk Menginfeksi saluran cerna


Implus dihantarkan lambat Implus dihantarkan cepat melalui
Melalui serabut A-delta Serabut C Leukosit Risiko Infeksi

11
12
Menuju dorsal horn spinal cord dalam Risiko terjadinya defisiensi nutrisi
Subtantia gelatinosa
Proses Infesksi Mual muntah
Beberapa implus dihantarkan langsung
Keanterior horn menstimulus saraf simpatis Tubuh bereaksi terhadap Asupan gizi tdk adekuat
Memproduksi reflex patogen

Beberapa implus dihantarkan langsung ke atas Pelepasan prostagladin Risiko Defisit


Ke thalamus melalui traktus spinothalamus Nutrisi
Rangsangan dihantarkan ke
Dihantarkan ke korteks serebri dan hipotalamus
System limbic
Peningkatan suhu tubuh

Nyeri Akut Hipertermia

13
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Umur : terjadi pada semua umur
b. Jenis kelamin : lebih sering terjadi pada wanita dan meningkatnya
insidennya sesuai pertambahan usia dan aktivitas seksual
c. Tempat tinggal : ada atau tidaknya factor predisposisi
2. Keluhan Utama
a. Rasa sakit atau panas di uretra sewaktu kencing
b. Urine sedikit
c. Rasa tidak enak di daerah supra pubik
3. Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit dahulu
1) Riwayat ISK sebelumnya
2) Penah obstruksi pada saluran kemih
3) Masalah kesehatan lain, misalnya DM, Riwayat seksual
b. Riwayat kesehatan sekarang
1) Mengalami obstruksi pada saluran kemih
2) Isk
4. Riwayat Kesekatan Keluarga
5. Pemeriksaan Fisik
a. TTV : biasanya suhu, TD, nadi meningkat
b. Biasanya Infeksi abdomen bagian bawah dan palpasi urine bledder :
pengosongan tidak maksimal
c. Biasanya pada pasien sistitis terjadi Inflamasi dan lesi di uretra meatus
dan vagina introitus
d. Kaji perkemihan : dorongan, frekuensi, disuria, bau urine yang
menyengat, nyeri pada supra pubik
6. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urinalis : urin tengah

14
Ketika infeksi terjadi, memperlihatkan bakteriuria, WBC (White Blood
Cell), RBC (Red Blood Cell) dan endapan sel darah putih dengan
keteribatan ginjal
b. Tes sensitifitas : banyak mikroorganisme sensitive terhadap antibiotic

dan antiseptic berhubungan dengan infeksi berulang

c. Pengkajian radiographic

Cystitis ditegakkan berdasarkan history, pemeriksaan medis dan laborat,

jika terdapat retensi urine dan obstruksi aliran urine dilakukan IPV

(Identivikasi perubahan dan abnormalitas structural)

d. Culture : Mengidentifikasi bakteri penyebab

e. Sinar X ginjal, ureter dan kandung kemih mengidentifikasi anomaly

struktur nyata

B. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan.
b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kandung kemih
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisiologis
d. Retensi urin berhubungan dengan peningkatan tekanan uretra.
e. Inkontinesia urin refleks berhubungan dengan kerusakan konduksi implus
diatas arkus refleks
f. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien
g. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
C. Intervensi Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan.
Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, maka
tingkat infeksi menurun dengan

15
Kriteria Hasil:
a. Demam menurun 36,5 ºc
b. Kemerahan menurun
c. Kadar sel darah merah menurun
Intervensi:
a. Monitor tanda dan gelaja infeksi lokal dan sistemik
Rasional: Mengetahui adanya tanda dan penyebaran infeksi
b. Batasi jumlah pengunjung
Rasional: Mencegah terjadinya paparan mikroorganisme
c. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Rasional: Agar pasien dan keluarga dapat mengetahui penyebab infeksi
d. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi cairan
Rasional: Untuk menjaga kesehatan meningkatkan dan memperkuat
system imun pada tubuh.
e. Kolaboarsi pemberian imunisasi, jika perlu
Rasional: Mecegah penyebaran penyakit dan melingdungi tubuh dari
serangan penyaki.
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kandung kemih
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam maka,
eliminasi urin membaik dengan.
Kriteria Hasil:
a. Distensi kandung kemih menurun
b. Nokturia menurun
c. Disuria menurun
Intervensi:
a. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinesia urin
Rasional: Untuk untuk mengetahui kelemahan pada otot kandung kemih
dan gangguan antara kandung kemih dan uretra.
b. Monitor eliminasi urin (frekuensi, konsistensi, aroma, volume dan wrna)
Rasional: Untuk mengetahui frekuensi, konsistensi, aroma dan warna
urin yang dikeluarkan.

16
c. Catat waktu dan haluaran urin
Rasional: Untuk mengtahui jumlah urin yang dikeluarkan.
d. Batasi asupan cairan
Rasional: Untuk mencegah terjadinya retensi cairan.
e. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
Rasional: agar pasien dan keluarga mengetahui tanda dari infeksi
f. Anjurkan minum yang cukup
Rasional: mencegah terjadinya kekuarangan cairan
g. Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
Rasional: Untuk meredahkan nyeri
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisiologis
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam maka,
tingkat nyeri menurun dengan
Kriteria Hasil:
a. Keluhan nyeri menurun
b. Meringis menurun
c. Gelisah menurun
Intervensi:
a. Identifikasi skala nyeri
Rasional: Berguna dalam pengawasan keefektifan obat dan kemajuan
penyembuhan
b. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
Rasional: Untuk mengetahui bahwa bagian tubuh yang mengalami
nyeri terhadap suatu tekanan
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
Rasional: Tidur yang cukup sngat penting dalam menjaga kesehatan
tubuh dan dapat menurunkan tingkat nyeri yang dirasakan.
d. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (kompres
hangat)

17
Rasional: Pemberian kompres hangat dapat melebarkan pembuluh
darah, meredahkan nyeri dan mengendurkan otot yag tegang.
e. Jelaskan strategi meredahkan nyeri
Rasional: Agar pasien dapat mengetahui teknik/cara dalam mengatasi
rasa nyeri.
f. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (teknik
distraksi)
Rasional: Mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien teknik
nonfarmakologis yang digunakan yaitu teknik distraksi yang efektif
dalam mengontrol diri ketika nyeri muncul
g. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai dosis
Rasional: Bermanfaat dalam meredahkan nyeri ringan hingga berat
4. Retensi urin berhubungan dengan peningkatan tekanan uretra.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam maka,
eliminasi urin membaik dengan
Kriteria Hasil:
a. Sensasi berkemih meningkat
b. Distensi kandung kemih menurun
c. Disuria menurun
Intervensi:
a. Identifikasi penyebab retensi urin
Rasional: Untuk mengetahui penyebab terjadinya penyumbatan urin
b. Monitor efek agen farmakologis
Rasional: Mengetahui efek dari pengobatan farmakologis
c. Monitor intake dan output cairan
Rasional: Untuk mengetahui jumlah cairan
d. Monitor tingkat distensi kandung kemih dengan palpasi/perkusi
Rasional: Untuk mengetahui tingkat distensi kandung kemih
e. Berikan rangsangan berkemih (Kompres pada abdomen)
Rasional: Mempermudah proses berkemih
f. Jelaskan penyebab retensi urin

18
Rasional: Agar pasien dan keluarga mengetahui penyebab retensi urin
g. Ajarkan cara melakukan rangsangan berkemih
Rasional: Agar pasien dapat melakukannya sendiri
5. Inkontinesia urin refleks berhubungan dengan kerusakan konduksi implus
diatas arkus refleks
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam maka,
kontinesia urin membaik dengan
Kriteria Hasil:
a. Kemampuan mengontrol urin meningkat
b. Nokturia menurun
c. Distensi kandung kemih menurun
d. Frekuensi berkemih membaik
Intervensi:
a. Identifikasi penyebab inkontenesia urin
Rasional: Untuk mengetahui penyebab terjadinya inkontinensia
b. Monitor BAK
Rasional: Untuk mengetahui jumlah haluran urin
c. Buat jadwal konsumsi obat-obat direutik
Rasional: Untuk menambah kecepatan pembentukan urin
d. Ambil sampel urin untuk pemriksaan urin lengkap atau kultur
Rasional: Untuk melihat warna, konsistensi urin
e. Anjurkan membatasi konsumsi cairan 2-3 jam menjelang tidur
Rasional: Untuk mencegah gangguan tidur.
f. Anjurkan minum 1500 cc/hari, jika tidak ada kontraindikasi
Rasional: Agar tidak terjadinya dehidrasi
g. Anjurkan konsumsi buah dan sayur untuk menghindari konstipasi
Rasional: Agar tidak terjadi konstipasi
h. Kolaborasi ke ahli inkontinensia, jika perlu
Rasional: Untuk mencegah terjadinya inkontinesia yang
parah/komplikasi

19
6. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam maka,
status nutrisi membaik dengan
Kriteria Hasil:
a. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
b. Berat badan membaik
c. Nafsu makan membaik
Intervensi:
a. Identifikasi status nutrisi
Rasional: Mempermuda dalam memantau atau mengetahui status
nutrisi pasien.
b. Identifikasi makanan yang disukai
Rasional: Makanan yang disukai pasien akan lebih memicu nafsu
makan.
c. Monitor asupan makanan
Rasional: Untuk mengetahui perubahan nutrisi yang terjadi atau
penurunan berat badan.
d. Sajikan makanan secara menarik
Rasional: Menyajikan makanan lebih menarik dapat menambah nafsu
makan.
e. Berikan makanan tinggi serat
Rasional: Dapat mencegah terjadinya konstipasi.
f. Berikan makanan tinggi kalori dan protein
Rasional: Makanan tinggi kalori dan protein dapat memberikan energy
dan menjaga energy tetap stabil saat beraktivitas.
g. Anjurkan posisi duduk
Rasional: Posisi duduk dapat membuat tubuh lebih fleksibel, berat
badan lebih baik dan dapat memperbaiki aliran darah dan sirkulasi.
h. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan.

20
Rasional: Dalam menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan dapat
mengembalikan atau memulihkan status nutrisi.
7. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam maka,
termogulasi membaik dengan
Kriteria Hasil:
a. Menggigil menurun
b. Suhu tubuh membaik
c. Suhu kulit membaik
Intervensi:
a. Monitor suhu tubuh
Rasional: Untuk mengetahui suhu tubuh dalam batas normal
b. Monitor kadar elektrolit
Rasional: Memastikan jantung,saraf dan otak bekerja dengan baik
dalam proses penyakit dan membawa nutrisi kedalam sel menjaga
keseimbangan asam/basa.
c. Longgarkan atau lepaskan pakaian
Rasional: Pakaian yang tipis dapat membantu/mempermudah dalam
penyerapan keringat, sedangkan pakaian yang tebal dapat menghalangi
proses hilangnya panas dalam tubuh yang terhalang oleh pakaian tebal.
d. Anjurkan tirah baring
Rasional: Membantu proses terapi dan mencegah komplikasi lanjut.
e. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intavena
Rasional: Mampu dalam menurunkan suhu tubuh dalam rentan normal

21
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah: Jakarta: EGC.

Fransisca, 2016. Buku Ajar Bedah Bagian 2 buku saku dari Nursalam. Jakarta:
EGC.

Grace, P. A., & Borley, N. R. 2016. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta:
EMS.

Hidayat. 2017. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.


Lyndon, S. 2015. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Diagnosa
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Prabowo, & Pranata. 2015. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans Info Media.
Taber, B. 2017. Kapita Selekta Kedariratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:
EGC.

22
FORMAT PENGKAJIAN

Tanggal Masuk RS: 28/02/2021 Tanggal Pengkajian: 01/03/2021


Nomor RM : RS/Ruangan: R u a n g a n U r o l o g i
Diagnosa Medis : Cystitis

I. BIODATA
A. Identitas Klien
1. Nama initial : Ny. A
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Tempat Tanggal Lahir(usia) : (28 tahun)
4. Golongan darah (rhesus) : A / B / AB / O (Rhesus: + / -)
5. Status : Kawin
6. Agama : Islam/Kristen/Katolik/Hindu/Budha.
7. Suku/Kewarganegaraan : Kaili/Indonesia
8. Latar belakang pendidikan : SD/SMP/SMA/D3/S1/S3/Doktor
9. Jenis pekerjaan : IRT
10. Pendapatan per Bulan : -
11. Alamat : Jl. Tombolotutu
B. Identitas Penanggung Jawab
1. Nama initial : Tn. S
2. Jenis kelamin : Laki-laki
3. Golongan darah : -
4. Latar belakang pendidikan : SMA
5. Jenis pekerjaan : Wirasuasta
6. Hubungan dengan Klien : Suami
7. Alamat : Jl. Tombolotutu
II. STATUS KESEHATAN
1. Keluhan Utama : Klien mengatakan nyeri saat berkemih
2. Riwayat keluhan utama : Klien mengatakan nyeri dirasakan sejak 2
hari yang lalu dan pada saat berkemih keluar hanya sedikit,

23
semakin hari nyeri yang dirasa semakin bertambah parah, akhirnya
klien dibawah kerumah sakit untuk mendapatkan perawatan
lanjutan.
3. Keluhan saat pengkajian : Klien mengatakan mengalami kebiasaan
malas minum saat bekerja, Dysuria,
Urgensi, frekunsi urin.
P : Inflamasi kandung kemih
Q : Nyeri hilang timbul, timbul 5-15 menit
R : Perut bagian bawah
S: 7
T : Pada saat berkemih, seperti ditusuk-tusuk
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Apakah pernah menderita penyakit yang sama seperti ini, kapan? :
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti ini

2. Riwayat penyakit sebelumnya


Diagnosa apa, kapan : Pasien mengatakan tidak ada
Dirawat dimana :-
3. Riwayat operasi :
Jenis operasi, kapan : Pasein mengatakan tidak perna operasi
Dirawat dimana :-
3. Riwayat menerima transfusi darah, kapan? :
Pasien mengatakan tidak perna menerima transfusi
5. Riwayat mendonorkan darah, kapan? : Pasien mengatakan tidak
perna mendonorkan darah
6. Riwayat alergi
Alergi terhadap apa : Pasien mengatakan tidak ada
Sejak kapan :-
Reaksi :-
Tindakan :-

24
IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
1. Penyakit-penyakit keturunan: H i p e r t e n s i
2. Jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah : 3 Orang
3. Analisa keadaan kesehatan keluarga dan faktor, resiko: -
4. GENOGRAM (untuk tiga generasi)

V. AKTIVITAS dan KEBIASAAN SEHARI-HARI

No Aktivitas Sebelum Sekarang


Sakit
1 Pola makan TERATUR TIDAK TERATUR
. Frekuensi 3 X sehari 2 X sehari
Jumlah ±10 Sdm ± 4 Sdm
Menu favorit Tidak ada Tidak ada
Kebiasaan ngemil Tidak ada Tidak ada
Malam = ± 3 Jam,
2. Pola tidur dalam sehari Malam = ± 8 Jam,
Siang/Sore = ± 1 Jam
Siang/Sore = ± 2 Jam
Ada keluhan?

No Aktivitas Sebelum sakit Sekarang

25
3. Pola BAK ± 3 X sehari ± 1 X sehari
Warna Kuning Warna urin keruh pekat
Jumlah - -
Ada keluhan Tidak ada Nyeri
Kebiasaan ngemil Tidak ada Tidak ada
4. Pola BAB ± 1 X sehari 4-5 X sehari
Warna Coklat
Konsistensi Padat Encer atau cair
Ada keluhan Tidak ada Tidak ada
5. Pola seksual - -
Ada keluhan? Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
6. Kebiasaan olahraga ± -x/minggu ±-x/minggu
7. Ritual keagamaan
8. Merokok YA TIDAK
Frekuensi = ±2 Frekuensi = ± - bungkus/hari
bungkus/hari
9. Minum alkohol YA TIDAK
Frekuensi = ± 1 sloki/ Frekuensi = ± - sloki/-

10. Jenis obat yang dikonsumsi di rumah (nama dan dosisnya) TIDAK ADA

VI. KONDISI PASIEN


1. Keadaan umum : Lemah
2. Penampilan : Baik
3. Bentuk tubuh/postur: normalchest
4. Hygiene personal : BERSIH
5. Ekspresi wajah : Baik
6. Gaya/cara bicara : normal
7. Gerakan involunter : TIDAK ADA

VII. PEMERIKSAAN FISIK


1. KESADARAN : Compos Mentis
2. GCS : Eye = 4, Verbal = 5, Motorik= 6
3. TINGGI BADAN :155 cm
4. BERAT BADAN :45 Kg
5. TANDA-TANDA VITAL
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu badan : 36,5°C

26
Pernapasan : 20 kali/menit
6. KEPALA
Inspeksi:
*Keadaan kepala : BAIK
*Bentuk kepala : NORMASEPAL
*Jenis rambut dan warna : IKAL DAN WRNA HITAM
*Penyebaran rambut : MERARA
*Kebersihan rambut : BERSIH
Palpasi:
*Benjolan : TIDAK ADA BENJOLAN
*Nyeri : TIDAK ADA NYERI TEKAN
*Luka : TIDAK ADA LUKA

7. WAJAH
Inspeksi:
*Bentuk : SIMETRI
*Warna kulit : MERATA
Palpasi:
*Benjolan : TIDAK ADA
*Lesi : TIDAK ADA
*Nyeri : TIDAK ADA
Tes kekuatan otot-otot wajah :
Tes sensitivitas kulit wajah :

8. MATA
Inspeksi:
*Alis mata : SIMETRI
*Bulu mata: penyebaran, warna : MERATA/HITAM
*Keadaanpalpebra, warna : BAIK
*Keadaan konjungtiva, warna : MERAH MUDA
*Warna sklera :
*Ukuran pupil : Kanan= ±2 mm, Kiri= ±2mm
*Reaksi pupil cahaya langsung : Kanan + / - , Kiri + / -
*Alat bantu : TIDAK ADA
*Hordeolum : TIDAK ADA
Tes lapang pandang : KOORDINASI BAIK
Tesotot/reaksidekat : BAIK
Tes buta warna : TIDAK ADA

9. TELINGA
Inspeksi:

27
*Keadaantelinga : NORMAL
*Kebersihan telinga : BERSIH
*Membran timpani : NORMAL
*Serumen : TIDAK ADA
*Pengeluaran cairan : TIDAK ADA
*Tinitus : TIDAK ADA
*Menggunakan alat bantu : TIDAK ADA
Palpasi:
*Nyeri : TIDAK ADA
*Benjolan : TIDAK ADA
Tes pendengaran:
Rinnie (hantaran udara danos) :Kanan= normal/abnormal
Kiri=normal/abnormal
Weber (hantarantulang) : Kanan=normal /melemahKiri =
normal /melemah
Swabach (os.matoid) : Kanan=normal /abnormal
Kiri=normal /abnormal

10. GIGI DAN MULUT


Inspeksi:
*Keadaan bibir : Normal
*Warna bibir : Lembab
*Warna mukosa mulut : Normal
*Kebersihan lidah : BERSIH
*Warna lidah : Normal
*Kebersihan gigi : BERSIH
*Kondisi gigi : LENGKAP
*Keadaan tonsil : BAIK
*Caries : TIDAK
*Karanggigi : TIDAK
*Stomatitis : TIDAK
*Ginggivitis : TIDAK
*Memakai gigi palsu : TIDAK
*Menggunakan asesoris : TIDAK
*Gangguan bicara : TIDAK
*Gangguan menelan : TIDAK
Tes pengecapan, gangguan : Manis :NORMAL
Pahit :NORMAL
Asam :NORMAL
Asin :NORMAL

11. HIDUNG DAN SINUS


Inspeksi:

28
*Keadaan septumnasi : NORMAL
*Kebersihan mucosa : BERSIH
Palpasi:
*Menggunakan implan : TIDAK
*Sinusitis : Frontal : TIDAK NYERI
Etmoidal : TIDAK NYERI
Maxilaris : TIDAK NYERI
Tes penghidu : NORMAL
12. LEHER
Inspeksi:
*Letak trachea, posisileher :SIMETRIS
*Struma : TIDAK ADA
*KelenjarThyroid : TIDAK ADA
*Tonic neckrefleks : TIDAK ADA
Auskultasi:
*Artericarotis : TIDAK DENGAR
Palpasi:
Masa : TIDAK ADA
Nyeri : TIDAK ADA

13. DADA DAN PUNGGUNG


a. Paru-paru
Inspeksi:
*Keadaan kulit : BAIK
*Bentuk dada :NORMOCHEST

*Pergerakan dada saat napas : SIMETRIS

*Upaya pernafasan : TIDAK PENGGUNAKAN OTOT-


OTOTPERNAFASAN
*Pola pernapasan : TERATUR
*Jenis pernapasan : DADA/DIAGFRAGMA
*Empisema subkutis :TIDAK ADA
Palpasi:
*Massa : TIDAK ADA
*Nyeri : TIDAK ADA
*Vocal fremitus : SIMETRIS
*Fraktur costae : TIDAK ADA
Perkusi:

29
*Suara paru-paru : SONOR
Auskultasi paru-paru:
*Suara napas, letak : Bronkovesikuler,
Menggunakan benda asing : TIDAK ADA
Inspeksi:
*Ictus cordis, lokasi : TERLIHAT
*Spider naevi, lokasi : TERLIHAT
Palpasi:
*Ictus cordis, lokasi, lokasi : TERABA
Perkusi:
*Batas Jantung : ATAS = ICS 2
BAWAH = ICS ke-5
KANAN = ICS ke-3
KIRI = ICS ke-5
Auskultasi:
*Bunyi jantung I dan II : REGULER/IREGULER
*Bunyitambahan :MURMUR= + / - , GALLOP = + / -
b. Payudaya
Inspeksi:
*Keadaan mamae dan areola : -
Palpasi:
*Nyeri : -
*Benjolan : -
c. Punggung (bagianbelakang)
Inspeksi:
*Bentuk tulang punggung : -
*Menggunakan implant : -
Palpasi:
*Nyeri ketuk, lokasi : -
Inspeksi
*Bentuk perut : NORMAL
*Kulit : NORMAl
*Menggunakan benda asing :.TIDAK ADA

Auskultasi
*Aorta abdomen :
*Bising usus : 37 kali/permenit
*Peristaltik usus :
Palpasi
*Hepar :

30
*Lien :
*Nyeritekan :
*Nyerilepas :
*Massa :
Perkusi
*Bunyi :
14. Extermitas
a. ExtermitasAtas
Inspeksi:
*Keadaan : BAIK
*Jumlah jari : LENGKAP
*Warna kuku : Normal
*ROM : Aktif
*Capillary Refill Time (CRT): ≤ 2 detik
*Luka, lokasi : Tidak ada
*Clubbing finger : Tidak ada
Palpasi:
*Nyeri otot :
*Tonus otot :
*Kekuatan otot :
ExtermitasBawah
Inspeksi:
*Keadaan : SIMETRI
*Jumlah jari : LENGKAP
*Warna kuku : Normal
*ROM :
*Luka, lokasi : TIDAK ADA
*Oedema : TIDAK ADA
Palpasi:
*Hernia femoralis : TIDAK ADA
*Nyeri otot : TIDAK ADA
*Oedema (grade) : TIDAK ADA
*Kekuatanotot :

Perkusi

31
*Refleks patella :
*Refleks patologis :

15. Kulit
*Warna : Normal
*Turgor :
*Kelembaban :
*Rash : TIDAK ADA
*Lesi : TIDAK ADA
*Benjolan : TIDAK ADA
*Masa : TIDAk ada

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Hasil laboratorium : Warna urin keruh, WBC (+++), culture
+bakteri, pyuria, eritrosit (+)

IX. PENATALAKSANAAN (pemberian terapi)


1. Terapi medis : Phenazoppyridine 3x1 peroral dan Bactrim 3x1
(400mg/oral).

32
KLASIFIKASI DATA

Kategori & Sub kategori


Kategori Subkategori Data Subjektif & Objektif
DS : -
Respirasi DO : - R : 28x/menit

DS :
Fisiologis
Sirkulasi DO : - Nadi : 80 kali/menit
- TD : 110/80 kali/menit
- CRT ≤ 2 detik
Nutrisi dan Cairan DS: Klien mengatakan memilih kebiasaan malas minum pada saat bekerja
DO: -
DS : - Klien mengatakan sakit pada saat berkemih air urin keluar sedikit
Eliminasi - Klien mengatakan dysuria, frekuensi, dan diare
DO : - Terpasang kateter
- Warna urin keruh pekat
- Area Suprapubik teraba tenderness

33
DS :
Aktivitas Dan Istirahat DO:
Neurosensori DS:
DO:
DS :
Reproduksi dan Seksualitas DO:

DS : - Klien mengatakan sakit pada saat berkemih


Nyeri dan Kenyamanan - Klien mengatakan dysuria, urgency
Psikologis - Nyeri hilang timbul seperti ditusuk-tusuk selam 5-15 menit
DO : - Nyeri timbul di perut bawah
- Skala 7
DS:
Integritas ego DO:
DS:
Pertumbuhan dan
Perkembangan DO:
DS : -
Kebersihan diri DO : -
Perilaku

34
DS:
Penyuluhan dan pembelajaran DO:
DS :
Relasional Interaksi Sosial DO:
Lingkungan Keamanan dan Proteksi DS :
DO: Suhu : 36,5o C

ANALISA DATA
Data Analisa Data Masalah Keperawatan

35
DS : - Klien mengatakan sakit pada saat Peradangan yang terjadi di kandung kemih Nyeri Akut
Berkemih dapat menyebabkan urine yang keluar
- Klien mengatakan nyeri hilang sedikit dan menimbulkan rasa nyeri pada
timbul seperti ditusuk-tusuk saat BAK
selama 5-15 menit
- Klien mengatakan dysuria
DO : - Nyeri timbul di perut bawah
- Skala 7

DS : -Klien mengatakan urine keluar Pengosogan kandung kemih yang tidak Retensi Urine
sedikit sempurna disebabkan karena jalan urin
- Klien mengatakan malas yang terhambat karena adanya sumbatan
minum pada saat berkerja yang terjadi pada kandung kemih
DO : - Warna urine keruh pekat
- Terpasang kateter

DS : - Klien mengatakan diare da Peradangan yang terjadi pada usus Diare


urgensy disebabkan karena makanan/minuman
DO : - yang dikonsumsi telah terpapar oleh viris,
bakteri ataupun parasit yang menyebabkan
seseorang BAB lebih dari 3 kali dalam
sehari.

36
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut b/d Agen pencederaan fisiologis d/d mengeluh nyeri, tampak
meringis.
2. Retensi urine b/d Peningkatan tekanan uretra, blok spingter d/d
disuria,sensasi penuh pada kandung kemih.
3. Diare b/d Inflamasi gastrointestinal, proses infeksi d/d urgency, defekasi
lebih dari tiga kali dalam 24 jam, feses lembek atau cair.

37
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

No Dx Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Rasional


.
1. Nyeri akut b/d Agen Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri Observasi
keperawatan selama 2x24 jam, Observasi 1. Untuk mengetahui ba
pencederaan fisiologis d/d
maka tingkat nyeri menurun, 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, mana yang mengalami nye
mengeluh nyeri, tampak dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri suatu tekanan
- Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri 2. Berguna dalam p
meringis.
menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal kefektifan obat dan
- Meringis menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan penyembuhan
memperingan nyeri 3. Untuk mengetahui penilaa
5. Identifikasi pengetahuan dan kenyakinan 4. Untuk mempermuda
tentang nyeri penyembuhan nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon 5. Untuk mengetahui p
nyeri pasien tentang nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas 6. Pengaruh buday
hidup mempengaruhi perilaku nye
8. Monitor keberhasilan komplementer yang nyeri seseorang.
sudah diberikan 7. Untuk mengetahui respo
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik terhadap kehidupan
Terapeutik 8. Untuk mengetahui
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk keberhasilan dalam meredah
mengurangi rasa nyeri (kompres hangat) 9. Untuk mengetahui pro
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa penyembuhan atau pengobat
nyeri Terapeutik

38
3. Fasilitasi istirahat dan tidur 1. Pemberian kompres ha
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam melebarkan pembuluh
pemelihan starategi meredahkan nyeri meredahkan nyeri dan me
Edukasi otot yang tegang.
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri 2. Lingkungan tenang akan m
2. Jelaskan strategi meredahkan nyeri stimulus nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri 3. Tidur yang cukup sang
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat dalam menjaga kesehatan
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk dapat menurunkan tingkat
mengurangi rasa nyeri (teknik distraksi) dirasakan
Kolaborasi 4. Mengurangi intensitas nye
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu Edukasi
1. Agar pasien dan kelu
mengetahu penyebab dari
pemicu munculnya nyeri.
2. Agar pasien dapat
teknik/cara dalam menngatas
3. Untuk mengatahui tingkat
4. Untuk mempercepat m
nyeri atau menghilangkan,
mempercepat penyembuahan
5. Dapat mengurangi n
dirasakan oleh pasien
nonfarmakologis yang digu
teknik distraksi yang efe
mengontrol diri ketika nyeri
Kolaborasi
1. Bermanfaat dalam mered

39
ringan hingga berat
2. Retensi urine b/d Peningkatan Setelah dilakukan intervensi Perawatan Retensi Urine Observasi
keperawatan selama 2x24 jam, Observasi 1. Untuk mengetahui
tekanan uretra, blok spingter
maka eliminasi urine membaik, 1. Identifikasi penyebab retensi urine terjadinya penyumbatan urin
d/d disuria,sensasi penuh pada dengan kriteria hasil : 2. Monitor efek agen farmakologis 2. Mengetahui efek dari
- Sensasi berkemih 3. Monitor intake dan ouput cairan farmakologis
kandung kemih.
meningkat 4. Monitor tingkat distensi kandung kemih dengan 3. Untuk mengetahi jumlah
- Desakan berkemih palpasi.perkusi dikonsumsi dan dikeluarkan
menurun Terapeutik 4. Untuk mengetahui
- Disuria menurun 1. Sediakan privasi untuk berkemih pelembaran kandung kemih
2. Berikan rangsangan berkemih (kompres pada Terapeutik
abdomen) 1. Agar pasien tampak nyam
3. Lakukan maneuver crede, jika perlu dirinya
4. Pasang kateter urine, jika perlu 2. Mempermudah proses ber
5. Fasilitasi berkemih dengan interval yang teratur 3. Untuk membantu proses p
Edukasi urine
1. Jelaskan penyebab retensi urine 4. Mempermudah pasien u
2. Anjurkan pasien atau keluarga mencatat output air kecil
urine 5. Agar jarak pada saat berke
3. Ajarkan cara melakukan rangsangan berkemih Edukasi
1. Agar pasien dan kelu
mengetahui penyebab terjad
urine
2. Untuk mengetahui jum
cairan
3. Agar pasien mampu
rangsangan berkemih secara
3. Diare b/d Inflamasi Setelah dilakukan intervensi Manajemen Diare Observasi

40
gastrointestinal, proses infeksi keperawatan selama 2x24 jam, Observasi 1. Untuk mengetahui
maka eliminasi fekal membaik, 1. Identifikasi penyebab diare terjadinya diare
d/d urgency, defekasi lebih
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi riwayat pemberian makanan 2. Untuk mengetahui
dari tiga kali dalam 24 jam, - Urgency menurun 3. Identifikasi gejala invaginasi 3. Untuk mengetahui ad
- Frekuensi BAB 4. Monitor warna, volume, frekuensi, dan obsturksi usus
feses lembek atau cair.
membaik konsistensi tinja 4. Untuk mengetahui berapa
- Keluhan defekasi lama 5. Monitor tanda dan gejala hypovolemia BAB dengan konsistensi tinj
dan sulit menurun 6. Monitor irigasi dan ulserasi kulit di daerah 5. Untuk mengetahui ada
perineal tanda dehidrasi dan menc
7. Monitor jumlah pengeluaran diare hypovolemik
8. Monitor keamanan penyiapan makanan 6. Untuk mengetahui kel
Terapeutik mukosa mulut.
1. Berikan asupan cairan oral 7. Untuk memantau as
2. Pasang jalur intravena pengeluaran cairan
3. Berikan cairan intravena, jika perlu 8. Untuk mencegah terjadin
4. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah mikroorganisme
lengkap dan elektrolit Terapeutik
5. Ambi sampel feses untuk kultur, jika perlu 1. Untuk mencegah atau m
dehidrasi
Edukasi 2. Untuk mempermudah
1. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara cairan
bertahap 3. Untuk menganti cairan y
2. Anjurkan menghindari makanan pembentuk dalam tubuh
gas, pedas dan megandung laktosa 4. Untuk mengetahui
3. Anjurkan melanjutkan pemberian ASI mikroorganisme dalam darah
4. Anjurkan mengkonsumsi cairan minimal 3 5. Untuk mendeteksi
liter/hari mikroorganisme
Kolaborasi Edukasi

41
1. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis. 1. Makanan terlalu ban
Loperamide, difenoksilat) menyebabkan ketidaknyam
2. Kolaborasi pemberian obat antispasmodic atau pasien, makanan porsi keci
spasmolitik (mis. Papaverin, ekstra belladonna, secara bertahap mampu
mebeverine) frekuensi bab
3. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis. 2. Untuk mencegah terjad
Atapulgit, smektif, kaolin-pektin). kembung dan sering buang a
3. Untuk meningkatkan
tubuh
4. Mencegah terjadinya dehi
Kolaborasi
1. Dapat menghambat perge
dan dapat mencegah frekuen
2. Dapat memrelaksan oto
bekerja langsung diotot usus
3. Dapat memperlambat ger
menghasilkan feses yang pad

42
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/Tgl No. Dx Implementasi & Respon Paraf
Keperawatan
Jam 10.00
1. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Respon: Nyeri berkurang dan meringan
Jam 10.00
2. Mengidentifikasi pengaruh nyeri tehadap kualitas hidup
Rabu, 03, Maret 1 Respon: Nyeri pasien mempengaruhi hidupnya
2021 Jam 10.30
3. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(kompres hangat)
Respon: Nyeri berkurang
Jam 11.25
4. Memfasilitasi istirahat dan tidur
Respon: Istirahat cukup dan nyeri berkurang
5. Menjelaskan strategi meredahkan nyeri
Respon: Pasien dapat mengontrol nyeri
Jam 11. 55
6. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(teknik distraksi)
Respon: Nyeri dapat teralihkan
Jam 12. 34
7. Mengkolaborasikan pemberian analgetik
Respon: Nyeri yang dirasa berkurang
Jam 10.00
1. Memonitor intake dan output
Respon: Cairan intake dan output berbeda

43
Jam 10.30
Rabu, 03, 2 2. Memberikan rangsangan berkemih (kompres dibagian abdomen)
Maret, 2021 Respon: Pasien dapat melakukan berkemih
Jam 11.25
3. Menjelaskan penyebab retensi urine
Respon: Pasien memahami penyebab retensi urine
Jam 11.47
4. Mengajarkan cara melakukan rangsangan berkemih
Respon: Pasien dapat melakukan rangsangan berkemih
Jam 10.00
1. Mengidentifikasi penyebab diare
Rabu, 03, Respon: Pasien mengetahui penyebab diare
Maret, 2021 3 Jam 10.00
2. Memonitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
Respon: Frekuensi BAB 3 kali dalam sehari, konsistensi lembek
Jam 10.30
3. Memonitor pengeluaran diare
Respon: Pasien BAB 3 kali dalam sehari
Jam 11.25
4. Memberikan asupan cairan oral
Respon: Tidak terjadi dehidrasi
5. Menganjurkan makanann porsi kecil dan sering secara bertahap
Respon: Asupan nutrisi dalam tubuh terpenuhi
Jam 11. 55
6. Menganjurkan mengkonsumsi cairan minimal 3 liter/hari
Respon: Tidak terjadi dehidrasi
Jam 12. 34
7. Mengkolaborasikan pemberian obat pengeras feses ( atapulgit,

44
smektif,kaolin-pektin)
Respon: Feses mengalami pengerasan

EVALUASI
Tgl/Jam No. Dx Evaluasi Paraf
Keperawatan
S: Pasien mengatakan nyeri berkurang dan dapat meminimaliir nyeri
Kamis,04, 1 O: - Keluhan nyeri skala 5

45
Maret 2020 - Pasien masih terlihat meringis
Jam 14.20 A: Nyeri Akut belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemelihan
strategi meredahkan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik
S: - Pasien mengatakan rasa ingin berkemih ada
Kamis,04, 2 - Pasien mengatkan urine keluar masih sedikit
Maret 2020 O: - Jumlah urine keluar 150cc
Jam .20 A: Retensi urine belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
- Monitor intake dan output
- Ajarkan cars melakukan rangsangan berkemih
S: - Pasien mengatakan BAB 1 kali dalam sehari
Kamis,04, 3 - Pasien mengatakan feses padat
Maret 2020 O: - Frekeunesi BAB 1 kali
Jam 14.20 A: Diare dapat teratasi
P: Intervensi dihentikan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/Tgl No. Dx Implementasi & Respon Paraf
Keperawatan
Jam 10.00
1. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(kompres hangat)

46
Respon: Nyeri berkurang
Jum’at, 05, 1 Jam 11. 55
Maret 2021 2. Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemelihan strategi
dalam meredahkan nyeri
Respon: Pasien dapat meredahkan nyeri
3. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(teknik distraksi)
Respon: Nyeri dapat teralihkan
Jam 12. 34
4. Mengkolaborasikan pemberian analgetik
Respon: Nyeri yang dirasa berkurang
Jam 10.00
1. Memonitor intake dan output
Jum’at, 05, 2 Respon: Cairan intake dan output berbeda
Maret, 2021 Jam 11.25
2. Mengajarkan cara melakukan rangsangan berkemih
Respon: Pasien dapat melakukan rangsangan berkemih

EVALUASI
Tgl/Jam No. Dx Evaluasi Paraf
Keperawatan
S: Pasien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri lagi
Sabtu, 06, 1 O: - Keluhan nyeri skala nyeri 3
Maret 2021 - Meringis menurun
Jam 12.00 A: Nyeri Akut teratasi
P: Hentikan Intervensi

47
S: Pasien mengatakan memiliki sensasi untuk berkemih
Sabtu, 06, 2 O: - Disuria menurun
Maret 2021 - Desakan berkemih menurun
Jam 12.00 - Sensasi berkemih meningkat
A: Retensi Urine teratasi
P: Hentikan Intervensi

48

Anda mungkin juga menyukai